See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/340446514
Kurikulum 2013 Pendidikan Khusus
Preprint · April 2020
DOI: 10.6084/m9.figshare.12084429
CITATIONS
0
READS
1,857
1 author:
Suhendri Suhendri Universitas Dharmawangsa 29PUBLICATIONS 37CITATIONS
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Suhendri Suhendri on 05 April 2020.
The user has requested enhancement of the downloaded file.
Kurikulum 2013 Pendidikan Khusus Oleh: Suhendri
Kurikulum 2013 pendidikan khusus pada tahun pelajaran 2014/2015 secara serentak mulai diimplementasikan di sekolah luar biasa seluruh tanah air pada kelas I, IV, VII dan X untuk semua jenis kebutuhan khusus yang dialami peserta didik, yaitu tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa dan autis.
Tentu saja implementasi kurikulum yang baru ini di dunia pendidikan khusus diharapkan mampu menumbuhkan semangat baru untuk memberikan pelayanan maksimal bagi peserta didik berkebutuhan khusus.
Kurikulum menurut UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional didefinisikan sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Adapun tujuan pendidikan nasional menurut UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 adalah berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Rumusan tujuan pendidikan nasional tersebut menjadi dasar perumusan kompetensi lulusan kurikulum 2013 yang mencakup kompetensi sikap, keterampilan dan pengetahuan. Dari sisi kompetensi sikap, peserta didik mampu menjadi pribadi yang beriman, berakhlak mulia, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial, alam sekitar, serta dunia dan peradabannya. Dari sisi kompetensi keterampilan, peserta didik mampu menjadi pribadi yang berkemampuan pikir dan tindak yang produktif dan kreatif dalam ranah konkret dan abstrak. Selanjutnya dari dimensi kompetensi pengetahuan, peserta didik mampu menjadi pribadi yang menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya dan berwawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan dan peradaban.
Untuk menghasilkan kompetensi lulusan yang demikian, maka proses pembelajaran menghendaki pola pembelajaran dengan mengedepankan pendekatan saintifik, yang berawal dari proses mengamati, menanya, mencoba, menalar dan mengkomunikasikan. Selanjutnya untuk menjamin ketercapaian masing-masing kompetensi maka model penilaian yang dipakai dalam pembelajaran adalah penilaian autentik. Penilaian ini merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai mulai dari masukan (input), proses, dan keluaran (output) pembelajaran, yang meliputi ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Penilaian autentik menilai kesiapan peserta didik, serta proses dan hasil belajar secara utuh. Keterpaduan penilaian ketiga komponen (input – proses – output) tersebut akan menggambarkan kapasitas, gaya, dan hasil belajar peserta didik, bahkan mampu menghasilkan dampak instruksional (instructional effects) dan dampak pengiring (nurturant effects) dari pembelajaran.
Relatif Baru
Kurikulum 2013 pendidikan khusus merupakan hal yang relatif baru.
Dianggap baru, karena kurikulum ini menjadi kurikulum pertama yang secara nasional mampu mengakomodir peserta didik berkebutuhan khusus dengan semua jenis kebutuhan khusus yang dimiliki dibandingkan dengan kurikulum sebelumnya yang hanya mengakomodir jenis kebutuhan khusus peserta didik tertentu saja, yaitu: tunanetra, tunarungu, tunadaksa dan tunalaras. Akibatnya, peserta didik berkebutuhan khusus dengan kebutuhan khusus selain itu menggunakan kurikulum yang dikembangkan secara mandiri oleh sekolah dan cenderung lepas arahan dan kontrol.
Dalam implementasi kurikulum 2013 pendidikan khusus, peserta didik dikelompokkan menjadi dua, yaitu peserta didik berkebutuhan khusus dengan hambatan ringan dan dengan hambatan sedang-berat. Hambatan yang dimaksud disini adalah hambatan kecerdasan, komunikasi dan interaksi, serta perilaku. Bagi peserta didik berkebutuhan khusus dengan hambatan ringan didorong untuk mengikuti proses pembelajaran di sekolah inklusif dengan
menggunakan kurikulum reguler dengan penyesuaian, sedangkan peserta didik berkebutuhan khusus dengan hambatan sedang-berat menggunakan kurikulum 2013 khusus baik di kelas khusus maupun di sekolah khusus. Selain itu, implementasi kurikulum 2013 pendidikan khusus menjadi lengkap dikarenakan program kebutuhan khusus menjadi bagian yang integral dalam kurikulum.
Faktor Keberhasilan
Tentu saja sebagai kurikulum baru di dunia pendidikan khusus, kurikulum 2013 harus dicarikan jalan agar berhasil diimplementasikan. Menurut Anita Lie (2012) dalam teori kurikulum, faktor keberhasilan suatu kurikulum merupakan proses panjang, mulai dari kristalisasi berbagai gagasan dan konsep ideal tentang pendidikan, perumusan disain kurikulum, persiapan pendidik dan tenaga kependidikan, serta sarana dan prasarana, tata kelola pelaksanaan kurikulum – termasuk pembelajaran – dan penilaian pembelajaran dan kurikulum.
Sementara itu menurut Kemdikbud RI (2013) ada dua faktor besar dalam ke- berhasilan kurikulum 2013. Pertama, penentu, yaitu kesesuaian kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan dengan kurikulum dan buku teks. PTK sebagai penentu yang memiliki andil besar dalam menyukseskan implementasi kurikulum 2013 harus meningkatkan kompetensi yang meliputi kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial. Keempat kompetensi ini mengandaikan guru selain unggul dalam logika dan estetika, juga memiliki keunggulan dalam etika. Hal ini dikarenakan, kurikulum 2013 menghendaki agar peserta didik setelah menyelesaikan program pembelajaran dan/atau satuan pendidikan memiliki karakter.
Untuk itu menurut Rahman (2013) yang perlu diingat selalu oleh para pendidik bahwa mereka itu bukanlah “superman”, yang mampu menyelesaikan persoalan pembelajaran dengan sendiri, tapi mereka adalah “supertim”. Karena itu dalam implementasi kurikulum 2013 pendidikan khusus, pendidik harus melakukan beberapa hal yang mendasar: (1) Perencanaan program bersama, (2) Pembagian tugas yang jelas dan seimbang, (3) Memahami
materi/kompetensi secara menyeluruh, dan (4) Bekerja dalam satu tim yang solid.
Kedua, faktor pendukung yang terdiri dari tiga unsur, yaitu: ketersediaan bahan ajar dan sumber belajar yang terintegrasi, penguatan peran pemerintah dalam pembinaan dan pengawasan serta penguatan manajemen dan budaya mutu sekolah.
Penutup
Implementasi kurikulum 2013 pendidikan khusus sampai saat ini bukan tanpa kendala. Antara lain adalah belum meratanya pemahaman dan kemampuan pendidik untuk mengimplementasikan kurikulum 2013 pada kelas sasaran (I, IV, VII dan X) dan belum tersalurkan buku pegangan guru dan siswa di beberapa daerah secara merata. Ditambah keberatan lain dari pihak yang kontra terhadap kurikulum 2013. Untuk itu langkah pemerintah melakukan sosialisasi, pelatihan dan pendampingan bagi pendidik agar memiliki kompetensi yang diharapkan kurikulum 2013 pendidikan khusus secara terus-menerus sampai saat ini dan upaya pemerintah untuk menyalurkan buku pegangan guru dan siswa dengan melibatkan beberapa institusi terkait perlu mendapatkan apresiasi.
Di atas semua itu tentu saja kurikulum 2013 pendidikan khusus diharapkan tidak berakhir bersamaan dengan berakhirnya masa kepemimpinan Presiden SBY-Boediono. Karena selama ini yang sering terjadi adalah ganti pemerintahan ganti pula kurikulum. Bila hal tersebut terjadi, ibarat bunga ia layu sebelum berkembang. Kekhawatiran ini tentunya bukan tanpa alasan. Sebab menurut definisi kurikulum yang disampaikan Oliva (1992): “Curriculum is a product of its time. Curriculum responds to and is changed by social forces, philosophical positions, psychological principles, accumulating knowledge, and educational leadership at its moment in history.”
Karena itu semoga kepemimpinan nasional Jokowi-JK mendatang dapat lebih arif dan holistik untuk melihat kurikulum 2013 pendidikan khusus serta melakukan upaya penyempurnaan dan evaluasi pelaksanaan kurikulum agar
tidak terkesan ‘sia-sia dan boros’ apatahlagi merugikan semua pihak pengguna kurikulum terutama peserta didik berkebutuhan khusus.InsyaAllah.Salam Luar Biasa.
(Tulisan telah dimuat di Harian Waspada Medan, 6 Oktober 2014)
View publication stats