KULTUM PAGI Bismillah wal hamdulillah.
Asyhadualla illaha illalloh wa asyhadu anna Muhammadarasululloh Allohuma sholi alla Muhammad wa alaali Muhammad, ammaba’
PENTINGNYA MENGENAL NERAKA
Neraka adalah tempat di mana orang-orang yang senang menantang syariat Allah SWT, melakukan segala hal yang dilarang oleh Agama Islam, sekaligus
mendustakan para rasul-Nya. Pada intinya, neraka adalah penjara di akhirat dengan segala siksaan yang sesuai dengan apa yang dilakukan umat manusia semasa di dunia.
Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Hijr ayat 43-44 yang artinya:
"Dan sesungguhnya Jahannam itu benar-benar tempat yang telah diancamkan kepada mereka (pengikut-pengikut syaitan) semuanya. Jahannam itu mempunyai tujuh pintu. Tiap-tiap pintu (telah ditetapkan) untuk golongan yang tertentu dari mereka."
Neraka adalah tempat paling buruk untuk ditinggali. Makanya, semasa hidup di dunia sudah seharusnya kita menjalaninya dengan bersungguh-sungguh mengikuti ajaran Islam dengan baik.
Dilansir dari NU.or.id pada Minggu (16/8/2020), ada beberapa tingkatan neraka yang mesti kalian ketahui berikut ini sesuai dengan apa yang sudah dijelaskan di dalam Alquran.
1. Neraka Jahanam
Mayoritas ulama tafsir, menyebut bahwa Jahanan adalah tingkatan teratas neraka yang dikhususkan bagi umat Muslim yang selalu berbuat maksiat.
Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Isra ayat 8 yang artinya:
"Mudah-mudahan Tuhanmu akan melimpahkan rahmat(Nya) kepadamu; dan sekiranya kamu kembali kepada (kedurhakaan) niscaya Kami kembali
(mengazabmu) dan Kami jadikan neraka Jahannam penjara bagi orang-orang yang tidak beriman."
2. Neraka Lazha
Menurut Mujahid dalam tafsirnya, kata Lazha berarti menyala-nyala. Mereka yang akan menjadi penghuni neraka Lazha adalag mereka yang mendustakan Alquran.
Ketamakan dan terlalu mencintai duniawi, orang-orang seperti inilah yang juga akan mengisi neraka Lazha.
Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Lail ayat 14-16 yang artinya:
"Maka, kami memperingatkan kamu dengan neraka yang menyala-nyala. Tidak ada yang masuk ke dalamnya kecuali orang yang paling celaka, Yang mendustakan (kebenaran) dan berpaling (dari iman)."
3. Neraka Huthamah
Calon penghuni neraka Huthamah adalah kelakuan manusia yang sekarang menjadi kebiasaan, yaitu gibah. Mereka yang mulutnya terbiasa mengumpat dan bergosip akan dibakar dengan panasnya api neraka yang beribu-ribu kali lipat panasnya dari api di dunia.
Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Humazah ayat 4-8 yang artinya:
"Sekali-kali tidak! Sesungguhnya dia benar-benar akan dilemparkan ke dalam Huthamah. Dan tahukah kamu apa Huthamah itu? (yaitu) api (yang disediakan) Allah yang dinyalakan, Yang (membakar) sampai ke hati. Sesungguhnya api itu ditutup rapat atas mereka."
4. Neraka Sa'ir
Ini adalah tempat di mana para penghuninya selalu mendustakan pemberi
peringatan, sekaligus orang-orang yang suka membantah tentang Allah SWT tanpa ulmu pengetahuan.
Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Fathir ayat 6-7 yang artinya:
"Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuh(mu), karena sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala. Orang-orang yang kafir bagi mereka azab yang keras. Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh bagi mereka ampunan dan pahala yang besar."
5. Neraka Jahim
Orang yang selalu mendustakan ayat-ayat Allah SWT akan menjadi penghuni neraka Jahim.
Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Maidah ayat 10 yang artinya:
"Adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itu adalah penghuni neraka."
Tak hanya itu, mereka yang juga menyembah selain Allah SWT atau mereka yang tersesat pun akan dimasukkan ke dalam neraka Jahim.
Allah SWT berfirman dalam QS. Asy-Syura ayat 91-94 yang artinya:
"Dan diperlihatkan dengan jelas neraka Jahim kepada orang-orang yang sesat. Dan dikatakan kepada mereka: "Dimanakah berhala-berhala yang dahulu kamu selalu menyembah(nya). Selain dari Allah? Dapatkah mereka menolong kamu atau menolong diri mereka sendiri?" Maka mereka (sembahan-sembahan itu) dijungkirkan ke dalam neraka bersama-sama orang-orang yang sesat."
6. Neraka Saqar
Umat Islam pasti tahu kalau salat adalah tiang agama. Jika mereka yang tidak melaksanakannya, maka mereka telah mencoba untuk merobohkan tiang agama itu sendiri.
Nah, neraka Saqar ada untuk mereka yang tidak menjalankan salat dan tidak menyantuni orang miskin.
Allah SWT berfirman dalam QS. Muddatsir ayat 42-46 yang artinya:
"Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka)?" Mereka menjawab:
"Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan salat. Dan kami tidak (pula) memberi makan orang miskin. an adalah kami membicarakan yang bathil, bersama dengan orang-orang yang membicarakannya. Dan adalah kami
mendustakan hari pembalasan."
7. Neraka Hawiyah
Disebutkan dalam banyak riwayat, neraka Hawiyah adalah tingkatan neraka yang paling bawah. Di sanalah orang-orang munafik berada. Orang-orang yang selalu ikrar beriman, namun hatinya adalah orang yang kufur.
Allah SWT berfirman dalam QS. An-Nisa ayat 145 yang artinya:
"Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang
penolongpun bagi mereka."
Nah, itulah nama tingkatan-tingkatan neraka yang menjadi tempat paling
mengerikan dan menakutkan di akhirat. Pada akhirnya, segalah hal yang dilakukan selama di dunia adalah cara kita untuk meraih tempat yang seharusnya di akhirat kelak, baik itu surga maupun neraka.
Sekian, Semoga kita semua bisa terhindar dari panasnya api neraka, ya. Aamin.
Wassalamu’alaikum wr wb
Rohmah,23 Mei 2022 KULTUM PAGI
Bismillah wal hamdulillah.
Asyhadualla illaha illalloh wa asyhadu anna Muhammadarasululloh Allohuma sholi alla Muhammad wa alaali Muhammad, ammaba’
CELAAN ORANG YANG BERSIFAT BAKHIL/KIKIR
-Bakhil(لخبلا) adalah tidak mau memberikan hartanya ketika semestinya harus memberikannya, baik sesuatu yang dituntut oleh agama, seperti Zakat, Nafkah keluarga, maupun tuntutan kehormatan(contohnya: ada orang yang kesusahan, dibantunya dengan sesuatu yang layak, dan contoh yg tidak baik adalah orang yg kaya raya, tidak pantas membantu tentangganya dgn hanya memberikan uang 5 ribu rupiah.
-Jika ia telah melaksanakan tuntutan agama dan tuntutan kehormatan, maka ia terbebas dari sifat bakhil(لخب), namun dia belum bisa berstatus Pemurah (يخس) selama ia belum melebihi kadar kewajiban dalam rangka mencari keutamaan dan derajat yang tinggi.
RASULULLAH ﷺ Bersabda:
“Tidak akan masuk syurga orang yang Bakhil/Pelit/Kikir” -Walaupun dia ahli ibadah dan banyak bermacam-macam amalan wirid.
-Allah benci terhadap orang yang kikir saat ia masih hidup(ketika masih sehat bersifat kikir, tidak mau/jarang bersedekah), dan bersifat pemurah ketika hendak mati (sudah mau meninggal, baru mau bersedekah.
-Ibnu Al-Mu’taz : “Manusia yang paling kikir dengan hartanya namun paling pemurah terhadap harga dirinya”
-Maksudnya yaitu Dia lebih menjaga harta/uangnya dibanding menjaga kehormatannya, padahal harta diciptakan Allah Swt untuk keselamatan harga dirinya. Dia malah mau dikatakan “orang Kikir” dari pada mau bersedekah/memberikan uang, oleh karena itu dia telah mengorbankan harga diri asalkan dapat menyelamatkan hartanya.
Sebagai Contoh:
“Masyarakat berkumpul menyumbang harta untuk kebaikan membangun mesjid, tetapi malah dia enggan untuk menyumbangkan hartanya-padahal dia termasuk warga yg punya kelebihan harta. Walaupun disebut orang “ pelit” tidak masalah, tetap dia tidak mau menyumbangkan hartanya, karena dia memahami “lebih mahal uang dibanding kehormatannya”.
Ali bin Abi Thalib berkata: “Demi Allah, orang yang Mulia adalah orang yang tidak akan meminta haknya secara penuh”
Maksudnya: Orang yang mulia tidak mau mengambil haknya(dalam urusan apapun, seperti uang, makanan dsb, dengan secara penuh (karena ditakutkan kelebihan/mengambil hak orang lain) Dan jika ia memberikan hak orang lain, ia dengan senang hati akan melebihkannya. Jika mengambil bagiannya, niscaya ia mengambil kurang dari haknya.
Contoh: Haknya ada lima(5)buah, maka dia tidak mengambil secara penuh, mungkin yang diambilnya cuma 3 saja. Contoh lain: Jika menerima takaran atau timbangan, misalnya beras, maka ia tidak mau (karena takut hatinya) mengambil lebih. Dan Jika menakar untuk orang lain, maka akan melebihkannya (memastikan agar tidak mengurangi).
Firman Allah Swt:
Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang. (Yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain, mereka minta dipenuhi. Dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi. Tidakkah orang-orang itu yakin bahwa sesungguhnya
mereka akan dibangkitkan. Pada suatu hari yang besar (Yaitu) hari (ketika) manusia berdiri menghadap Rabb semesta alam (QS. al-Muthaffifîn/83:1-6)
Sumber: Mauidzatul Mu’minin (Ringkasan Ihya Ulumiddin Al-Ghazali), h. 154-155
Marilah kita memohon kepada Allah agar terhindar dari sifat kikir dan semoga kita digolongkan orang yg mulia dan pemurah. Aamiin.
Subhanakallahumma Wabihamdika Asyhadu Alla Ilaha Illa Anta Astaghfiruka Wa Atubu Ilaik.
Wassalamu’alaikum wr. Wb.
Rohmah,……….. 2022 KULTUM PAGI
Bismillah wal hamdulillah.
Asyhadualla illaha illalloh wa asyhadu anna Muhammadarasululloh Allohuma sholi alla Muhammad wa alaali Muhammad, ammaba’
Sebentar lagi umat Islam akan memasuki bulan Dzulhijjah. Salah satu ibadah yang sangat menyita dan bahkan menjadi ciri khas adalah penyembelihan hewan kurban. Hanya saja ada sejumlah hal yang harus diketahui terkait hal tersebut.
Seperti dimaklumi bahwa tujuan berkurban dengan menyembelih hewan dalam rangka ber-taqarrub atau
mendekatkan diri kepada Allah SWT. Waktu pelaksanaannya dimulai setelah shalat Idul Adha sampai akhir hari Tasyriq.
Sedang untuk penyembelihan hewan kurban disunahkan untuk disembelih sendiri jika yang berkurban adalah laki- laki dan bisa melakukannya dengan baik. Ini yang dilakukan Rasulullah SAW. Namun jika yang berkurban adalah perempuan, maka disunahkan untuk diwakilkan sebagaimana keterangan yang terdapat dalam kitab al-Majmu’
Syarh al-Muhadzdzab sebagai berikut:
Artinya: Dan disunahkan laki-laki untuk memotong hewan kurbannya sendiri jika ia memang dapat melakukannya dengan baik karena mengikuti Rasulullah SAW. Adapun perempuan maka sunah baginya untuk mewakilkannya sebagaimana keterangan yang terdapat dalam kitab al-Majmu’. (lihat, Muhammad Khatib asy-Syarbini, al-Iqna` fi Halli Alfazhi Abi Syuja`, Beirut-Dar al-Fikr, 1415 H, juz, II, halaman: 588)
Persoalannya kemudian adalah jika pemotongan dan pengurusan hewan kurban diwakilkan kepada orang lain, apakah boleh pihak yang berkurban membayar upahnya dengan daging atau kulit dari hewan kurban tersebut?
Jawaban yang tersedia di kitab-kitab fiqih menegaskan tidak boleh pihak yang berkurban memberikan sesuatu bagian dari hewan kurban—seperti kulit atau kepala atau dagingnya—sebagai upah jagalnya. Tetapi upah jagal menjadi beban pihak yang berkurban, dan bukan diambil dari hewan kurban itu sendiri.
Artinya: Haram menghilangkan atau menjual sesuatu yang termasuk bagian dari hewan kurban sunah dan hadyu, dan haram pula memberi upah tukang jagalnya dengan sesuatu yang menjadi bagian hewan kurban tersebut.
Tetapi biaya tukang jagal menjadi beban pihak yang berkurban dan yang ber-hadyu sebagaimana biaya
memanen. (Zakariya al-Anshari, Asna al-Mathalib Syarh Raudl ath-Thalib, Bairut-Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, cet ke- 1, 1422 H/2000 M, juz, I, halaman: 545)
Ketidakbolehan ini didasarkan pada hadits yang diriwayatkan oleh Sayyidina Ali bin Abi Thalib Karramallahu Wajhah. Dia pernah diperintah Rasulullah untuk mengurusi kurban beliau dan diperintahkan untuk tidak memberikan sedikit pun bagian tubuh hewan kurban tersebut kepada jagalnya sebagai upah atas jasanya. Tetapi upahnya diambil dari harta yang lain.
Artinya: Dari Sayyidina Ali bin Abi Thalib Karramallahu Wajhah, ia berkata: Rasulullah SAW memerintahkan kepadaku untuk mengurusi hewan kurbannya kemudian aku membagikan jilal-nya (pakaian hewan yang terbuat dari kulit untuk menahan dingin) dan kulitnya, dan beliau memerintahkan kepadaku untuk tidak memberikan sedikit pun bagian tubuh dari hewan kurban tersebut (sebagai upah) kepada tukang jagal. Dan beliau bersabda: Kami akan memberikan upah tukang jagalnya dari harta yang ada pada kami. (lihat, Zakariya al-Anshari, Asna al- Mathalib Syarh Raudlath-Thalib, juz, I, halaman: 545)
Kenapa tidak diperbolehkan membayar jagal dengan sesuatu bagian anggota tubuh dari hewan kurban? Alasannya adalah bahwa pihak yang berkurban mengeluarkan kurbannya dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah atau beribadah. Karenanya ia tidak boleh menarik kembali hewan tersebut kecuali apa yang telah diperbolehkan yaitu memakannya sesuai aturan yang telah ditetapkan.
Artinya: Karena ia (orang yang berkurban) mengeluarkan kurbannya itu untuk mendekatkan diri kepada Allah (ibadah). Maka ia tidak boleh menarik kembali kurbannya kecuali apa yang telah diperbolehkan yaitu
memakannya. (Zakariya al-Anshari, Asna al-Mathalib Syarh Raudlath-Thalib, juz, I, halaman: 545)
Dengan kata lain, jika orang yang berkurban mengambil daging atau kulit hewan kurbannya untuk diberikan kepada penjagal sebagai upahnya, maka ia sama saja menarik kembali hewan kurbannya. Karena ada bagian yang diambil untuk membayar penjagalnya. Padahal hewan kurban itu disembelih dalam rangka beribadah kepada Allah.
Yang menjadi poin penting dari penjelasan di atas adalah adanya larangan untuk mengambil bagian dari hewan kurban untuk diberikan kepada orang yang memotongnya sebagai upah. Karenanya pemberian seperti kulit kambing kurban kepada orang yang memotongnya sepanjang bukan sebagai upah, tetapi karena ia adalah orang yang hidupnya pas-pasan, adalah diperbolehkan.
Artinya: Dan dikecualikan dengan upah jagal adalah memberi suatu bagian dari hewan kurban kepada si jagal karena kefakirannya atau memberinya makan dari hewan kurban tersebut jika ia orang yang mampu, maka kedua hal ini boleh. (Zakariya al-Anshari, Asna al-Mathalib Syarh Raudlath-Thalib, juz, I, halaman: 545).