• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas matriconditioning plus agens hayati dalam pengendalian patogen terbawa benih, peningkatan vigor dan hasil padi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektivitas matriconditioning plus agens hayati dalam pengendalian patogen terbawa benih, peningkatan vigor dan hasil padi"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS

MATRICONDITIONING

PLUS AGENS

HAYATI DALAM PENGENDALIAN PATOGEN

TERBAWA BENIH, PENINGKATAN VIGOR

DAN HASIL PADI

AMIYARSI MUSTIKA YUKTI

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa tesis yang berjudul:

EFEKTIVITAS MATRICONDITIONING PLUS AGENS HAYATI DALAM PENGENDALIAN PATOGEN TERBAWA BENIH, PENINGKATAN VIGOR,

DAN HASIL PADI

Merupakan karya saya sendiri di bawah bimbingan komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Agustus 2009

(3)

ABSTRACT

AMIYARSI MUSTIKA YUKTI, Effectiveness of Matriconditioning plus Biological Agents in Controlling Seed Borne Pathogens and Increasing Seed Vigor and Yield of Rice. Under direction of SATRIYAS ILYAS, SUDARSONO dan UDIN SUDINTA NUGRAHA.

The objective of the experiment was to develop technique of biological seed treatment by using biological agent incorporated in matriconditioning as to control seed borne pathogens and to improve seed vigor, plant growth and yield. The experiment used two seed lots of rice cv. IR 64 obtained from PT. Sang Hyang Seri, Subang, West Java. The seed lot I, harvested on 6 Juny 2007, was assigned as medium vigor with 88% germination, 13.8%/etmal speed of germination and 0% vigor index. The seed lot II, harvested on 10 September 2007, was assigned as high vigor with 97% germination, 17.14%/etmal speed of germination and 70% vigor index. Morphological fungal identification resulted three kinds of seed borne diseases for Lot I (Alternaria padwickii, Drechslera oryzae, and Fusarium moniliforme) and two kinds of seed borne diseases for Lot II (A. padwickii and D. oryzae). Bacterial identification based on morphological and biochemical analysis (gram, oxidase, starch hydrolyze, fluorescence and arginine) found three kinds of bacterial seed borne which are Xanthomonas oryzae

pv. oryzae, Xanthomonas campestris pv. oryzicola and Pseudomonas avenae. In the pre-experiment, Bacillus subtilis 5/B and 11/C obtained from BB Padi were used as biological agents to control growth of seed borne pathogens in-vitro. The effectivenessof the B. subtilis to control the seed borne pathogens was evaluated by using in-vitro dual culture. Bacillus subtilis 5/B inhibited not only the fungal growth of A. padwickii and D. oryzae (16.8 and 17.3%) but also the bacterial growth of X. oryzae pv. oryzae and X. campestris pv. orizycola. Meanwhile, B. subtilis 11/C could inhibit the fungal growth of A. padwickii and

D. oryzae (14.1 and 13.8%) but it did not inhibit the growth of bacteria. Therefore, B. subtilis 5/B was used as biological control for the main experiment.

The main experiment was conducted using completely randomized design with two factors. The first factor was seed vigor levels (high and medium), and the second one was seed treatment (untreated, Agrept 0.2% + Benlox 0.2%,

B. subtilis 5/B, matriconditioning, matriconditioning + Agrept 0.2% + Benlox 0.2%, matriconditioning + B. subtilis 5/B). Result of the laboratory experiment showed that all seed treatments not only increased seed viability i.e. germination and vigor (speed of germination and vigor index), but also reduced infection level of fungal and bacteria. Results of the screen house experiment showed that all seed treatments increased seedling height, number of productive tillers, and seed yield. In high vigor seed, matriconditioning plus B. subtilis 5/B as effective as matriconditioning plus Benlox 0.2% and Agrept 0.2% in increasing seed yield. Key words: biocontrol agents, rice seed, matriconditioning, seedborne pathogen,

(4)

RINGKASAN

AMIYARSI MUSTIKA YUKTI, Efektivitas Matriconditioning plus Agens Hayati dalam Pengendalian Patogen Terbawa Benih, Peningkatan Vigor Benih, dan Hasil Padi. Dibimbing oleh SATRIYAS ILYAS (Ketua), SUDARSONO dan UDIN SUDINTA NUGRAHA (Anggota).

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan teknik inovatif perlakuan benih secara biologis menggunakan agens hayati yang diintegrasikan dengan

matriconditioning untuk dapat mengendalikan patogen terbawa benih sekaligus mencegah penyebaran penyakit, serta meningkatkan vigor benih, pertumbuhan tanaman dan hasil padi. Penelitian ini menggunakan dua sampel benih padi varietas IR-64 yang berasal dari PT. Sang Hyang Seri, Subang, Jawa Barat. Benih Lot I dipanen pada 6 Juni 2007, memiliki nilai daya berkecambah 88 %, kecepatan tumbuh 13.80 %/etmal dan indeks vigor 0 %, dikategorikan sebagai benih vigor sedang. Benih Lot II dipanen pada 10 September 2007, memiliki nilai daya berkecambah 97 %, kecepatan tumbuh 17.14%/etmal dan indeks vigor 70%, dikategorikan sebagai benih vigor tinggi. Pengamatan cendawan secara morfologi mengidentifikasi tiga patogen terbawa benih untuk vigor sedang (Alternaria padwickii, Drechslera oryzae, and Fusarium moniliforme) dan dua patogen terbawa benih untuk vigor tinggi (A. padwickii and D. oryzae). Berdasarkan pengujian morfologi dan biokimia (gram, oksidase, hidrolisa pati, fluoresen, dan arginin) ditemukan tiga jenis bakteri patogen terbawa benih, yaitu Xanthomonas oryzae pv. oryzae, Xanthomonas campestris pv. oryzicola dan Pseudomonas avenae.

Untuk pengujian awal, isolat agens hayati yang digunakan merupakan koleksi dari BB-Padi yaitu isolat Bacillus subtilis 5/B and 11/C sebagai agens hayati untuk menghambat pertumbuhan patogen terbawa benih secara in-vitro. Efektivitas B. subtilis untuk menghambat pathogen terbawa benih dievaluasi secara in-vitro dual culture. Bacillus subtilis 5/B dapat menghambat tidak hanya pertumbuhan cendawan A. padwickii dan D. oryzae (16.8 dan 17.3 %) tetapi juga pertumbuhan bakteri X. oryzae pv. oryzae dan X. campestris pv. oryzicola. Bacillus subtilis 11/C dapat menghambat pertumbuhan cendawan A. padwickii

and D. oryzae (14.1 and 13.8 %) tetapi tidak dapat menghambat pertumbuhan bakteri.

Berdasarkan hasil pengujian pendahuluan, B. subtilis 5/B digunakan sebagai agen hayati untuk pengujian utama. Pengujian menggunakan rancangan percobaan RAL dengan dua faktor. Faktor pertama adalah tingkat vigor benih (benih vigor sedang dan benih vigor tinggi) dan faktor kedua adalah perlakuan benih : tanpa perlakuan, Agrept 0.2 % + Benlox 0.2%, B. subtilis 5/B, matricondi-tioning, matriconditioning + Agrept 0.2% + Benlox 0.2%, matriconditioning +

(5)

jumlah malai produktif,dan berat gabah bernas per rumpun. Dalam meningkatkan hasil padi (berat gabah bernas per rumpun), pada benih vigor tinggi perlakuan benih dengan matriconditioning + B. subtilis 5/B sama efektifnya dengan matri-conditioning + Agrept 0.2% + Benlox 0.2%.

(6)

© Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2009

Hak cipta dilindungi

Dilarang mengutip dan memperbanyak, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apa pun

(7)

EFEKTIVITAS

MATRICONDITIONING

PLUS AGENS

HAYATI DALAM PENGENDALIAN PATOGEN

TERBAWA BENIH, PENINGKATAN VIGOR,

DAN HASIL PADI

AMIYARSI MUSTIKA YUKTI

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Agronomi

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)

Judul Tesis : Efektivitas Matriconditioning plus Agens Hayati dalam Pengendalian Patogen Terbawa Benih, Peningkatan Vigor Benih, dan Hasil Padi

Nama : Amiyarsi Mustika Yukti

NIM : A151060181

Disetujui Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Satriyas Ilyas, M.S. Ketua

Prof. Dr. Ir. Sudarsono, M.Sc. Anggota

Dr. Ir. Udin Sudinta Nugraha, M.S. Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Agronomi

Dr. Ir. Munif Ghulamahdi, M.S.

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodipuro, M.S.

(9)
(10)

PRAKATA

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga tesis ini dapat diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan dari bulan Desember 2007 sampai dengan September 2008 ini adalah perlakuan benih, dengan judul Efektivitas

Matriconditioning plus Agens Hayati dalam Pengendalian Patogen Terbawa Benih, Peningkatan Vigor Benih dan Hasil Padi. Tesis ini merupakan laporan penelitian yang dilakukan dalam empat tahap percobaan yaitu (1) Evaluasi Mutu dan Kesehatan Benih Padi Varietas IR 64 yang Berbeda Saat Panen, (2) Evaluasi Daya Hambat Agens Hayati terhadap Patogen Utama Terbawa Benih Padi, (3) Efektivitas Perlakuan Benih dalam Mengendalikan Patogen Utama Terbawa Benih dan Meningkatkan Vigor Benih, (4) Efektivitas Perlakuan Benih dalam Meningkatkan Hasil Padi di Rumah Kaca.

Terima kasih penulis sampaikan kepada Prof. Dr. Ir. Satriyas Ilyas, M.S.,

Prof. Dr. Sudarsono, M.Sc., dan Dr. Ir. Udin Sudinta Nugraha, M.S. selaku pembimbing dan Dr. Ir. Endang Murniati, M. S. serta Dr. Ir. Munif Ghulamahdi, M.S. selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan saran sehingga tesis ini menjadi lebih baik. Penelitian ini dibiayai oleh proyek Kerjasama Kemitraaan Penelitian Pertanian dengan Perguruan Tinggi (KKP3T) dengan judul “Teknik Peningkatan Kesehatan dan Mutu Benih Padi” yang diketuai oleh Prof. Dr. Ir. Satriyas Ilyas, MS. Untuk itu penulis ucapkan terima kasih. Penghargaan penulis sampaikan pula kepada Menteri Pertanian, Sekretaris Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Kepala Balai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (BB-PPMBTPH) atas ijin, dukungan, biaya dan fasilitas yang diberikan selama penulis menempuh pendidikan di Sekolah Pascasarjana IPB. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada teman-teman di BB-PPMBTPH, terutama Ola, Dhila, Endang, Mbak Sri dan Bu Iyam, teman-teman mahasiswa pascasarjana PS. Agronomi atas bantuan yang diberikan. Untuk Rukmono Cahyadi suamiku, Akbar, Ageng dan Agung anak-anakku, Bapak H. R. Poerwandi, BA (Alm), Ibu Hj. Swabandilah, BA., Bapak dan Ibu Marsudi serta seluruh keluarga, terimakasih atas segala dukungan, doa dan kasih sayangnya.

Semoga tesis ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2009

(11)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Yogyakarta pada tangal 26 Maret 1968 dari ayah H.R. Poerwandi, BA. (Alm) dan ibu Hj. Swabandilah, BA. sebagai putri keempat dari lima bersaudara. Penulis menikah dengan Rukmono Cahyadi dan telah dikaruniai tiga orang putra, Akbar Andika Cahyadi, Ageng Irsyad Cahyadi dan Agung Ilham Cahyadi.

Tahun 1986 penulis diterima sebagai mahasiswi Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada Yogyakarta dan mendapat gelar sarjana Teknologi Pertanian (Ir) pada tahun 1991. Terhitung mulai 1 April 1994 penulis diangkat sebagai Pegawai Negeri Sipil Departemen Pertanian dan ditugaskan pada Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPSBTPH) I Provinsi Jawa Barat di Bandung sampai tahun 1996. Penulis beberapa kali berpindah tugas dikarenakan mengikuti tugas suami, yaitu tahun 1996-1998 bertugas di BPSBTPH III Provinsi Jawa Timur, tahun 1998-2000 bertugas di BPSBTPH VII Provinsi Bali dan tahun 2000 sampai saat ini bertugas di BPSBTPH XXVI Provinsi DKI Jakarta, yang kemudian instansi ini mengalami dua kali perubahan nama karena adanya perubahan eselon yaitu Balai Pengembangn Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPMBTPH) dan Balai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura sebagai pejabat fungsional Pengawas Benih Tanaman Ahli Muda.

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL...

vii

DAFTAR GAMBAR...

ix

DAFTAR LAMPIRAN...

xi

PENDAHULUAN... 1

Latar Belakang...

1

Tujuan Penelitian...

5

Manfaat Penelitian... 5

EVALUASI MUTU DAN KESEHATAN BENIH PADI VARIETAS IR 64 YANG BERBEDA VIGOR

Pendahuluan... 7

Bahan dan Metode... 8

Hasil dan Pembahasan...

15

Kesimpulan... 19

EVALUASI AYA HAMBAT AGENS HAYATI TERHADAP PATOGEN

UTAMA TERBAWA BENIH PADI

Pendahuluan... 21

Bahan dan Metode... 22

Hasil dan Pembahasan...

25

(13)

EFEKTIVITAS PERLAKUAN BENIH DALAM MENGENDALIKAN

PATOGEN UTAMA TERBAWA BENIH

DAN MENINGKATKAN

VIGOR BENIH

Pendahuluan... 29

Bahan dan Metode... 31

Hasil dan Pembahasan...

35

Kesimpulan... 41

EFEKTIVITAS PERLAKUAN BENIH DALAM MENINGKATKAN

HASIL PADI DI RUMAH KACA

Pendahuluan... 42

Bahan dan Metode... 43

Hasil dan Pembahasan...

45

Kesimpulan ...

54

PEMBAHASAN UMUM...

55

KESIMPULAN DAN SARAN...

58

DAFTAR PUSTAKA...

59

(14)

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Penyakit yang disebabkan oleh cendawan patogen pada benih padi... 3 2 Penyakit yang disebabkan oleh bakteri patogen pada benih

padi... 3 3 Karakter morfologi dan biokimia yang digunakan untuk

membedakan patogen Pseudomonas ... 12 4 Karakter morfologi dan biokimia yang digunakan untuk

membedakan patogen Xanthomonas ... 12 5 Hasil pengujian viabilitas dan vigor benih padi IR 64... 15 6 Persentase infeksi cendawan patogen terbawa benih pada benih padi

IR 64... 17 7 Kerapatan cendawan patogen terbawa benih pada benih padi

IR 64... 17 8 Hasil identifikasi koloni bakteri secara morfologi dan

biokimia... 18 9 Hasil penghitungan jumlah koloni bakteri patogen terbawa benih

padi IR 64 (cfu/ml)... 19 10 Pengaruh Bacillus subtilis terhadap penghambatan pertumbuhan

koloni Alternaria padwickii... 26 11 Pengaruh Bacillus subtilis terhadap penghambatan pertumbuhan

koloni Drechslera oryzae.... 26 12 Kemampuan penghambatan Bacillus subtilis terhadap ketiga bakteri

patogen terbawa benih... 27 13 Pengaruh interaksi perlakuan benih dan tingkat vigor terhadap daya

berkecambah (%)... 36 14 Pengaruh interaksi perlakuan benih dan tingkat vigor terhadap

indeks vigor (%)... 37 15 Pengaruh interaksi perlakuan benih dan tingkat vigor terhadap

(15)

16 Pengaruh interaksi perlakuan benih dan tingkat vigor terhadap jumlah bakteri Xanthomonas oryzae pv. oryzae (cfu/ml)... 39

17 Pengaruh interaksi perlakuan benih dan tingkat vigor terhadap jumlah bakteri Xanthomonas campestris pv. oryzicola (cfu/ml)... 39 18 Pengaruh interaksi perlakuan benih dan tingkat vigor terhadap

jumlah bakteri Pseudomonas avenae (cfu/ml)... 40 19 Pengaruh interaksi perlakuan benih dan tingkat vigor terhadap daya

tumbuh hari ke-5 (%)... 46 20 Pengaruh interaksi perlakuan benih dan tingkat vigor terhadap gabah

bernas per rumpun (g)... 50 21 Jenis dan jumlah cendawan yang ditemukan pada benih hasil rumah

kaca yang berasal dari benih vigor sedang (%)... 52 22 Jenis dan jumlah cendawan yang ditemukan pada benih hasil rumah

kaca yang berasal dari benih vigor sedang (%)... 53 23 Pengaruh perlakuan benih terhadap peningkatan viabilitas dan vigor

benih (%)... 56 24 Pengaruh perlakuan benih terhadap penurunan tingkat infeksi (%)

cendawan dan penurunan jumlah bakteri (cfu/ml)... 56 25 Pengaruh perlakuan benih terhadap peningkatan pertumbuhan dan

(16)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Alur

penelitian

efektivitas

matriconditioning

plus agens hayati dalam

pengendalian patogen terbawa benih, peningkatan vigor benih dan

hasil padi...

6

2

Spora cendawan yang ditemukan pada benih padi dengan perbesaran

100 x,

Alternaria padwickii

(a)

, Drechslera oryzae

(b)

,

dan

Fusarium moniliforme

(c)...

16

3

Koloni bakteri patogen terbawa benih

yang ditemukan pada benih

padi:

Xanthomonas oryzae

pv

oryzae

(a),

Xanthomonas campestris

pv.

oryzicola

(b) dan

Pseudomonas avenae

(c)...

18

4 Isolat

murni

cendawan patogen terbawa benih

Alternaria

padwickii

(a)

,

Dreschlera oryzae

(b)

,

dan

Fusarium moniliforme

(c).

22

5 Isolat

murni

bakteri

patogen terbawa benih

Xanthomonas oryzae

pv.

oryzae

(a),

Xanthomonas campestris

pv.

oryzicola

(b) dan

Pseudomonas avenae

(c)...

23

6

Isolat murni bakteri agens hayati

Bacillus subtilis

5/B (a) dan

11/C (b)...

23

7 Penghambatan

Bacillus subtilis

5/B (a) dan 11/C terhadap

Alternaria padwickii.

...

26

8 Penghambatan

Bacillus subtilis

5/B (a) dan 11/C (b) terhadap

Dreschlera oryzae.

...

27

9 Penghambatan

Bacillus subtilis

5/B tarhadap

Xanthomonas oryzae

pv

. oryzae

(a)

dan

Xanthomonas campestris

pv.

oryzicola

(b)...

27

10

Pengaruh perlakuan benih terhadap kecepatan tumbuh (%/etmal)

benih padi vigor sedang dan vigor tinggi...

37

11

Pengaruh perlakuan pada benih padi vigor sedang dan vigor tinggi

terhadap tinggi tanaman (cm) pada minggu ke-2 ...

47

12

Pengaruh perlakuan pada benih padi vigor sedang dan vigor tinggi

(17)

13

Pengaruh perlakuan pada benih padi vigor sedang dan vigor tinggi

terhadap tinggi tanaman minggu ke-4 (cm)...

47

14 Pengaruh

perlakuan

pada benih padi vigor sedang dan vigor

tinggi

terhadap jumlah malai produktif per rumpun...

49

15

Pengaruh perlakuan pada benih padi vigor sedang dan vigor tinggi

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Kondisi awal benih sumber yang digunakan dalam penelitian... 66

2 Analisis ragam pengujian daya berkecambah... 66

3 Analisis ragam pengujian kecepatan tumbuh... 66

4 Analisis ragam pengujian indeks vigor... 66

5 Analisis ragam persen infeksi cendawan Alternaria padwickii... 66

6 Analisis ragam persen infeksi cendawan Dreschlera oryzae... 66

7 Analisis ragam persen infeksi cendawan Fusarium moniliforme... 67

8 Analisis ragam jumlah colony forming unit per mililiter bakteri Xanthomonas oryzae pv. oryzae... 67

9 Analisis ragam jumlah colony forming unit per mililiter bakteri Xanthomonas campestris... 67

10 Analisis ragam jumlah colony forming unit per mililiter bakteri Pseudomonas avenae... 67

11 Uji Kruskal-Wallis pengaruh perlakuan benih dan tingkat vigor terhadap daya berkecambah... 68

12 Analisis ragam pengaruh perlakuan benih dan tingkat vigor terhadap kecepatan tumbuh... 70

13 Uji Kruskal-Wallis pengaruh perlakuan benih dan tingkat vigor terhadap indeks vigor... 70

14 Analisis ragam pengaruh perlakuan benih dan tingkat vigor terhadap tingkat infeksi cendawan Alternaria padwickii... 72

15 Uji Kruskal-Wallis pengaruh perlakuan benih dan tingkat vigor terhadap persen infeksi cendawan Dreschlera oryzae... 72

(19)

17 Uji Kruskal-Wallis pengaruh perlakuan benih dan tingkat vigor terhadap jumlah colony forming unit per mililiter Xanthomonas campestris pv. oryzicola... 74 18 Uji Kruskal-Wallis pengaruh perlakuan benih dan tingkat vigor

terhadap jumlah colony forming unit per mililiter bakteri

Pseudomonas avenae... 76 19 Analisis ragam pengaruh perlakuan benih dan tingkat vigor

terhadap daya tumbuh hari ke-5 ... 77 20 Analisis ragam pengaruh perlakuan benih dan tingkat vigor

terhadap tinggi tanaman minggu ke-2... 78 21 Analisis ragam pengaruh perlakuan benih dan tingkat vigor

terhadap tinggi tanaman minggu ke-3... 78 22 Analisis ragam pengaruh perlakuan benih dan tingkat vigor

terhadap tinggi tanaman minggu ke-4... 78 23 Analisis ragam pengaruh perlakuan benih dan tingkat vigor

terhadap jumlah malai produktif per rumpun ... 79 24 Analisis ragam pengaruh perlakuan benih dan tingkat vigor

terhadap berat gabah bernas per rumpun... 79 25 Kondisi klimatologi rata-rata bulanan selama penelitian di rumah

(20)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Salah satu prioritas Departemen Pertanian dalam rangka revitalisasi pertanian adalah revitalisasi perbenihan. Pemerintah memberikan benih gratis kepada petani untuk meningkatkan produksi padi nasional sebanyak 3.5 juta ton gabah kering giling atau setara 2 juta ton beras pada 2007 dan selanjutnya 5% setiap tahun sampai tahun 2009. Pemerintah telah mengalokasikan anggaran sebanyak Rp 1 triliun pada tahun 2007 untuk program pemberian benih gratis tersebut. Dengan adanya bantuan benih gratis diharapkan mampu meningkatkan penggunaan benih bermutu menjadi 80% dari saat ini hanya 30% (Dirjentan 2007).

Agar tujuan program revitalisasi perbenihan dapat tercapai maka benih yang akan diberikan seyogyanya merupakan benih yang bermutu. Peranan benih adalah sebagai delivery mechanism artinya suatu benih dari varietas unggul yang dihasilkan oleh pemulia akan dirasakan manfaatnya oleh pelanggan hanya bila benih bermutu dari varietas tersebut tersedia dalam skala komersial. Bermutu berarti benih harus asli, hidup, sehat agar tidak menyebarkan penyakit terbawa benih, dan bersih (Nugraha 2004).

Mugnisjah dan Setiawan (1990) menyatakan bahwa benih dikatakan sehat kalau benih tersebut bebas dari patogen, baik berupa cendawan, bakteri, virus maupun nematoda. Patogen yang terbawa benih merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi mutu benih.

Di dalam ISTA (2006) dinyatakan bahwa pengujian kesehatan benih mempunyai empat kepentingan:

1. Inokulum yang terbawa benih dapat berkembang menjadi penyakit yang menyerang pertanaman di lapang sehingga mengurangi nilai komersialnya. 2. Benih yang didatangkan ke daerah baru kemungkinan mengintroduksikan

(21)

2

3. Pengujian kesehatan benih mungkin dapat menjelaskan evaluasi kecambah dan penyebab rendahnya persentase daya berkecambah atau buruknya pertumbuhan benih di lapang, sehingga akan menjadi pelengkap uji daya berkecambah.

4. Hasil pengujian kesehatan benih dapat menunjukkan perlu tidaknya treatment

dalam suatu lot benih untuk mengendalikan patogen terbawa benih atau mengurangi resiko penyebaran penyakit.

Cendawan merupakan kelompok mikroorganisme yang paling banyak diketahui menginfeksi dan menginfestasi benih dibandingkan virus, bakteri maupun nematoda. Cendawan patogenik yang terbawa benih selain dapat menimbulkan penyakit pada tanaman dari benih yang bersangkutan, dapat juga menjadi sumber infeksi untuk tanaman lain yang masih sehat, baik di persemaian maupun di lapang. Salah satu patogen penting yang terbawa benih padi adalah

Alternaria padwickii penyebab penyakit stack burn dan seedling blight (Ou 1985). Jumlah pengujian kesehatan benih padi yang dilaksanakan oleh Laboratorium Benih Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB) di seluruh Indonesia pada tahun fiskal 1990/1991, 1991/1992, 1992/1993 dan 1992/1994 berturut-turut adalah 459, 1027, 679 dan 679. Insiden tertinggi dari patogen pada padi adalah A. padwickii. Pada beberapa sampel infeksinya cukup tinggi mendekati 70%, Fusarium moniliforme adalah urutan deteksi berikutnya

meliputi hampir setengah sampel yang diuji. Cendawan Pyricularia oryzae hanya terdeteksi satu kali dari 1811 sampel, sedangkan Fusarium spp. cukup umum terdeteksi pada contoh benih yang diuji (Budiarti dan Haryanti 1996). Mew et al. (1988) mengemukakan bahwa terdapat beberapa cendawan patogen terbawa benih yang menyebabkan penyakit pada batang, daun, dan benih padi (Tabel 1).

Bakteri yang terbawa benih tidak jarang menyebabkan kerugian yang

berarti di lapang. Infeksi bakteri terjadi melalui pembungaan atau polong secara sistemik atau dari infeksi lokal dan kemudian berlokasi pada

permukaan atau dalam kulit biji, pada endosperma atau pada jaringan embrio, dan melalui jaringan vaskuler menuju ke bagian akar dan koleoptil

(22)

3

Berdasarkan laporan evaluasi kerusakan tanaman padi karena serangan organisme pengganggu tanaman (OPT), serangan OPT tahun 2003 mencapai areal seluas 360.965 ha. Penyakit yang menyebabkan pertanaman padi puso paling tinggi adalah bacterial leaf blight (hawar daun bakteri atau kresek) yang disebabkan bakteri Xanthomonas oryzae pv. oryzae (Direktorat Perlindungan Tanaman 2004). Siwi (2007) melaporkan bahwa kehilangan hasil padi akibat penyakit hawar daun bakteri (HDB) di Indonesia diperkirakan 40% per tahun.

Tabel 1. Penyakit yang disebabkan oleh cendawan patogen pada benih padi

Cendawan Penyakit

Pyricularia oryzae Drechslera oryzae Alternaria padwickii Fusarium moniliforme Cercospora janseana Gerlarcia oryzae Sarocladium oryzae

blast brown spot stack burn bakanae

narrow brown leaf spot leaf scald

sheath rot

Penularan atau penyebaran bakteri melalui benih penting untuk keberlangsungan hidup bakteri dan menentukan epidemi penyakit. Sutakaria (1984) melaporkan bahwa beberapa bakteri patogen terbawa benih padi telah diketahui menyebabkan penyakit penting pada tanaman padi (Tabel 2).

Tabel 2. Penyakit yang disebabkan oleh bakteri patogen pada benih padi

Bakteri Penyakit

Erwinia herbicola

Pseudomonas avenae

Pseudomonas fuscovaginae Pseudomonas glumae

Pseudomonas plantarii

Pseudomonas syringae pv syringae Xanthomonas oryzae pv oryzae Xanthomonas oryzae pv oryzicola

palea browning stripe

busuk pelepah busuk bulir padi hawar pada bibit bercak

(23)

4

Dari 59 sampel benih padi yang diuji tahun 2006 oleh Laboratorium Bakteri Balai Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura, bakteri terbawa benih yang teridentifikasi adalah X. oryzae pv.

oryzae (45 sampel), Xanthomonas campestris pv oryzicola (42 sampel),

P. glumae (17 sampel) dan P. avenae (15 sampel) (BPMBTPH 2006).

Salah satu alternatif pengendalian penyakit terbawa benih adalah pengendalian hayati menggunakan mikroorganisme yang berasosiasi secara alami dan sinergis dengan tanaman inang. Teknik pengendalian ini semakin populer karena meningkatnya kepedulian masyarakat terhadap permasalahan keamanan hayati dan permasalahan kesehatan lingkungan sehubungan dengan fitotoksisitas akibat penggunaan pestisida sintetik yang berlebihan. Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa penggunaan mikroorganisme melalui aplikasi pada benih sebelum tanam secara nyata meningkatkan produksi padi (Kazempour 2004), kedelai (Bai et al. 2002), jagung (Thuar et al. 2004), dan cabai (Ilyas 2006).

Selain memacu pertumbuhan tanaman (biofertilizer), beberapa jenis mikro-organisme juga telah banyak dilaporkan mampu mengendalikan berbagai patogen tanaman (biopesticide). Sebagai contoh Bacillus spp. efektif mengendalikan Alternaria solani, Stemphilium solani pada benih tomat (Silva

et al. 2004), dan Colletotrichum capsici pada benih cabai (Sutariati et al. 2006). Penggunaan mikroorganisme menguntungkan yang secara alami berasosiasi dengan tanaman melalui aplikasi pada benih diharapkan dapat menjadi solusi strategis untuk memecahkan dua permasalahan utama dalam budidaya tanaman yaitu adanya tekanan biotik (mikroorganisme pengganggu penyebab penyakit) dan abiotik (ketidaktersediaan unsur hara atau hormon yang dibutuhkan untuk memacu dan meningkatkan pertumbuhan tanaman). Metode aplikasi agens hayati pada benih akan diintegrasikan dengan teknik invigorasi benih yang terbukti efektif meningkatkan viabilitas dan vigor benih berdasarkan hasil-hasil penelitian sebelumnya.

Upaya yang umum dilakukan dalam pengendalian penyakit tanaman adalah dengan menggunakan pestisida sintetik. Penggunaan pestisida sintetik ini dapat berdampak negatif terhadap lingkungan, organisme bukan sasaran,

(24)

5

dan dapat menimbulkan fitotoksisitas pada benih bila pemakaian tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Upaya pengendalian penyakit terbawa benih yang diintegrasikan dengan benih padi belum pernah dilaporkan. Dalam penelitian ini pengendalian penyakit terbawa benih dan peningkatan mutu benih padi dilakukan dengan perlakuan invigorasi benih menggunakan matriconditioning plus agens hayati Penelitian dilakukan dalam empat percobaan yaitu evaluasi mutu dan kesehatan benih padi varietas IR 64 yang berbeda vigornya berdasarkan perbedaan saat panen (percobaan 1), evaluasi daya hambat agens hayati terhadap patogen utama terbawa benih padi (percobaan 2), efektivitas perlakuan beni dalam mengendalikan patogen utama terbawa benih dan meningkatkan vigor benih (percobaan 3), dan efektivitas perlakuan benih dalam meningkatkan hasil padi di rumah kaca (percobaan 4). Alur penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan teknik inovatif perlakuan benih secara biologis (biological seed treatment) menggunakan agens hayati yang diintegrasikan dengan matriconditioning untuk dapat mengendalikan patogen terbawa benih sekaligus mencegah penyebaran penyakit, serta meningkatkan vigor benih, pertumbuhan tanaman, dan hasil padi.

Manfaat Penelitian

Selain sebagai bahan perbanyakan tanaman, benih juga dapat menjadi sumber penyebaran penyakit di lapangan apabila benih tersebut membawa patogen bersamanya. Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu alternatif untuk mengatasi permasalahan kesehatan benih padi melalui teknik pengendalian patogen terbawa benih berdasar strategi pengendalian ramah lingkungan dengan menggunakan agens hayati.

(25)

6

Gambar 1. Alur penelitian efektivitas matriconditioning plus agens hayati dalam pengendalian patogen terbawa benih, peningkatan vigor benih dan hasil padi.

Percobaan 1

Evaluasi mutu dan kesehatan benih padi varietas IR 64 yang berbeda vigo

Percobaan 2

Evaluasi daya hambat agens hayati terhadap patogen utama terbawa benih padi

Benih padi dengan dua tingat vigor yang terinfeksi cendawan dan bakteri patogenterbawa benih

Persentase daya hambat agens hayati 5/B dan 11/C serta kemampuan membentuk lingkaran bening (halo)

Percobaan 3

Efektivitas perlakuan benih dalam mengendalikan patogen utama terbawa benih dan meningkatkan vigor benih

Perlakuan benih yang terbaik di laboratorium

Percobaan 4

Efektivitas perlakuan benih dalam meningkatkan hasil padi di rumah kaca

Perlakuan benih yang efektif untuk skala rumah kaca

Formula

matriconditioning

Dua isolat

B. subtilis

(26)

EVALUASI MUTU DAN KESEHATAN BENIH PADI

VARIETAS IR 64 YANG BERBEDA VIGOR

PENDAHULUAN

Ilyas (2004) mengemukakan tentang mutu benih yang terdiri atas: 1) mutu

genetis, menjabarkan sifat unggul yang diwariskan oleh tanaman induk; 2) mutu

fisik yaitu struktur morfologis, ukuran, berat, dan penampakan benih; 3) mutu

fisiologis meliputi viabilitas dan vigor benih, dan 4) mutu patologis yang

ditujukan oleh keberadaan infeksi penyakit terbawa benih (seedborne) atau

kesehatan benih (seed health).

Sebagian besar ahli teknologi benih dan kalangan perdagangan

mengartikan viabilitas sebagai kemampuan benih untuk berkecambah dan

menghasilkan kecambah normal (Copeland & McDonald 1995). Pengujian daya

berkecambah adalah metode yang paling umum untuk menentukan viabilitas

benih. Pengujian daya berkecambah adalah prosedur analisis untuk mengevaluasi

perkecambahan benih pada kondisi yang optimum (favourable) dan

terstandardisasi yang jarang sekali sesuai dengan kondisi di lapang.

Vigor didefinisikan ISTA (2006) sebagai kumpulan sifat yang dimiliki

benih yang menentukan tingkat potensi aktivitas dan performance benih atau lot

benih selama perkecambahan dan munculnya kecambah. Tujuan pengujian vigor

adalah mempersiapkan informasi tentang planting value dalam jangkauan

lingkungan yang luas dan atau potensi daya simpan dari lot benih tersebut.

Dalam industri perbenihan yang semakin maju, maka kerugian akibat

beberapa patogen terbawa benih (seedborne) yang dianggap penting akan semakin

mendapat perhatian. Hal ini disebabkan karena penggunaan benih yang sehat

merupakan salah satu cara pengendalian penyakit yang diharapkan dapat menekan

biaya pengendalian penyakit di lapangan dan dapat meningkatkan kualitas

maupun kuantitas produksi. Pengujian kesehatan benih memegang peranan

penting untuk mengetahui status kesehatan suatu kelompok benih dengan cara

mendeteksi dan mengidentifikasi ada tidaknya patogen bawaan yang dapat

(27)

8

Sutakaria (1984) menyatakan bahwa pentingnya pengujian kesehatan

benih secara umum dapat digambarkan karena adanya beberapa tujuan,

diantaranya yaitu:

1. Untuk keperluan sertifikasi benih dalam usaha menghilangkan atau

mengurangi patogen yang terbawa benih. Dalam hal ini pengujian hanya

dilaksanakan apabila ada permintaan dari pengirim benih. Disamping itu

pengujian tersebut dapat menjadi pelengkap dari pengujian daya tumbuh

karena dapat dicari penyebab ketidak normalan bibit.

2. Untuk mengetahui perlu tidaknya dilakukan perlakuan benih sebelum

diadakan pertanaman atau penyimpanan.

Tujuan percobaan ini adalah untuk mengetahui mutu fisiologi dan patologi

awal dari benih padi yang akan digunakan pada percobaan selanjutnya.

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengujian Benih Balai Besar

Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura

(BB-PPMBTPH) Cimanggis, Depok. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember

2007.

Metodologi

Pengambilan Sampel Benih Padi Varietas IR 64

Pengambilan sampel dilakukan di PT. Sang Hyang Seri, Subang, Jawa

Barat. Dua sampel yang diambil merupakan benih padi varietas IR 64 yang

dipanen pada tanggal 6 Juni 2007 (Lot I) dan 10 September 2007 (Lot II).

Sampel benih padi dari PT. Sang Hyang Seri sudah dalam kemasan plastik

masing-masing seberat 1 kg, selanjutnya disimpan di Ruang Koleksi Benih

BB-PPMBTPH pada suhu 20-25 ºC. Untuk evaluasi mutu dan kesehatan benih,

dilakukan pengambilan contoh kerja dengan menggunakan soil devider, dan

dilaksanakan analisis kemurnian terlebih dulu untuk memisahkan benih murni

(28)

9

Pengujian Viabilitas dan Vigor Benih Padi

Pengujian viabilitas dan vigor dilakukan untuk mengetahui mutu fisiologis

awal dari sampel benih. Pengujian dilakukan dengan uji antar kertas (between

paper). Benih ditabur antara dua lapis kertas basah lalu digulung kemudian

dimasukkan dalam kantong plastik. Benih dikecambahkan di germinator pada

suhu 25ºC, benih yang digunakan berjumlah 200 benih (empat ulangan @ 50

benih) untuk pengujian viabilitas dan 200 benih untuk vigor. Pengamatan

dilakukan terhadap parameter viabilitas dan vigor benih:

1. Daya Berkecambah (DB), menggambarkan viabilitas potensial benih (Sadjad

et al. 1999), dihitung berdasarkan persentase kecambah normal (KN) hitungan

pertama yaitu 5 hari setelah tanam (HST) dan kedua (14 HST) dengan rumus:

DB(%) = ∑ KN hitungan I + ∑ KN hitungan II x100% ∑ benih yang ditanam

2. Indeks Vigor (IV), menggambarkan vigor kecepatan tumbuh (Copeland dan

McDonald 1995), dihitung berdasarkan persentase kecambah normal (KN)

pada hari hitungan pertama (5 HST) dengan rumus :

IV (%) = ∑ KN hitungan I x 100%

∑ benih yang ditanam

3. Kecepatan Tumbuh (%/etmal)

Pengamatan terhadap persentase kecambah normal per etmal dilakukan setiap

hari hingga pengamatan terakhir (final count) (Sadjad 1993). Rumus yang

digunakan adalah:

tn

KCT = Σ N/t 0

Keterangan : t : waktu pengamatan

N : % KN setiap waktu pengamatan

(29)

10

Pengujian Kesehatan Benih

Pengujian kesehatan benih adalah pemeriksaan pada benih dengan

menggunakan metode khusus untuk mengetahui adanya mikroorganisme atau

penyakit pada benih (ISTA 2006). Pengujian kesehatan benih dilakukan terhadap

cendawan dan bakteri patogenterbawa benih.

Identifikasi dan Penghitungan Kerapatan Cendawan Patogen Terbawa Benih

Pengujian cendawan dilakukan dengan metode Blotter test, yaitu

menanam 200 benih padi (empat ulangan @ 50 benih) yang sudah didisinfeksi

dengan natrium hipoklorit 1 % dan dicuci dengan air steril serta dikeringkan

dengan tisu dan dikeringanginkan. Identifikasi dilakukan setelah 7 hari inkubasi

pada inkubator suhu 20-25 ºC dengan penyinaran near ultra violet (NUV) 12 jam

terang dan 12 jam gelap. Pengamatan dilakukan dengan mikroskop stereo dan

mikroskop compound terhadap semua jenis cendawan terbawa benih dengan

rumus :

% infeksi = Jumlah benih yang terinfesi x 100 % Jumlah benih yang di tanam

Pada pengujian cendawan patogen terbawa benih dihitung pula jumlah

kerapatan cendawan dengan haemocytometer dan mikroskop compound. Rumus

perhitungan (Mathur 2003) :

= jumlah spora per ml

Cendawan patogen terbawa benih yang berhasil diidentifikasi dimurnikan

dengan potato dextrose agar (PDA) untuk digunakan pada pengujian selanjutnya.

Ekstraksi, Isolasi dan Identifikasi Bakteri Patogen Terbawa Benih

Dalam pengujian bakteri patogen terbawa benih langkah yang dilakukan

untuk menentukan ada tidaknya bakteri patogen dalam suatu kelompok benih adalah

dengan cara ekstraksi bakteri, isolasi dan pemurnian serta identifikasi isolat bakteri. Jumlah spora x volume dari suspensi spora (ml)

(luas area perhitungan (mm2 ) x kedalaman (mm) ml

(30)

11

Ekstraksi dan isolasi bakteri langsung dari benih dengan metode penghancuran

(liquid assay). Benih sebanyak 400 butir direndam dalam natrium hipoklorit

selama 1 menit, selanjutnya dibilas dengan air steril tiga kali, setelah itu benih

dihancurkan dengan mortar dan pestle serta ditambahkan air steril sebanyak (1.9 x

berat 100 butir) + 50 ml. Hasil ekstraksi diinkubasikan selama 2 jam. Suspensi

bakteri diambil dengan pipet steril sebanyak 1 ml dan dimasukkan dalam tabung

reaksi yang berisi air steril 9 ml, sehingga diperoleh perbandingan suspensi baru

1:10 (10-1), kemudian dikocok hingga homogen. Cara pengenceran ini diulang

dua kali sehingga mendapatkan tingkat pengenceran 10-3. Dari pengenceran yang

dibuat, diambil 100 µl suspensi dan ditabur pada nutrient agar (NA). Cawan petri

diinkubasi dalam keadaan terbalik pada suhu 28-30 ºC selama 2-3 hari

(BBPPMBTPH 2007).

Koloni yang diduga sebagai patogen dimurnikan pada media NA/Kings’B,

kemudian diinkubasi pada suhu 28-30 ºC selama 2-3 hari. Isolat yang didapat

selanjutnya diidentifikasi berdasarkan karakter fisiologi dan biokimi pada patogen

Pseudomonas dan patogen Xanthomonas ( Tabel 3 dan 4).

Karakter Morfologi Koloni

Koloni bakteri dapat dilihat dari morfologinya yaitu bentuk koloni

cembung, bulat, tepinya licin atau bergerigi (BBPPMBTPH 2007).

Uji Reaksi Gram

Uji reaksi gram dilakukan untuk membedakan antara bakteri yang bersifat

gram positif dengan gram negatif dengan cara mencampurkan satu lup bakteri

dengan dua tetes larutan KOH 3%, selanjutnya dilakukan pengamatan, apabila

terbentuk lendir setelah diaduk dengan jarum ose artinya bakteri tersebut bersifat

gram negatif (Mortensen 1989).

Uji Hidrolisis Pati

Koloni bakteri digoreskan pada medium pati, diinkubasi selama 4 hari

pada temperatur 28°C. Koloni yang sudah tumbuh pada goresan disiram dengan

larutan Lugol’s Iodin dan dilakukan pengamatan. Apabila media pati berwarna

(31)
[image:31.612.132.506.97.325.2]

12

Tabel 3. Karakter morfologi dan biokimia yang digunakan untuk membedakan patogen Pseudomonas

Karakter P.s P.f P.a P.g

Warna putih putih-coklat

terang putih seperti kapur putih keabu-abuan Morfologi bundar, licin, timbul bundar, licin, timbul, bening, mengkilap bulat, licin, timbul, lengket, mengkilap bulat, licin, timbul

Hidrolisa pati - + +/- +/-

Fluoresen + + - -

Oksidase - + +/- -

Arginin - + - -

Sumber : Mortensen 1989; Mew et al. 1994

Keterangan : P.s : Pseudomonas syringae, P.f : Pseudomonas fuscovaginae,

P.a : Pseudomonas avenae, P.g : Pseudomonas glumae

Tabel 4. Karakter morfologi dan biokimia yang digunakan untuk membedakan patogen Xanthomonas

Karakter Xoo Xco Xcc

Warna kuning keputih-putihan sampai kuning tua kuning keputih-putihan sampai kuning pucat kuning muda sampai kuning

Morfologi cembung, bulat

kecil licin, cembung, bulat bulat kecil, licin, berkilau, berlendir

Oksidase - - -

Hidrolisa pati - + +

Tumbuh pada suhu 35o C + + +

Tumbuh pada media SX - + +

Sumber : Mortensen 1989; Mew et al. 1994

Keterangan : Xoo: Xanthomonas oryzae pv. oryzae Xco: Xanthomonas campestris pv.

oryzicola, Xcc: Xanthomonas campestris pv. campestris

Uji Fluorescence

Bakteri digoreskan pada media King’s B yang sudah dituangkan ke dalam

cawan petri. Cawan petri yng telah digoree bakteri iinkubasi pada ruang dengan

suhu 25-28 ºC. Setelah 48 jam dilakukan pengamatan ada/tidaknya warna

[image:31.612.126.506.364.569.2]
(32)

13

Uji Oksidase Kovac’s

Bakteri ditumbuhkan pada media nutrient glucose agar (NGA) dengan

glukosa tidak boleh lebih dari 0,25% selama 24 jam. Larutan oksidase kovac’s

(larutan Tetramethyl-paraphenylene diamine dihydrochloride 1%) dibuat

secukupnya dan diletakkan pada tempat yang terhindar dari cahaya. Kertas filter

Whatman No.1 diletakkan di dalam cawan petri dan ditetesi larutan tersebut

sebanyak 3 – 4 tetes. Isolat bakteri yang tumbuh pada media King’s B sebanyak

satu lop diambil dengan ose platina atau tusuk gigi steril, kemudian digoreskan

pada tetesan larutan tersebut. Jika dalam waktu ≤ 10 detik terjadi perubahan warna menjadi ungu, maka bakteri tersebut bereaksi positif (Mortensen 1989).

Uji Arginin

Bakteri yang berumur 24-48 jam diinokulasikan dalam tabung reaksi yang

berisi media Thornley’s sebanyak 3 ml dengan cara ditusukkan. Tabung reaksi

yang sudah diinokulasi kemudian dilapisi dengan 1 ml mineral oil agar

kondisinya anaerob. Tabung reaksi diinkubasikan selama 3 hari pada ruang

dengan suhu 25-28 ºC. Pengamatan dilakukan terhadap warna media. Jika media

berubah menjadi merah maka bakteri tersebut bereaksi positif. Sebaliknya jika

tidak ada perubahan warna berarti bakteri tersebut bereaksi negatif (Mortensen

1989).

Penghitungan Jumlah Bakteri Terbawa Benih

Penghitungan jumlah koloni yang tumbuh menggunakan metode plate

counting (BBPPMBTPH 2007). Dasar perhitungan dalam metode ini adalah

jumlah bakteri yang tumbuh pada media dengan asumsi bahwa satu koloni

berasal dari satu sel bakteri. Dengan demikian jumlah koloni yang muncul pada

cawan petri merupakan suatu indeks bagi jumlah sel bakteri yang hidup dalam

sampel. Oleh karena yang terhitung adalah jumlah koloni yang masing-masing

berasal dari satu sel, sehingga satuannya adalah colony forming unit per ml

(cfu/ml).

Benih sebanyak 400 butir direndam dengan natrium hipoklorit selama 1

menit, selanjutnya dibilas dengan air steril tiga kali, setelah itu benih

(33)

14

Hasil ekstraksi diinkubasikan selama 2 jam. Suspensi bakteri diambil dengan

pipet steril sebanyak 1 ml dan dimasukkan dalam tabung reaksi yang berisi air

steril 9 ml, sehingga diperoleh perbandingan suspensi baru 1:10 (10-1), kemudian

dikocok hingga homogen. Cara pengenceran ini diulang dua kali sehingga

mendapatkan tingkat pengenceran 10-3. Dari pengenceran yang dibuat, diambil

100µl suspensi dan ditabur pada nutrient agar (NA). Cawan petri diinkubasi

dalam keadaan terbalik pada suhu 28-30 ºC selama 2-3 hari. Jumlah koloni yang

tumbuh pada tiap-tiap pengenceran dihitung berdasarkan karakter morfologi

(BBPPMBTPH 2007).

Rumus perhitungan koloni : Y = X . n . 10

Keterangan Y = jumlah bakteri per ml

X = jumlah rata-rata koloni per petri pada suatu tingkat

pengenceran

n = tingkat pengenceran

10 = menunjukan per ml karena yang ditabur per petri 0.1 ml

Rancangan Percobaan

Banjai dan Barabas (2002) menyebutkan bahwa data daya berkecambah

dan kemurnian mengikuti distribusi binomial. Distribusi binomial ini juga

berlaku untuk data pengujian kecepatan tumbuh, indeks vigor, persen infeksi

cendawan dan jumlah koloni bakteri.

Untuk pengujian daya berkecambah, kecepatan tumbuh, indeks vigor dan

kesehatan benih digunakan Rancangan Acak Lengkap dengan faktor tunggal yaitu

sampel benih yang terdiri atas dua tanggal panen yang berbeda. Analisis statistik

yang digunakan adalah sidik ragam dengan model sebagai berikut:

Yi = μ + αi + εi

Yi : nilai pengamatan pada tanggal panen α ke-i

μ : rataan umum

αi : pengaruh tanggal panen α taraf ke-i

€i : galat percobaan tanggal panen α taraf ke-i

Apabila terdapat pengaruh nyata terhadap peubah yang diamati, dilakukan uji

(34)

15

HASIL DAN PEMBAHASAN

Mutu Fisiologis Benih Padi Varietas IR 64 yang Berbeda Vigornya

Mutu fisiologis identik dengan daya berkecambah dimana daya

berkecambah menunjukkan kemampuan benih untuk tumbuh normal pada kondisi

optimum (AOSA 1983). Tujuan pengujian daya berkecambah adalah untuk

menentukan potensi perkecambahan maksimum dari suatu lot benih yang dapat

digunakan untuk membandingkan mutu dari lot yang berbeda dan untuk menduga

mutu benih sebagai bahan tanaman (the field planting value) (ISTA 2006).

Hasil pengujian awal mutu fisiologis (daya berkecambah, kecepatan tumbuh dan

indeks vigor) dua sampel benih padi IR 64 menunjukkan nilai daya berkecambah

yang berbeda nyata (Tabel 5). Benih padi Lot 1 yang dipanen pada 6 Juni 2007

(6 bulan masa simpan) mempunyai daya berkecambah 88%, sedangkan padi

Lot 2yang dipanen pada tanggal 10 September 2007 (3 bulan masa simpan) 97%.

Perbedaan nilai daya berkecambah ini disebabkan banyak faktor. Faktor eksternal

dan internal sangat berpengaruh pada proses perkecambahan dan pada hasil akhir

(ISTA 2003).

Tabel 5. Hasil pengujian viabilitas dan vigor benih padi IR 64

Jenis Pengujian Lot I

(6 Juni 2007)

Lot II

(10 September 2007)

Daya berkecambah (%) 88 b 97 a

Kecepatan tumbuh (%/etmal) 13.80 b 17.14 a

Indeks vigor (%) 0 b 70 a

Keterangan: Huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata

pada DMRT 5%. Koefisen keragaman (kk) DB: 0.8827, kk. KCT: 0.7613,

kk. IV: 114.1712

Kecepatan tumbuh (KCT) mengindikasikan vigor kekuatan tumbuh karena

benih yang cepat tumbuh lebih mampu menghadapi kondisi lapang yang

sub optimum. Kecepatan tumbuhdiukur dengan cara menjumlahkan pertambahan

kecambah normal setiap hari atau etmal pada kurun waktu perkecambahan dalam

kondisi optimum (Sadjad 1993). Nilai KCT dengan satuan %/etmal menunjukkan

jumlah benih yang tumbuh menjadi kecambah normal setiap 24 jam.

(35)

16

perkecambahan hingga 100% membutuhkan waktu 100/13.80 atau 7.2 hari

sedangkan benih padi Lot II dengan KCT = 17.14%/etmal membutuhkan waktu

5.7 hari. Semakin tinggi nilai KCT semakin cepat benih tersebut tumbuh menjadi

kecambah normal.

Nilai indeks vigor yang tinggi menunjukkan benih berkecambah lebih

cepat, sehingga digolongkan dalam vigor kuat. Benih yang cepat tumbuh

menunjukkan benih tersebut mampu mengatasi segala macam kondisi

sub optimum (Sadjad 1984). Benih padi Lot I mempunyai nilai indeks

vigor (IV) = 0%, berarti pada pengamatan pertama belum ada benih yang

berkecambah normal, sedangkan benih padi Lot II mempunyai nilai IV = 70%.

Nilai IV yang tinggi menunjukkan benih berkecambah lebih cepat sehingga

digolongkan dalam benih yang vigor (Sadjad 1984).

Benih padi Lot I ( KCT=13.80%/etmal dan IV = 0%) dapat dikategorikan

sebagai benih vigor sedang, sedangkan benih padi Lot II (KCT= 17.14%/etmal

dan IV = 70%) dapat dikategorikan sebagai benih vigor tinggi.

Kesehatan Benih Padi Varietas IR 64 yang Berbeda Vigor

Hasil dentifikasi cendawan berdasarkan bentuk morfologi (Gambar 2),

pada benih padi Lot I ditemukan tiga jenis cendawan terbawa benih yaitu,

Alternaria padwickii, Drechslera oryzae, dan Fusarium moniliforme, sedangkan

pada benih padi Lot II hanya ditemukan dua jenis cendawan yaitu A. padwickii

dan D. oryzae (Tabel 6).

a b c

Gambar 2 Spora cendawan yang ditemukan pada benih padi dengan perbesaran 100x,

Alternaria padwickii (a), Drechslera oryzae (b), dan Fusarium

moniliforme (c).

Persentase infeksi cendawan patogen terbawa benih setiap lot

(36)

17

Alternaria padwickii merupakan cendawan yang ditemukan dengan tingkat infeksi

paling tinggi pada benih vigor sedang dan vigor tinggi (22% dan 10%)

dibandingkan Drechslera oryzae, dan Fusarium moniliforme. Alternaria

padwickii merupakan salah satu cendawan terbawa benih yang dilaporkan paling

banyak menginfeksi benih padi, 75 % dari 400 sampel benih padi terinfeksi A.

padwickii (Neergard 1977), persentase infeksi A. padwickii pada padi berkisar

1.33-44.0% (Pham et al. 2001) atau 2.85-24.10% (Islam et al. 2000).

Kerapatan cendawan A. padwickii, D. oryzae, dan F. moniliforme adalah

berkisar 106 pada benih Lot I maupun benih Lot II (Tabel 7). Jumlah kerapatan

cendawan per mililiter dapat digunakan untuk memprediksi perkecambahan

benih.

Tabel 6. Persentase infeksi cendawan patogen terbawa benih padi IR 64

Jenis cendawan Lot I

(6 Juni 2007)

Lot II

(10 September 2007)

A. padwickii 22 a 10 b

D. oryzae 8 a 3 b

F. moniliforme 5 a 0 b

Keterangan : Keterangan: Huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan

berbeda nyata pada DMRT 5%. Koefisen keragaman (kk) A. padwickii:

8.8388, kk. D. oryzae: 15.1448, kk. F. moniliforme: 23.0940

Tabel 7. Kerapatan cendawan patogen terbawa benih padi IR 64

Jenis cendawan Lot I

(6 Juni 2007)

Lot II

(10 September 2007)

A. padwickii 1 x 106 1 x 106

D. oryzae 1 x 106 1 x 106

F. moniliforme 3 x 106 0

Salah satu penyebab keabnormalan kecambah adalah

adanya cendawan terbawa benih (ISTA 2003). Nghiep dan

Gaur (2004) menyatakan bahwa kecambah abnormal pada beberapa varietas padi

di India disebabkan oleh D. oryzae, A. padwicki, dan Culvularia.

Merca et al. (1999) melaporkan bahwa F. moniliforme, A. padwickii,

(37)

18

Infeksi yang sangat tinggi dari A. padwickii sebesar 80% pada benih padi

dilaporkan terjadi di Filipina. Infeksi benih menyebabkan penurunan daya

berkecambah, busuk benih, busuk akar dan koleoptil, dan kematian. Cendawan ini

biasanya melakukan penetrasi ke dalam endosperma, dan dapat menurunkan mutu

benih (Ou 1985). Konsentrasi inokulum A. padwickii 2 x 104 per mililiter dapat

menimbulkan gejala penyakit di pertanaman (ISPaVe 1996).

Berdasarkan pengujian morfologi dan biokimia (Tabel 8 dan Gambar 3)

pada benih padi Lot I dan Lot II ditemukan tiga bakteri patogen terbawa benih,

yaitu Xanthomonas oryzae pv. oryzae, Xanthomonas campestris pv. oryzicola,

dan Pseudomonas avenae. Jumlah koloni ketiga bakteri pada benih padi Lot I dan

[image:37.612.117.501.322.594.2]

Lot II berkisar antara 103- 104 (Tabel 9).

Tabel 8. Hasil identifikasi koloni bakteri secara morfologi dan biokimia

Jenis Pengujian Koloni 1 Koloni 2 Koloni 3

Morfologi Cembung, bulat

kecil

licin, cembung, bulat

bulat, licin, timbul, lengket, mengkilap

Warna kuning

keputih-putihan sampai kuning tua

kuning keputih-putihan sampai kuning pucat

putih seperti kapur

Gram Negatif Negatif Negatif

Oksidase Negatif Negatif Positif

Hidrolisa pati Negatif Positif Positif

Fluoresen - - Negatif

Arginin - - Negatif

Xanthomonas oryzae pv. oryzae

Xanthomonas campestris pv. oryzicola

Pseudomonas avenae

Bakteri X. oryzae pv. oryzae paling banyak ditemukan pada benih yang

diuji. Benih merupakan sumber utama dan pertama penularan X. oryzae pv.

oryzae di lapangan. Koloni X. oryzae pv. oryzae dijumpai pada endosperma

dan gluma. Bakteri dapat bertahan hidup dalam benih selama semusim hingga

(38)

19

[image:38.612.189.451.77.190.2]

a b c

Gambar 3. Koloni bakteri patogen terbawa benih yang ditemukan pada benih padi:

Xanthomonas oryzae pv oryzae (a), Xanthomonas campestris

pv. oryzicola (b) dan Pseudomonas avenae (c).

Tabel 9. Hasil penghitungan jumlah koloni bakteri patogen terbawa benih padi IR 64 (cfu/ml)

Jenis bakteri Lot I

(6 Juni 2007)

Lot II

(10 September 2007)

X. oryzae pv. oryzae 2 x 104 a 4 x103 b

X. campestris pv. oryzicola 1.2 x 104 a 3.6 x 103 b

P. avenae 8.4 x103 a 1 x 103 b

Keterangan : Huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata

pada DMRT 5%. Koefisen keragaman X. oryzae pv oryzae: 1.1015

(transformasi logaritma), kk. Xanthomonas campestris pv. oryzicola:

0.3797 (transformasi logaritma) dan kk. Pseudomonas Avenae: 1.5689

(transformasi akar kuadrat)

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengujian mutu fisiologis dapat disimpulkan bahwa

pada benih padi varietas IR 64 yang dipanen tanggal 6 Juni 2007 (Lot I)

mempunyai nilai daya DB = 88 %, KCT = 1 3.80 %/etmal, IV = 70 %, dan benih

padi varietas IR 64 yang dipanen pada tanggal 10 September 2007 (Lot II)

mempunyai nilai DB = 97 %, KCT =17.14 %/etmal, IV =0 %. Benih padi Lot I

dapat dikategorikan sebagai benih vigor sedang, dan benih padi Lot II sebagai

benih vigor tinggi. Benih padi dengan dua tingkat vigor ini kemudian digunakan

pada percobaan-percobaan selanjutnya.

Pada benih padi Lot I ditemukan tiga jenis cendawan terbawa benih yaitu,

A. padwickii (22%), D. oryzae (8%), dan F. moniliforme (5%), sedangkan pada

benih padi Lot II hanya ditemukan dua jenis cendawan yaitu A. padwickii (10%)

[image:38.612.139.506.275.376.2]
(39)

20

Hasil identifikasi secara morfologi dan biokimia pada benih padi Lot I dan

Lot II ditemukan tiga jenis bakteri patogen terbawa benih, yaitu X. oryzae pv.

oryzae (2 x 104 dan 4 x103 cfu/ml), X. campestris pv. oryzicola (1.2 x 104 dan 3.6

(40)

EVALUASI DAYA HAMBAT AGENS HAYATI TERHADAP

PATOGEN UTAMA TERBAWA BENIH PADI

PENDAHULUAN

Pengendalian hayati menggunakan agens hayati merupakan pengendalian

alternatif yang ramah lingkungan dibandingkan penggunakaan bahan kimia dan

pestisida dalam menekan penyakit tanaman (Warrior et al. 2002).

Terdapat beberapa definisi mengenai pengendalian hayati, yaitu:

1. Pengurangan jumlah inokulum dalam keadaan aktif maupun dorman atau

pengurangan aktivitas patogen sebagai parasit oleh satu atau lebih

mikroorganisme yang berlaku secara alami atau melalui manipulasi

lingkungan, inang atau antagonis atau dengan introduksi secara massal

organisme antagonis (Cook dan Baker 1983).

2. Pengurangan jumlah inokulum atau aktivitas suatu patogen yang

menghasilkan penyakit dengan satu atau lebih organisme lain selain manusia

(Gnanamanickam 2002).

3. Keseluruhan atau sebagian populasi patogen yang dapat ditekan oleh

organisme lain yang selalu ada di alam (Agrios 2005).

Pengendalian dengan agens hayati memiliki beberapa keunggulan, antara

lain efektif untuk mengendalikan penyakit tanaman, tidak berdampak negatif

terhadap lingkungan, efektif selama masa hidup tanaman dan dapat menghasilkan

senyawa yang bermanfaat ganda bagi tanaman (Silva et al. 2004).

Agens hayati adalah 1) mikroba seperti bakteri, cendawan,pengendali

hama dan penyakit, 2) eksotik agens hayati yang dapat berkembang biak seperti

parasitoid, predator, parasit, arthropoda pemakan tumbuhan dan patogen

(Keputusan Ketua Komisi Agens Hayati 2006), 3) tiap organisme yang meliputi

spesies, subspesies, varietas, semua jenis serangga, nematoda, protozoa, cendawan

(fungi), bakteri, virus, mikoplasma dan organisme lainnya dalam semua tahap

perkembangannya yang dapat dipergunakan untuk keperluan pengendalian hama

dan penyakit atau organisme pengganggu, proses produksi, pengolahan hasil

(41)

22

Secara umum kelompok bakteri antagonis dari kelompok Pseudomonas

dan Bacillus merupakan bakteri yang paling banyak digunakan sebagai agens

hayati. Bacillus adalah bakteri gram positif yang memproduksi endospore, toleran

terhadap panas dan pengeringan. Pseudomonas bersifat gram negatif dan

membutuhkan sedikit nutrisi. Kedua kelompok bakteri ini mempunyai

kemampuan kolonisasi yang sangat bagus dan mempunyai kemampuan hidup

yang tinggi pada rhizophere padi (Weller 1998). Agens hayati bakteri ini dapat

menghasilkan antibiotik, kompetisi, induksi resistensi, lytic enzimes, dan

mycrobial cyanides atau induksi sistemik pada inang (Handelsman 1996) .

Percobaan ini merupakan langkah awal untuk mengetahui efektivitas

Bacillus subtilis sebagai agens hayati terhadap patogen terbawa benih padi

varietas IR 64 yang didapat dari hasil uji kesehatan benih.

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengujian Benih Balai Besar

Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura

Cimanggis Depok. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2008.

Metodologi

Isolat Cendawan dan Bakteri Patogen Terbawa Benih

Isolat murni patogen terbawa benih padi yang diperoleh dari percobaan

pertama ada enam isolat. Tiga isolat cendawan (Gambar 4) yaitu Alternaria

padwickii, Dreschlera oryzae, Fusarium moniliforme yang dimurnikan pada

media potato dextrosa agar (PDA).

[image:41.612.131.507.527.686.2]

a b c

(42)

23

Tiga isolat bakteri (Gambar 5) yaitu Xanthomonas oryzae pv. oryzae,

Xanthomonas campestris pv. oryzicola, dan Pseudomonas avenae dimurnikan

pada media nutrient agar (NA).

[image:42.612.132.508.159.293.2]

a b c

Gambar 5. Isolat murni bakteri patogen terbawa benih Xanthomonas oryzae pv. oryzae (a), Xanthomonas campestris pv. oryzicola (b) dan Pseudomonas avenae (c).

Isolat Agens hayati

Untuk percobaan ini digunakan dua isolat agens hayati Bacillus subtilis

5/B dan 11/C yang merupakan koleksi dari BB-Padi Sukamandi tahun 2007

(Gambar 6).

a b

Gambar 6. Isolat murni bakteri agens hayati Bacillus subtilis 5/B (a) dan 11/C (b).

Daya Hambat Bacillus subtillis terhadap Cendawan Patogen Terbawa Benih

Secara In Vitro

Cendawan hasil identifikasi pengujian kesehatan benih direjuvinasi

sampai umur 7 hari sebelum digunakan untuk perlakuan uji daya hambat.

[image:42.612.156.477.409.538.2]
(43)

24

diameter 0.5 cm, dipindahkan ke dalam media PDA baru dengan jarak 3 cm dari

tepi cawan petri dan diinkubasikan selama 48 jam. Isolat agens hayati B. subtilis

5/B dan 11/C diambil dari biakan murni pada media NA. Masing-masing isolat

digores memanjang satu lup penuh dengan jarak 3 cm dari tepi cawan berlawanan

arah letak cendawan yang telah ditumbuhkan sebelumnya. Untuk masing-masing

isolat agens hayati dilakukan pengujian dengan pengulangan tiga kali.

Pengamatan dilakukan setiap hari terhadap pertumbuhan cendawan dan

persentase daya hambat agens hayati (DH) dihitung dengan rumus:

DH = R1 - R2 x 100%

R2

Keterangan :

R1 = jari-jari pertumbuhan patogen ke arah tepi cawan petri

R2 = jari-jari pertumbuhan patogen ke arah agens hayati

Daya Hambat Bacillus subtilis terhadap BakteriPatogen Terbawa Benih

Secara In Vitro

Isolat murni bakteri hasil pengujian kesehatan benih dan agens hayati B.

subtilis (5/B dan 11/C) direjuvinasi pada media NA/King’s B. Setelah 48 jam,

pada ketiga isolat murni bakteri patogen terbawa benih dan isolat agens hayati B.

subtilis 5/B dan 11/C ditambahkan 100 μl akuades steril kemudian diratakan. Potongan kertas saring steril dengan diameter 1 cm dicelupkan pada suspensi

agens hayati dan diletakkan pada medium yang berisi inokulum bakteri patogen

terbawa benih. Kultur diinkubasikan dalam ruang bersuhu 26 – 28 ºC selama 7

hari. Daya hambat agens hayati ditunjukkan dengan adanya area transparan (halo)

disekitar potongan kertas.

Rancangan Percobaan

Analisa daya hambat B. subtilis terhadap cendawan patogen terbawa

benih menggunakan Rancangan Acak Lengkap faktor tunggal yaitu perbedaan

nilai tengah daya hambat. Analisis statistik yang digunakan adalah sidik ragam

(44)

25

Yi = μ + αi + εi

Yi : nilai pengamatan pada perbedaan nilai tengah daya hambat α ke-i

μ : rataan umum

αi : pengaruh perbedaan nilai tengah daya hambat α taraf ke-i

€i : galat percobaan perbedaan nilai tengah daya hambat α taraf ke-i

Apabila terdapat pengaruh nyata terhadap peubah yang diamati, dilakukan uji

lanjut dengan Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada α 5%.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Daya Hambat Bacillus subtilis terhadap Cendawan Patogen Terbawa Benih

Agrios (2005) mengemukakan bahwa mekanisme dan antagonisme

terhadap patogen yaitu (a) parasit atau lisis secara langsung sampai patogen mati,

(b) kompetisi makanan, (c) efek racun secara langsung pada patogen dengan zat

antibiotik yang dihasilkan oleh agens hayati, (d) efek racun secara tidak langsung

dari bahan volatil yang ada pada agens hayati.

Hasil in-vitro dual culture menunjukkan bahwa B. subtilis 5/B mampu

menghambat pertumbuhan cendawan A. padwickii (Tabel 10 dan Gambar 7) dan

D. oryzae (Tabel 11 dan Gambar 8), lebih baik dibandingkan B. subtilis 11/C.

Kemampuan penghambatan isolat B. subtilis 5/B berbeda nyata dengan

kemampuan penghambatan isolat B. subtilis 11/C. Cendawan patogen terbawa

benih padi tidak mampu tumbuh dimungkinkan karena terhambat oleh antibiotik

yang dihasilkan oleh bakteri B. subtilis. Potensi B. subtilis sebagai agens hayati

ditunjukkan dengan terbentuknya zona penghambatan yaitu merupakan zona

pembatas antara titik terluar koloni patogen dan difusi antibiotik pada media

PDA.

Muhammad dan Amusa (2003) melaporkan bahwa B. subtilis mampu

menghambat cendawan patogen pada jagung, penghambatan terhadap

pertumbuhan mycelia cendawan disebabkan oleh dua mekanisme yaitu produksi

metabolit biologis dan pertumbuhan yang cepat dan menyebar dari B. subtillis

Agens hayati B. subtilis menghasilkan senyawa antibiotik berupa peptida

(45)

26

Antibiotik yang dihasilkan agens hayati kelompok bakteri berperan sebagai kunci

pengendalian berbagai penyakit tanaman (Anderson et al. 2004).

Kedua agens hayati B. subtillis 5/B dan 11/C tidak mampu menghambat

pertumbuhan koloni cendawan Fusarium moniliforme. Rosales et al. (1993)

menyatakan bahwa agens hayati bakteri yang berasal dari benih, daun padi yaitu

bakteri yang termasuk dalam genera Bacillus, Pseudomonas, Serratia dan

Erwinia. Semua agens hayati bakteri ini dapat menghambat pertumbuhan mycelia

dari Rhizoctonia solani, hanya beberapa agens hayati dapat menghambat

[image:45.612.131.508.287.356.2]

pertumbuhan cendawan Fusarium moniliforme.

Tabel 10. Pengaruh Bacillus subtilis terhadap penghambatan pertumbuhan koloni Alternaria padwickii

Perlakuan Rata-rata penghambatan (%)

Tanpa B. subtilis 0 c

B. subtilis 5/B 16.8 a

B. subtilis 11/C 14.1 b

Keterangan : Huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada DMRT 5%. Koefisien keragaman: 0.7929.

a b

[image:45.612.130.512.575.654.2]

Gambar 7. Penghambatan Bacillus subtilis 5/B (a) dan 11/C (b) terhadap Alternaria padwickii.

Tabel 11. Pengaruh Bacillus subtilis terhadap penghambatan pertumbuhan koloni Drechslera oryzae

Perlakuan Rata-rata penghambatan (%)

Tanpa B. subtilis 0 c

B. subtilis 5/B 17.3 a

B. subtilis 11/C 13.8 b

(46)

27

a b

Gambar 8. Penghambatan Bacillus subtilis 5/B (a) dan 11/C (b) terhadap Dreschlera oryzae.

Daya Hambat Bacillus subtillis terhadap Bakteri Patogen Terbawa Benih

Pada pengujian daya hambat B. subtilis 5/B terhadap ketiga bakteri

patogen terbawa benih menunjukkan bahwa agens hayati B. subtilis 5/B mampu

menghambat bakteriX. oryzae pv. oryzae dan X. campestris pv. oryzicola, namun

tidak mampu menghambat P. avenae (Tabel 12 dan Gambar 9). Bacillus subtilis

11/C tidak mampu menghambat X. oryzae pv. oryzae, X. campestris pv.

[image:46.612.181.465.80.196.2]

oryzicola, dan P. Avenae.

Tabel 12. Kemampuan penghambatan Bacillus subtilis terhadap ketiga bakteri patogen terbawa benih

Bacillus subtilis Jenis Bakteri

5/B 11/C

Xanthomonas oryzae pv. oryzae + -

Xanthomonas campestris pv. oryzicola + -

Pseudomonas avenae - -

Keterangan : +: menghambat, - : tidak menghambat

a b

(47)

28

Penghambatan B. subtilis 5/B terhadap X. oryzae pv. oryzae dan X.

campestris pv. oryzicola ditunjukkan adanya lingkaran bening (halo) di sekitar

agens hayati. Terbentuknya zona penghambatan dalam bentuk halo ini

kemungkinan juga disebabkan oleh antibiotik yang dihasilkan oleh B. subtilis.

Banyak strain B. subtilis memproduksi antibiotik untuk menghambat bakteri dan

cendawan patogen tanaman (USPTO 2008). Bacillus sp. merupakan mikroba yang

potensial dalam mengendalikan bakteri Rastolnia solanasearum penyebab

penyakit layu bakteri pada tanaman jahe (Bustaman 2006).

KESIMPULAN

Pada penelitian uji daya hambat agens hayati secara in-vitro, isolat B.

subtilis 5/B mampu menghambat pertumbuhan cendawan A. padwickii (16.8%)

dan D. oryzae (17.3%), bakteri X. oryzae pv. oryzae dan X. campestris pv.

oryzicola namun tidak mampu menghambat cendawan F. moniliforme dan bakteri

P. avenae yang terbawa benih padi.

Isolat B. subtilis 11/C hanya mampu menghambat pertumbuhan cendawan

A. padwickii (14.1%) dan D. oryzae (13.8%). Isolat B. subtilis 5/B lebih baik dari

isolat B. subtilis 11/C, sehingga isolat B. subtilis 5/B digunakan pada penelitian

(48)

EFEKTIVITAS PERLAKUAN BENIH DALAM

MENGENDALIKAN PATOGEN UTAMA TERBAWA BENIH

DAN MENINGKATKAN VIGOR BENIH

PENDAHULUAN

Perlakuan benih merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

sistem produksi tanaman. Setelah panen dan prosesing, benih harus diberi

perlakuan (seed treatment) untuk berbagai kepentingan yang berbeda. Pertama,

menghilangkan sumber infeksi dari benih (disinfeksi) untuk melawan patogen

tular benih dan hama. Kedua, perlindungan terhadap benih melawan hama dan

patogen yang mungkin berada di tanah atau di udara ketika bibit muncul

dipermukaan tanah. Ketiga, perlakuan benih seperti priming, coating , pelleting,

dan sebagainya untuk meningkatkan perkecambahan atau melindungi benih dari

patogen dan hama (Desai et al. 1997).

Maude (1986) melaporkan bahwa definisi perlakuan benih bersifat umum

dan merujuk kepada benih sebagai subyek dari senyawa (kimia, nutrisi, hormon),

proses (imbibisi, pengeringan) atau berbagai bentuk energi (radiasi, panas, listrik)

Dalam konteks patologi ta

Gambar

Tabel 3.   Karakter morfologi dan biokimia yang digunakan untuk membedakan patogen Pseudomonas
Tabel 8. Hasil identifikasi koloni bakteri secara  morfologi dan biokimia
Tabel 9. Hasil penghitungan jumlah koloni  bakteri patogen terbawa benih padi
Gambar 4. Isolat murni cendawan patogen terbawa benih Alternaria  padwickii
+7

Referensi

Dokumen terkait

Perendaman Akar atau Penyemprotan Tanaman dengan Agens Hayati untuk Mengendalikan Hawar Daun Bakteri, Meningkatkan Hasil dan Mutu Benih Padi adalah benar karya saya

Upaya pengendalian penyakit yang disebabkan oleh cendawan patogen terbawa benih yang biasa dilakukan yaitu dengan perlakuan benih menggunakan bahan kimia seperti

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perlakuan benih dengan agens hayati dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman berdasarkan peubah yang diamati seperti tinggi tanaman,

subtilis 5/B pada benih padi yang terkontaminasi Xoo terhadap peningkatan mutu dan daya simpan benih, serta ketahanan Xoo dan agen hayati dalam benih selama

Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua perlakuan invigorasi meningkatkan daya berkecambah benih 1-8% dan kecepatan tumbuh benih 0,7-4,3 (%/24 jam) pada benih padi hibrida Hipa 5

Hasil penelitian menunjukkan bahwa benih kakao hibrida yang diperlakukan dengan matriconditioning + agens hayati dan ditanam dalam media tanah, pasir, dan kompos (2:1:1) +

Keterangan: P0 = kontrol; P1 = benih diinokulasi Xoo, kemudian diinvigorasi dengan biomatriconditioning plus agens hayati; P2 = benih diinokulasi Xoo, kemudian diinvigorasi dengan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa per- lakuan benih dengan agens hayati mampu mening- katkan pertumbuhan tanaman dan hasil panen, serta menurunkan intensitas serangan penyakit