Pada tahap awal, sasaran temuannya adalah mencari cara untuk meningkatkan mutu benih, salah satunya adalah penguatan (hidrasi-dehidrasi dan priming). Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam bidang ilmu tanaman khususnya dalam meningkatkan mutu benih padi sawah, sehingga dapat diterapkan pada masyarakat pertanian. Penurunan mutu benih tidak dapat dicegah namun dapat diperlambat dengan cara menyimpan benih dengan baik dan benar.Benih padi merupakan benih ortodoks dengan jenis buah caryopsis.
Gejala penurunan mutu benih adalah perubahan morfologi seperti perubahan warna testa dan perubahan jaringan. Fortifikasi dapat meningkatkan mutu benih yang viabilitasnya turun di bawah 80%, sehingga benih yang tidak layak tanam dapat digunakan kembali oleh petani. Luaran dari penelitian ini adalah diperolehnya suatu metode penyegaran yang dapat meningkatkan mutu benih padi sawah, sehingga dapat diterapkan pada petani.
Untuk menjaga mutu benih perlu diperhatikan cara pengolahan benih yang baik dan benar, karena jika salah dalam penanganan benih maka mutunya akan menurun. Penelitian ini akan sangat berarti apabila ditemukan cara yang tepat untuk meningkatkan kualitas benih padi sehingga dapat diterapkan pada petani sehingga petani tidak terbebani dengan permasalahan kualitas benih yang buruk. Ada beberapa hasil yang ditargetkan dari penelitian ini, diantaranya adalah tersedianya cara untuk meningkatkan kualitas benih yang sudah jatuh dengan cara yang benar.
RENSTRA DAN ROAD MAP PENELITIAN PERGURUAN TINGGI (UNIVERSITAS ANDALAS)
Teknologi produksi tanaman (adaptasi tanaman terhadap agroekoteknologi; optimalisasi teknologi produksi tanaman berkelanjutan sesuai dengan prinsip konservasi tanah dan air). Peta jalan penelitian yang diusulkan sesuai dengan peta jalan penelitian Unand yang telah dijelaskan di atas. Rincian tema, subtema, topik, subtopik dan tahapan penelitian yang direncanakan dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1 menunjukkan bahwa sebelumnya telah banyak penelitian yang dilakukan pada tanaman padi, khususnya pada metode SRI. Pada penelitian ini akan dilakukan pengujian untuk mengetahui sifat morfofisiologis dan biokimia benih padi yang difortifikasi. Penelitian ini akan berdampak pada petani padi karena masih banyak petani yang menggunakan benih yang sudah melewati tanggal kadaluarsa sehingga menurunkan kualitas benih.
Untuk itu diperlukan suatu cara untuk meningkatkan kualitas benih yang jatuh agar benih tersebut tidak dibuang begitu saja, namun dapat dimanfaatkan kembali oleh petani. Kajian Konservasi Air Pada Budidaya Padi Sawah Metode SRI Menguji Penanaman Bibit Padi Sawah Metode SRI. Kajian peningkatan produksi padi sawah dengan penambahan kompos jerami dan titonium oksida menggunakan metode SRI Uji multi lokasi penggunaan pupuk organik Titonia Plus untuk mengurangi masukan pupuk buatan pada tanaman padi sawah menggunakan metode SRI (diterbitkan di Solum majalah dan majalah Jerami).
Peningkatan nilai tambah budidaya padi melalui penerapan Minapadi-SRI (Buku Paten Sederhana dan SRI, diajukan ke jurnal AJAB). Pengendalian gulma dengan cara menggenangi lahan sebelum tanam sesuai budidaya padi metode SRI (diterbitkan dalam Jurnal IJEAB). Hasil fortifikasi terbaik dilakukan uji lapangan dengan 3 varietas dominan yang ditanam petani di Kota Padang.
Ditemukan cara yang cocok untuk meningkatkan kualitas benih yang dapat diterapkan pada petani padi sawah dengan menggunakan metode SRI di lapangan. Penerapannya di kalangan petani padi sawah di Sumatera Barat guna mengatasi permasalahan rendahnya mutu benih.
TINJAUAN PUSTAKA
Meskipun pertumbuhan dan perkembangan tanaman dipengaruhi oleh lingkungan, namun benih yang berkualitas baik umumnya menghasilkan hasil yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan benih yang berkualitas buruk. Pembusukan benih merupakan suatu proses merugikan yang dialami oleh semua jenis benih yang dapat terjadi segera setelah benih matang dan berlanjut selama benih mengalami pengolahan, pengemasan, penyimpanan dan pengangkutan (Justice dan Bass, 1990). Perkecambahan dilihat dengan membandingkan jumlah benih yang berkecambah secara normal pada kondisi dan lama perkecambahan tertentu (Dermawan, 2007).
Viabilitas benih di lapangan ditunjukkan dengan banyaknya benih yang berkecambah dari seluruh batch benih yang ditanam, tumbuh menjadi tanaman, dan berproduksi secara normal pada kondisi lapangan yang optimal. Pengujian viabilitas bertujuan untuk mengetahui seluruh benih yang hidup, baik yang dorman maupun yang tidak dorman, sehingga dapat menggambarkan viabilitas benih karena benih merupakan individu yang hidup. Lot benih yang baru dan kuat memiliki umur simpan yang lebih lama dibandingkan dengan lot benih yang lebih tua, yang dapat mengalami proses penurunan kualitas yang sangat cepat (Justice dan Bass, 2002).
Benih yang masih dapat menumbuhkan tanaman normal walaupun kondisi alamnya tidak optimal atau kurang optimal disebut benih yang mempunyai Vigor (Vg). Benih yang vibrant akan menghasilkan hasil lebih dari biasanya jika ditanam dalam kondisi optimal (Sadjad et al., 1999). Benih vigor adalah benih yang dapat berkecambah, tumbuh dan berproduksi secara normal pada kondisi kurang optimal.
Vigor benih merupakan indikator viabilitas benih yang menunjukkan bahwa benih cukup kuat untuk tumbuh di lapangan pada kondisi kurang optimal. Kemunduran benih dapat dijelaskan sebagai penurunan mutu/viabilitas benih yang mengakibatkan rendahnya energi dan rendahnya produksi tanaman (Sutopo, 2004) Menurut Sadjad (1993) kemunduran benih adalah menurunnya viabilitas benih baik yang bersifat alami. faktor (kerusakan) atau oleh faktor yang disengaja. diciptakan (devigorisasi). Benih yang rusak, retak atau patah akan lebih cepat rusak dibandingkan benih yang tidak rusak.
Ciri-ciri genetik yang mempengaruhi kemunduran benih antara lain dapat dilihat pada komposisi kimia benih, misalnya benih yang mempunyai kandungan lemak tinggi akan lebih cepat mengalami proses pembusukan dibandingkan dengan benih yang banyak mengandung karbohidrat. . Justice dan Bass (2002) menambahkan beberapa faktor yang mempengaruhi laju jatuhnya benih antara lain: jenis benih, berat dan bagian benih yang rusak, kelembaban dan suhu lingkungan di lapangan, perlakuan panen dan kondisi. untuk menyimpan benih. dkk., (1997), suhu dan kelembapan yang rendah dapat memperpanjang umur benih (untuk jenis benih ortodoks). Raganatha et al., (2014) menyatakan bahwa tingkat vigor awal benih tidak dapat dipertahankan dan benih yang disimpan selalu mengalami proses penurunan mutu secara kronologis selama penyimpanan.
Proses invigorasi merupakan suatu proses yang dilakukan untuk meningkatkan vigor benih yang mengalami kemunduran atau penurunan (Kinayungan, 2009).
METODE PENELITIAN
Data hasil observasi dianalisis secara kuantitatif menggunakan uji F dengan taraf signifikansi 5%. Jika ditemukan perbedaan yang signifikan, kami melakukan uji lanjut dengan uji BNt 5%, dan data kualitatif bersifat deskriptif. Benih padi yang digunakan sebagai bahan percobaan adalah kultivar Batang Piaman, IR42 dan Anak Daro yang disimpan selama 5 tahun dengan jumlah benih sebanyak 2000 benih. Benih padi diperoleh dari Laboratorium Teknologi Benih Universitas Andalas dan disimpan dalam plastik pada suhu ruangan (±20°C-25°C).
Kriteria benih yang digunakan dalam uji coba ini adalah benih yang pernah mengalami kemunduran dengan daya kecambah 40%-50% (Mutia, 2018). Benih kemudian disterilkan permukaannya dengan cara merendam benih dalam air suling selama 2 menit, kemudian merendam benih dalam wadah berisi natrium hipoklorit 1% selama 2 menit, dan merendam kembali dalam wadah berisi air suling selama 2 menit. Alat-alat yang digunakan seperti gelas alumunium, gelas kimia, pinset, spuit, dan Sprower dicuci bersih dengan deterjen, disemprot dengan natrium hipoklorit 1%, kemudian dicuci dengan aquades hingga bersih dan dikeringkan.
Untuk perlakuan B diambil benih padi sebanyak 600 buah, berat benih ditimbang sebelum dilakukan hidrasi-dehidrasi, kemudian dimasukkan ke dalam wadah yang berisi aquades selama 1 jam agar terhidrasi, setelah itu benih dikeluarkan dari wadah yang diberi aquades dan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Perlakuan revitalisasi berdampak pada uji hitung pertama karena dengan pemberian perlakuan revitalisasi dapat meningkatkan viabilitas benih yang kualitasnya menurun. Perlakuan penyegaran pada beberapa kultivar padi tidak mempunyai interaksi nyata terhadap perkecambahan normal, namun perlakuan faktor tunggal memberikan pengaruh nyata. Pengaruh varietas tersebut dikarenakan setiap varietas mempunyai respon yang berbeda-beda terhadap perlakuan penyegar yang diberikan, sehingga mempunyai pengaruh yang nyata.
Perlakuan penyegaran pada beberapa kultivar padi tidak menghasilkan interaksi yang nyata terhadap perkecambahan abnormal, begitu pula dengan perlakuan penyegaran satu faktor. Dari Tabel 4 di atas terlihat bahwa varietas yang berbeda akan memberikan perkecambahan yang tidak normal karena setiap varietas mempunyai respon yang berbeda terhadap perlakuan penguat. Benih yang mengalami penurunan mutu dapat ditingkatkan mutunya dengan melakukan perlakuan penguat, baik priming maupun hidrasi-dehidrasi.
Data nilai indeks beberapa varietas padi dengan perlakuan penguat dapat dilihat pada Tabel 6 berikut. Perlakuan penguat yang diberikan pada beberapa varietas padi tidak menghasilkan interaksi yang nyata terhadap potensi pertumbuhan maksimal, namun hanya ada satu faktor saja yang mempunyai pengaruh nyata. Perlakuan invigorasi yang diberikan pada beberapa varietas padi memberikan interaksi yang nyata terhadap uji kemunculan tanah.Data uji kemunculan tanah disajikan pada Tabel 8 berikut ini.
Namun pada perlakuan hidrasi-dehidrasi sendiri terlihat bahwa varietas PB42 mempunyai daya tumbuh tanah paling tinggi. Kadar lemak varietas Batang Piaman dengan perlakuan awal jauh lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan hidrasi-dehidrasi dan kontrol. Pada gambar terlihat kadar protein meningkat pada perlakuan invigorasi dibandingkan kontrol pada ketiga varietas.
Kadar karbohidrat pada berbagai varietas padi dengan perlakuan viggorisasi menunjukkan bahwa kandungan karbohidrat kontrol lebih tinggi dibandingkan pada perlakuan vigouring. Hal ini dikarenakan dengan adanya regenerasi akan terjadi imbibisi sehingga air masuk ke dalam benih dan akan mengaktifkan enzim sehingga enzim tersebut akan memecah karbohidrat menjadi glukosa. Namun sebaliknya, perlakuan invigorating pada varietas PB42 memberikan peningkatan yang sama baik pada priming maupun hidrasi-dehidrasi.
Lain halnya dengan varietas IPB3S, perlakuan hidrasi-dehidrasi mempunyai laju respirasi lebih tinggi dibandingkan priming.
KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan
Benih mencapai puncak vigor dan viabilitasnya pada saat masak fisiologis, setelah itu benih mulai mengalami penurunan vigor dan viabilitas, dan pada akhirnya benih akan mati. Benih yang berkualitas ditandai dengan kecambah tegak, tumbuh cepat dan serentak, kecambah kokoh dan tumbuh normal. Indikasi biokimia kerusakan benih ditandai dengan penurunan aktivitas enzim, penurunan cadangan makanan, penurunan laju respirasi dan peningkatan nilai konduktivitas.
Gejala fisiologis juga dipengaruhi oleh berkurangnya aktivitas enzim (dehidrogenase, glutamat dekarboksilase, katalase, peroksidase, fenolase, amilase, sitokrom oksidase) dan berkurangnya respirasi (konsumsi O2 rendah, produksi CO2 rendah, produksi ATP rendah). Uji multi lokasi Tithonia dan Pupuk Organik (POTP) untuk mengurangi penggunaan pupuk buatan pada tanaman padi. Sebuah terobosan peningkatan produktivitas sawah beririgasi melalui pengembangan model pengelolaan tanaman dan sumber daya terpadu (PTT).