• Tidak ada hasil yang ditemukan

laporan azura

N/A
N/A
Nofal Fauzan

Academic year: 2025

Membagikan "laporan azura"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PENDAHULUAN KISTA OVARIUM

DISUSUN OLEH:

Azurra (2324144011041)

CI AKADEMIK I

CI AKADEMIK II

(Ns. Kriscillia Molly Morita, M.Kep.) (Ns. Liza Merianti, M.Kep.)

CI Clinik:

(Ns Betty lestari S.Kep)

UNIVERSITAS MOHAMMAD NATSIR BUKITTINGGI PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

(2)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamualaikum Warahmatullah Wabaralatuh

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat danhidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan penulisan Laporan ini yang insyaallah dengan baik dan tepat pada waktunya. Adapun yang dibahas dalam Laporan ini adalah “Laporan Pendahuluan Kista Ovarium’’ yang telah kami rangkum sedemikian rupa, sesuai dengan kemampuan yang kami miliki untuk memudahkan pembaca menyerap informasi. Dengan selesainya Laporan ini, tidak terlepas dari bantuan banyak pihak. Untuk itu, kami mengucapkan banyak terima kasih.

Juga kami sampaikan kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu didalam penyusunan materi kuliah ini kami ucapkan terimakasih, karena tanpa arahan, bimbingan dan motivasi yang diberikan, tentunya belum bisa tersaji kepada para pembaca, walaupun tidak bisa kami sebutkan namanya satu persatu.

Akhir kata, sebagai Laporan yang baik tentunya memerlukan sebuah celah untuk menyempurnakan materi kedepan, untuk itu kami dengan segala kerendahan hati menerima masukan demi maksud diatas demi peningkatan dan penyempurnaan dalam Laporan dan pembelajan ini.

Bukitinggi, 02 Februari 2025

Penulis

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR··· I DAFTAR ISI··· II BAB I ISI LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Dasar Penyakit··· 3

1. Definisi Pengertian··· 3

2. Tanda dan Gejala··· 3

3. Penyebab··· 4

4. Patofisiologi Terjadinya Penyakit··· 4

5. Pat Way/ WOC··· 5

6. Pemeriksaan fisik··· 6

7. Pemeriksaan Diagnostik / Penunjang··· 6

8. Diagnosis / Kriteria Diagnosis··· 7

9. Terapi / Tindakan Penanganan··· 7

10. Komplikasi··· 8

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan··· 10

1. Pengkajian··· 10

2. Diagnosis Keperawatan yang Mungkin Muncul··· 16

3. Rencana Asuhan Keperawatan ··· 16 DAFTAR PUSTAKA

(4)

BAB I

PENDAHULUAN KISTA OVARIUM A. Konsep Dasar Penyakit

1. Definisi Pengertian

Kista ovarium merupakan suatu tumor, baik kecil maupun besar, kistik maupun solid, jinak maupun ganas (Wiknjosastro, 2007: 346). Kista ovarium (kista indung telur) berarti kantung berisi cairan, normalnya berukuran kecil, yang terletak di indung telur (ovarium) (Nugroho, 2010: 101)

Kista ovarium (atau kista indung telur) berarti kantung berisi cairan,normalnya berukuran kecil, yang terletak di indung telur (ovarium). Kistaindung telur dapat terbentuk kapan saja, pada masa pubertas sampaimenopause, juga selama masa kehamilan (Bilotta. K, 2012). Kista indung telur adalah rongga berbentuk kantong berisi cairan di dalam jaringan ovarium. Kista ini disebut juga kista fungsional karena terbentuk setelah telur dilepaskan sewaktu ovulasi (Yatim, 2005: 17)

Gambar : Rahim normal dan kista ovarium Sumber : http://kistaovarium.org/

2. Tanda dan Gejala

Manifestasi Klinis Kista Ovarium Menurut Nugroho (2010: 104), kebanyakan wanita yang memiliki kista ovarium tidak memiliki gejala sampai periode tertentu. Namun beberapa orang dapat mengalami gejala ini :

a. Nyeri saat menstruasi.

b. Nyeri di perut bagian bawah.

c. Nyeri saat berhubungan seksual.

(5)

3. Penyebab

Menurut Nugroho (2010: 101), kista ovarium disebabkan oleh gangguan (pembentukan) hormon pada hipotalamus, hipofisis dan ovarium (ketidakseimbangan hormon). Kista folikuler dapat timbul akibat hipersekresi dari FSH dan LH yang gagal mengalami involusi atau mereabsorbsi cairan. Kista granulosa lutein yang terjadi didalam korpus luteum indung telur yang fungsional dan dapat membesar bukan karena tumor, disebabkan oleh penimbunan darah yang berlebihan saat fase pendarahan dari siklus menstruasi. Kista theka-lutein biasanya bersifay bilateral dan berisi cairan bening, berwarna seperti jerami. Penyebab lain adalah adanya pertumbuhan sel yang tidak terkendali di ovarium, misalnya pertumbuah abnormal dari folikel ovarium, korpus luteum, sel telur.

4. Patofisiologi Terjadinya Penyakit

Fungsi ovarium yang abnormal dapat menyebabkan penimbunan folikel yang terbentuk secara tidak sempurna didalam ovarium. Folikel tersebut gagal mengalami pematangan dan gagal melepaskan sel telur, terbentuk secara tidak sempurna didalam ovarium karena itu terbentuk kista di dalam ovarium. Setiap hari, ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil yang disebut Folikel de Graff. Pertengahan siklus, folikel dominan dengan diameter lebih dari 2.8 cm akan melepaskan oosit mature. Folikel yang ruptur akan menjadi korpus luteum, yang pada saat matang memiliki struktur 1,5 – 2 cm dengan kista ditengah- tengah. Bila tidak terjadi fertilisasi pada oosit, korpus luteum akan mengalami fibrosis dan pengerutan secara progresif. Namun bila terjadi fertilisasi, korpus luteum mula-mula akan membesar kemudian secara gradual akan mengecil selama kehamilan. Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi normal disebut kista fungsional dan selalu jinak (Nugroho, 2010).

(6)

Etiologi :

Ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron

Pertumbuhan folikel tidak seimbang

Degenerasi ovarium

Infeksi ovarium

Kista fungsional

Perawatan post operasi :

 Obat analgetik

 Mobilisasi

Personal hygiene

Penyulit post operasi :

 Nyeri

 Perdarahan 5. Pat Way/ WOC

Diagnosa :

 Anamnesa

 Pemeriksaan fisik

 Pemeriksaan penunjang

Kista ovarium

Komplikasi :

Pembenjolan perut

Pola haid berubah

Perdarahan

Torsio (putaran tangkai)

Infeksi

Dinding kista robek

Perubahan keganasan Tanda dan gejala :

 Tanpa gejala

 Nyeri saat menstruasi

 Nyeri di perut bagian bawah

 Nyeri saat berhubungan seksual

 Nyeri saat berkemih atau BAB

Siklus menstruasi tidak teratur

Kista non fungsional

Konservatif :

Observasi 1-2 bulan

Salpingo- oophorectomy Ovarian

cystectomy

Laparoskopi Keluhan tetap :

Aktivitas hormon

Discomfort

Laparatomi Gangguan reproduksi

(7)

6. Pemeriksaan fisik a. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan dari ujung rambut sampai ujung kaki.

1) Kepala : Dikaji untuk mengetahui bentuk kepala, keadaan rambut rontok atau tidak, kebersihan kulit kepala.

2) Muka : Dikaji untuk mengetahui keadaan muka oedem atau tidak, pucat atau tidak.

3) Mata : Dikaji untuk mengetahui keadaan mata sklera ikterik atau tidak, konjungtiva anemis atau tidak.

4) Hidung : Dikaji untuk mengetahui keadaan hidung simetris atau tidak, bersih atau tidak, ada infeksi atau tidak.

5) Telinga : Dikaji untuk mengetahui apakah ada penumpukan sekret atau tidak.

6) Mulut : Dikaji untuk mengetahui apakah bibir pecah-pecah atau tidak, stomatitis atau tidak, gigi berlubang atau tidak.

7) Leher : Dikaji untuk mengetahui apakah ada pembesaran kelenjar tiroid, limfe, vena jugularis atau tidak.

8) Ketiak : Dikaji untuk mengetahui apakah ada pembesaran kelenjar limfe atau tidak.

9) Dada : Dikaji untuk mengetahui apakah simetris atau tidak, ada benjolan atau tidak.

10) Abdomen : Dikaji untuk mengetahui luka bekas operasi dan pembesaran perut.

11) Ekstermitas atas : Dikaji untuk mengetahui keadaan turgor baik atau tidak, ikterik atau tidak, sianosis atau tidak.

12) Ekstermitas bawah : Dikaji untuk mengetahui keadaan turgor baik atau tidak, sianosis atau tidak, oedem atau tidak, reflek patella positif atau tidak.

13) Genitalia : Untuk mengetahui apakah ada kelainan, abses ataupun pengeluaran yang tidak normal.

14) Anus : Dikaji untuk mengetahui apakah ada hemorrhoid atau tidak.

7. Pemeriksaan Diagnostik / Penunjang

Tidak jarang tentang penegakkan diagnosis tidak dapat diperolehkepastian sebelum dilakukan operasi, akan tetapi pemeriksaan yang cermat dan analisis yang tajam dari gejala-gejala yang ditemukan dapat membantudalam pembuatan differensial diagnosis. Beberapa cara yang dapatdigunakan untuk membantu menegakkan diagnosis adalah (Bilotta, 2012 :1)

(8)

a. Laparaskopi

Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuahtumor berasal dari ovarium atau tidak, serta untuk menentukan sifat-sifat tumor itu.

b. Ultrasonografi (USG)

Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor,apakah tumor berasal dari uterus, ovarium, atau kandung kencing,apakah tumor kistik atau solid, dan dapat pula dibedakan antara cairandalam rongga perut yang bebas dan yang tidak.

c. Foto Rontgen

Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks.Selanjutnya, pada kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat adanyagigi dalam tumor.

d. Parasintesis

Pungsi ascites berguna untuk menentukan sebab ascites. Perlu diperhatikan bahwa tindakan tersebut dapat mencemarkan kavum peritonei dengan isi kista bila dinding kista tertusuk.

8. Diagnosis / Kriteria Diagnosis

Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang, diagnosis kista ovarium dapat ditegakkan jika memenuhi kriteria berikut:

a. Terdapat massa pada ovarium yang terdeteksi melalui pemeriksaan bimanual atau pencitraan.

b. Ukuran massa >3 cm, karena folikel normal biasanya tidak melebihi ukuran ini.

c. Bentuk dan isi kista sesuai dengan karakteristik tertentu, seperti kista sederhana dengan dinding tipis atau kista kompleks dengan komponen solid.

d. Tidak ada tanda-tanda keganasan, seperti peningkatan signifikan kadar CA-125, adanya septa tebal, atau pertumbuhan cepat kista dalam waktu singkat.

e. Gejala klinis yang sesuai, seperti nyeri panggul kronis, gangguan menstruasi, atau gejala akibat tekanan kista terhadap organ sekitarnya.

9. Terapi / Tindakan Penanganan a. Observasi

Jika kista tidak menimbulkan gejala, maka cukup dimonitor (dipantau) selama 1 -2 bulan, karena kista fungsional akan menghilang dengan sendirinya setelah satu atau dua siklus haid.

Tindakan ini diambil jika tidak curiga ganas (kanker) (Nugroho, 2010: 105).

(9)

b. Terapi bedah atau operasi

Bila tumor ovarium disertai gejala akut misalnya torsi, maka tindakan operasi harus dilakukan pada waktu itu juga, bila tidak ada 22 gejala akut, tindakan operasi harus dipersiapkan terlebih dahulu dengan seksama.

Kista berukuran besar dan menetap setelah berbulan-bulan biasanya memerlukan operasi pengangkatan. Selain itu, wanita menopause yang memiliki kista ovarium juga disarankan operasi pengangkatan untuk meminimalisir resiko terjadinya kanker ovarium. Wanita usia 50-70 tahun memiliki resiko cukup besar terkena kenker jenis ini. Bila hanya kistanya yang diangkat, maka operasi ini disebut ovarian cystectomy. Bila pembedahan mengangkat seluruh ovarium termasuk tuba fallopi, maka disebut salpingo oophorectomy.

Faktor-faktor yang menentukan tipe pembedahan, antara lain tergantung pada usia pasien, keinginan pasien untuk memiliki anak, kondisi ovarium dan jenis kista.

Kista ovarium yang menyebabkan posisi batang ovarium terlilit (twisted) dan menghentikan pasokan darah ke ovarium, memerlukan tindakan darurat pembedahan (emergency surgery) untuk mengembalikan posisi ovarium menurut Yatim, (2005: 23)

Prinsip pengobatan kista dengan pembedahan (operasi) menurut Yatim, (2005: 23) yaitu:

1) Apabila kistanya kecil (misalnya, sebesar permen) dan pada pemeriksaan sonogram tidak terlihat tanda-tanda proses keganasan, biasanya dokter melakukan operasi dengan laparoskopi. Dengan cara ini, alat laparoskopi dimasukkan ke dalam rongga panggul 23 dengan melakukan sayatan kecil pada dinding perut, yaitu sayatan searah dengan garis rambut kemaluan.

2) Apabila kistanya besar, biasanya pengangkatan kista dilakukan dengan laparatomi.

Teknik ini dilakukan dengan pembiusan total. Dengan cara laparotomi, kista bisa diperiksa apakah sudah mengalami proses keganasan (kanker) atau tidak. Bila sudah dalam proses keganasan, operasi sekalian mengangkat ovarium dan saluran tuba, jaringan lemak sekitar serta kelenjar limfe.

10. Komplikasi

Menurut Wiknjosastro (2007: 347-349), komplikasi yang dapat terjadi pada kista ovarium diantaranya:

a. Akibat pertumbuhan kista ovarium

Adanya tumor di dalam perut bagian bawah bisa menyebabkan pembesaran perut. Tekanan

(10)

kista yang lebih besar tetapi terletak bebas di rongga perut kadang-kadang hanya menimbulkan rasa berat dalam perut serta dapat juga mengakibatkan edema pada tungkai.

b. Akibat aktivitas hormonal kista ovarium

Tumor ovarium tidak mengubah pola haid kecuali jika tumor itu sendiri mengeluarkan hormon.

c. Akibat komplikasi kista ovarium 1) Perdarahan ke dalam kista

Biasanya terjadi sedikit-sedikit sehingga berangsur-angsur menyebabkan kista membesar, pembesaran luka dan hanya menimbulkan gejala-gejala klinik yang minimal. Akan tetapi jika perdarahan terjadi dalam jumah yang banyak akan terjadi distensi yang cepat dari kista yang menimbukan nyeri di perut.

2) Torsio atau putaran tangkai

Torsio atau putaran tangkai terjadi pada tumor bertangkai dengan diameter 5 cm atau lebih.

Torsi meliputi ovarium, tuba fallopi atau ligamentum rotundum pada uterus. Jika dipertahankan torsi ini dapat berkembang menjadi infark, peritonitis dan kematian. Torsi biasanya unilateral dan dikaitkan dengan kista, karsinoma, TOA, massa yang tidak melekat atau yang dapat muncul pada ovarium normal. Torsi ini paling sering muncul pada wanita usia reproduksi. Gejalanya meliputi nyeri mendadak dan hebat di kuadran abdomen bawah, mual dan muntah. Dapat terjadi demam dan leukositosis. Laparoskopi adalah terapi pilihan, adneksa dilepaskan (detorsi), viabilitasnya dikaji, adneksa gangren dibuang, setiap kista dibuang dan dievaluasi secara histologis.

3) Infeksi pada tumor

Jika terjadi di dekat tumor ada sumber kuman patogen.

4) Robek dinding kista

Terjadi pada torsi tangkai, akan tetapi dapat pula sebagai akibat trauma, seperti jatuh atau pukulan pada perut dan lebih sering pada saat bersetubuh. Jika robekan kista disertai hemoragi yang timbul secara akut, maka perdarahan bebas berlangsung ke uterus ke dalam rongga peritoneum dan menimbulkan rasa nyeri terus menerus disertai tanda-tanda abdomen akut.

5) Perubahan keganasan

Setelah tumor diangkat perlu dilakukan pemeriksaan mikroskopis yang seksama terhadap kemungkinan perubahan keganasannya. Adanya asites dalam hal ini mencurigakan. Massa kista ovarium berkembang setelah masa menopause sehingga besar kemungkinan untuk berubah menjadi kanker (maligna). Faktor inilah yang menyebabkan pemeriksaan pelvik menjadi penting.

(11)

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian

a. Langkah I :

Pengumpulan Data Dasar Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Perawat mengumpulkan data dasar awal yang lengkap. Bila klien mengalami komplikasi yang perlu dikonsultasikan kepada dokter dalam 30 manajemen kolaborasi perawat akan melakukan konsultasi. Pengkajian atau pengumpulan data dasar adalah mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan pasien. (Muslihatun, dkk. 2009: 115).

1) Data subyektif a) Identitas pasien

I. Nama : Dikaji untuk mengenal atau memanggil agar tidak keliru dengan pasien- pasien lain.

II. Umur : Untuk mengetahui apakah pasien masih dalam masa reproduksi.

III. Agama : Untuk mengetahui pandangan agama klien mengenai gangguan reproduksi.

IV. Pendidikan : Dikaji untuk mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya sehingga bidan dapat memberikan konseling sesuai dengan pendidikannya.

V. Suku/bangsa : Dikaji untuk mengetahui adat istiadat atau kebiasaan sehari- hari pasien.

VI. Pekerjaan : Dikaji untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial ekonominya.

VII. Alamat : Dikaji untuk mempermudah kunjungan rumah bila diperlukan.

b) Alasan Kunjungan Alasan apa yang mendasari ibu datang.

Tuliskan sesuai uangkapan.

I. Keluhan Utama

Dikaji dengan benar-benar apa yang dirasakan ibu untuk mengetahui permasalahan utama yang dihadapi ibu mengenai kesehatan reproduksi.

II. Riwayat Kesehatan i. Riwayat kesehatan yang lalu

Dikaji untuk mengetahui penyakit yang dulu pernah diderita yang dapat

(12)

ii. Riwayat kesehatan sekarang

Data ini dikaji untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit yang diderita pada saat ini yang berhubungan dengan gangguan reproduksi terutama kista ovarium.

iii. Riwayat kesehatan keluarga

Data ini dikaji untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit keluarga terhadap gaangguan kesehatan pasien.

III. Riwayat Perkawinan

Untuk mengetahui status perkawinan, berapa kali menikah, syah atau tidak, umur berapa menikah dan lama pernikahan.

IV. Riwayat menstruasi

Untuk mengetahui tentang menarche umur berapa, siklus, lama menstruasi, banyak menstruasi, sifat dan warna darah, disminorhoe atau tidak dan flour albus atau tidak. Dikaji untuk mengetahui ada tidaknya kelainan system reproduksi sehubungan dengan menstruasi.

V. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

Bertujuan untuk mengetahui apabila terdapat penyulit, maka bidan harus menggali lebih spesifik untuk memastikan bahwa apa yang terjadi pada ibu adalah normal atau patologis.

VI. Riwayat KB

Dikaji untuk mengetahui alat kontrasepsi yang pernah dan saat ini digunakan ibu yang kemungkinan menjadi penyebab atau berpengaruh pada penyakit yang diderita saat ini.

VII. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari i. Nutrisi

Dikaji tentang kebiasaan makan, apakah ibu suka memakan makanan yang masih mentah dan apakah ibu suka minum minuman beralkohol karena dapat merangsang pertumbuhan tumor dalam tubuh.

ii. Eliminasi

Dikaji untuk mengetahui pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang air besar meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi dan bau serta kebiasaan air kecil meliputi frekuensi, warna, jumlah.

iii. Hubungan seksul

(13)

iv. Istirahat

Dikaji untuk mengetahui apakah klien beristirahat yang cukup atau tidak.

v. Personal hygiene

Dikaji untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga kebersihan tubuh terutama pada daerah genetalia.

vi. Aktivitas

Dikaji untuk menggambarkan pola aktivitas pasien sehari hari. Pada pola ini perlu dikaji pengaruh aktivitas terhadap kesehatannya.

2) Data Objektif

Seorang perawat harus mengumpulkan data untuk memastikan bahwa keadaan klien dalam keadaan stabil. Yang termasuk dalam komponen-komponen pengkajian data obyektif ini adalah:

a) Pemeriksaan umum I. Keadaan umum

Dikaji untuk menilai keadaan umum pasien baik atau tidak.

II. Kesadaran

Dikaji untuk menilai kesadaran pasien.

III. Vital sign

Dikaji untuk mengetahui keadaan ibu berkaitan dengan kondisi yang dialaminya, meliputi : Tekanan darah, temperatur/ suhu, nadi serta pernafasan

b) Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan dari ujung rambut sampai ujung kaki.

I. Kepala : Dikaji untuk mengetahui bentuk kepala, keadaan rambut rontok atau tidak, kebersihan kulit kepala.

II. Muka : Dikaji untuk mengetahui keadaan muka oedem atau tidak, pucat atau tidak.

III. Mata : Dikaji untuk mengetahui keadaan mata sklera ikterik atau tidak, konjungtiva anemis atau tidak.

IV. Hidung : Dikaji untuk mengetahui keadaan hidung simetris atau tidak, bersih atau tidak, ada infeksi atau tidak.

V. Telinga : Dikaji untuk mengetahui apakah ada penumpukan sekret atau tidak.

VI. Mulut : Dikaji untuk mengetahui apakah bibir pecah-pecah atau tidak, stomatitis atau tidak, gigi berlubang atau tidak.

(14)

VIII. Ketiak : Dikaji untuk mengetahui apakah ada pembesaran kelenjar limfe atau tidak.

IX. Dada : Dikaji untuk mengetahui apakah simetris atau tidak, ada benjolan atau tidak.

X. Abdomen : Dikaji untuk mengetahui luka bekas operasi dan pembesaran perut.

XI. Ekstermitas atas : Dikaji untuk mengetahui keadaan turgor baik atau tidak, ikterik atau tidak, sianosis atau tidak.

XII. Ekstermitas bawah : Dikaji untuk mengetahui keadaan turgor baik atau tidak, sianosis atau tidak, oedem atau tidak, reflek patella positif atau tidak.

XIII. Genitalia : Untuk mengetahui apakah ada kelainan, abses ataupun pengeluaran yang tidak normal.

XIV. Anus : Dikaji untuk mengetahui apakah ada hemorrhoid atau tidak.

c) Pemeriksaan khusus I. Inspeksi

Inspeksi adalah proses pengamatan dilakukan untuk melihat keadaan muka, payudara, abdomen dan genetalia.

II. Palpasi

Palpasi adalah pemeriksaan dengan indera peraba atau tangan, digunakan untuk memeriksa payudara dan abdomen.

d) Pemeriksaan Penunjang

Mendukung diagnosa medis, kemungkinan komplikasi, kelainan dan penyakit.

b. Langkah II : Interpretasi Data Dasar

Pada langkah ini dilakukan interpretasi data yang benar terhadap diagnosa atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan (Muslihatun, dkk. 2009: 115).

Dalam langkah ini data yang telah dikumpulkan di interpretasikan menjadi diagnosa keperawatan dan masalah.

1. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan dapat ditegakkan yang berkaitan dengan nama ibu, umur ibu dan keadaan gangguan reproduksi. Data dasar meliputi:

a) Data Subyektif

Pernyataan ibu tentang keterangan umur serta keluhan yang dialami ibu.

(15)

2. Masalah

Permasalahan yang muncul berdasarkaan pernyataan pasien Data dasar meliputi:

a) Data Subyektif

Data yang di dapat dari hasil anamnesa pasien.

b) Data Obyektif

Data yang didapat dari hasil pemeriksaan.

c. Langkah III : Mengidentifikasikan Diagnosa atau Masalah Potensial

Pada langkah ini, perawat mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi.

Jika memungkinkan, dilakukan pencegahan. Sambil mengamati kondisi klien, bidan diharapkan dapat bersiap jika diagnosis atau masalah potensial benar-benar terjadi. Langkah ini menentukan cara perawat melakukan asuhan yang aman (Purwandari, 2008:79).

d. Langkah IV : Mengidentifikasi dan Menetapkan Kebutuhan yang Memerlukan Penanganan Segera

Langkah keempat mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen keperawatann. Data baru mungkin saja perlu dikumpulkan dan dievaluasi. Beberapa data mungkin mengindikasikan situasi yang gawat dimana bidan harus bertindak segera untuk kepentingan keselamatan jiwa ibu (Muslihatun, dkk. 2009: 117). Dari data yang dikumpulkan dapat menunjukan satu situasi yang memerlukan tindakan segera sementara yang lain harus menunggu intervensi dari seorang dokter.

Situasi lainya bisa saja tidak merupakan kegawatan tetapi memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter (Muslihatun, dkk. 2009: 117).

e. Langkah V : Merencanakan Asuhan yang Menyeluruh

Pada langkah ini, direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnosis atau masalah yang telah diidentifikasi atau diantisipasi. Pada langkah ini informasi atau data dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi(Purwandari, 2008: 81). Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan, tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut tentang apa yang akan terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan untuk masalah sosial ekonomi, budaya, atau 40 psikologis. Dengan kata lain, asuhan terhadap wanita tersebut sudah mencakup setiap hal yang berkaitan dengan semua aspek asuhan. Setiap rencana asuhan harus disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu perawat dan klien, agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena klien merupakan

(16)

merumuskan rencana asuhan sesuai hasil pembahasan rencana bersama klien, kemudian membuat kesepakatan bersama sebelum melaksanakannya (Purwandari, 2008: 81).

f. Langkah VI : Melaksanakan perencanaan

Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah ke 5 dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan oleh perawat atau sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi oleh klien, atau anggota tim kesehatan yang lain. Jika perawat tidak melakukannya sendiri ia tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaanya. Manajemen yang efisien akan menyingkat waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dari asuhan klien (Muslihatun, dkk. 2009: 118).

g. Langkah VII : Evaluasi

Pada langkah ke-7 ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan bantuan yang diidentifikasi dalam masalah dan diagnosis. Ada kemungkinan rencana tersebut efektif, sedang sebagian yang lain belum efektif. Mengingat proses manajemen asuhan ini merupakan suatu kontinum, perlu mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif melalui proses manajemen tidak efektif serta melakukan penyesuaian pada rencana asuhan tersebut (Purwandari, 2008: 82).

Langkah proses manajemen pada umumnya merupakan pengkajian yang memperjelas proses pemikiran dan mempengaruhi tindakan serta orientasi proses klinis. Karena proses manajemen tersebut berlangsung di dalam situasi klinis dan dua langkah yang terakhir tergantung pada klien dan situasi klinis, tidak mungkin manajemen ini dievaluasi dalam tulisan saja (Purwandari, 2008:

83).

Data Perkembangan

Menurut Muslihatun, (2009: 123-124) pendokumentasian atau catatan manajemen keperawatan dapat deterapkan dengan metode SOAP, yang merupakan singkatan dari:

1. S (Subjektif)

Merupakan pendokumentasian manajemen keperawatan langkah pertama (pengkajian data), terutama data yang diperoleh dari anamnesis.

2. O (Objektif)

Merupakan pendokumentasian manajemen keperawatan langkah pertama (pengkajian data, terutama data yang diperoleh dari pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan laboratorium) pemeriksaan diagnostik lain.

3. A (Assessment)

(17)

4. P (Planning)

Berisi tentang rencana asuhan yang disusun berdasarkan hasil analisis dan interpretasi data.

Rencana asuhan ini bertujuan untuk mengusahakan tercapainya kondisi pasien seoptimal mungkin dan mempertahankan kesejahteraannya.

2. Diagnosis Keperawatan yang Mungkin Muncul

Herdman (2011), kemungkinan diagnosa yang muncul pada pasien dengan kista ovarium adalah :

a. Pre Operasi

1) Nyeri akut b.d agen cedera fisiologis 2) Ansietas b.d krisis situasional

b. Post Operasi

1) Nyeri akut b.d agen cedera fisik

2) Resiko infeksi b.d efek prosedur invasif 3) Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri

3. Rencana Asuhan Keperawatan (Tujuan, Kriteria Evaluasi, Intervensi) a. Tujuan Asuhan Keperawatan

Tujuan utama asuhan keperawatan pada pasien dengan kista ovarium adalah:

1) Mengurangi nyeri yang dialami pasien akibat tekanan kista terhadap jaringan sekitar.

2) Meningkatkan pemahaman pasien tentang kondisi kista ovarium, termasuk penyebab, gejala, dan penatalaksanaannya.

3) Mencegah komplikasi seperti ruptur kista, torsi ovarium, atau infeksi.

4) Meningkatkan rasa nyaman pasien dalam menghadapi gejala yang muncul.

5) Membantu pasien dalam mengatasi kecemasan terkait dengan kemungkinan operasi atau diagnosis yang lebih serius.

6) Menjaga keseimbangan hormon dan status reproduksi dengan memberikan edukasi terkait pola hidup sehat dan manajemen kesehatan reproduksi.

b. Kriteria Evaluasi

Untuk menilai apakah tujuan asuhan keperawatan telah tercapai, digunakan beberapa kriteria evaluasi sebagai berikut:

(18)

b) Pasien tidak menunjukkan tanda-tanda nyeri berat seperti wajah meringis, gelisah, atau menangis.

c) Pasien mampu melakukan aktivitas sehari-hari tanpa terganggu oleh nyeri.

2) Evaluasi terhadap Pemahaman Pasien

a) Pasien mampu menjelaskan kembali tentang kista ovarium, termasuk penyebab, gejala, dan pilihan pengobatan.

b) Pasien memahami kapan harus mencari pertolongan medis jika terjadi gejala yang mengkhawatirkan, seperti nyeri hebat atau perdarahan abnormal.

3) Evaluasi terhadap Pencegahan Komplikasi

a) Tidak ada tanda-tanda ruptur kista, seperti nyeri mendadak yang hebat atau perdarahan dalam perut.

b) Tidak ditemukan tanda torsi ovarium, seperti nyeri tajam disertai mual dan muntah.

c) Pasien tidak mengalami tanda-tanda infeksi, seperti demam, nyeri yang bertambah parah, atau leukositosis.

4) Evaluasi terhadap Kenyamanan Pasien

a) Pasien melaporkan rasa nyaman yang lebih baik setelah mendapatkan intervensi, seperti kompres hangat atau perubahan posisi.

b) Pasien mampu beristirahat dengan cukup tanpa terganggu oleh nyeri atau kecemasan.

5) Evaluasi terhadap Kecemasan dan Kondisi Psikologis

a) Pasien menunjukkan penurunan tingkat kecemasan, misalnya dengan skor kecemasan yang lebih rendah berdasarkan skala yang digunakan (misalnya Hamilton Anxiety Rating Scale).

b) Pasien mampu mengungkapkan perasaan dan ketakutan terkait kondisinya secara lebih terbuka.

c) Pasien menunjukkan tanda-tanda adaptasi positif, seperti mau mengikuti terapi atau edukasi yang diberikan.

6) Evaluasi terhadap Status Reproduksi dan Kesehatan Hormonal

a) Siklus menstruasi pasien kembali lebih teratur setelah terapi yang diberikan.

b) Tidak ada gangguan hormonal lain yang muncul, seperti hirsutisme (pertumbuhan rambut berlebihan) atau perubahan berat badan yang ekstrem.

c) Pasien mampu mengikuti pola hidup sehat, seperti pola makan yang baik, olahraga teratur, dan manajemen stres untuk menjaga keseimbangan hormonal.

(19)

a. Nyeri akut b.d agen cidera fisiologis

1) Identifikasi lokasi, karakter, durasi, frekuensi, kualitas, dan intensitas nyeri b.Identifikasi skala nyeri

2) Identifikasi respon nyeri non verbal

3) Berikan terapy non farmakologik untuk mengurangi rasa nyeri 4) Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri

b. Ansietas b.d krisis situasional 1) Identifikasi kondisi umum

2) pastikan kelengkapan dukoment pre ops(mis :inform consent) 3) Jelaskan tentang prosedur, waktu dan lama operasi

4) Jelaskan waktu puasa dan pemberian obat premedikasi jika ada 5) Latih tehnik mengurangi nyeri pasca ops

Post operasi

a. Nyeri akut b.d agen cidera fisik a.Identifikasi skala nyeri 1) Berikan tehnih nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri 2) Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri

3) Jelaskan strategi meredakan nyeri 4) Kolaborasi pemberian analgetik b. Resiko infeksi b.d efek prosedur invasif

1) Monitor tanda dan gejala infeksi local dan sistemik

2) Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan linkungan pasien 3) Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi

4) Jelaskan tanda dan gejala infeksi c. Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri

1) Identifikasi lokasi, karakter, durasi, frekuensi, kualitas, dan intensitas nyeri b.Identifikasi skala nyeri

2) Identifikasi respon nyeri non verbal

3) Berikan terapy non farmakologik untuk mengurangi rasa nyeri 4) Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri

(20)

DAFTAR PUSTAKA

Bobak, Lowdermilk, & Jensen. (2004). Buku Ajar Keperawatan Maternitas, alih bahasa Maria A. Wijayarini, Peter I. Anugrah (Edisi 4). Jakarta: EGC.

Benson Ralp C dan Martin L. Pernoll. 2008.Buku Saku Obstetri dan Ginekologi.

Jakarta: EGC

Bilotta, Kimberli. 2012. Kapita Selekta Penyakit: Dengan Implikasi Keperawatan. Edisi 2. Jakarta : EGC

Heardman. (2011). Diagnosa Keperawatan. Jakarta. EGC.

Heffner, Linda J. & Danny J.Schust. (2008). At a Glance Sistem Reproduksi Edisi II. Jakarta : EMS, Erlangga Medical Series.

Lowdermil, Perta. 2005. Maternity Women’s Health Care. Seventh edit.

Muslihatun, Nur Wafi. 2009.Dokumentasi Keperawatan.Yogyakarta: Fitramaya Nugroho, Taufan. 2010. Kesehatan Wanita, Gender dan Permasalahannya.

Yogyakarta : Nuha Medika

Purwandari Atik. 2008.Konsep Keperawatan. Jakarta: EGC

Wilkinson, Judith M. 2012.Buku Saku Diagnosis Keperawatan.Edisi 9.

Jakarta : EGC Winkjosastro, Hanifa. 2007. Ilmu Kandungan Ed.2.

Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwomo Prawirohardjo

Yatim, Faisal. 2005. Penyakit Kandungan, Myom, Kista, Indung Telur, Kanker Rahim/Leher Rahim, serta Gangguan lainnya. Jakarta: Pustaka Populer Obor

Referensi

Dokumen terkait

Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien.. Rencana Asuhan Keperawatan

Penulis mampu merumuskan masalah diagnosa keperawatan pada klien gangguan mobilisasi dengan stroke non hemoragik... Penulis mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada

Menyatakan dengan sesungguhnya setuju menjadi klien dalam penatalaksaan Asuhan Kebidanan yang meliputi Asuhan Kehamilan, Asuhan Persalinan, Asuhan Nifas, Asuhan Bayi

Melakukan evaluasi asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada klien dengan masalah kebutuhan dasar manusia.. Melakukan dokumentasi asuhan keperawatan pada klien dengan

sumber yang dikumpulkan menjadi satu sehingga masalah kesehatan klien dapat dianalisis dan diidentifikasi. 3) Untuk memberikan dasar guna penulisan rencana asuhan keperawatan

Manfaat dari asuhan kebidanan komprehensif dapat memberikan asuhan yang menyeluruh dan tidak terpotong pada satu fase sehingga kebutuhan klien terkontrol dari setiap asuhan yang

Pengkajian lengkap, dan sistematis sesuai dengan fakta atau kondisi yang ada pada klien sangat penting untuk merumuskan suatu diagnosa keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan

Kriteria proses meliputi: • Perencanaan terdiri atas penerapan prioritas masalah, tujuan dan rencana tindakan keperawatan • Bekerjasama dengan klien dalam menyusun rencana tindakan