• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN ARUS KAS UNTUK MENGUKUR TINGKAT LIKUIDITAS PADA PT. PAN PACIFIC INSURANCE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "LAPORAN ARUS KAS UNTUK MENGUKUR TINGKAT LIKUIDITAS PADA PT. PAN PACIFIC INSURANCE "

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

ACCOUNTING. Vol. 01, No.02, Juni 2020, pp 263-272 263

LAPORAN ARUS KAS UNTUK MENGUKUR TINGKAT LIKUIDITAS PADA PT. PAN PACIFIC INSURANCE

Nur Rochman1, Ibrahim H. Ahmad2, Sultan Iskandar3

123Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YPUP Makassar

1[email protected], 2[email protected], 3[email protected],

ABSTRACK

This research aims at finding out the level of company liquidity based on cash flow statement at PT. Pan Pacific Insurance. The analytical method used in this research was quantitative where the researcher describes the level of company liquidity through the method of cash flow ratios, the cash ratio towards the interest and the ratio of capital expenditure. Data were collected by documentation and interviews. The results of this research showed that the level of liquidity of PT. Pan Pacific Insurance based on cash flow statement was in good condition by comparing the three ratios that can be interpreted that the company was able to pay its short- term obligations as required.

Keywords: cash flow reports, liquidity, cash flow ratio analysis.

PENDAHULUAN

Umumnya suatu bisnis dibentuk untuk memperoleh keuntungan. Dalam dunia bisnis yang semakin berkembang saat ini sejalan dengan perkembangan teknologi, bukanlah hal yang mudah untuk mencapai suatu target bisnis.

Kemungkinan akan banyak persaingan antar perusahaan. Perusahaan harus dapat mengelola semua sumber daya, kewajiban, dan ekuitasnya sebanyak mungkin untuk dapat bersaing dengan kegiatan bisnis lain sehingga kegiatan bisnis dapat beroperasi dengan baik. Perusahaan yang baik akan makmur sedangkan bisnis yang tidak berhasil akan mengalami kebangkrutan. Oleh karena itu, dibutuhkan dana yang besar untuk meningkatkan kegiatan operasi seperti meningkatkan personil, kualitas layanan,dan ekspansi bisnis.

Dana tersebut berasal dari sumber internal seperti modal sendiri dan pendapatan dari kegiatan. Dengan demikian sumber dana internal dapat diperoleh dari pemberi pinjaman termasuk bank dan investor juga. Perusahaan pada umumnya memberikan laporan keuangan dalam periode tertentu untuk menilai situasi keuangan.

Dalam hal ini perusahaan harus memahami dari awal hingga akhir kesuksesan setiap kegiatan bisnisnya, dengan memastikan bahwa perusahaan telah mengalami peningkatan atau kemunduran.

Laporan keuangan sangat diperlukan untuk menilai hasil keuangan suatu perusahaan.

Menurut Jumingan (2014), laporan keuangan merupakan hasil refleksi dari sekian banyak transaksi yang terjadi dalam suatu perusahaan.

Salah satu aspek yang sangat signifikan adalah analisis laporan arus kas, yang merupakan ikhtisar tempat sumber-sumber dan penggunaan kas didalam perusahaan tersebut. Menurut Hery (2018), laporan arus kas merupakan rincian sumber penerimaan maupun pengeluaran kas berdasarkan kegiatan operasi, investasi, dan pembiayaan. Uang tunai (kas) adalah komponen aset yang paling likuid, sehingga perusahaan tidak akan kesulitan membayar kewajiban dengan ketersediaan uang tunai yang cukup.

Metode untuk mengetahui berapa banyak uang yang difungsikan untuk mendanai kegiatan keuangan suatu organisasi disebut dengan laporan arus kas. Hal ini memiliki efek pada arus kas perusahaan, dimana semakin banyak uang yang dimiliki perusahaan, maka semakin tinggi tingkat likuiditas. Jika rasio likuiditas yang ditunjukkan perusahaan tinggi, maka dapat diartikean bahwa perusahaan dalam pengelolaan kas dan arus kas kurang efektif.

Sebagai perbandingan jika kas terlalu kecil dapat menyebabkan kesulitan dana yang mengganggu kegiatan operasi perusahaan dan

(2)

perusahaan tidak likuid untuk memenuhi kewajiban mereka.

Kegagalan organisasi memenuhi kewajibannya saat ini adalah masalah likuiditas yang lemah, dapat memnyebabkan penjualan aset dan paling buruknya mengalami kebangkrutan.

Sejauh menyangkut problem likuiditas, organisasi harus dapat menangani uang yang ada untuk memfasilitasi semua bentuk aktivitas serta perlu waspada ketika menghadapi kesulitan pendanaan, terutama ketika menggunakan uang tunai. Untuk menilai kapasitas perusahan dalam menghasilkan uang tunai dan kemampuannnya membayar kewajiban jangka pendek, laporan arus kas perlu diperbarui sehingga kreditor, penanam modal, konsumen dan kolega bisnis lainnya dapat dikelola dan diharapkan untuk mencapai tujuan bisnis yang lebih efisien.

Tingkat likuiditas perusahaan berperan penting dan menjadi fokus utama bagi pemegang saham karena tingkat likuiditas merupakan faktor yang menilai keberhasilan dan kegagalan perusahaan. PT. Pan Pacific Insurance adalah organisasi bisnis asuransi lokal yang mempunyai produk-produk asuransi umum yang lengkap seperti asuransi kendaraan, kebakaran, cargo, asuransi jiwa dan lain-lain. PT Pan Pacific Insurance berdiri Pada tanggal 27 februari 1997.

Dapat kita tinjau langsung laba bersih dan kas bersih yang berada dibawah tabel ini.

Tabel 1. Laporan arus kas PT. Pan Pacific Insurance untuk Tahun 2016, 2017 dan 2018

Keterangan 2016 2017 2018

Arus kas

aktivitas operasi 135.165.462 84.251.931 137.491.073 Arus Kas

aktivitas Investasi

356.751.700 293.125.321 325.709.535 Arus kas

aktivitas pendanaan

(478.408.427) (338.303.974) (490.178.817) Kenaikan

(Penurunan) Bersih Kas dan setara kas

13.508.735 39.073.278 (26.978.209)

Kas dan setara

kas awal tahun 20.922.743 34.431.478 73.504.756 Kas dan setara

kas akhir tahun 34.431.478 73.504.756 46.526.547

Sumber: PT. Pan Pacific Insurance (2019)

Dari tabel 1. menunjukkan laporan arus kas PT. Pan Pacific Insurance yang menggambarkan informasi arus kas dari ke tiga aktivitas yang di gunakan dalam usaha adalah operasi, investasi, dan pendanaan.

Uraian pertama kondisi arus kas operasi PT. Pan Pacific Insurance bahwa arus kas

aktivitas operasi pada tahun 2016 dan 2018 yang cukup besar dapat mempengaruhi kinerja perusahaan. Kas yang terlalu besar pada suatu aktivitas menunjukkan adanya dana yang tidak di gunakan, serta tidak efisien yang seharusnya dana tersebut dapat digunakan untuk aktivitas arus kas yang lainnya. Dengan kata lain, semakin besar ukuran arus kas operasi perusahaan, semakin besar kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya.

Uraian kedua dari arus kas kegiatan investasi mengalami fluktuasi. Kas bersih yang digunakan pada tahun 2016 menunjukkan angka besar dan menurun pada tahun 2017, 2018.

Dalam situasi ini, penjualan dan pembelian aset tetap perusahaan diharapkan menghasilkan pendapatan bagi perusahaan sehingga arus kas dari aktivitas operasi tidak menunjukkan fluktuasi dari tahun ke tahun. Uraian ketiga dari arus kas kegiatan pendanaan kas bersih yang digunakan untuk aktivistas ini pada tahun 2017 mengalami penurunan dari tahun 2016 sedangkan mengalami kenaikan pada tahun 2018.

Bedasarkan kondisi ini arus kas aktivitas pendanaan PT. Pan Pacific Insurance terjadi peningkatan yang bersumber dari dana pinjaman bank dan lembaga lainnya.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka peneliti merumuskan masalah yang akan di teliti adalah bagaimanakah tingkat likuiditas perusahaan berdasarkan laporan arus kas pada PT. Pan Pacific Insurance.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat likuiditas perusahaan berdasarkan laporan arus kas PT. Pan Pacific Insurance.

TINJAUAN LITERTATUR

Menurut Pura (2019), cecara umum akuntansi merupakan suatu sistem informasi yang digunakan untuk mengubah data dari transaksi menjadi informasi keuangan. Proses akuntansi meliputi kegiatan mengidentifikasi, mencatat, dan menafsirkan, mengkomunikasikan peristiwa ekonomi dari sebuah organisasi kepada pemakai informasinya. Proses akuntansi menghasilkan informasi keuangan. Semua proses tersebut diselenggarakan secara tertulis dan

(3)

ACCOUNTING. Vol. 01, No.02, Juni 2020, pp 263-272 265 berdsarkan bukti transaksi yang juga harus tertulis.

Menurut Bahri (2016), pengertian akuntansi adalah suatu seni dalam pencatatan, penggolongan, pengikhtisaran, dan pelaporan atas transaksi dengan menggunakan cara sedemikian rupa, sistematis dari segi dan sesuai dengan standar yang berlaku umum. Oleh karena itu, pihak yang memiliki kepentingan dengan perusahaan seperti investor, kreditur, pelanggan, pemerintah, masyarakat dan karyawan berhak untuk mengetahui laporan posisi keuangan dan hasil operasi perusahaan pada periode tertentu, sehingga dapat mengambil suatu keputusan.

Akuntansi dikatakan suatu seni karena diibaratkan beberapa pelukis hendak menggambar atas objek yang sama, maka pelukis tersebut akan menggunakan cara sesuai dengan kemampuannya dan minimal akan menghasilkan sesuai dengan objek gambar. Begitu juga dalam akuntansi, para pelaku bisa membuat laporan sesuai dengan kemampuannya tetapi tetap berdasarkan pada standar akuntansi yang berlaku.

Menurut Fahmi (2017), laporan keuangan merupakan suatu informasi yang menggambarkan kondisi suatu perusahaan, dimana selanjutnya itu akan menjadi suatu informasi yang menggambarkan tentang kinerja keuangan suatu perusahaan. Disisi lain menurut Munawir mengatakan laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil yang telah di capai oleh perusahaan yang bersangkutan. Dengan begitu laporan keuangan diharapkan akan membantu para pengguna (user) untuk membuat keputusan ekonomi yang bersifat financial. Sedangkan Menurut SAK 2015 dalam buku Analisis Laporan Keuangan Sujarweni (2017), laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan, meliputi neraca, laporan laba rugi, perubahan posisi keuangan, catatan dan laporan lainnya.

Menurut PSAK No 01 dalam buku Akuntansi Keuangan Menengah Wardiyah (2016), laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Menurut Harahap (2016), laporan keuangan menjelaskan status keuangan dan kinerja operasi perusahaan pada waktu atau periode tertentu. Menurut Diana & Setiawati

(2017), laporan keuangan adalah informasi yang menunjukkan hasil pertanggung jawaban manajemen atas penggunaan sumberdaya yang dipercayakan kepada mereka, yang bertujuan memberikan informasi mengenai laporan keuangan bagi pengguna laporan keuangan untuk membuat keputusan.

Sedangkan Menurut Santoso (2007), laporan keuangan yang memperlihatkan kondisi perusahaan saat ini adalah merupakan kondisi saat ini.

Secara umum laporan keuangan dibuat untuk kepentingan internal perusahaan,misalnya, perbulan, tiga bulan dan enam bulan. Sementara itu, dilakukan setahun sekali untuk studi yang lebih luas. Selain itu, dengan adanya laporan keuangan, perusahaan dapat mengetahui posiis terakhir setelah menganalisis laporan keuangan.

Menurut Daryanti & Nursiah (2018), laporan keuangan adalah laporan keuangan yang dirancang untuk para pembuat keputusan, terutama pihak dari luar perusahaan, mengenai posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan.

Menurut Sujarweni (2017), perusahaan pada awalnya membutuhkan laporan keuangan sebagai alat uji kebenaran finansial yang masuk dan keluar dari bisnis, tetapi dalam pertumbuhannya, laporan keuangan tidak hanya merupakan ukuran fakta. Tetapi juga merupakan dasar untuk mengevaluasi posisi keuangan dari perusahaan, yang berfokus pada keuangan pelaporan yang telah ditinjau dan kemudian digunakan oleh pihak-pihak yang terkait untuk membuat keputusan. Menurut Samryn (2016), kas merupakan aset yang paling aset yang paling likuid, dan merupakan media standar dalam perdagangan dan menjadi dasar pengukuran dalam akuntansi untuk semua transaksi dalam aktivitas perusahaan. Dalam beberapa tahun terakhir akun kas yang tersaji dalam neraca diperluas menjadi kas dan setara kas. Setara kas meliputi investasi jangka pendek yang sangat likuid, tanggal jatuh tempo yang sangat dekat, bisa ditukar menjadi sejumlah uang tunai yang pasti, dan tanpa resiko signifikan dari perubahan tingkat suku bunga karena kedekatan karakteristiknya dengan kas maka setara kas disajikan menjadi satu dengan kas sedangkan menurut Diana & Setiawati (2017), kas adalah aset paling lancar yang dijadikan sebagai alat pertukaran standar dan dasar pengukuran untuk

(4)

item yang lain.

Menurut Martani at el (2012), kas merupakan aktiva keuangan yang dibuat untuk kegiatan operasi pada perusahaan. Kas adalah aset paling likuid karena mampu menutupi hutang perusahaan. Tidak ada prinsip akuntansi terkait dengan kas yang jelas, tetapi biasanya dibahas dalam podoman instrumen keuangan.

Menurut Arif (2019), kas adalah aset yang paling likuid media pertukaran standar serta dasar-dasar pengukuran untuk semua akun-akun dalam laporan keuangan. Ikatan Akuntansi Indonesia (2018) menyatakan kas terdiri dari saldo kas (cash on hand) dan rekening giro (demand deposits).secara terperinci kas meliputi uang logam, kertas, cek, giro, wese; dam simpanan uang yang ditarik kapan saja dari bank dan lembaga keuangan lainnya. Sedangkan Menurut Kasmir (2018) Kas adalah uang tunai milik perusahaan yang dapat digunakan secara instan kapan saja. Uang adalah elemen sumber daya terpenting untuk memenuhi berbagai kebutuhan yang berbeda. Jumlah uang tunai perusahaan harus disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan sebanyak mungkin.

Menurut Arif (2019), laporan arus kas menggambarkan sumber dan penggunaan kas, kenaikan kas dalam laporan arus kas tidak selamanya informasi baik. Entitas dapat memperoleh kas lebih dari aktivitas investasi dan pendanaan dibandingkan aktivitas operasi.

Sedangkan menurut PSAK No. 2 (2009), arus kas adalah arus masuk dan arus keluar kas atau setara kas. Laporan arus kas merupakan revisi dari mana uang kas diperoleh perusahaan dan bagaimana mereka membelanjakan kas tersebut.

Menurut Rudianto (2012), laporan arus kas (statement of cash flows) merupakan suatu dokumen yang menjelaskan aliran arus kas masuk dan keluar dari setiap operasi secara detail, mulai dari kegiatan operasi, kegiatan investasi, hingga kegiatan pendanaan (pembiayaan) untuk periode waktu tertentu. Laporan arus kas adalah file yang menunjukkan pendapatan dan pengeluaran selama periode waktu tertentu.

Menurut Sujarweni (2017), cash flow berisi kas dan setara kas yang masuk dan keluar perusahaan pada periode tertentu.

Sedangkan Menurut Hery (2015), laporan arus kas akan memberikan penjelasan kepada pembacanya tentang bagaimana organisasi

mendapatkan kas dari kegiatan operasi, menggunakan kas untuk pertumbuhan dan menangani pembiayaan. Saat membaca laporan arus kas, pembaca akan mendapatkan gambar manajemen kas selama satu tahun dan menentukan arah strategi manajemen kas perusahaan.

Menurut Werren et al (2015), laporan arus kas melaporkan tentang aliran kas masuk dan keluar perusahaan selama periode waktu tertentu.

Laporan arus kas memberikan informasi yang berguna tentang kapasitas organisasi, yaitu kas yang dihasilkan dari kegiatan operasi, kapasitas dari operasi dipertahankan dan ditingkatkan, memenuhi kewajiban keuangan, dan membayar deviden.

Menurut Diana & Setiawati (2017), kategori berbasis aktivitas memberikan informasi yang memungkinkan pengguna untuk menilai dampak operasi ini terhadap posisi keuangan entitas serta volume kas dan setara kas.

Dimungkinkan juga untuk menggunakan data ini untuk menentukan interaksi antara ketiga kegiatan, yaitu kegiatan operasi, aktivitas investasi, dan kegiatan pendanaan

Menurut Rudianto (2018), laporan arus kas akan memberikan penjelasan kepada pembacanya tentang bagaimana organisasi mendapatkan kas dari kegiatan operasi, menggunakan kas untuk pertumbuhan dan menangani pembiayaan. Saat membaca laporan arus kas, pembaca akan mendapatkan gambar manajemen kas selama satu tahun dan menentukan arah strategi manajemen kas perusahaan. Dari segi formatnya, laporan arus kas mempunyai dua format yaitu Metode langsung dan Metode tidak langsung (indirect method).

Menurut Wardiyah (2017), arus kas adalah satu bagian yang tidak terlewatkan dari laporan keuangan. Dapat dikatakan bahwa arus kas adalah inti dari sebuah laporan keuangan (financial report). Laporan arus kas memiliki fungsi dan tujuan untuk menyajikan informasi berkaitan dengan pengeluaran dan penerimaan uang kas dalam waktu tertentu. Dalam pelaksanaannya, arus kas ini menggambarkan atau menunjukkan penggunaan uang kas yang dibagi menjadi tiga baian aktivitas dariperusahaan atau apapun yang berkaitan dengan masalah penggunaan kas ini.

(5)

ACCOUNTING. Vol. 01, No.02, Juni 2020, pp 263-272 267 Menurut Fahmi (2017), rasio keuangan atau financial ratio sangat penting digunanya untuk melakukan analisa terhadap kondisi keuangan perusahaan. Bagi investor jangka pendek dan menengah pada umumnya lebih banyak tertarik kepada kondisi jangka pendek dan kemampuan perusahaan untuk membayar deviden yang memadai. Informasi tersebut dapat diketahui dengan cara yang lebih sederhana yaitu dengan menghitung ratio-ratio keuangan yang sesuai keinginan. Secara jangka panjang rasio keuangan juga dipakai dan dijadikan sebagai acuan dalam menganalisis kondisi kinerja suatu perusahaan.

Menurut Sugiono & Untung (2016), untuk menganalisi kondisi keuangan perusahaan, rasio keuangan sangat penting. Rasio keuangan adalah operasi untuk membandingkan angka-angka laporan keuangan. Perbandingan dapat dibuat dalam satu laporan keuangan antara satu komponen dengan kompenen atau antara komponen yang ada antara lapohran keuangan.

Sebaliknya, untuk satu kali atau beberapa kali, persentase yang dibandingkan dapat berupa angka. Akan tetapi yang ingin peneliti jelaskan mengenai rasio likuiditas karena berkaitan dengan riset yang akan dilakukan mengenai analisis laporan arus untuk mengukur likuiditas.

Menurut Fahmi (2017), likuiditas mengukur kemampuan perusahaan dalam memnuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio ini penting karena kegagalan dalam membayar kewajiban dapat menyebabkan kebangkrutan perusahaan. Rasio ini mengukur pada kemampuan likuiditas jangka pendek perusahaan dengan melihat aktiva lancar perusahaan relatif terhadap utang lancarnya (utang yang dimaksud disini adalah kewajiban perusahaan. Sedangkan Menurut Donald at el (2017), likuiditas menggambarkan jumlah waktu yang diharapkan untuk berlalu sampai aset direalisasikan atau dkonversi menjadi uang atau sampai libialitas yang harus dibayar.

Menurut Wardiyah (2017), likuiditas adalah menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi atau pada saat ditagih. Perusahaan yang mampu memenuhi kewajiban keuangan tepat waktunya berarti perusahaan tersebut dalam keadaan liquid.

Sebaliknya, jika perusahaan tidak dapat segera

memenuhi kewajiban keuangannya pada saat ditagih berarti perusahaan tersebut dalam keadaan illiquid.

Sedangkan Menurut Martani et al (2012), likuiditas adalah menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus dipenuhi segera pada saat ditagih.

Menurut Fahmi (2014), rasio likuiditas adalah ukuran yang menunjukkan kesediaan perusahaan untuk memenuhi komitmen dan melunasi hutang jangka pendek. Persamaan ini dapat digunakan untuk menghitung likuiditas perusahaan. Jika perusahaan dapat memenuhi kewajibannya, itu berarti perusahaan likuid sedangkan perusahaan itu likuid jika perusahaan tidak dapat memenuhi kewajibannya.

Menurut Fred Weston dalam Kasmir (2018), rasio likuiditas adalah rasio yang menunjukkan kesediaan bisnis untuk memenuhi kewajiban jangka pendek (utang) yang menyiratkan bahwa jika perusahaan dibayar, perusahaan akan menjadi mampu membayar hutang, terutama hutang yang harus dibayar.

Sedangkan menurut Hery (2018), rasio likuiditas adalah rasio yang menggambarkan kemampuan suatu organisasi untuk membayar hutang jangka pendek atau rasio likuditas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa jauh tingkat kemampuan perusahaan melunasi kewajiban jangka pendeknya.

Menurut Kasmir (2018), sasaran dan keuntungan yang dapat diperoleh dari hasil rasio likuiditas adalah untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban atau hutang yang harus dibayarkan setelah penagihan, untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar aset lancar sebagai seluruh kewajiban jangka pendek, mengukur kemampuan perusahan dalam pembayaran hutang menggunakan aktiva lancar kecuali piutang atau persediaan diperhitungankan, membandingkan atau menghitung total persediaan yang tersedia dengan modal kerja perusahaan, mengukur jumlah uang tunai yang tersedia untuk pembayaran utang.

Berikut ini jenis-jenis rasio likuiditas menurut Kasmir (2018):

(6)

1.

Rasio Lancar

Current ratio adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek atau utang yang harus dibayar secara keseluruhan ketika dibebankan.

Artinya, berapa banyak aktiva lancar yang tersedia untuk menutupi segera karena kewajiban jangka pendek. Estimasi rasio dilakukan dengan membandingkan aset antara total aset dan total utang lancar. Berikut adalah rumus yang digunakan untuk menghitung rasio lancar:

Rasio Lancar = Aktiva Lancar Kewajiban Lancar

2.

Rasio Sangat Lancar (Quick Ratio atau Acid Test Ratio)

Quick Ratio adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi atau membayar obligasi (utang jangka pendek) dengan menggunakan aset, terlepas dari nilai persediaan (inventory).

Ini berarti, dengan mengurangi dari keseluruhan aset lancar. Ini dilakukan karena dibutuhkan lebih banyak waktu untuk mecairkan persiapan yang dianggarkan jika perusahaan membutuhkan dana untuk membayar kewajibannya dengan cepat dibandingkan dengan aset lancar lainnya.

Untuk menemukan perhitungan cepat, ditentukan oleh total aset lancar, dikurangi dengan harga saham. Perusahaan juga terkadang memberikan biaya yang dibayarkan karena terjadi dan diterapkan pada semua hutang saat ini.

Berikut rumus yang digunakan untuk menghitung rasio sangat lancar:

Rasio Sangat Lancar = Kas + Bank + Efek + Piutang Kewajiban Lancar

atau

Rasio Sangat Lancar = Aset Lancar − Persediaan Kewajiban Lancar

3.

Rasio Kas (Cash Ratio)

Cash ratio adalah rasio yang dipakai dalam menghitung jumlah kas dan setara kas yang ada untuk pembayaran hutang. Rasio ini menunjukkan potensi sebenarnya dari perusahaan untuk melunasi kewajiban saat ini, yang akan segera diselesaikan dengan kas dan

setara kas yang tersedia. Rumusan yang dipakai untuk menjumlah cash ratio sebagai berikut :

Rasio Kas = Kas dan Setara Kas Kewajiban Lancar

Menurut Darsono & Ashari (2011), Jumlah perusahaan yang memasukkan laporan arus kas dalam laporan keuangan tahunan terus bertambah, menggunakan data dalam laporan arus kas sebagai metode untuk menilai kinerja perusahaan. Rasio yang dimaksud dalam laporan arus kas adalah sebagai berikut:

1.

Rasio arus kas operasi terhadap kewajiban lancar

AKO menghitung kemampuan aliran kas operasi dalma membayar kewajiban lancar.

rasio ini diperoleh dengan membagi arus kas operasi dan kewajiban lancar. Rasio ini dihitung sebagai hasil bagi antara arus kas operasi dengan total kewajiban lancar.

Rasio AKO = jumlah AKO Kewajiban Lancar

Keterangan:

AKO = Arus Kas Operasi Jika AKO > 1 = Baik

Jika AKO < 1 = Kurang Baik

2.

Rasio Cakupan Kas terhadap Bunga

Rasio ini dugunakan untuk mengetahui kemapuan perusahaan dalam membayar bunga atas hutang yang telah ada. Rasio ini diperoleh dengan arus kas operasi ditambah pembayaran bungan dan pembayaran pajak dibagi pembayaran bunga.

Rasio CKB = AKO+Bunga+Pajak Bunga

Keterangan:

CKB = Cakupan Kas terhadap Bunga Jika CKB > 1 = Baik

Jika CKB < 1 = Kurang Baik

3.

Rasio Pengeluaran Modal (PM)

Rasio ini diterapkan guna mengukur modal tersedia untuk investasi dan pembayaran hutang. Rasio ini di peroleh dengan arus kas operasi dibagi dengan pengeluaran modal

Rasio PM = Arus kas operasi Pengeluaran Modal

(7)

ACCOUNTING. Vol. 01, No.02, Juni 2020, pp 263-272 269 Keterangan:

PM = Pengeluaran Modal Jika PM > 1 = Baik

Jika PM < 1 = Kurang Baik METODE PENELITIAN

Penulis melakukan penelitian pada PT. Pan Pacific Insurance . Adapun data yang akan dianalisis dan diolah terkait dengan neraca, laporan laba rugi dan laporan arus kas pada periode 2016 sampai dengan 2018. Data yang kami kumpulkan melalui teknik dokumentasi.

Setelah data tersebut terkumpul penulis mengolah data ini dengan analisis rasio likuiditas melalui Laporan arus kas. Hasil dari analisis arus kas ini menggambarkan tingkat likuiditas perusahaan pada PT. Pan Pacific Insurance. Dan selanjutnya akan diberikan sebagai bahan rekomendasi pada perusahaan tersebut.

Penelitian ini dilaksankan pada PT. Pan Pacific Insurance dimana perusahaan ini beralamat pada Jalan Nico Blok H22 Makassar sebagai objek penelitian. Waktu yang peneliti gunakan kurang lebih 2 bulan.

Penelitian ini menggunakan 2 jenis data yakni Data Kualitatif, yaitu data yang didapatkan dari kumpulan informasi data non angka yang bersifat deskriptif, serta Data Kuantitatif adalah data yang dapat dihitung dalam bentuk angka.

Seperti laporan keuangan pada PT. Pan Pacific Insurance. Serta memakai 2 sumber data, yaitu Data Primer, adalah sumber data yang dikumpulkan secara langsung dari sumber asli dalam bentuk survei, jejak pendapat individu atau kelompok, serta temuan objek, peristiewa atau hasil tes (objek) dan Data Sekunder, adalah sumber data penelitian di peroleh dalam bentuk buku, catatan, bukti yang ada, atau arsip yang ditertibkan dan tidak diterbitkan melalui media perantara atau tidak langsung.

Metode analisis data untuk mengukur likuiditas pada penelitian ini sebagai berikut:

1.

Rasio Arus Kas Operasi terhadap Kewajiban Lancar

Rasio AKO = jumlah AKO Kewajiban Lancar

2.

Rasio Cakupan Kas terhadap Bunga

Rasio CKB = AKO + Bunga + Pajak Bunga

3.

Rasio Pengeluaran Modal

Rasio PM = Arus kas operasi Pengeluaran Modal

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Cash flow statement adalah dokumen yang menjelaskan secara rinci arus masuk dan keluar kas. Laporan arus kas menunjukkan jumlah kenaikan bersih dan penurunan kas bersih dari semua operasi selama periode dan saldo kas perusahaan hingga akhir periode. Laporan arus kas PT. Pan Pacific Insurance disusun menggunakan metode langsung (derect method) yaitu menguji item-item laporan laba rugi dengan tujuan untuk melaporkan berapa banyak uang tunai yang diterima atau dibayarkan sehubungan dengan setiap item laba rugi. Selanjutnya penangguhan atau akrual dari penerimaan kas atau pembayaran untuk operasi dari masa lalu dan masa depan, serta elemen pendapatan atau pengeluaran terkait dengan investasi atau pembiayaan arus kas. Untuk lebih jelasnya bisa di lihat pada tabel berikut ini:

Tabel 2. Kenaikan (Penurunan) Kas dan Setara Kas Tahun 2016, 2017 dan 2018

Keterangan 2016 2017 2018

Arus kas dari aktivitas operasi

130.165.462 84.251.931 137.491.073

Arus kas dari aktivitas investasi

284.751.700 293.125.321 325.709.535

Arus kas dari aktivitas pendanaan

(401.408.427) (338.303.974) (490.178.817)

Sumber: data diolah (2019)

Ada beberapa rasio arus kas yang akan digunakan dalam perhitungan diantaranya:

1. Rasio AKO

Rasio yang menjelaskan tentang kemampuan untuk melunasi kewajiban saat dari kas operasi organisasi. Rasio ini dapat dihitung dengan pembagi antara arus kas operasi dengan jumlah hutang lancar.

Rasio AKO = jumlah AKO Kewajiban Lancar

Rasio AKO untuk tahun 2016, 2017 dan 2018 adalah sebagai berikut :

(8)

Rasio AKO 2016 = Rp. 130.165.462 Rp. 62.715.685

= 2,07

Rasio AKO 2017 = Rp. 84.251.931 Rp. 92.502.355

= 0,91

Rasio AKO 2018 = Rp. 137.491.073 Rp. 122.871.271

= 1,11

Perhitungan rasio arus kas operasi dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 3. Rasio Arus Kas Operasi PT. Pacific Insurance Tahun 2016, 2017 dan 2018

Tahun Arus Kas Operasi

Kewajiban Lancar

Hasil Rasio

2016 130.165.462 62.715.685 2,07

2017 84.251.931 92.502.355 0,91

2018 137.871.073 122.871.271 1,11

Sumber: data diolah (2019)

Hal ini dapat dilihat dari perhitungan rasio arus kas bahwa rasio untuk 2016 adalah 2,07, yang berarti bahwa kewajiban lancar dijamin dengan 207 rupiah untuk setiap seratus rupiah, rasio arus kas operasi ini memperlihatkan kecukupan perusahaan untuk melunasi dengan baik kewajiban lancar perusahaan.

Rasio arus kas operasi untuk 2017 adalah 0,91, yang berarti rasio ini menunjukkan bahwa perusahaan cukup kecil untuk menutupi kewajiban lancarnya karena kurang dari satu untuk setiap seratus rupiah kewajiban lancar yang dicakup oleh aktivitas operasi 9,1 rupiah arus kas. Rasio arus kas operasi tahun 2018 adalah 1,11, yang berarti bahwa dengan arus kas operasi 111 rupiah setiap seratus rupiah dari kewajiban lancar dijamin, rasio ini menunjukkan bahwa perusahaan cukup baik dalam membayar kewajiban lancar.

Dari tiga perbandingan diatas, proporsi yang diperoleh berfluktuasi dari tahun ke tahun.

Rasio menurun dari tahun 2016 ke tahun 2017, sementara rasio kas operasi naik pada tahun 2018. Namun, Rasio AKO yang diperoleh dari tiga tahun cukup baik.

2. Rasio Cakupan Kas terhadap Bunga

Rasio ini didapatkan dari perbandingkan antara arus kas operasi ditambah dengan bunga dan pajak dengan pembayaran bunga.

Rasio CKB = AKO+Bunga+Pajak Bunga

Rasio cakupan arus kas terhadap bunga untuk tahun 2016, 2017, 2018 adalah sebagai berikut :

CKB 2016 = Rp. 130.165.462 + Rp. 17.389.164 + Rp. 8.373.684 Rp. 17.389.164

= 8.96

CKB 2017 = Rp. 84.251.931 + Rp. 16.673.445 + Rp. 16.209.870 Rp. 16.673.445

= 7,02

CKB 2018 = Rp. 137.491.073 + Rp. 20.027.420 + Rp. 10.899.984 Rp. 20.027.420

= 8,40

Tabel 4. Rasio Cakupan Arus Kas terhadap Bunga PT. Pan Pacific Insurance Tahun

2016, 2017 dan 2018

Tahun Arus Kas Operasi

+ Bunga + pajak Bunga

Hasil Rasio

2016 Rp. 155.928.310 Rp. 17.389.164 8,96 2017 Rp. 117.135.246 Rp. 16.673.445 7,02 2018 Rp. 168.418.477 Rp. 20.027.420 8,40

Sumber : Data diolah (2019)

Dari hasil perhitungan rasio CKB pada tahun 2016 sejumlah 8,96, dapat diartikan bahwa arus kas operasi mampu menutupi biaya bunga sebesar 8 kali. Untuk tahun 2017 sebesar 7,02 berarti kemampuan untuk menutupi biaya bunga kepada kreditor dengan arus kas operasi adalah 7 kali dari jumlah AKO organisasi. Sementara tahun 2018 sebanyak 8,40 yang berarti kepasitas arus kas operasi dalam menutupi beban bunga kepada kreditor adalah 8 kali dari total arus kas operasi perusahaan.

Rasio cakupan kas terhadap bunga menunjukkan perusahaan dalam menutupi biaya bunga pada tahun 2017 mengalami penurunan dari tahun sebelumnya dan kembali meningkat pada tahun 2018. Ini menunjukkan bahwa arus kas operasi memiliki kemampuan yang cukup baik untuk menutupi biaya bunga dalam proporsi yang luas, sehingga diragukan bahwa perusahaan akan membayar pajak.

3. Rasio Pengeluaran Modal

(9)

ACCOUNTING. Vol. 01, No.02, Juni 2020, pp 263-272 271 Rasio ini digunakan untuk mengukur modal yang tersedia untuk investasi dan pembayaran hutang yang ada. Rasio ini dapat di hitungan rumusan sebagai berikut:

Rasio PM = Arus kas operasi Pengeluaran Modal

Rasio pengeluaran modal untuk tahun 2016, 2017, dan 2018 sebagai berikut:

Rasio PM 2016 = Rp. 130.165.462 Rp. 19.390.379

= 6,71

Rasio PM 2017 = Rp. 84.251.931 Rp. 4.189.112

= 20,11

Rasio PM 2018 = Rp. 137.491.073 Rp. 10.619.989

= 12,94

Perhitungan Rasio arus kas terhadap pengeluaran modal ini dapat dilihat pada Tabel berikut ini:

Tabel 5. Rasio Arus Kas Operasi terhadap Pengeluaran Modal PT. Pan Pacific Insurance Tahun 2016, 2017 dan 2018

Tahun Arus Kas Operasi

Pengeluaran Modal

Hasil Rasio

2016 130.165.462 19.390.379 6,71

2017 84.251.931 4.189.112 20,11

2018 137.491.073 10.619.989 12,94

Sumber: Data diolah (2019)

Dari hasil perhitungan tersebut terlihat bahwa rasio arus kas operasi terhadap pengeluaran modal pada tahun 2016 sebesar 6,71. Hal ini sudah dianggap baik karena berada di atas standar 1 yang berarti pada tahun 2016 setiap 1 rupiah yang dikeluarkan perusahaan untuk membeli aset tetapnya menggunakan 6,71 kas bersih dari aktivitas operasi.

Pada tahun 2017 rasio pengeluaran modal perusahaan mengalami peningkatan hingga 20,11 yang berarti lebih baik karena diatas standar sedangkan pada tahun 2018 mengalami penurunan sebesar 12,94.

Secara keseluruhan, semakin tinggi rasio maka kapasitas yang ditunjukkan juga tinggi bersumber dari arus kas operasi perusahaan untuk mendanai pengeluaran modal. Rasio rendah menunjukkan bahwa perusahaan perlu mecncari pembiayaan eksternal untuk membiayai pertumbuhan bisnis(seperti pinjaman dari pemberi pinjaman atau dana tambahan dari investor).

PENUTUP

Laporan arus kas merupakan pelaporan tentang arus kas masuk dan arus kas keluar atau setara kas pada perusahaan. Laporan arus kas juga memperlihatkan pengaruh aktivitas operasi dan pendanaan perusahaan terhadap arus kas operasi selama periode tertentu dengan menggunakan metode yang telah di tetapkan yaitu metode langsung maupun metode tidak langsung. Sedangkan mengacu pada pembahasan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa analisis laporan arus kas untuk mengukur tingkat likuiditas pada PT. Pan Pacific Insurance untuk tahun 2016, 2017 dan 2018 melalui Rasio AKO sebesar 1,91, 0,91, dan 1,11, Rasio CKB sebesar 8,96, 7,02, dan 8,40 dan Rasio PM sebesar 6,71, 20,11, dan 12,94, dapat diartikan bahwa kemampuan PT. Pan Pacific Insurance cukup baik dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya.

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka peneliti menyarankan kepada perusahaan: 1) Untuk rasio arus kas operasi terhadap kewajiban lancar pada tahun 2017 sebaiknya memaksimalkan kegiatan operasinya dengan meningkatkan penerimaan kas dari penjualan tunai maupun penjualan. Kredit serta penerimaan kas lainnya, dan perusahaan harus mengurangi jumlah pinjaman dari kreditur sehingga utang lancar perusahaan tidak terlalu tinggi dan untuk tahun 2016 & 2018 menunjukkan angka yang baik diharapkan perusahaan mempertahankan aktivitas operasinya; 2) Untuk rasio cakupan kas terhadap bunga pada tahun 2016, tahun 2017, dan tahun 2018 perusahaan dalam membayar bunga kepada kreditur menunjukkan kondisi yang baik;

3) Untuk rasio pengeluaran modal tahun 2016 &

2018 perusahaan sebaiknya mencari tambahan dana dari pihak luar baik yang bersumber dari kreditur maupun tambahan modal dari penyandang dana karena jika hanya mengandalkan dari aktivitas operasi saja tidak mencukupi untuk membiayai pengeluaran modal (pembelian aktiva tetap).

DAFTAR PUSTAKA

Arif, M. F. (2019). Akuntansi Keuangan Menengah 1. Depok: Rajawali Pers.

(10)

Bahri, S. (2016). Pengantar Akuntansi Berdasarkan SAK ETAP dan IFRS.

Yogyakarta: CV. Andi Offset.

Darsono, & Ashari. (2011). Podoman Praktis Memahami Laporan Keuangan. Yogyakarta:

CV. Andi Offset.

Daryanti, & Nursiah, S. (2018). Pengaruh tingkat suku bunga terhadap pengambilan keputusan untuk pemberian kredit pada Bank Sulselbar. 14. Retrieved from http://ojs.stkip- ypup.ac.id/index.php/equity/issue/view/8/Dar yanty%20%26%20st%20Nursah

Diana, A., & Setiawati, L. (2017). Akuntansi Keuangan Menengah Berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan Terbaru. Yogyakarta:

CV. Andi Offset.

Donald, E., Kleso, Ph. D., Jerry, J. W., &

Warfield, Ph. D. (2017). Akuntansi Keuangan menengah (IFRS, Vol. 1). Jakarta: Salemba empat.

Fahmi, I. (2014). Analisis Laporan Keuangan.

Bandung: Alfabeta.

Fahmi, I. (2017). Analisis Kinerja Keuangan.

Bandung: CV Alfabeta.

Harahap, S. S. (2016). Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.

Hery. (2015). Pengantar AKuntansi. Jakarta: PT.

Grasindo.

Hery. (2018). Analisis Laporan Keuangan.

Jakarta: PT. Grasindo.

Jumingan. (2014). Analisis Laporan Keuangan.

Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Kasmir. (2018). Analisis laporan keuangan.

jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.

Martani, dwi, NPS, S. veronica, Wardhani, R., Farahmita, A., & Tanujaya, E. (2012).

Akuntansi keuangan menengah berbasis PSAK. Jakarta: Salemba empat.

Pura, R. (2019). Pengantar Akuntansi II. Jakarta:

Erlangga.

Rudianto. (2012). Pengantar Akuntansi Konsep dan Teknik Penyusunan Laporan Keuangan.

Erlangga.

Rudianto. (2018). Akuntansi intermediate.

Jakarta: Erlangga.

Samryn, L. M. (2016). Pengantar Akuntansi Buku 2 Metode Akuntansi untuk Elemen Laporan Keuangan Diperkaya Dengan Perspektif IFRS & Perbankan. Jakarta: PT.

Rajagrafindo Persada.

Santoso, I. (2007). Akuntansi Keuangan Menengah (Intermediate Accounting).

Bandung: PT. Refika Aditama.

Sugiono, A., & Untung, E. (2016). Panduan Praktis Dasar Analisis Laporan Keuangan Edisi Revisi. Jakarta: PT. Gramedia.

Sujarweni, V. W. (2017). Analisis Laporan Keuangan “Teori, Aplikasi, dan Hasil Penelitian.” Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Wardiyah, M. L. (2016). Akuntansi Keuangan Menengah. Bandung: CV. Pustaka Setia.

Wardiyah, M. L. (2017). Analisis Laporan Keuangan. Bandung: CV. Pustaka Setia.

Werren, C. S., Revve, J. M., Duchar, J. E., Suhardianto, N., Kalanjati, D. S., & Jusuf, A.

A. (2015). Pengantar Akuntansi. Jakarta Selatan: Salemba Empat.

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan rasio likuiditas dalam arti kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban (hutang) jangka pendeknya bila jatuh tempo, dimana hasil penelitian menunjukkan pada tahun 2007

Menurut Kasmir (2008 : 134) “Rasio lancar atau current ratio merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera

Rasio likuiditas adalah rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban keuangannya dalam waktu jangka pendek. a) Current Ratio, rasio ini menunjukan

Mengenai Rasio likuiditas adalah ukuran kinerja perusahaan dalam kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan yang segera harus dilunasi yaitu kewajiban uang

Menurut Fred Weston yang dikutip oleh Kasmir (2008: 129), rasio likuiditas adalah ukuran yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban lancar

Terdapat dua hasil penilaian terhadap pengukuran rasio likuiditas, yaitu jika perusahaan mampu memenuhi kewajiban jangka pendeknya tepat waktu artinya perusahaan

Menurut Kasmir (2018:134) bahwa “Rasio lancar atau Current Ratio merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau

Mengenai Rasio likuiditas adalah ukuran kinerja perusahaan dalam kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan yang segera harus dilunasi yaitu kewajiban uang