Adakah hubungan yang signifikan antara gaya mengajar guru dengan harga diri guru di SD Ma'arif Ponorogo tahun pelajaran 2015/2016? Untuk mengetahui hubungan yang signifikan antara gaya mengajar guru dengan kepercayaan diri guru di SD Ma'arif Ponorogo tahun pelajaran 2015/2016.
Sistematika Pembahasan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan bagi guru dalam melaksanakan tugasnya membimbing siswanya. Bab kelima merupakan kesimpulan laporan penelitian yang berisi kesimpulan dan beberapa saran yang ingin disampaikan.
Landasan Teori
Gaya Mengajar Guru
Gaya mengajar yang dimiliki oleh seorang guru mencerminkan cara mengajarnya, menurut pandangannya. Pada prinsipnya gaya mengajar seorang guru sulit diubah karena sudah menjadi bawaan sejak kecil atau sejak lahir.
Gaya Mengajar Teknologis
Gaya Mengajar Personalisasi
Gaya Mengajar Interaksional
Untuk mengarahkan perhatian siswa pada suatu aspek penting atau kunci, guru dapat menggunakan “penekanan kata”, misalnya memperhatikan. 37 Di tempat yang sama, 189. menyampaikan informasi dengan mata, dan dapat menarik perhatian siswa dengan tatapan mata. 38 e) Gerakan tubuh (gesturing).
Variasi Media dan Bahan Ajaran
Mengubah posisi guru di kelas dapat membantu menarik perhatian siswa dan meningkatkan kepribadian guru. Guru yang kaku tidak menarik dan membosankan, dan variasi yang berlebihan akan menjengkelkan.40. media, kelemahan sensorik yang dimiliki siswa, misalnya guru dapat memulai dengan berbicara terlebih dahulu, kemudian menulis di papan tulis, dilanjutkan dengan melihat contoh nyata. Penggunaan media visual dapat diartikan sebagai penggunaan alat dan bahan pengajaran khusus untuk berkomunikasi seperti buku, majalah, lembaran dinding, film, TV, gambar dan sebagainya.
Variasi penggunaan media pendengaran memerlukan pergantian atau kombinasi dengan media visual dan media taktil. Berbagai media menyimak yang dapat digunakan antara lain percakapan siswa, rekaman suara atau audio, wawancara, yang kesemuanya dapat relevan dengan pelajaran.42. Komponen terakhir dari keterampilan menggunakan berbagai media dan bahan ajar adalah penggunaan media yang memungkinkan siswa menyentuh dan memanipulasi benda atau bahan ajar.
Dalam hal ini siswa akan dilibatkan dalam kegiatan mempersiapkan atau membuat model, yang hasilnya dapat disebut “media berwujud”. Kegiatan ini dapat dilakukan secara individu maupun kelompok.
Variasi Interaksi
Kepercayaan Diri
Definisi serupa diberikan oleh Liendenfield (dalam Angggelis) yang mengartikan kepercayaan diri sebagai sesuatu yang lebih menekankan pada kepuasan yang dirasakan individu terhadap dirinya. Dengan kata lain, individu yang percaya diri adalah individu yang merasa puas terhadap dirinya sendiri. Orang yang percaya diri adalah orang yang mengetahui kemampuannya dan menggunakan kemampuannya untuk melakukan sesuatu.
Menurut Karim Asy-syadzily dalam bukunya yang berjudul The Great Personality, rasa percaya diri adalah keyakinan seseorang terhadap keyakinan dan kemampuannya. Orang yang kurang percaya diri selalu membandingkan dirinya dengan kelebihan orang lain, sehingga menimbulkan kesenjangan yang dalam dan perbedaan yang mencolok antara dirinya dengan orang lain. Dari teori-teori tentang kepercayaan diri yang disampaikan oleh tokoh-tokoh di atas, peneliti tidak mungkin membahas semuanya secara utuh karena keterbatasan waktu.
Jadi penelitian ini hanya membahas tentang teori kepercayaan diri yang dikemukakan oleh Agoes Dariyo. Percaya diri adalah suatu kemampuan. Menurut Lauster (dalam Ghufro dan Risnawati, 2010), ia menyebutkan aspek-aspek orang percaya diri dalam kaitannya dengan rasa percaya diri sebagai berikut:
Percaya pada kemampuan diri sendiri
Optimis
Objektif
Bertanggung jawab
Rasional dan Realitis
Sebaliknya orang tua yang selalu memberikan dukungan dan menantang anaknya untuk maju lebih jauh akan mengembangkan rasa percaya diri anaknya. Faktanya, banyak orang yang berbakat dan mampu melakukan banyak hal, namun kurang percaya diri untuk menunjukkan kemampuannya.57. 59 Chibita Wiranegara, Percaya Diri yang Kuat Percaya Diri Total, (Yogyakarta: Diglossia Baru alasan mengapa kita melakukan sesuatu dan apa tujuan dari semua itu. 60.
Orang yang memiliki tujuan atau impian yang jelas akan lebih percaya diri karena mampu mengukur diri dan yakin akan tujuannya. Lebih baik dikatakan “Saya akan berolahraga setiap hari agar lebih sehat”.61..orang yang mempunyai harga diri lebih tinggi dari orang lain, seperti prestasi akademik yang tinggi, sukses dalam karir dan bisnis, kesejahteraan yang memadai, popularitas, juara dalam berbagai hal. kompetisi olahraga, musik, dll. Anda tidak akan mencapai kesuksesan tanpa dukungan harga diri yang tinggi. Oleh karena itu, dapat kita simpulkan bahwa rasa percaya diri pada diri seseorang merupakan kekuatan mental yang sangat menentukan berhasil tidaknya dalam mencapai berbagai tujuan hidup.
63 Izzatul Jannah, Percaya Diri Aja Lagi, (Solo: PT Era Adicitra Intermedia) bahawa dia sendiri sangat bergantung kepada saiz dan kecilnya halangan yang akan sentiasa menghalangnya.Namun, pada masa yang sama, adalah penting bahawa individu jangan terlalu yakin pada diri sendiri atau anda percaya anda salah.
Hubungan Gaya Mengajar dengan Kepercayaan Diri Guru
Sulung Nofrianto, dalam buku berjudul Guru Emas, mengatakan bahwa kewibawaan seorang guru bisa runtuh jika siswanya memandang gurunya tidak memiliki harga diri yang baik. Jika guru sangat percaya diri di hadapan siswanya, maka bukan tidak mungkin siswanya akan percaya diri, ikuti gurunya, karena emosi akan saling mempengaruhi.70.
Telaah Pustaka
Terdapat hubungan dengan koefisien korelasi sebesar 0,793 antara gaya mengajar guru dengan hasil belajar pembelajaran PAI siswa kelas V SDN Kradinan 02 Dolopo tahun pelajaran 2011/2012. Dalam tesis yang ditulis oleh Siti Nur deva Rachman, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan judul “Hubungan Tingkat Harga Diri Dengan Hasil Belajar Mata Pelajaran IPS di SMA Fatahillah Jakarta Selatan”. Rasa percaya diri siswa dalam belajar IPS masih rendah, meskipun penelitian sebelumnya menunjukkan adanya minat belajar.
Berdasarkan tabel 12 dan 20, sebanyak 90,47% siswa menyatakan keraguannya terhadap keberhasilan belajar, terlihat pada saat guru mengajar siswa tidak merasa percaya diri untuk maju dan mendiskusikan materi yang disampaikan guru. Sementara itu, hanya 7,14% siswa yang tergolong memiliki rasa percaya diri sedang, seperti terlihat pada Tabel 11. Selama proses pembelajaran, hanya sedikit siswa yang bertanya, berdiskusi, dan bekerja sama dengan baik. Hasil belajar dilihat dari aspek kognitif yaitu hasil rapor di kelas VII. Berdasarkan rapor siswa di SMA Fatahillah Jakarta Selatan, rata-rata siswa mempunyai nilai prestasi belajar yang rendah.
Angka tersebut berdasarkan tabel prestasi belajar yang tergolong rendah, yaitu 7% (2,94) siswa yang mencapai nilai sedang (skor ≥65), padahal jumlah siswa yang diteliti sebanyak 42 siswa. Perhitungan koefisien korelasi antara variabel X dan Y (57%) tergolong kuat, angka tersebut memberikan gambaran bahwa kepercayaan diri mempunyai pengaruh yang besar terhadap prestasi belajar siswa.
Kerangka Berpikir
Pengajuan Hipotesis
- Seja rah Singkat Berdirinya SD Ma’arif Ponorogo
- Visi, dan Misi SD Ma’arif Ponorogo
- Struktur Organisasi SD Ma’arif Ponorogo
- Sarana dan Prasarana SD Ma’arif Ponorogo
SD Ma'arif Ponorogo didirikan pada tahun 1939 M, terletak ± 1 KM sebelah timur ibukota Kabupaten Ponorogo, tepatnya di Jl. Secara kuantitas, hal ini merupakan prestasi yang prestisius bagi sebuah lembaga pendidikan dasar swasta yang berlokasi di kota kecil. Namun hal tersebut juga menjadi tantangan bagi SD Ma’arif untuk meningkatkan kualitasnya agar menjadi salah satu lembaga pendidikan yang mampu bersaing untuk terus eksis dalam menghasilkan generasi yang “berprestasi, berkemampuan, berkepribadian berbasis Imtaq ( iman dan takwa), sekaligus menjawab tantangan dan tuntutan zaman. yang terus berkembang.
Untuk itu hingga saat ini SD Ma'arif terus berbenah agar bisa shālih luklli zamān wa makān. SD Ma'arif merupakan salah satu lembaga pendidikan dasar swasta di Ponorogo yang memadukan kurikulum pendidikan umum dan agama. Melaksanakan kerjasama yang baik dalam mewujudkan visi dan misi pendidikan di SD Ma'arif Ponorogo.
Semua itu menunjukkan komitmen SD Ma'arif dalam melahirkan “intelektual agama dan intelektual agamis”. Diharapkan dengan terwujudnya program ini, SD Ma’arif mampu menjadi sekolah unggul yang berkualitas dan mampu menyediakan lingkungan belajar yang kondusif serta menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar yang berkualitas.
Deskripsi Data 1. Gaya Mengajar
Dalam bidang keagamaan, kegiatan yang dilakukan antara lain pelaksanaan shalat Dluhur bersama, shalat Dluha, bimbingan tartīlul qur'ān dan qirōatul qur'ān. Namun masih ditemukan kendala yang perlu segera diatasi, yaitu belum terciptanya ruang kelas yang ideal dan proporsional antara jumlah siswa dengan ruang kelas yang ada.
Analisis Data (Pengujian Hipotesis)
A nalisis data tentang gaya mengajar guru SD Ma’arif Ponorogo Untuk mengetahui data tentang gaya mengajar guru, peneliti
Dari tabel diatas terlihat bahwa gaya mengajar guru pada kategori klasikal paling rendah yaitu yang digunakan oleh 1 orang guru pada saat proses belajar mengajar dengan persentase sebesar 3%. Gaya mengajar teknologi berada pada kategori rendah setelah gaya mengajar klasikal yaitu sebanyak 7 orang guru dengan persentase sebesar 20%. Gaya mengajar guru ini paling banyak digunakan oleh guru yaitu sebanyak 18 guru dengan persentase 51%.
Sedangkan gaya mengajar interaksi juga banyak digunakan guru meskipun tidak sebanyak gaya mengajar klasikal yaitu 9 guru dengan persentase 26%. Analisis data mengenai kepercayaan diri guru di SD Ma'arif Ponorogo. Untuk mengetahui data tentang kepercayaan diri guru, peneliti.
Analisis Data Tentang kepercayaan diri guru SD Ma’arif Ponorogo Untuk mengetahui data tentang kepercayaan diri guru, peneliti
Dari tabel diatas terlihat bahwa rasa percaya diri guru SD Ma'arif Ponorogo berada pada kategori tinggi, terdapat 6 orang guru dengan persentase sebesar 17%. Jadi dapat disimpulkan bahwa rasa percaya diri guru SD Ma’arif Ponorogo berada pada kategori Sedang.
Analisis data tentang gaya mengajar guru dengan kepercayaan diri guru SD Ma’arif Ponorogo
Tabel di atas menunjukkan bahwa korelasi antara gaya mengajar klasikal dengan rasa percaya diri yang tinggi adalah 0, 2 orang memiliki gaya mengajar teknologi dengan rasa percaya diri yang tinggi, 3 orang memiliki gaya mengajar yang personal dengan rasa percaya diri yang tinggi, dan 1 orang memiliki gaya mengajar yang personal dengan rasa percaya diri yang tinggi, dan 1 orang memiliki gaya mengajar yang personal dengan rasa percaya diri yang tinggi, dan 1 orang memiliki gaya mengajar yang personal dengan rasa percaya diri yang tinggi. gaya mengajar interaktif dengan rasa percaya diri yang tinggi. Korelasi gaya mengajar klasikal dengan rasa percaya diri sedang sebesar 0, gaya mengajar teknologi terdapat 3 orang yang memiliki rasa percaya diri sedang, dan gaya mengajar personal memiliki rasa percaya diri sedang. Korelasi gaya mengajar klasikal dengan rasa percaya diri rendah ada 1, gaya mengajar teknologi dengan rasa percaya diri rendah ada 2 orang, gaya mengajar personal dengan rasa percaya diri rendah ada 1 orang, pengajaran interaktif gaya dengan rasa percaya diri rendah, ada 1 orang.
Jadi dapat disimpulkan bahwa gaya mengajar guru di SD Ma’arif Ponorogo pada dasarnya adalah gaya mengajar personal dengan kepercayaan diri sedang.
Pembahasan dan Interpretasi
Oleh karena itu terdapat hubungan yang kuat antara gaya mengajar guru dengan kepercayaan diri guru di SD Ma'arif Ponorogo. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa gaya mengajar klasikal jarang digunakan karena proses penyampaian materi tidak didasarkan pada minat anak melainkan atas perintah tertentu. Untuk gaya mengajar teknologi, sebagian guru menggunakannya karena fokus gaya mengajar ini adalah pada kompetensi individu siswa.
Gaya mengajar yang bersifat personal ini sering digunakan guru dalam pembelajaran karena didasarkan pada minat, pengalaman, dan pola perkembangan mental siswa. Oleh karena itu, guru harus memiliki keterampilan mengasuh anak, ahli di bidang psikologi dan metodologi, serta berperan sebagai narasumber. Guru dan siswa berusaha mengubah berbagai gagasan atau pengetahuan yang dipelajari untuk menemukan bentuk-bentuk baru yang berbasis penelitian dan bersifat radikal.
Kesimpulan
Saran
Bagi Guru
Bagi Kepala Sekolah
Bagi Peneliti Yang Akan Datang