A. Pedoman Interview
1. SejarahPondok Pesantren Al-Ikhlas Gudang Karang Rambipuji Jember 2. Data KeadaanPondok Pesantren Al-Ikhlas Gudang Karang Rambipuji
Jember
3. Kegiatan pembelajaran Pondok Pesantren Al-Ikhlas Gudang Karang Rambipuji Jember
4. UpayaKH. Anshori dalam menangani masalah santri di pondok pesantren Al-Ikhlash Gudang Karang Rambipuji
B. PedomanObservasi
1. LetakgeografisPondok Pesantren Al-Ikhlas Gudang Karang Rambipuji Jember
2. UpayaKH. Anshori dalam menangani masalah santri di pondok pesantren Al-Iklhash Gudang Karang Rambipuji
C. PedomanDokumentasi
1. SejarahPondok Pesantren Al-Ikhlas Gudangkarang Rambipuji Jember 2. Kondisifisik, saranadanprasarana
3. StrukturOrganisasi
4. Data Guru, Siswa, danTenagaAdministrasi 5. Denah/PetaLokasi Pondok Pesantren Al-Ikhlash
PedomanWawancara 1
Responden :Pengasuh Pondok Pesantren Al-Ikhlash
1. Menurut Kyai selaku pengasuh Pondok Pesantren Al-Ikhlash, bagaimanakah kegiatan yang ada di Pondok Pesantren ini ?
2. Bagaimanakah upaya Kyai untuk menangani masalah santri ?
3. Menurut Kyai apakah ustadz di pondok ini sudah melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan kurikulum yang telah ditetapkan ?
4. Bagaimana dengan kegiatan yang ada di pondok, apakah sudah sesuai dengan yang ditetapkan ?
5. Langkah apa yang Kyai lakukan untuk menangani masalah santri ?
PedomanWawancara 2
Responden :Pengurus Pondok Pesantren Al-Ikhlash
1. Bagaimanakah pendapat Bapak mengernai kegiatan di pondokPondok Pesantren Al-Ikhlash ini ?
2. Apakah Bapak dalam proses pembelajaran sudah melaksanakannya sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan ?
3. Dari sekian banyak kegiatan-kegiatan, apakah semua santri mengikuti ? 4. Apakah Bapak dalam proses pembelajaran memanfaatkan media atau bahan
pembelajaran yang ada di pondok ini ?
5. Bagaimanakah upaya Bapak untuk menangani masalah santri ?
1. Bagaimanakah Uatadz melaksanakan kegiatan yang ada di pondok ? 2. Apakah Ustadzmelaksanakan kegiatan sesuai dengan ketentuan ?
3. Strategi apa yang sering dilakukan Ustadz dalam proses pembelajaran ? apa alasannya ?
4. Apakah Ustadzmendapat masukan dari pengasuhpondok pesantren ? 5. Langkah apa yang Ustadz lakukan untuk menangani masalah santri ?
PedomanWawancara 4
Responden :Santri Pondok Pesantren Al-Ikhlash
1. Apakah pada setiap kegiatan akan dimulai membaca do’a ?
2. Bagaimanakah perasaan kalian ketika berada di pondokpesantren ? 3. Ketika belajar, apa ada kegiatan praktik ?
4. Apa Ustadz sering memberi PR/Tugas ?
5. Selain di sekolah, apakah di pondok juga belajar ?
GUDANG KARANG RAMBIPUJI JEMBER
Polsek Rambipuji
Ponpes Al Ikhlas SMPN 1
Rambipuji
Alun-Alun Rambipuji
Rumah
Pengasuh Dapur
Musholla
Asrama Putra Kantor
Umum
Kabupaten Jember tahun pelajaran 2016/2017.
Keberadaan Pondok Pesantren sebagai lembaga pendidikan keagamaan merupakan suatu realitas yang tidak dapat dipungkiri oleh siapa saja. Sepanjang sejarah yang dilaluinya, Pondok Pesantren terus menekuni bidang pendidikan dan menjadikannya sebagai sentral kegiatan sosial.
Kyai merupakan elemen paling penting dan esensial dari sebuah pesantren biasanya ia merupakan pendiri. Sudah sewajarnya bahwa pertumbuhan suatu pesantren bergantung kepada kemampuan Kyainya. kyai, sosok dipesantren dikenal dengan penguasa tunggal. Semua santri dan anak didiknya senantiasa hormat, patuh dan taat terhadap segala kebijakan dan aturan yang diprogamkan oleh Kyai.
Fokus masalah yang diteliti dalam skripsi ini adalah : 1) Bagaimana Upaya KH. Anshori dalam menangani masalah belajar di pondok pesantren Al-Ikhlash Gudang Karang Kecamatan Rambipuji Jember ?. 2) Bagaimana Upaya KH.
Anshori dalam menangani masalah kedisiplinan santri di pondok pesantren Al- Ikhlash Gudang Karang Kecamatan Rambipuji Jember ?. 3) Bagaimana Upaya KH.
Anshori dalam menangani masalah penyesuaian diri santri di pondok pesantren Al- Ikhlash Gudang Karang Kecamatan Rambipuji Jember ?
Untuk menjawab persaolan tersebut, metode dan prosedur penelitian yang penulis lakukan ini dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif. Dalam perjalanan mengumpulkan data, penulis menggunakan metode observasi, interview, dan dokumentasi. Sedangkan untuk analisisnya, penulis menggunakan teknis analisis deskriptif kualitatif, yaitu berupa data-data yang tertulis atau dari lisan orang, dan pengamatan ke tempat lokasi secara langsung, sehingga dalam hal ini penulis berupaya mengadakan penelitian yang bersifat menggambarkan secara menyeluruh tentang keadaan secara objektif. Lokasi penelitian di Pondok Pesantren Al-Ikhlash desa Gudang Karang Kecamatan Rambipuji Kabupaten Jember. Subyek penelitian terdiri dari pengasuh pondok pesantren Al-Ikhlash, para ustadz dan jajaran pengurus pondok pesantren Al-Ikhlash. Analisis datanya menggunakan analisis data deskriptif kualitatif, keabsahan datanya menggunakan tri angulasi sumber data.
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa Pertama, Upaya KH. Anshori dalam menangani masalah belajar santri yaitu dengan cara menganjurkan santri gemar untuk membaca dan gemar menghafalkan pelajaran, juga memberikan dan menanamkan nilai-nilai kesederhanaan baik dari segi ucapan, perbuatan dan tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari yang sesuai dengan Akhlak Rasulullah saw. Kedua, Upaya KH. Anshori dalam menangani masalah kedisiplinan santri yaitu menerapkan jadwal atau KBM (kegiatan belajar mengajar) pesantren dan harus di ta’ati dan dipatuhi, dengan membiasakan itu maka kedisiplinan itu akan tumbuh pada prilaku santri. Ketiga, Upaya KH. Anshori dalam proses penyesuaian diri pada santri yaitu dengan membekali santri dengan kegiatan-kegiatan untuk penyesuaian diri santri di pondok pesantren Al-Ikhlash Gudang Karang Rambipuji.
A.
Latar Belakang MasalahPondok pesantren merupakan lembaga islam tradisional, yang kelahirannya bukan saja terbatas pada bidang-bidang pendidikan, melainkan sebagai lembaga sosial keagamaan. Kelahirannya berkaitan erat dengan kondisi lingkungan suatu komunitas tertentu, sehingga bentuk dan fasilitas yang dimiliki tidak jauh dari kondisi masyarakat tersebut.
Perkembangan masing-masing pesantren di Indonesia memiliki akselerasi yang berbeda, dan gejala ini dapat diketahui dari faktor sosial budaya yang mempengaruhi masyarakat sekitar pondok pesantren itu sendiri. Perbedaan sosial budaya masyarakat menentukan tujuan berdirinya lembaga pesantren, sehingga dalam perkembangan selanjutnya masing-masing pondok pesantren memiliki arah berbeda, sesuai dengan kondisi kebutuhan masyarakat.1
Keberadaan pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam tradisional di Indonesia, khususnya di pulau jawa, pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan indegenous Islam yang mulai tumbuh dan berkembang sejak abad ke-15. Namun demikian pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan, masih belum banyak diketahui masyarakat secara
1 Sukamto, Kepemimpinan Kiyai Dalam Pesantren ( Jakarta : Pustaka LP3ES,1999), 139
mendalam, meski ia telah tumbuh cukup lama ditengah-tengah masyarakat Indonesia.2
Sejak awal kelahirannya, pesantren tumbuh dan berkembang di berbagai pedesaan. Keberadaan pesantren sebagai lembaga keislaman yang kental dengan karakteristik budaya Indonesia. Berdasarkan hal tersebut maka hingga saat ini pesantren memiliki pengaruh yang sangat kuat hampir bagi seluruh masyarakat muslim pedesaan.3
Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan yang tumbuh bersama dinamika masyarakat. Lembaga pendidikan ini juga kerap dipandang sebagai agen perubahan, karena keberadaannya mampu memberikan fasilitas pendidikan, terutama dasar dan menengah, yang sangat diperlukan di tengah masyarakat. Lokasi pendirian lembaga pendidikan ini tidak terkecuali, ada yang berada dikawasan sangat terpencil dan mayoritas berada di pedesaan.
Pesantren dimanapun ia berada, selalu melakukan hubungan yang erat dengan masyarakat sekitarnya khususnya santri. Ia merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan masyarakat dan santri, pesantren lahir dari dan untuk masyarakat juga santri. Hal itu dilakukan, karena pesantren memiliki sebuah tradisi agung yang diwariskan oleh para pendirinya, meniru gaya para wali songo yaitu mengkomunikasikan ajaran agama lewat bahasa yang cukup dimengerti oleh santri. Para wali songo selalu
2 Suharto, Babun, Dari Pesantren Untuk Umat Reiventing Eksistensi Pesantren di Era
Globalisasi,( Surabaya : Imtiyaz, 2011). 3
3 Abd A’la, Pembaharuan Pesantren (Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2006), 1.
meggunakan pendekatan komunikatif transformatif tanpa menafikan budaya yang berlaku di pondok pesantren, sehingga apa yang dilakukan dan diajarkan para wali songo menjadi mudah diserap, dimengerti dan diamalkan oleh santri.4
Secara khusus mengenai pondok pesantren untuk pembelajaran, pembinaan dan pengembangan pondok pesantren itu diarahkan untuk : a. Mendidik santri untuk menjadi anggota masyarakat, seorang muslim
yang bertaqwa kepada Allah SWT, berakhlaq mulia, memiliki kecerdasan, keterampilan dan sehat lahir batin sebagai warga negara yang ber pancasila.
b. Mendidik santri menjadi manusia muslim dan kader ulama serta mubaligh yang berjiwa ikhlash, tabah, tanggung, memilih semangat wiraswasta serta mengamalkan syariah Islam secara utuh dan dinamis.
c. Mendidik santri untuk memperoleh kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan agar dapat menumbuhkan manusia –manusia pembangunan bangsa dan negara.
d. Mendidik para santri agar dapat menjadi tenaga-tenaga penyuluh pembangunan macro(keluar), regional (pedesaan/masyarakat lingkungan) serta nasional.
4 Lutfil Hakim, Pesantren Transformatif: Upaya Menjawab Tantangan Masyarakat Modern (Jember: STAIN Jember Press, 2013), 4.
e. Mendidik para santri agar menjadi tenaga-tenaga yang cakap serta terampil dalam berbagai sektor pembangunan, khususnya pembangunan mental spiritual.
f. Mendidik para santri agar dapat memberi bantuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya dalam rangka usaha pembangunan masyarakat Indonesia.5
Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam yang bertujuan untuk tafaqquh fiddin (memahami agama) dan membentuk moralitas umat melalui pendidikan. Sampai sekarang, pesantren pada umumnya yang kaffah melaksanakan ajaran Islam secara konsisten dalam kehidupan sehari-hari.6
Pondok pesantren merupakan sistem pendidikan yang khas yang berkembang di seluruh pelosok tanah air (nusantara) dan pesantren juga menjadi model khas pendidikan Islam tertua di Indonesia.7 Sebagai bagian dari upaya mencerdaskan bangsa, pesantren merupakan wadah yang sangat unik dalam upaya menuntut ilmu agama dan umum, juga seringkali diarahkan pada keterampilan untuk praktis di masyarakat.8 Sebagaimana yang diungkapkan oleh Nawawi Hasani bahwa esensi dan fundamen pembentukan pondok pesantren adalah lembaga yang berfungsi untuk
5Zakiah Daradjat, dkk , Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta : Bumi Aksara,1984),99
6 Suharto, Babun, Dari Pesantren Untuk Umat Reiventing Eksistensi Pesantren di Era
Globalisasi,( Surabaya : Imtiyaz, 2011). 11
7Fachruddin Mangunjaya, Ekopesantren; Bagaimana Merancang Pesantren Ramah Lingkungan?., Cet. Pertama, (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2014), 48.
8 Jamal Ma’mun Asmani, Peran Pesantren dalam Kemerdekaan dan Menjaga NKRI, (Yogyakarta:
Aswaja Pressindo, 2016), 28.
membentuk para santrinya agar bertakwa kepada Allah SWT. sebagaimana didirikannya masjid yang termaktub dalam al-Qur’an surat al-Taubah ayat 108 :
ﺎَﻟ
ۡﻢُﻘَﺗ
ِﮫﯿِﻓ ﺪَﺑَأ
ۚا ٗ ◌
ۡﺴَﻤﱠﻟ
ٌﺪِﺠ
َﺲﱢﺳُأ ﻰَﻠَﻋ ٱ
ۡﻘﱠﺘﻟ
ٰىَﻮ
ۡﻦِﻣ
ِلﱠوَأ
ۡﻮَﯾ
ٍم ﱡﻖَﺣَأ نَأ
َمﻮُﻘَﺗ
ِۚﮫﯿِﻓ
ِﮫﯿِﻓ
لﺎَﺟِر ٞ ◌
َنﻮﱡﺒِﺤُﯾ نَأ
ْۚاوُﺮﱠﮭَﻄَﺘَﯾ
َو ٱ
ُﮫﱠﻠﻟ ﱡﺐِﺤُﯾ ٱۡﻟ
َﻦﯾِﺮﱢﮭﱠﻄُﻤ ١٠٨
Artinya: “Janganlah kamu bersembahyang dalam masjid itu selama- lamanya. Sesungguh- nya masjid yang didirikan atas dasar taqwa (masjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu sholat di dalamnya. di dalamnya masjid itu ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. dan Sesungguhnya Allah menyukai orang- orang yang bersih”.9
Pesantren merupakan lembaga yang didirikan sebagai media pengabdian kepada Allah Swt untuk menjunjung tinggi agama- Nya
( ِﷲا ِتﺎَﻤِﻠَﻛ ِءَﻼْﻋِﺈِﻟ
), di mana pesantren melakukan pengelolaan secara intens dalam rangka membentuk pribadi-pribadi yang bertakwa kepada Allah Swt. dan mengikuti petunjuk nabi Muhammad Saw., berpedoman kepada al-Qur’an dan Hadits serta mengikuti jejak dan langkah ulama’salaf saleh guna membangun peradaban Islam yang tinggi.10
Rancang bangun yang akan dicapai akan sesuai dengan yang terkonsep dalam Islam, yaitu berupa manusia seutuhnya dan umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia. Hal ini sebagaimana yang termaktub dalam al-Qur’an surat Ali Imran, ayat 110 :
9Departemen Agama , Al-Qur’an Dan Terjemahannya, Qs. Al-Taubah, 9: 108.
10 Moh. Achyat Ahmad, dkk., Mengapa Saya Harus Mondok di Pesantren?, Editor Ahmad Dairobi, (Pasuruan, Pustaka Sidogiri Pondok Pesantren Sidogiri, 1430 H), 184-185.
ۡﻢُﺘﻨُﻛ
ۡﯿَﺧ
َﺮ
ٍﺔﱠﻣُأ
ۡﺧُأ
ۡﺖَﺟِﺮ
ِسﺎﱠﻨﻠِﻟ
ۡﺄَﺗ
َنوُﺮُﻣ
ِﺑ ﭑۡﻟ
ۡﻌَﻤ
ِفوُﺮ
ۡﻨَﺗَو
ۡﻮَﮭ
َن
ِﻦَﻋ ٱۡﻟ
ِﺮَﻜﻨُﻤ
ۡﺆُﺗَو
َنﻮُﻨِﻣ
ِﺑ ﭑ
ِۗﮫﱠﻠﻟ
ۡﻮَﻟَو
َﻦَﻣاَء
ۡھَأ
ُﻞ ٱۡﻟ
َٰﺘِﻜ
ِﺐ
َنﺎَﻜَﻟ
ۡﯿَﺧ ٗ ◌ ﺮ ا
ۚﻢُﮭﱠﻟ
ۡﻨﱢﻣ
ُﻢُﮭ ٱۡﻟ
ۡﺆُﻤ
َنﻮُﻨِﻣ
ۡﻛَأَو
ُﻢُھُﺮَﺜ ٱۡﻟ
َٰﻔ
َنﻮُﻘِﺴ
١١٠
Artinya: “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik”.11
Kondisi ideal tersebut dalam perkembangannya ternyata tidak mengalami perjalanan yang mulus. Dalam menjalankan tugas dan fungsi utamanya, pesantren mendapat berbagai tekanan, baik dari internal maupun eksternal. Sebagaimana dijelaskan pada paragraf pertama, bahwa peradaban umat manusia yang semakin maju, ditandai temuan-temuan mutakhir di bidang sains, globalisasi, westernisasi dan sebagainya cukup memberikan tekanan (pressure) yang turut serta menentukan wajah dan arah pesantren di Nusantara. Wal hashil, pesantren di nusantara, Khususnya di Indonesia mengalami banyak tipologi. Keragaman tipologi pesantren ini merupakan bentuk resistensi, bentuk adaptasi/akomodasi pesantren dalam membuktikan bahwa dirinya tetap eksis di tengah-tengah peradaban yang kian mengalami perubahan.
Dalam konteks pendidikan, misalnya sistem pendidikan formal yang mengharuskan setiap lembaga formal (ingin diakui sebagai lembaga pendidikan formal oleh negara/ masyarakat umum), maka harus memenuhi
11 Departemen Agama , Al-Qur’an Dan Terjemahannya, Qs. Ali Imran, 3: 110.
kriteria-kriteria tertentu sesuai dengan aturan yang berlaku di lingkungan Kementerian Pendidikan Nasional (dahulu Dinas Pendidikan Dan Kebudayaan) yang notabene hampir seluruhnya sangat berbeda dengan prinsip-prinsip yang telah dipakai dalam proses pendidikan dan pembelajaran yang ada sejak dahulu.
Kenyataan-kenyataan tersebut kemudian menyebabkan pesantren memiliki berbagai tipologi. Ada pesantren yang masih mempertahankan tradisi salaf dan sepenuhnya menolak sistem pendidikan modern/ formal (sekolah dasar hingga perguruan tinggi), bahkan masih memakai kitab- kitab salaf (kitab kuning) dan menolak mengkaji kitab-kitab fiqh modern yang notabene moderat bahkan liberal. Sebagian lagi ada pesantren yang secara total meninggalkan tradisi salafnya dan merubah dengan sistem dan manajemen-manajemen pendidikan modern, melakukan hijrah menjadi pesantren modern. Kemudian, sebagian berikutnya ada pesantren yang mencoba memadukan antara mengakomodir sistem pendidikan modern (formal) dengan tetap mempertahankan tradisi-tradisi dalam pendidikan dan pembelajaran ala ponpes salaf sebagaimana sebelumnya.
Dalam berbagai modernisasi itulah, pendidikan merupakan sarana yang utama yang paling ampuh, sebab dengan pendidikanlah transfer ajaran-ajaran Islam dilakukan secara terencana dan sistematis.12 Tidak cukup sampai disini, dalam dunia pendidikan transfer ajaran-ajaran Islam
12 Ahmad Mutohar dan Nurul Anam, Manifesto Modernisasi Pendidikan Islam dan Pesantren (Jember: STAIN Jember Press, 2013). 2
diharapkan agar mencapai tujuan dari adanya transfer tersebut. Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan dari transfer ajaran-ajaran Islam maka diperlukan adanya metode dalam proses transfer tersebut.
Sebagai respon dari tantangan modernisasi tersebut pesantren hadir di tengah-tengah masyarakat sebagai lembaga yang bertipologi unik karena pesantren memiliki karakteristik tersendiri yang khas dalam membina santri untuk mencetak generasi yang berkulitas dalam menghadapi kemajuan zaman yang menggerus ajaran-ajaran Islam.
Lembaga pendidikan Islam, khususnya pesantren juga dapat menyelenggarakan pendidikan ataupun pembinaan keislaman untuk ikut berkontribusi dalam mencerdaskan anak bangsa. Hal ini sejalan dengan pengertian pendidikan dalam UU Sisdiknas No. 20/2003 pasal 30 ayat 3 dan 4, bahwa:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.13 Pendidikan keagamaan dapat diselenggarakan pada jalur pendidikan formal, nonformal, dan informal. pendidikan keagamaan berbentuk pendidikan diniyah, pesantren, pasrama, pabahaja samanera, dan bentuk lainnya.14
Berdasarkan dari pengertian tersebut, pesantren merupakan lembaga pendidikan yang ikut berperan aktif dalam upaya mencetak generasi yang cerdas, berakhlak mulia, terampil, dan religius. Sebagai
13 Undang-Undang Sisdiknas UU RI No. 20 Tahun 2003 (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), 3.
14 Ibid., 20.
lembaga pendidikan keagamaan (Islam), pesantren telah mampu mentransformasikan nilai-nilai keagamaan kepada masyarakat. Pesantren dengan berbagai elemen dasar seperti pondok, kitab-kitab klasik (kitab kuning), masjid, santri dan kyai telah berupaya membangun sebuah peradaban lewat tradisi “mengaji”. Kyai sebagai figur sentral memiliki peran yang sangat strategis dalam mentranformasikan sebuah pengetahuan keagamaan kepada santri melalui media komunikasi yang berlangsung selama 24 jam.
Obyek dari pendidikan pesantren meramu tiga konsep dasar yaitu aqidah, syariah dan akhlak, atau dalam terminologi Bloom sering disebut dengan kognitif, afektif dan psikomotorik. Ketiganya diramu secara utuh dimana antara pendidik dan terdidik terjadi interaksi penuh dalam kehidupan sehari-hari.15
Ketiga hal tersebut juga termasuk dalam ajaran agama Islam.
Aqidah adalah dasar pendidikan akhlak, dari aqidah yang kokoh senantiasa menghasilkan amal/ibadah, dan dengan ibadah akan menciptakan akhlakul karimah. Sementara syariat adalah sistem nilai yang yang merupakan inti dari ajaran Islam yang mencakup peribadatan kepada Allah.
Bilamana pendidikan Islam kita artikan sebagai proses, maka diperlukan adanya sistem dan sasaran atau tujuan yang hendak dicapai dengan proses melalui sistem tertentu. Hal ini karena proses pendidikan tanpa sasaran dan tujuan yang jelas berarti suatu oportunisme, yang akan
15 Hakim, Pesantren Transformatif,, 69-70.
menghilangkan nilai hakiki pendidikan. Oleh karena itu, proses yang demikian mengandung makna yang bertentangan dengan pekerjaan mendidik itu sendiri, bahkan dapat menafikan harkat dan martabat serta nilai manusia sebagai khalifah Allah di muka bumi, dimana aspek-aspek kemampuan individual (al-fardiyah), sosialitas (al-ijtimaiyah), dan moralitas (al-ahlaqiyah), merupakan hakikat kemanusiaannya (anthropologis centra). Dalam suatu proses, terdapat umpan balik (feedback) melalui evaluasi yang bertujuan memperbaiki mutu produk.16
Perbaikan dalam proses pendidikan menjadi sangat perlu untuk dibahas karena salah satu faktor untuk mewujudkan hasil pendidikan yang maksimal adalah dengan adanya perbaikan dalam proses pendidikan melalui evaluasi. Namun kenyataannya banyak dalam dunia pendidikan baik formal, nonformal maupun informal yang tidak melakukan evaluasi untuk perbaikan dalam proses pendidikan. Akibatnya, output yang dihasilkan hanya sebatas terisi dalam aspek kognitif sehingga mudah tergerus oleh budaya asing.
Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan agama Islam untuk mempelajari, memahami, menghayati serta mengamalkan ajaran islam dengan penekanan pentingnya moral keagamaan sebagai pedoman bertingkah laku dalam kehidupan sehari-hari. Hal itu merupakan salah satu alasan mengapa beberapa orang tua menyerahkan pendidikan anak- anaknya pada lembaga pondok pesantren. Mereka beranggapan pondok
16 Arifin, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), 23.
pesantren mampu memberi pendidikan agama yang optimal sehingga dapat membentuk santri menjadi pribadi yang baik dan bermoral. Dari sini di harapkan anak-anak dapat mengendalikan hawa nafsu, serta dapat menjalankan perintah agama, sehingga mereka menjadi pribadi yang berakhlaq mulia dan bertaqwa kepada Allah SWT.
Santri-santri yang masuk kepondok pesantren Al-Ikhlash itu memiliki latar belakang yang berbeda-beda, hal ini didukung oleh luasnya daerah asal santri, mulai dari daerah Panti, Antirogo, Kertonegoro, Bangsalsari dan sekitarnya hingga kota Ponorogo, Sragen dan Bawean madura. Mereka belajar dipondok ini karena mendapat informasi mengenai beberapa prestasi dari pondok pesantren. Beragamnya latar belakang ini tentu saja melahirkan beberapa perbedaan, baik itu berbeda karakter, adat istiadat dan bahasa, sehingga membutuhkan penyesuaian diri atau adaptasi pada santri. Kegagalan penyesuaian diri atau adaptasi akan menimbulkan masalah tersendiri, seperti santri merasa kurang nyaman dengan segala aturan dan tata tertib pondok pesantren, sehingga cenderung melakukan pelanggaran baik yang di sengaja maupun yang tidak di sengaja. Beberapa bentuk pelanggaran yang sering terjadi di pondok pesantren ini antara lain merokok, mencuri, berkelahi ataupun keluar pondok tanpa ijin.
Bimbingan Kyai merupakan pendidikan yang pertama dan utama ketika santri berada di pondok pesantren . Seperti : mengatur rutinitas jam belajar santri untuk menganjurkan gemar membaca dan menghafalkan
pelajarannya dan selalu mengontrol belajar santrinya agar santri tidak seenaknya sendiri. Terkadang santri tidak mau membaca dan menghafalkan pelajarannya justru malah ramai dan membuat gaduh didalam kelas, terkadang juga tidak masuk sekolah dengan alasan-alasan tertentu, ada yang alasan pusing, sakit dan masih banyak alasan-alasan yang lain. Baik buruknya santri sangat erat kaitannya dengan pendidikan yang diberikan oleh kyainya. Hal ini disebabkan karena perkembangan fitrah manusia banyak tergantung pada usaha pendidikan dan bimbingan kyai. Dengan demikian kyai diharapkan menyadari akan kewajiban dan tanggung jawabnya yang besar dan mulia terhadap santri-santrinya.
Setiap Kyai pasti berusaha untuk mengajarkan kedisiplinan kepada santri-santrinya dengan menanamkan perilaku yang baik dan menghindari perilaku yang tidak baik seperti, mengikuti dan melaksanakan jam belajar, menjaga kebersihan tempat tinggal dan lingkungannya, mengikuti kegiatan-kegiatan yang ada didalam pondok pesantren dan menjaga keamanan dan stabilitas pondok pesantren. Hal ini memang akan lebih mudah dilakukan jika santri mematuhi kemauan Kyainya. Namun demikian, tujuan utama dari kedisiplinan bukanlah hanya sekedar menuruti perintah atau aturan saja. Sedangkan tujuan pendidikan disiplin adalah agar setiap individu memiliki kedisiplinan jangka panjang, yaitu kedisiplinan tidak hanya didasarkan pada kepatuhan otoritas, tetapi lebih kepada pengembangan kemampuan untuk mendisiplinkan diri sendiri sebagai salah satu ciri kecerdasan dan kedewasaan santri .
Pendidikan yang dijalankan dalam sebuah lembaga pondok pesantren memang memiliki peraturan-peraturan tersendiri dalam mendisiplinkan para santri, hal ini merupakan sebuah realita yang penting untuk dibahas, karena proses dalam membentuk santri yang disiplin dan bisa adaptasi atau penyesuaian diri pada santri dalam pondok pesantren turut berperan dalam pembentukan pola pikir yang mencerdaskan, pola sikap yang dewasa dan mempunyai rasa tanggung jawab santri sehingga menjadikan kepribadian muslim sebagai umat yang terbaik. Berangkat dari hal ini peneliti merasa perlu untuk meneliti tentang upaya KH. Anshori dalam menangani permasalahan santri di pondok pesantren Al-Ikhlash Gudang karang kecamatan rambipuji kabupaten jember tahun pelajaran 2016-2017.
B. FOKUS PENELITIAN
Penelitian ini difokuskan pada masalah-masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana upaya KH. Anshori dalam Menangani Masalah Belajar santri di Pondok Pesantren Al-Ikhlash Gudang karang kecamatan rambipuji kabupaten jember tahun pelajaran 2016-2017 ?
2. Bagaimana upaya KH.Anshori dalam Menangani Masalah Kedisiplinan Santri di Pondok Pesantren Al-Ikhlash Gudang karang kecamatan rambipuji kabupaten Jember tahun pelajaran 2016-2017?
3. Bagaimana upaya KH. Anshori dalam Menangani Masalah Penyesuaian diri santri di Pondok Pesantren Al-Ikhlash Gudang
karang kecamatan rambipuji kabupaten Jember tahun pelajaran 2016- 2017 ?
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian berhubungan dengan rumusan masalah penelitian, yang dibuat secara spesifik,terbatas, dan dapat diperiksa dengan hasil penelitian. Ia merupakan muara dari suatu penelitian, dengan mengerahkan segala kemampuan peneliti untuk mencapai tujuan.17
Setiap penelitian memiliki tujuan dari tiap-tiap objek yang diteliti.
Tujuan penelitian merupakan gambaran tentang arah yang akan dituju dalam melakukan penelitian. Tujuan penelitian harus mengacu dan konsisten dengan masalah-masalah yang telah dirumuskan dalam rumusan masalah sebelumnya.18
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk Mendeskripsikan tentang upaya KH. Anshori dalam menangani masalah belajar di Pondok Pesantren Al-Ikhlash Gudang karang kecamatan rambipuji kabupaten jember tahun pelajaran 2016-2017.
2. Untuk Mendeskripsikan tentang upaya KH. Anshori dalam menangani masalah kedisiplinan santri di Pondok Pesantren Al-Ikhlash Gudang karang kecamatan rambipuji kabupaten jember tahun pelajaran 2016- 2017.
17Bisri, Cik Hasan.” Penuntun Peyusunan Rencana Penelitian Dan Penulisan Skripsi Bidang Ilmu Agama Islam’.( Jakarta:PT. Raja Grafindo, 2001),.32
18Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Jember: IAIN Jember Press, 2015), 45.
3. Untuk Mendeskripsikan tentang upaya KH. Anshori dalam menangani masalah penyesuaian diri santri di Pondok Pesantren Al-Ikhlash Gudang karang kecamatan rambipuji kabupaten jember tahun pelajaran 2016-2017.
D. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat merupakan suatu hal yang sangat penting, oleh karena itu dalam setiap penelitian diharapkan mendapat suatu hal yang bermanfaat.
Manfaat tersebut bisa bersifat teoritis dan praktis, kepada pihak-pihak yang terkait dalam penelitian ini.
Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dalam masalah menangani permasalahan-permasalahan santri.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini memiliki manfaat praktis bagi:
a. Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi peneliti dalam memperdalam dan mengembangkan metode yang dapat dipakai dalam suatu pembinaan keislaman untuk meningkatkan mutu dan kualitas keilmuan, baik dalam sebuah organisasi maupun dalam suatu lembaga pendidikan tertentu.
b. Mahasiswa IAIN Jember
Penelitian ini harapkan dapat menjadi tambahan referensi sekaligus sebagai rujukan bagi pembaca khususnya mahasiswa Fakultas Tarbiyah yang ingin mengembangkan kajian tentang masalah menangani permasalan-permasalahan santri.
c. Lembaga yang diteliti
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi secara konkrit kondisi objektif mengenai masalah menangani permasalahan-permasalahan santri dalam lembaganya sehingga dapat menjadi rujukan dan bahan evaluasi untuk meningkatkan belajar, kedisiplinan dan penyesuaian diri atau adaptasi pada santri ke depan.
E. DEFINISI ISTILAH
Definisi istilah berisi tentang pengertian istilah-istilah penting yang menjadi fokus perhatian peneliti dalam judul penelitian.19 Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi kesalahpahaman tehadap makna istilah yang dimaksud oleh peneliti.
19 Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, 45.
Beberapa istilah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Upaya Kyai
Upaya kyai adalah suatu usaha yang dilakukan oleh orang yang memiliki lembaga pondok pesantren dan orang yang menguasai pengetahuan agama serta secara konsisten menjalankan ajaran-ajaran agama. Tetapi ada lagi sebutan kyai yang ditujukan kepada orang mereka yang mengerti tentang ilmu agama, tanpa memiliki lembaga pondok pesantren atau tidak menetap dan mengajar di pondok pesantren. Kyai merupakan elemen paling esensial dari suatu Pesantren. Ia sering kali bahkan merupakan pendirinya. Sudah sewajarnya bahwa pertumbuhan suatu pesantren semata-mata bergantung pada kemampuan pribadi kyainya. Selain itu, istilah kyai seringkali digunakan untuk menyebut seseorang yang berusia relatif tua, lelaki disebut Yai, dan perempuan disebut Nyai.20
Menurut asal-usulnya,perkataan kyai dipakai untuk ketiga jenis jelar yang saling berbeda:
1. Sebagai gelar kehormatan bagi barang-barang yang dianggap keramat;
umpamanya, “ Kyai Garuda Kencana “ dipakai untuk sebutan kereta emas yang di keraton yogyakarta.
2. Gelar kehormatan untuk orang-orang tua pada umumnya.
20Sukamto, Kepemimpinan Kyai dalam Pesantren (Jakarta: Pustaka LP3ES, 1999), 85.
3. Gelar yang diberikan oleh masyarakat kepada seorang ahli agama islam yang memiliki atau menjadi pemimpin pesantren dan mengajarkan kitab-kitab Islam klasik kepada para santrinya. Selain gelar kyai, ia juga sering disebut seorang alim (orang yang dalam pengetahuan Islamnya).21
Kyai merupakan guru, pendidik, leader pesantren, karena merekalah yang selalu membimbing, mengarahkan, dan mendidik para santri.22 Kyai dalam pengertian umum merupakan pendiri dan pemimpin pondok sebagai orang muslim terpelajar membaktikan hidupnya dan menyebarluaskan serta memperdalam ajaran-ajaran dan pandangan islam melalui kegiatan pendidikan.23
2. Masalah Belajar Santri
Masalah belajar santri adalah sesuatu masalah yang berkaitan atau berhubungan didalam belajar santri yang harus diselesaikan atau dipecahkan kepada anak didik yang ada dalam sebuah lembaga pendidikan pondok pesantren yang bertujuan untuk memperdalam keilmuan tentang Islam baik yang mukim maupun yang kalong.24
21Zamakhsayari Dhofier. Tradisi Pesantren Studi Pandangan Hidup Kyai dan Visinya Mengenai Masa Depan Indonesia( Jakarta: pustaka LP3ES. 2011). 93
22 Ainur Rafik, Pembaharuan Pesantren Respons Terhadap Tuntutan Transformasi Global,
(STAIN Jember Press.2012), 19
23Nuruddin, Sketsa Kurikulum bahasa arab di pesantren.(STAIN Jember Press.2013). 26
24 Sukamto, Kepemimpinan Kyai dalam Pesantren (Jakarta: Pustaka LP3ES, 1999), 97.
Perlu diketahui bahwa, menurut tradisi pesantren, santri terdiri dari dua:
1. Santri mukim, yaitu murid-murid yang berasal dari daerah yang jauh dan menetap dalam kelompok pesantren.
2. Santri kalong, yaitu murid-murid yang berasal dari desa-desa di sekitar pesantren, biasanya tidak menetap dalam pesantren.25
Santri menurut pengertian yang dipakai dalam lingkungan orang- orang pesantren, seorang alim hanya bisa disebut kyai bilamana memiliki pesantren dan santri yang tinggal dalam pesantren untuk mempelajari kitab-kitab Islam klasik.26 Istilah santri yang dimaksud dalam penelitian ini adalah orang yang sedang bermukim maupun yang kalong untuk memperdalam ilmu pengetahuan tentang agama dipondok pesantren Al- Ikhlash.
Berdasarkan beberapa definisi istilah tersebut yang dimaksud dengan judul penelitian“ UPAYA KH. ANSHORI DALAM MENANGANI MASALAH SANTRI DI PONDOK PESANTREN AL- IKHLASH GUDANG KARANG KECAMATAN RAMBIPUJI KABUPATEN JEMBER TAHUN PELAJARAN 2016-2017 ” adalah cara yang ditempuh oleh KH. Anshori, S,Pd.I sebagai pengasuh lembaga pondok pesantren Al-Ikhlash dalam memproses pembelajaran untuk meningkatkan belajar, kedisiplinan dan penyesuaian diri pada santri guna
25Zamakhsayari Dhofier. TRADISI PESANTREN . 89
26Ibid . 88
untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan keilmuan santri tentang pengetahuan Islam.
F. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan berisi tentang deskripsi alur pebahasan skripsi yang dimulai dari bab pendahuluan hingga bab penutup, Format penulisan sistematika pembahasan adalah bentuk deskriptif naratif bukan bentuk daftat isi.27 Gambaran umum secara singkat dari pembahasan skripsi ini adalah:
Bab satu pendahuluan, bab ini membahas tentang deskripsi tentang latar belakang, kemudian dilanjutkan dengan fokus penelitian, diuraikan pula tentang tujuan penelitian, manfaat penelitian secara teoritis maupun praktis, definisi istilah dan diakhiri sistematika pembahasan.
Bab dua kajian kepustakaan, bab ini berisi tentang penelitian terdahulu sebagai perbandingan untuk menyusun kepustakaan dan kajian teori sebagai pendukung karya ilmiah ini. Dilanjutkan kerangka teoritik tentang perkembangan pondok pesantren, pendidikan ala pesantren, dan alternatif-alternatif metode/ kebijakan yang bisa ambil pesantren dalam upaya KH. Anshori dalam menangani masalah santri.
Bab tiga metode penelitian, bab ini membahas tentang pendekatan dan jenis penelitian, lokasi penelitian, subyek penelitian, teknik pengumpulan data, analisis data dan tahap-tahap penelitian.
27 STAIN, Pedoman Penulisan, 73
Bab empat merupakan penyajian data dan analisis yang tersusun dari gambaran obyek penelitian, penyajian data dan analisis serta pembahasan temuan.
Bab lima penutup, yang terdiri dari kesimpulan dan saran. Bab ini merupakan akhir dari penulisan karya ilmiah dan merupakan kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan, dan sebagai akhir dari penelitian ini ditutup dengan saran-saran serta daftar pustaka.
A. Kajian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang relevan bertujuan untuk survei secara sungguh-sungguh mengenai apa yang telah diketahui oleh seseorang dalam bidang yang diteliti. Beberapa kajian studi yang di kembangkan antara lain : a. Zaki, 2013, Upaya KH. Chotib Umar Dalam Meningkatkan Belajar Santri
di Pondok Pesantren Raudhotul Ulum Desa Sumber Wringin Kecamatan Sukowono Jember Tahun Ajaran 2012/2013.29
Jenis penelitian ini menggunakan kualitatif, penentuan informan menggunakan dialog langsung, sedangkan metode pengumpulan data menggunakan interview dan dokumentasi.Hasil penelitiannya bahwa upaya dalam meningkatkan belajar kepada peserta didik atau santri dikalangan pesantren dengan meningkatkan dan membiasakan santri berperilaku sesuai tatakrama yang ada di pesantren.
Sedang persamaan penelitian ini dengan penelitian yang sayalakukan adalah sama-sama meneliti tentang”Upaya Meningkatkan Belajar Santri di Pondok Pesantren”. Perbedaannya yaitu dari kajian terdahulu lebih difokuskan pada upaya meningkatkan belajar bagi peserta didik yang berbasis pesantren sedangkan penelitian yang saya lakukan adalah lebih difokuskan pada penanganan masalah-masalah santri yang ada di pondok pesantren Al-Ikhlash.
29Zaki , Upaya KH. Chotib Umar Dalam Meningkatkan belajar Santri di Pondok Pesantren Raudhotul Ulum Desa Sumber Wringin Kecamatan Sukowono JemberTahun Ajaran 2012/2013”, (Skripsi, IAIN Jember, 2013).
b. Kholilah , 2014, Upaya KH. Taufiqur Rohman Dalam Mendisiplinkan Santri di Pondok Pesantren Panggung Tulung Agung 2013/2014.30
Jenis penelitian ini menggunakan kualitatif, dalam menentukan sampel dan populasi menggunakan purposive sampling dan metode yang digunakan dalam pengumpulan data dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi.Sedangkan metode analisa menggunakan reflecting thinking.
Hasil penelitiannya, bahwa upaya KH. Taufiqur Rohman dalam mendisiplinkan santri sangat berperan penting dalam membiasakan diri santri untuk selalu menanamkan rasa tanggung jawab dalam diri santri, Sebab, melalui kedisiplinan tersebut santri dapat memiliki ketangguhan spiritual keagamaan yang pada gilirannya akan terdorong untuk mengikuti aturan- aturan agama dalam kehidupan mereka.
Sedang persamaan dalam penelitian ini dengan penelitian saya adalah sama-sama meneliti tentang”Upaya Dalam Mendisiplinkan Santri di Pondok Pesantren”. Sedangkan perbedaan penelitian terletak pada variable penelitian, yaitu dalam penelitian terdahulu meneliti tentang Upaya KH. Taufiqur Rohman mendisiplinkan santri, namun pada penelitian yang saya lakukan adalah lebih di fokuskan pada upaya KH. Anshori dalam menangani masalah Santri di pondok pesantren Al-Ikhlash Gudang Karang Rambipuji.
30Kholilah,KH. Taufiqur Rohman Dalam Mendisiplinkan Santri di Pondok Pesantren Panggung Tulung Agung 2013/2014,Jurusan Pendidikan Agama Islam, FakultasTarbiyah DanIlmuKeguruan,Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Tulungagung [email protected].
c. Adi Wijaya, 2010, Upaya KH. Abdul Manaf Dalam Meningkatkan Kualitas Sumberdaya Manusia di Pondok Pesantren Nurul Hidayah Purworejo Tahun 2009/2010.31
Jenis penelitian ini menggunakan kuantitatif dan metode yang digunakan dalam pengumpulan data: obsevarasi, angket, interview dan dokumentasi.
Hasil penelitiannya, bahwa dalam meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dalam pembinaan santri terdapat pada aspek di bidang keagamaan dan kualitas intelektual. Sedang persamaan penelitian ini dengan penelitian saya adalah sama-sama meneliti tentang upaya”Dalam Meningkatkan Kualitas Sumberdaya Manusia di Pondok Pesantren”. Namun perbedaannya terletak pada variabel penelitian, dalam kajian terdahulu meneliti tentang upaya KH.
Abdul Manaf dalam meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, sedangkan pada penelitian yang saya lakukan adalah meneliti tentang upaya KH.Anshori dalam menangani masalah santri dipondok pesantren Al-Ikhlash.
d. Khoiron Nuri, 2010, “Upaya KH. Nur Khotib Dalam Pembinaan Life Skill (kecakapanhidup) Santri Melalui Kegiatan Ekstrakulikuler DiPondok Pesantren Al-Hikmah Pedurungan Semarang.32
Jenis penelitian ini menggunakan kuantitatifmetode yang digunakan dalam teknik pengumpulan data observasi, wawancara, dan
31 Adi Wijaya, Fakultas Tarbiyah Iain Walisongo Ilmu Tarbiyah Jurusan PAI pada Tahun 2010.
32Khoiron Nuri, 2010, “Upaya KH. Nur Khotib Dalam Pembinaan Life Skill (kecakapan hidup) Santri Melalui Kegiatan Ekstrakulikuler Di Pondok Pesantren Al-Hikmah Pedurungan Semarang”, Fakultas Tarbiyah, Institut Agama Islam Negeri Walisongo, Semarang,2010.
dokumenter.Analisa data menggunakan analisa data reflektifthinking, sedangkan keabsahan datanya menggunakan triangulasi.
Hasil penelitian:1)Upaya KH. Nur Khotib dalam pembinaan kecakapan/ketrampilan hidup (life skill) santri di pondok pesantren Al-Hikmah Pedurungan Semarang dengan menggunakan sistem keterpaduan antara ilmu umum dan ilmu agama. Upaya-upaya dalam mencetak santri yang profesional shalihin-shalihat, Yaitu: a) Mengoptimalkan pendidikan agama melalui pengkajian kitab-kitab kuning.b)Mengajarkan pendidikan dakwah.2)Bentuk- bentuk kegiatan pembinaan ketrampilan hidup(life skill)santri di pondok pesantren Al-Hikmah Pedurungan Semarang,yaitu: a) Pencak silat pagar nusa.
b) Hadrah. c) Qiro’at. d) Pidato. e) Membawa acara. f) Koperasi santri.
Sedang persamaan penelitian ini dengan penelitian saya lakukan sama- sama meneliti tentangupaya KH. Nur Khotibdalam pembinaan kualitas santri, pendekatan dan jenis penelitian yang sama-sama menggunakan kualitatif.
Namun perbedaannyapeneliti dalam penelitian initerletak pada variabel- variabel penelitian, dalam kajian terdahulu meneliti tentangUpaya KH. Nur Khotib Dalam Pembinaan Life Skill (kecakapan hidup) Santri Melalui Kegiatan Ekstrakulikuler diPondok Pesantren Al-Hikmah Pedurungan Semarang,sedangkan pada penelitian yang saya lakukan adalah meneliti tentang upaya KH.Anshori dalam menangani masalah santri dipondok pesantren Al-Ikhlash.
Tabel 1.1
Persamaan dan perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan peneliti
NO NAMA JUDUL PERSAMAAN PERBEDAAN HASIL 1 Zaki,
Skripsi 2013
Upaya KH.
Chotib Umar Dalam Meningkatka n Belajar Santri di Pondok Pesantren Raudhotul Ulum Desa Sumber Wringin Kecamatan Sukowono Jember Tahun Ajaran 2012/2013
Sama
menggunakan penelitian Kualitatif.
Membahas tentang Upaya Kyai.
Lokasi penelitian.
Tahun penelitian.
Fokus pada upaya
meningkatkan belajar bagi santri.
Upaya dalam meningkat kan belajar kepadasan tridikalang an
pesantren dengan meningkat kan dan membiasa kan santri berperilak u sesuai tatakrama yang ada di
pesantren.
2 Kholilah Skripsi, 2014
Upaya KH.
Taufiqur Rohman Dalam Mendisiplink an Santri di Pondok Pesantren Panggung Tulung Agung 2013/2014
Sama-sama menggunakan Jenis penelitian Kualitatif.
Membahas tentang Upaya Kyai.
Lokasi penelitian.
Tahun penelitian.
Perbedaan penelitian terletak pada variabel-variabel penelitian.
Fokus dalam mendisiplinkan santri.
Dalam mendisipli nkan santri untuk selalu menanamk an rasa tanggung jawab dalam diri santri.
3 Adi Wijaya, Skripsi, 2014
Upaya KH.
Abdul Manaf Dalam Meningkatka n Kualitas Sumberdaya Manusia di Pondok Pesantren Nurul Hidayah
Sama-sama menggunakan jenis penelitian kualitatif.
Membahas tentang Upaya Kyai.
Lokasi penelitian.
Tahun penelitian.
perbedaan penelitian terletak pada variabel-variabel penelitian.
Fokus dalam meningkatkan
Dalam pembinaan santri di bidang keagamaa n dan kualitas intelektual
Purworejo Tahun 2009/2010
kualitas sumberdaya santri.
4 Khoiron Nuri, Skripsi, 2010
Upaya KH.
Nur Khotib Dalam Pembinaan Life Skill (kecakapanhi dup) Santri Melalui Kegiatan Ekstrakulikul er DiPondok Pesantren Al- Hikmah Pedurungan Semarang
Sama-sama menggunakan jenis penelitian kualitatif.
Membahas tentang upaya Kyai.
Lokasi penelitian.
Tahun penelitian.
Perbedaan penelitian terletak pada variabel-variabel penelitian.
Fokus dalam pembinaan life skill
(kecakapanhidu p) santri melalui kegiatan
ekstrakulikuler diPondok Pesantren.
Mencetak santri yang profesiona l shalihin- shalihat.
Membentu k-bentuk kegiatan pembinaan ketrampila n hidup (life skill) santri di pondok pesantren Al- Hikmah Pedurunga n
Semarang.
B. Kajian Teori
A. Pondok Pesantren
1. Unsur-unsur Pondok Pesantren
Untuk memberi definisi sebuah pondok pesantren, harus kita melihatmakna perkataannya.Kata pondok berarti tempat yang dipakai untuk makandan istirahat.Istilah pondok dalam konteks dunia pesantren berasal daripengertian asrama-asrama bagi para santri. Perkataan pesantren berasal darikata santri, yang dengan awalan pe di depan dan akhiran an berarti tempattinggal para santri.33Maka pondok pesantren adalah asramatempat tinggal para santri. Menurut Wahid, “Pondok pesantrenmirip dengan akademi militer atau biara (monestory, convent) dalam artibahwa mereka yang berada di sana mengalami suatu kondisi totalitas”.
Pondok pesantren secara definitif tidak dapat diberikan batasan yangtegas, melainkan terkandung fleksibilitas pengertian yang memenuhi ciri-ciriyang memberikan pengertian pondok pesantren.Jadi pondok pesantren belumada pengertian yang lebih konkrit, karena masih meliputi beberapa unsuruntuk dapat mengartikan pondok pesantren secara komprehensif.Pesantren adalah suatu lembaga pendidikan Islam yang telah tua sekali usianya, telah tumbuh sejak ratusan tahun yang lalu, yang
33 Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren, Studi Pandangan Hidup kyai dan Visinya mengenai Masa depan Indonesia (Jakarta: LP3ES, 2011), 41.
setidaknya memilikii lima unsur pokok, yaitu kyai, santri, pondok, mesjid dan pengajaran ilmu-ilmu agama.34
Maka dengan demikian sesuai dengan arus dinamika zaman, definisiserta persepsi terhadap pesantren menjadi berubah pula.Kalau pada tahapawalnya pesantren diberi makna dan pengertian sebagai lembaga pendidikantradisional, tetapi saat sekarang pesantren sebagai lembaga pendidikantradisional tidak lagi selamanya benar.
Saat itu di Indonesia ada ribuan lembaga pendidikan Islam terletak diseluruh nusantara dan dikenal sebagai dayah dan rangkang di Aceh, surau diSumatra Barat, dan pondok pesantren di Jawa.35Pondokpesantren di Jawa itu membentuk banyak macam-macam jenis.Perbedaanjenis-jenis pondok pesantren di Jawa dapat dilihat dari segi ilmu yangdiajarkan, jumlah santri, pola kepemimpinan atau perkembangan ilmuteknologi.Namun demikian Dhofier, ada unsur-unsur pokokpesantren yang harus dimiliki setiap pesantren. Unsur-unsur pokok pesantren,yaitu kyai. masjid, santri, pondok dan kitab Islam klasik (atau kitab kuning),adalah elemen unik yang membedakan sistem pendidikan pesantren denganlembaga pendidikan lainnya. Unsur-unsur inilah yang nantinya membentukkesadaran pesantren dalam merespons setiap problem kehidupan yang terjadidi dalam masyarakat, tidak terkecuali problem kemiskinan di dalamnya.
34Haidar Putra Daulay, Dinamika Pendidikan Islam (Bandung: Citapustaka, 2004), 113.
35 Azra, Azumardi. Esei-Esei Intelektual Muslim dan Pendidikan Islam (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2001), 70.
a. Kyai
Istilah kyai bukan berasal dari bahasa Arab, melainkan dari bahasaJawa.Dalam bahasa Jawa, perkataan kyai dipakaiuntuk tiga jenis gelar yang berbeda, yaitu: 1.sebagai gelar kehormatan bagibarang-barang yang dianggap keramat; contohnya, “kyai garuda kencana”dipakai untuk sebutkan kereta emas yang ada di Kraton Yogyakarta;2.gelar kehormatan bagi orang-orang tua pada umumnya; 3.gelar yangdiberikan oleh masyarakat kepada orang ahli agama Islam yang memilikiatau menjadi pimpinan pesantren dan mengajar kitab-kitab Islam klasikkepada para santrinya.36Dalam fungsinya di pesantrenkyai biasanya mempunyai 2 tugas, yaitu; -sebagai pemimpin pesantren(pengasuh pesantren), dan - sebagai pengajar yang mengajarkan kitab-kitabkuning di pesantren.
Dalam buku yang ditulis oleh Dhofir menyebutkan bahwa,Seorang kyai mempunyai peran penting dalam pendirian, pertumbuhan,perkembangan dan pengurusan sebuah pesantren, berarti beliau merupakanunsur yang paling esensial dalam sebuah pesantren. Di samping itu juga didalamnya ditulis tentang hubungan dan kekerabatan genealogi sosial parakyai pemimpin sebuah pesantren dengan pesantren lain. Sebagaimanadijelaskan di dalamnya, bahwa para kyai selalu menaruh perhatianistimewa terhadap putera-putera mereka sendiri untuk dapat menjadipengganti pemimpin pesantren mereka. Jika seorang kyai mempunyaianak laki-laki lebih dari satu, biasanya ia mengaharapkan anak
36 Dhofier, Tradisi Pesantren, 55.
tertua dapatmenggantikan kedudukannya sebagai pemimpin pesantren setelah iameninggal, sedangkan anak laki-lakinya yang lain dilatih untuk dapatmendirikan suatu pesantren yang baru, atau dapat menggantikankedudukan mertuanya yang kebanyakan juga memimpin pesantren, parakyai juga mengawinkan putrinya yang para muridnya yang pandai,terutama jika murid-murid tersebut juga anak atau kerabat dekat seorangkyai, sehingga dengan demikian murid-murid tersebut dapat dipersiapkansebagai calon potensial untuk menjadi pemimpin pesantren.
Dengan carainilah, para kyai saling terjalin dalam ikatan kekerabatan yang intensitastali-temalinya sangat kuat.
Sebagai pemimpin pesantren, watak dan keberhasilan pesantrenbanyak bergantung pada keahlian dan kedalaman ilmu, kharisma danwibawa, serta kelihaian/ ketrampilan kyai dalam memimpin.Dalamkonteks ini, pribadi kyai sangat menentukan sebab dia adalah tokoh sentraldalam pesantren.37
b. Masjid
Masjid secara bahasa adalah tempat ibadah untuk bersujud (shalat) kepada Allah SWT, baik berupa shalat maktubah ataupun shalat jum’at.Hubungan pendidikan Islam dan masjid sangat dekat dan eratdalam tradisi Islam di seluruh dunia.Dahulu, kaum muslimin selalu memanfaatkan masjid untuk tempat beribadah dan juga sebagai tempatlembaga pendidikan Islam.Sebagai pusat kehidupan rohani, sosial
37 Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia : Lintasan Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangannya (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1999), 144.
danpolitik, dan pendidikan Islam.Masjid merupakan aspek kehidupan sehari-hariyang sangat penting bagi masyarakat. Dalam rangka sebuahpesantren, masjid dianggap sebagai “tempat yang paling tepat untukmendidik para santri, terutama dalam praktek sembahyang lima waktu,khutbah, dan sembahyang Jum’at, dan pengajaran kitab-kitab Islam klasik”.38
Biasanya yang pertama-tama didirikan oleh seorangkyai yang ingin mengembangkan sebuah pesantren adalah masjid.Masjiditu biasanya terletak dekat atau di belakang rumah kyai.Masjid adalah tempat suci (rumah Allah) yang difungsikan sebagaipusat segala bentuk kegiatan yang mencerminkan kepatuhan kepada Allah.
Melihat fungsi masjid yang begitu suci, maka dalam pembangunan masjid tersebut harus didasarkan dengan niat yaitu berdasarkan dengan ketaqwaan dan keikhlasan, semata-mata mengharap pahala dan balasan dari Allah semata.
c. Santri
Santri adalah orang yang belajar di pesantren.Sedangkan oleh Dhofir, hal tersebut disebabkan karena:
a) ingin mempelajari kitab-kitab yang membahas Islam secara lebih mendalam
b) ingin memperoleh pengalaman kehidupan pondok pesantren baik dalam pengajaran maupun keorganisasian.
38 Dhofier, Tradisi Pesantren, 49.
c) ingin memusatkan studinya di pesantren tanpa disibukkan oleh kewajiban-kewajiban sehari-hari di rumah. Di samping itu dengan tinggal di sebuah pondok pesantren yang jauh dari rumah, ia tidak mudah pulang bolak-balik meskipun kadang-kadang meninggalkannya.
d) setelah ia selesai menagjar di pondok pesantren ia diharapkan menjadi seorang alim yang dapat mengajar kitab-kitab dan memimpin masyarakat dalam kegiatan keagamaan.39
Santri juga merupakan unsur yang penting sekali dalam perkembangan sebuah pesantren, karena langkah pertama dalam tahap- tahap membangun pesantren adalah bahwa harus ada murid yang datang untuk belajar kepada seorang alim.Kalau murid itu sudah menetap dirumah seorang alim, baru seorang alim itu bisa disebut kyai dan mulai membangun fasilitas lebih lengkap yaitu didirikannya asrama pondok.
Santri biasanya terdiri dari dua kelompok, yaitu santri kalong dansantri mukim.Santri kalong merupakan bagian santri yang tidak menetapdalam pondok, tetapi pulang ke rumah masing-masing sesudah selesaimengikuti suatu pelajaran di pesantren.Santri kalong biasanya berasal daridaerah-daerah sekitar pesantren, jadi tidak keberatan kalau sering pulangpergi.Maka santri mukim ialah putera atau puteri yang menetap dalampondok pesantren dan biasanya berasal dari daerah jauh. Pada masa lalu,kesempatan untuk pergi dan menetap di sebuah pesantren yang
39Ibid., 52.
jauhmerupakan suatu keistimewaan bagi santri, karena dia harus penuh dengancita-cita dan sungguh-sungguh, memiliki keberanian yang cukup dan siapmenghadapi sendiri tantangan yang akan dialaminya selama hidup dipesantren.40
d. Pondok
Definisi singkat istilah „pondok adalah tempat sederhana yangmerupakan tempat tinggal kyai bersama para santrinya.41 Di Jawa, besarnya pondok tergantung pada jumlah santrinya.Adanya pondok yang sangat kecil dengan jumlah santri kurang dari seratussampai pondok yang memiliki tanah yang luas dengan jumlah santri lebihdari tiga ribu. Tanpa memperhatikan berapa jumlah santri, asrama santriwanita selalu dipisahkan dengan asrama santri laki-laki.
Komplek sebuah pesantren memiliki gedung-gedung selain dariasrama santri dan rumah kyai, termasuk perumahan ustadz, gedungmadrasah, lapangan olahraga, kantin, koperasi, lahan pertanian dan/ataulahan pertenakan. Kadang-kadang bangunan pondok didirikan sendiri olehkyai dan kadang-kadang oleh penduduk desa yang bekerja sama untukmengumpulkan dana yang dibutuhkan.
Salah satu niat pondok selain dari yang dimaksudkan sebagai tempat asrama para santri adalah sebagai tempat latihan bagi santri untuk mengembangkan ketrampilan kemandiriannya agar mereka siap hidup mandiri dalam masyarakat sesudah tamat dari pesantren. Santri harus
40 Ibid.,
41 Hasbullah, Sejarah Pendidikan, 142.
memasak sendiri, mencuci pakaian sendiri dan diberi tugas sepertimemelihara lingkungan pondok.
Sistem asrama ini merupakan ciri khas tradisi pesantren yangmembedakan sistem pendidikan pesantren dengan sistem pendidikan Islamlain seperti sistem pendidikan di daerah Minangkabau yang disebut surauatau sistem yang digunakan di Afghanistan.42
e. Kitab-Kitab Islam Klasik
Sebagaimana disebutkan diatas bahwa pesantren salaf merupakanjenis pesantren yang tetap mempertahankan dan hanya menyelenggarakan pengajaran kitab-kitab Islam klasik sebagai kajian inti pendidikannya.Danmemakai sistem sorogan dan bandongan sebagai pola pendidikannya.Kitab yang dikaji biasanya kita-kitab islam klasik yang kebanyakan masihberupa Korasan (seperti koran, tanpa dijilid). Kitab-kitab tersebut padaumunya dikarang oleh para ulama negara Arab terdahulu yang ditulis berabad-abad lalu43 dan termasuk pelajaranmengenai macam-macam ilmu pengetahuan agama Islam dan BahasaArab.Dalam kalangan pesantren, kitab-kitab Islam klasik tersebut diIndonesia sering disebut kitab kuning oleh karena warna kertas edisi-edisikitab kebanyakan berwarna kuning.
Menurut Dhofier, “Pada masa lalu, pengajaran kitab-kitab Islam klasik merupakan satu-satunya pengajaran formal yangdiberikan dalam lingkungan pesantren.” Pada saat ini, kebanyakanpesantren telah mengambil pengajaran pengetahuan umum sebagai suatubagian yang juga penting dalam
42Dhofier, Tradisi Pesantren, 45.
43 Martin Van Bruinessen, Kitab Kuning, Pesantren dan Tarekat (Bandung: Mizan, 1995),17.
pendidikan pesantren, namun pengajarankitab-kitab Islam klasik masih diberi kepentingan tinggi.44 Pada umumnya,pelajaran dimulai dengan kitab-kitab yang sederhana, kemudiandilanjutkan dengan kitab-kitab yang lebih mendalam dan tingkatan suatupesantren bisa diketahui dari jenis kitab-kitab yang diajarkan.45
Kitab kuning di pesantren biasanya tidak hanya mencakup ilmu- ilmutafsir (ulumu al-tafsir), asbabu an-nuzul, hadist, asbabu al wurud,fiqh(qowaidu al fiqhiyyah), tasawwuf, tauhid, nahwu shorof, danbalaghah saja. Lebih dari itu meskipun hanya sebagai referensiperpustakaan pesantren, kitab kuning juga mencakup ilmu-ilmu mantiq,falak, faro id, hisab, adabu al bahsi wa al munadhoroh (metode diskusi),thibb (kedokteran), hayatu al hayawan (kehidaupan para hewan), tarikh,thabaqot (biografi tokoh) bahkan sudah ada katalogisasi atau anotasinya,misalnya; kitab kasyfu azumam fi asma i kutubi al funun.46
Namun lebih lanjut lagi juga menurut Dhofer, biasanyaada delapan macam bidang pengetahuan yang sering diajarkan dalampesanren-pesantren, yaitu: 1.nahwu dan saraf (morfologi); 2.fiqh; 3.usulfiqh; 4.; 5.tafsir; 6.tauhid;
7.tasawwuf dan etika; dan 8. cabang-cabang lainseperti tarikh dan balaghah.
Semua jenis kitab ini dapat digolongkan kedalam kelompok menurut tingkat ajarannya, misalnya: tingkat dasar,menengah dan lanjut. Kitab yang diajarkan di pesantren di Jawa padaumumnya sama.47
44Dhofier, Tradisi Pesantren, 50.
45 Hasbullah, Sejarah Pendidikan,144.
46 Dhofier, Tradisi Pesantren, 29.
47Ibid., 51.
Berdasarkan macam-macam kitab tersebut dapat kita ketahuibahwa kitab kuning merupakan penjelasan dari semua ilmu dalam Islam,karena di samping membahas tentang ilmu alat (nahwu shorof), kitabkuning juga membahas tentang ilmu syari at islam yang bertujuan untukmeningkatkan kualitas keberagamaan seorang muslim, sehingga mampumenjalin hubungan yang baik terhadap Tuhannya (hablumminallah)melalui ibadah serta menjalin hubungan baik dengan sesama manusia(hablumminannas) dan lingkungan sekitarnya.
B. Masalah Belajar Santri
Masalah belajar santri yaitu masalah yang ada di dalam belajar santri di Pondok pesantren. Masalah belajar santri yang berada di pondok pesantren ada dua, yaitu :
1. Masalah Intern: adalah masalah yang ada dalam santri.
2. Masalah Ekstern: adalah masalah yang ada diluar santri.
1. Masalah Intern
a. Masalah jasmaniyah b. Masalah kelelahan
a. Masalah jasmaniyah
- MasalahJasmani atau Kesehatan
Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badanbeserta bagian-bagiannya/bebas dari penyakit.Proses belajar santri akan terganggu jika kesehatan seorang santri terganggu, kurang
bersemangat, mudah pusing, ngantuk jika badannya lemah, kurang darah ataupun gangguan- gangguan/kelainan-kelainan fungsi alat inderanya sertatubuhnya.
Agar santri dapat belajar dengan baik haruslah santri mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin dengan cara istirahat, tidur, makan, olahraga, rekreasi dan ibadah.
- Masalah Kelelahan
Kelelahan pada santri walaupun sulit untuk dipisahkan tetapi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani (bersifat psikologis).
Kelelahan baik secara jasmani maupun rohani dapat di hilangkan dengan cara-cara sebagai berikut :
- Tidur - Istirahat
- Menggunakan obat-obatan yang bersifat kelancaran peredaran darah, misalnya obat gosok.
- Rekreasi dan ibadah yang teratur - Olahraga secara teratur, dan
- Mengimbangi makan dengan makanan yang memenuhi syarat-syarat kesehatan, misalnya yang memenuhi empat sehat lima sempurna
- Jika kelelahan sangat serius cepat-cxepat menghubungi seorang ahli, misalnya dokter,psikiater, kinselor, dan lain-lain.48
C. Masalah Kedisiplinan Santri
Kedisiplinan adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan ketertiban. Dalam Islam, kedisiplinan adalah kemauan yang instan untuk taat dan hormat pada aturan yang berlaku baik itu aturan agama, etika sosial maupun tata tertib pondok pesantren. Kedisiplinan dalam proses pendidikan sangat diperlukan karena bukan hanya untuk menjaga kondisi suasana belajar dan mengajar berjalan dengan lancar, tetapi juga untuk menciptakan pribadi yang kuat bagi setiap santri.
Dari pengertian tersebut, kedisiplinan santri dapat dilihat dari ketaatan (kepatuhan) santri terhadap aturan (tata tertib) yang berkaitan dengan jam belajar di Pondok pesantren, yang meliputi jam masuk dan keluar , kepatuhan santri dalam berpakaian, kepatuhan santri dalam mengikuti kegiatan pondok, dan lain sebagainya. Semua aktifitas santri
48 Muchlis. Ilmu Jiwa Belajar Pendidikan Aagama Islam .(STAIN Jember Press.1999).159-188
yang dilihat kepatuhannya adalah berkaitan dengan aktifitas pendidikan di pondok, yang juga dikaitkan dengan kehidupan di lingkungan luar pondok pesantren.49
Jauh sebelumnyakedisiplinan dikenal oleh masyarakat luas, di dalam Islam telah diajarkan disiplin, seperti dalam Surat Al-Baqarah ayat 187 :
َو ْاﻮُﻠُﻛَو ...
ْاﻮُﺑَﺮۡﺷٱ ُﻢُﻜَﻟ َﻦﱠﯿَﺒَﺘَﯾ ٰﻰﱠﺘَﺣ
ُﺾَﯿۡﺑَﺄۡﻟﭑُﻄۡﯿَﺨۡﻟٱ َﻦِﻣ
ِدَﻮۡﺳَﺄۡﻟﭑِﻄۡﯿَﺨۡﻟٱ َﻦِﻣ
ِۖﺮۡﺠَﻔۡﻟٱ ﱠﻢُﺛ
ْاﻮﱡﻤِﺗَأ
َمﺎَﯿﱢﺼﻟٱ ﻰَﻟِإ
ِۚﻞۡﯿﱠﻟٱ ﻲِﻓ َنﻮُﻔِﻜَٰﻋ ۡﻢُﺘﻧَأَو ﱠﻦُھوُﺮِﺸَٰﺒُﺗ ﺎَﻟَو
ِۗﺪِﺠَٰﺴَﻤۡﻟٱ ُدوُﺪُﺣ َﻚۡﻠِﺗ
ِﮫﱠﻠﻟٱ ﺎَﻠَﻓ
ُﻦﱢﯿَﺒُﯾ َﻚِﻟَٰﺬَﻛ ۗﺎَھﻮُﺑَﺮۡﻘَﺗ
ُﮫﱠﻠﻟٱ
ِﮫِﺘَٰﯾاَء ۦ َنﻮُﻘﱠﺘَﯾ ۡﻢُﮭﱠﻠَﻌَﻟ ِسﺎﱠﻨﻠِﻟ ١٨٧
Artinya: Dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam,(tetapi)janganlah kamu campuri mereka itu,sedang kamu beri’tikaf dalam masjid. Itulah larangan Allah. Maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat- ayat-Nya kepada manusia,supaya mereka bertaqwa.( QS. Al –Baqarah ayat 187).50
Dari penjelasan ayat tersebut, bahwa diperkenkan makan, minum dan berhubungan hubungan sejak terbenamnya matahari sampai terbitnya fajar, terbitnya matahari adalah permulaan berpuasa.Di sini terlihat sekali sikap disiplin yang ditanamkan pada manusia, melihat sifatnya yang amar (perintah), berarti manusia wajib untuk berpuasa.
49Koestoer P, Dinamika Dalam Psikologi Pendidikan Jilid III (Tiga), ( Jakarta : ERLANGGA., 1983), 69
50Departemen Agama, Al-Qur’an Dan Terjemahnya,(Jakarta : PT. Sygma Examedia Arkanleema, 2009,) 28
Didalam Al-Qur’an juga mengajarkan manusia untuk berdisiplin dalam waktu shalat, sebagai