• Tidak ada hasil yang ditemukan

KTI ERWIN HIDAYAT.pdf - Repository Poltekkes Kaltim

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "KTI ERWIN HIDAYAT.pdf - Repository Poltekkes Kaltim"

Copied!
145
0
0

Teks penuh

KLIEN DENGAN APENDISITIS YANG DIOBATI DI RUMAH SAKIT Untuk memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan (Amd.Kep). Saya menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah ini adalah hasil karya saya sendiri dan bukan merupakan plagiarisme atau peniruan terhadap Karya Tulis Ilmiah orang lain untuk memperoleh gelar pada jenjang pendidikan manapun di universitas manapun, baik sebagian maupun seluruhnya. Tentu saja persiapan Penulisan Karya Tulis Ilmiah (STW) ini selalu menemui kendala, namun atas bantuan, dorongan dan bimbingan orang tua, dosen pembimbing dan teman-teman yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, tak lupa saya ucapkan banyak terima kasih.

Yang telah melimpahkan rahmat-Nya, Taufiq dan Hidayah sehingga saya dapat menyelesaikan artikel ilmiah ini. Terima kasih kepada pembimbing saya selama saya menyusun karya ilmiah ini, Ibu. Shofie dan Ny. Asnah, terima kasih karena selalu membimbingku dengan sabar. Semoga apa yang anda berikan menjadi amal baik bagi anda dan keluarga.

  • Latar Belakang
  • Rumusan Masalah
  • Tujuan Penelitian
  • Manfaat Penelitian

Maka dalam hal ini penulis tertarik untuk memberikan asuhan keperawatan pada klien penderita radang usus buntu sebelum dan sesudah operasi di RSUD dr. Tujuan umum penulisan karya ilmiah ini adalah untuk mendapatkan gambaran tentang Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Lampiran pada dr. Dapat membuat rencana tindakan keperawatan yang sesuai dengan masalah keperawatan pada klien penderita apendisitis kepada dr.

Beliau mengetahui bagaimana melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan pada warga binaan penderita radang usus buntu di RSUD dr. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran penerapan langsung teori keperawatan pada pasien apendisitis.

Konsep Dasar Penyakit Appendicitis

  • Definisi
  • Anatomi & Fisiologi Appendicitis
  • Etiologi
  • Patofisiologi
  • Klasifikasi
  • Manifestasi Klinis
  • Pathway
  • Penatalaksanaan Medis
  • Komplikasi

Diagnosis apendisitis kronis hanya dapat ditegakkan apabila terdapat : riwayat nyeri pada perut kanan bawah lebih dari 2 minggu, peradangan kronis pada usus buntu secara makroskopis dan mikroskopis. Pada kebanyakan kasus, diagnosis ditegakkan dengan lokalisasi nyeri di sisi kanan bawah dalam waktu 12 jam setelah timbulnya keluhan. Operasi usus buntu terbuka dilakukan dengan membuat sayatan sepanjang kurang lebih 5 – 10 cm pada kuadran kanan bawah perut dan usus buntu dipotong hingga menembus lapisan lemak dan otot usus buntu.

Operasi usus buntu untuk abses usus buntu dapat dilakukan secara dini (apendektomi dini) atau tertunda (apendektomi interval). Perforasi jarang terjadi dalam 12 jam pertama penyakit, namun meningkat tajam setelah 24 jam, nyeri tekan di seluruh perut, dan leukositosis, terutama polimorfonuklear (PMN).

Gambar 2.1 Anatomi Apendiks   Sumber : (Eylin, 2009b).
Gambar 2.1 Anatomi Apendiks Sumber : (Eylin, 2009b).

Konsep Masalah Keperawatan

  • Kriteria Mayor & Minor
  • Faktor Yang Berhubungan

Pengalaman sensorik atau emosional yang berhubungan dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan awitan tiba-tiba atau lambat dan intensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan a) Faktor fisiologis yang merugikan (misalnya peradangan, iskemia, neoplasma).

Konsep Asuhan Keperawatan

  • Pengkajian Keperawatan
  • Diagnosa Keperawatan
  • Perencanaan Keperawatan
  • Pelaksanaan Tindakan keperawatan
  • Evaluasi Keperawatan

Pada pola eliminasi urin akibat berkurangnya kekuatan kontraksi kandung kemih, nyeri atau akibat buang air kecil yang tidak biasa di tempat tidur akan mempengaruhi pola eliminasi urin. Pola eliminasi Alvi akan mengalami gangguan sementara akibat pengaruh anestesi sehingga menyebabkan penurunan fungsi. Diagnosa keperawatan merupakan penilaian klinis terhadap respon klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialami, baik aktual maupun potensial (PPNI, 2017).

Perencanaan keperawatan atau intervensi keperawatan merupakan perumusan tujuan, tindakan dan evaluasi rangkaian asuhan keperawatan pada klien berdasarkan analisis pengkajian sehingga permasalahan kesehatan dan keperawatan klien dapat teratasi (Nurarif, A.H., & Kusuma, 2016). Praktik keperawatan merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan perawat untuk membantu klien mulai dari permasalahan kesehatan yang dihadapinya hingga mencapai kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Potter, P., & Perry, 2014). Implementasi merupakan tahap keempat proses keperawatan dimana rencana keperawatan dilaksanakan dengan melakukan intervensi/kegiatan yang telah ditentukan, pada tahap ini perawat siap melakukan intervensi dan kegiatan yang dicatat dalam rencana perawatan klien.

Agar pelaksanaan perencanaan dapat tepat waktu dan hemat biaya, pertama-tama hal tersebut harus mengidentifikasi prioritas pengobatan klien, kemudian setelah pengobatan dilaksanakan, pantau dan catat tanggapan klien terhadap setiap intervensi dan komunikasikan informasi ini kepada penyedia layanan kesehatan lainnya. Kemudian, dengan menggunakan data tersebut, Anda dapat mengevaluasi dan merevisi rencana perawatan pada tahap proses keperawatan selanjutnya (Wilkinson.M.J, 2012). Menurut (Setiadi, 2012) dalam konsep dan penulisan buku asuhan keperawatan, tahap pengkajian atau evaluasi merupakan perbandingan kesehatan klien secara sistematis dan terencana dengan tujuan yang telah ditentukan, dilakukan secara berkelanjutan dengan melibatkan klien, keluarga dan pihak lain. kesehatan. pekerja.

Evaluasi formatif ini dilakukan segera setelah perawat melaksanakan rencana asuhan keperawatan untuk menilai efektivitas intervensi keperawatan yang dilaksanakan.

Tabel 2.1 Intervensi keperawatan Pre operatif
Tabel 2.1 Intervensi keperawatan Pre operatif

41

  • Desain Penelitian
  • Subyek Penelitian
  • Definisi Operasional
  • Lokasi dan Waktu Penelitian
  • Prosedur Penelitian
  • Metode dan instrument Pengumpulan Data
  • Keabsahan Data
  • Analisis Data

Wawancara merupakan suatu teknik pengumpulan data antara peneliti dengan klien. Tujuan wawancara adalah untuk mendengarkan dan meningkatkan kesejahteraan klien melalui hubungan saling percaya dan mendukung. Teknik ini digunakan untuk memperoleh permasalahan utama klien dan riwayat penyakit saat ini (Bickley Lynn S & Szilagyi Peter G, 2018). b) Observasi dan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan melihat. inspeksi), meraba (palpasi), mengetuk (perkusi), mendengarkan (auskultasi) sistem tubuh klien (Medokteran, 2018).

Studi dokumen merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mempelajari dokumen untuk memperoleh data atau informasi yang berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti. Alat atau instrumen pengumpul data menggunakan format asuhan keperawatan mediko-bedah sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Politeknik Kesehatan Kemenkes Kalimantan Timur. Validasi data yang dilakukan peneliti bertujuan untuk memvalidasi kualitas data atau informasi yang diperoleh dalam penelitian agar menghasilkan data dengan validitas tinggi.

Triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang menggabungkan data dari beberapa teknik pengumpulan data dan sumber data yang ada. Triangulasi sumber berarti memperoleh data dari sumber yang berbeda dengan menggunakan teknik yang sama. Triangulasi teknis artinya peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda untuk memperoleh data dari sumber data yang sama.

Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara pada pagi hari pada saat narasumber masih segar, sehingga memungkinkan diperolehnya data yang lebih valid. Data subyektif merupakan data yang diperoleh dari klien berupa pendapat mengenai suatu situasi atau peristiwa. Sedangkan data objektif adalah data yang dapat diamati dan diukur, yang diperoleh dengan menggunakan panca indera (melihat, mendengar, mencium, dan meraba) pada saat pemeriksaan fisik.

Hasil

Klien menjelaskan bahwa tidak ada seorang pun di keluarganya yang mempunyai kondisi/cacat dan menderita penyakit berat. Riwayat keluarga klien 1 dan klien 2 tidak ditemukan adanya permasalahan, tidak ada satupun anggota keluarga yang mempunyai kelainan/cacat dan menderita penyakit berat. Saat pengkajian data psikososial klien 1 dan klien 2 tidak ditemukan masalah keperawatan, pola komunikasi baik, klien mampu bekerjasama dan tidak ada gangguan pada konsep diri.

Tidak ada pernafasan pada lubang hidung, posisi septum hidung berada di tengah, tidak ada sekret atau sumbatan pada lubang hidung, tajamnya penciuman normal, dan tidak ada kelainan. saluran telinga kanan dan kiri, sedang, saluran telinga kanan dan kiri bersih, tidak ada benda asing dan saluran telinga bersih, klien dapat mendengar suara gesekan jari. Telinga simetris kanan dan kiri, berukuran sedang, saluran telinga kanan dan kiri bersih, tidak ada benda asing dan saluran telinga bersih.

Tidak terdapat lesi jaringan parut, tidak terdapat pembengkakan pada kelenjar tiroid, tidak teraba adanya massa pada area tersebut. Bentuk dada simetris, pola nafas cepat, frekuensi 22x/menit, tidak ada pernafasan hidung, tidak ada otot bantu pernafasan.

Tabel 2.2 Intervensi keperawatan post operatif
Tabel 2.2 Intervensi keperawatan post operatif

Pembahasan

Rencana tindakan keperawatan apendisitis preoperatif yang akan dilakukan pada klien 1 dengan masalah nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisiologis (radang apendisitis) meliputi : 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas nyeri, tingkat nyeri, intensitas nyeri 2. Asuhan keperawatan rencana tindakan apendisitis pra operasi yang akan dilakukan pada klien 2 dengan masalah nyeri akut terkait agen cedera fisiologis meliputi I 1. Rencana tindakan keperawatan apendisitis pra operasi yang akan dilakukan pada klien 1 dengan masalah nyeri akut terkait agen cedera fisik (prosedur bedah) yaitu 1.

Menurut peneliti manfaat pelaksanaan intervensi nyeri akut yang disiapkan pada klien 1 dan klien 2 sudah sesuai dengan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yaitu observasi. Dan pada saat penerapan dan penulisan kriteria, hasil pada klien 1 dan klien 2 sudah sesuai dengan SLKI (Standar Hasil Keperawatan Indonesia). Rencana tindakan keperawatan apendisitis pra operasi yang akan dilaksanakan pada klien 1 dengan masalah kecemasan berhubungan dengan kurangnya paparan informasi meliputi 1.

Dan pada saat penerapan dan penulisan kriteria, hasil pada klien 1 sudah sesuai dengan SLKI (Standar Hasil Keperawatan Indonesia). Rencana tindakan keperawatan apendisitis pra operasi akan dilakukan pada klien 2 dengan masalah defisit pengetahuan. Dan dalam penerapan dan penulisan kriterianya, hasil pada klien 2 sudah sesuai dengan SLKI (Standar Hasil Keperawatan Indonesia).

Rencana tindakan keperawatan apendisitis pra operasi yang akan dilaksanakan pada klien 2 dengan masalah risiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat adalah 1. Rencana tindakan keperawatan apendisitis pasca operasi yang akan dilaksanakan pada klien 1 dengan masalah risiko infeksi terkait efek invasif prosedur yaitu 1 Menurut peneliti manfaat pelaksanaan intervensi nyeri akut yang disiapkan pada klien 1 dan klien 2 sesuai dengan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang meliputi observasi, terapi, edukasi dan kerjasama.

Kesimpulan

Rencana yang digunakan pada kedua klien dirumuskan berdasarkan prioritas masalah dengan teori yang ada. Intervensi terhadap diagnosis apapun dapat dilakukan sesuai kebutuhan klien dan memperhatikan kondisi klien serta kemampuan kerja sama keluarga. Pelaksanaan tindakan pada kasus ini dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah dilakukan, namun ada beberapa intervensi yang tidak dilakukan, tergantung kebutuhan baik klien pra maupun pasca apendisitis. Evaluasi dilakukan pada klien 1 dan 2 oleh peneliti selama 3 hari dan dibuat dalam bentuk SOAP.

Respon klien dalam melaksanakan asuhan keperawatan baik, klien sangat kooperatif dalam melakukan setiap tindakan keperawatan. Hasil evaluasi yang dilakukan peneliti terhadap Klien 1 dan 2 menunjukkan bahwa banyak permasalahan yang dialami kedua klien yang belum terselesaikan.

Saran

Hasil penelitian ini diharapkan dapat selalu menambah dan memperdalam ilmu keperawatan khususnya dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien patah tulang dengan menggunakan literatur terkini. Evaluasi penggunaan antibiotik profilaksis pada klien apendisitis akut di instalasi rawat inap RS Baptis Batu Jawa Timur. Perbedaan jumlah leukosit darah pada klien apendisitis akut dengan apendisitis perforasi di RSUD Dr.

Asuhan keperawatan pada klien yang mengalami pasca operasi usus buntu dengan risiko infeksi di RSUD Kota Jakarta Utara. Erwin Hidayat, laporan praktik klinis semester 6 untuk klien 1. Tiara Rizky, laporan praktik klinis semester 6 untuk klien 2. Judul Perawatan: Asuhan keperawatan pada klien apendisitis di RSUD Dr. RSUD Kanujso Djatiwibowo Balikpapan pada tahun 2020.

Gambar

Gambar 2.1 Anatomi Apendiks   Sumber : (Eylin, 2009b).
Tabel 2.1 Intervensi keperawatan Pre operatif
Tabel 2.2 Intervensi keperawatan post operatif
Tabel 4.1 Hasil Anamnesis Klien Appendicitis  di RSUD dr. Kanujoso  Djatiwibowo Balikpapan Tahun 2020
+7

Referensi

Dokumen terkait

LIST OF TABLES Table Description Page 1 Accomplishment during practicum 5 2 PD Detector types and their time lags 14 3 Estimates of the velocity of sound in oil 14 4 Comparison