LABORATORIUM BIOLOGI FARMASI PROGRAM STUDI FARMASI
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA
PERCOBAAN I
UJI PENDAHULUAN, MIKROSKOPIK DAN MAKROSKOPIK DAUN PANDAN (Pandanus amaryllifolius Roxb.)
Disusun oleh:
Rismawati Meisya Siagian 2311015220012
KELOMPOK VIIB SHIFT B
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU MARET 2025
PERCOBAAN I
UJI PENDAHULUAN, MIKROSKOPIK DAN MAKROSKOPIK DAUN PANDAN (Pandanus amaryllifolius Roxb.)
KELOMPOK VIIB SHIFT B
Mengetahui, Asisten
(Nanda Mutia)
Nilai Laporan Awal Nilai Laporan Akhir
Tanggal : 25 Februari 2024
Tanggal : 11 Maret 2024
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU MARET 2025 PERCOBAAN I
UJI PENDAHULUAN, MIKROSKOPIK DAN MAKROSKOPIK DAUN PANDAN (Pandanus amaryllifolius Roxb.)
I. LATAR BELAKANG
Masyarakat masa kini mengalami kencenderungan untuk menjaga kesehatan tubuh dengan menggunakan bahan-bahan alami ataupun ramuan-ramuan tradisional yang berbahan dasar bahan alam. Tren ini dikenal dengan istilah “Back to Nature”. Tanaman obat telah mengalami banyak perkembangan dimulai dari sediaan jamu dan TOGA menjadi produk jamu dan fitofarmaka yang dikelola di industri. Pemanfaatan ini sejalan dengan ketersediaan sumber daya alam yang beranekaragam dan sangat tinggi. Pemanfaaatan obat di Indonesia disajikan dalam berbagai sediaan produk seperti jamu, obat herbal, fitofarmaka, suplemen, dan kosmetik (Afandi et al., 2022). Ramuan obat dari tanaman dibuat dengan cara yang sederhana, jika digunakan dengan baik dan sesuai dengan aturan, ramuan tersebut tidak menimbulkan efek yang merugikan pemakai karena umumnya ramuan bersifat alami dan tradisional. Ramuan obat dibuat dari tanaman tidaklah sulit karena selain bahan mudah didapat, cara dan biaya meramu relatif murah (Mursito & Prihmantoro, 2011).
Senyawa berkhasiat dalam obat yang dihasilkan pada waktu tanaman tumbuh, baik berupa tanaman liar maupun tanaman budidaya dikelola dengan penanganan panen dan proses pascapanen. Pengelolaan tanaman obat untuk mendapatkan hasil berupa simplisia merupakan serangkaian perlakuan yang diberikan pada hasil panen hingga menjadi produk yang siap untuk dikonsumsi.
Kandungan zat aktif pada tanaman tidak dapat ditingkatkan setelah tanaman dipanen maka dari itu perlu adanya penanganan kualitas. Penurunan kualitas fisik yang signifikan pada tanaman dapat berdampak buruk terhadap nilai ekonomis produk (Widodo & Subositi, 2021). Tanaman obat dapat digunakan untuk mengobati manusia dan hewan untuk mencegah penyakit, dan digunakan dalam industri makanan, parfum, dan kosmetik (Bakhshullayevich et al., 2021).
Simplisia merupakan bahan alam yang digunakan untuk pengobatan tradisional, simplisia adalah bahan alam yang belum mengalami pengolahan apapun, masih berupa bahan alami yang dikeringkan. Simplisia digunakan untuk pengolahan obat tradisional atau obat herbal. Bahan obat tradisional yang berkualitas harus memenuhi syarat standar simplisia yang aman dan bermutu.
Mutu pada simplisia dipengaruhi oleh kandungan senyawa kimia yang terdapat pada tumbuhan (Wandira et al., 2023).
II. TUJUAN PRAKTIKUM
Tujuan dari praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat melakukan dan memahami proses ekstraksi terhadap sampel tumbuhan yang didapat dari praktikum lapangan yang telah dilakukan.
III. TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Klasifikasi Tanaman Pandan (Pandanus amaryllifolius Roxb.) Klasifikasi tanaman pandan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae Divisi : Tracheophyta Kelas : Liliopsida
Ordo : Pandanales
Familia : Pandanaceae
Genus : Pandanus
Spesies : Pandanus amaryllifolius Roxb.
(Wijayanti, 2024).
Gambar 1. Tanaman pandan (Pandanus amaryllifolius Roxb.) (Dokumentasi Pribadi, 2025).
3.2 Morfologi Tanaman Pandan (Pandanus amaryllifolius Roxb.)
Pandan merupakan tanaman perdu yang tumbuh rendah dekat permukaan tanah dan memiliki akar tunjang sebagai penopang batangnya. Daun pandan memiliki susunan daun spirositik dengan membentuk 3 spirositik, jumlah daun dalam spirositik terdiri dari 20-49 helai daun. Daun pandan memiliki duri pada bagian tepi dan tulang daun utama pada bagian bawah daun. Durinya kaku, tajam, dan berwarna kuning pucat. Bentuk daun pandan seperti bangun pita, duri tepi dan permukaan bawahnya berwarna putih pucat serta duri tepi daunnya berwarna hijau. Daun pandan memiliki stomata yang terdiri dari 4 sel tetangga yang disebut tetrasitik, pada bagian sel penutupnya terdapat papilla. Papilla sel epidermis bawah pada daun pandan terdiri dari 2-6 papila yang tersusun dalam satu baris (Dila et al., 2021).
3.3 Khasiat Daun Pandan (Pandanus amaryllifolius Roxb.)
Daun pandan dimanfaatkan sebagai bahan tambahan makanan sebagai pewarna dan memberikan aroma pada makanan. Daun pandan memiliki manfaat lain selain sebagai tambahan makanan yaitu sebagai antibakteri. Kandungan berbagai metabolit sekunder pada daun pandan dapat menghambat pertumbuhan kanker, mikroba, menurunkan kadar glukosa darah, serta bersifat antibiotik.
Penelitian ilmiah menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat dalam pandan dapat menurunkan risiko penyakit kronis seperti kanker dan kardiovaskular.
Pandan dinyatakan sebagai antikanker karena mengandung berbagai senyawa yang menghasilkan electron pelindung radikal bebas reaktif dan menghasilkan radikal bebas non-reaktif yang relatif stabil (Hashary et al., 2023).
3.4 Kandungan Daun Pandan (Pandanus amaryllifolius Roxb.)
Daun pandan merupakan tanaman yang mengandung banyak metabolit sekunder. Metabolit sekunder pada daun pandan menyebabkan daun pandan memiliki aktivitas antioksidan yang mampu melawan radikal bebas. Daun pandan mengandung metabolit sekunder yaitu berupa alkaloid, flavonoid, saponin, tannin, dan polifenol yang berkhasiat sebagai antioksidan maupun antikanker. Daun pandan memiliki kandungan flavonoid yang cukup tinggi. Kandungan flavonoid pada daun pandan yang tua lebih tinggi daripada daun pandan muda, sehingga semakin tinggi usia daun pandan semakin tinggi pula kadar falvonoidnya (Hashary et al., 2023)
3.5 Pengertian Simplisia
Simplisia adalah bahan alami yang bermanfaat sebagai obat dan belum mengalami pengolahan apapun kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan. Simplisia dapat dibedakan menjadi simplisia nabati, simplisia hewani, dan simplisia pelikan atau mineral. Simplisia dapat berupa tumbuhan utuh bagian tumbuhan atau eksudat tumbuhan, simplisia jenis ini disebut simplisia nabati. Eksudat tumbuhan adalah isi sel yang secara spontan keluar dari tumbuhan atau dengan cara tertentu dikeluarkan dari selnya atau senyawa nabati lainnya dengan cara tertentu yang dipisahkan dari tumbuhannya dan belum berupa senyawa kimia murni. Simplisia nabati berasal dari seluruh bagian tumbuhan seperti akar, kulit akar, batang, kulit batang, kayu, bunga, dan sebagainya, selain itu terdapat eksudat seperti gom, lateks, dan sebagainya (Endrarini, 2016).
3.6 Jenis-Jenis Simplisia
Jenis simplisia terbagi menjadi tiga, yaitu simplisia nabati, simplisia hewani, dan simplisia pelikan atau mineral. Simplisia nabati adalah simplisia berupa tanaman utuh, bagian tanaman, atau eksudat tanaman. Eksudat tumbuhan adalah isi sel yang spontan keluar dari tumbuhan atau dengan cara tertentu dikeluarkan
dari selnya. Simplisia hewani adalah simplisia berupa hewan utuh, dapat berupa bagian hewan, atau zat yang berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia murni. Simplisia pelikan atau mineral adalah simplisia yang berasal dari bahan pelikan atau mineral yang belum melalui proses pengolahan atau diolah dengan cara yang sederhana dan belum berupa zat kimia murni (Suharmiati & Maryani, 2003).
3.7 Persyaratan Simplisia
Simplisia standar ialah simplisia yang telah memenuhi syarat mutu yang ditentukan. Simplisia dapat dinyatakan baik jika memenuhi kadar air maksimum 10%, untuk mendapatkan kadar air yang memenuhi syarat perlu dilakukan pengeringan, pada proses tersebut terjadi perubahan fisik yang terjadi yaitu pengurangan volume bahan, pengecilan atau penyusunan bahan, warna, tekstur, dan aroma, sehingga pengeringan harus dilakukan dengan kondisi yang tepat, karena proses pengeringan yang tidak tepat seperti menggunakan suhu dan laju udara yang terlalu tinggi dapat menyebabkan semakin banyak zat aktif bahan yang hilang. Penggunaan suhu rendah juga dapat menyulitkan tercapainya kadar air standar. Simplisia harus memenuhi persyaratan kadar air yang tepat, tidak berjamur, tidak mengandung lendir, tidak berubah bau dan warna, serta tidak terserang serangga. Pemeriksaan mutu simplisia dilakukan secara organoleptik dan makroskopik, pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan indera manusia, dengan cara pengamatan pada ciri-ciri luar bahan seperti bentuk, warna, rasa, dan bau (Suharmiati & Maryani, 2003).
3.8 Tahapan Pembuatan Simplisia
Tahapan dalam pembuatan simplisia meliputi, pengumpulan bahan baku yaitu bahan yang ingin digunakan dikumpulkan menjadi satu. Kadar senyawa aktif dalam suatu simplisia berbeda-beda tergantung pada bagian yang digunakan, umur tanaman, waktu panen, dan lingkungan tempat tanaman tumbuh sehingga pada tahapan ini diperlukan simplisia yang berasal dari lingkungan yang sama.
Tahapan yang kedua adalah sortasi basah yaitu pemilahan bahan dari bahan lain yang tidak berguna seperti kotoran, rumput, bahan yang busuk yang dapat memengaruhi kualitas simplisia. Tahapan yang ketiga yaitu proses pencucian,
pada proses ini bahan yang sudah disortasi basah dicuci untuk membersihkan dan menghilangkan tanah atau kotoran yang melekat pada bagian tumbuhan serta pencucian harus menggunakan sumber air yang bersih. Tahpan yang keempat adalah perajangan yaitu dengan cara mengiris tipis atau kecil bahan agar mempermudah pengeringan, pengepakan, dan penggilingan. Tahapan yang kelima adalah pengeringan, tujuannya untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak, sehingga dapat mengurangi kadar air, dan menghambat mirkoba seperti jamur yang tumbuh. Tahapan yang keenam yaitu sortasi kering setelah kering simplisia harus dipisahkan lagi dengan benda asing yang tidak dibutuhkan.
Tahapan yang ketujuh yaitu pemeriksaan mutu simplisia untuk memastikan bahwa simplisia yang dihasilkan telah memenuhi syarat mutu yang ditentukan, sehingga keamanannya terjamin (Suharmiati & Maryani, 2003).
IV. METODE PRAKTIKUM 4.1 Alat
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini antara lain:
1. Bunsen 2. Kaca objek 3. Kaca penutup 4. Mikroskop 5. Penjepit kayu 6. Pipet tetes 7. Silet
4.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini antara lain:
1. Floroglusin 2. Korek api 3. Lap/tissue
4. Sampel segar daun pandan (Pandanus amaryllifolius Roxb.) 5. Simplisia haksel daun pandan (Pandanus amaryllifolius Roxb.) 6. Simplisia serbuk daun pandan (Pandanus amaryllifolius Roxb.) 7. Styrofoam
4.3 Cara Kerja
4.3.1 Uji makroskopik daun pandan segar (Pandanus amaryllifolius Roxb.)
4.3.2 Pemeriksaan makroskopik haksel daun pandan (Pandanus amaryllifolius Roxb.)
4.3.3 Pemeriksaan makroskopik serbuk daun pandan (Pandanus amaryllifolius Roxb.)
Diamati bentuk dan karakteristiknya
Diamati bau, rasa, dan warna (uji organoleptis)
Dicatat dan digambar hasil pemeriksaan makroskopik
Hasil
Diamati bentuk dan karakteristiknya
Diamati bau, rasa, dan warna (uji organoleptis)
Dicatat dan digambar hasil pemeriksaan makroskopik
Daun pandan (Pandanus
amaryllifolius Roxb.)
Hasil
Haksel daun pandan (Pandanus amaryllifolius
Roxb.)
Serbuk daun pandan (Pandanus amaryllifolius
Roxb.)
Diamati bentuk dan karakteristiknya
Diamati bau, rasa, dan warna (uji organoleptis)
Dicatat dan digambar hasil pemeriksaan makroskopik
Hasil
4.3.4 Pemeriksaan mikroskopik daun pandan segar (Pandanus amaryllifolius Roxb.)
● Diteteskan 1-2 tetes
● Ditutup menggunakan kaca penutup
● Diamati preparat di bawah mikroskop dengan perbesaran yang sesuai
● Digambar dan diberi keterangan fragmen- fragmen penyusun daun
● Diberi nama ilmiah dan diberi keterangan yang ada dalam buku kerja
4.3.5 Pemeriksaan mikroskopik serbuk daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.)
Floroglusin Daun pandan (Pandanus
amaryllifolius Roxb.)
Disayat tipis secara melintang dan membujur
Diletakkan di atas kaca objek
Serbuk daun pandan (Pandanus amaryllifolius Roxb.)
Hasil
Ditaburkan di atas kaca objek Floroglusin
● Diteteskan 1-2 tetes
● Ditutup menggunakan kaca penutup
● Diamati preparat di bawah mikroskop dengan perbesaran yang sesuai
● Digambar dan diberi keterangan fragmen- fragmen penyusun daun
● Diberi nama ilmiah dan diberi keterangan yang ada dalam buku kerja
V. HASIL
5.1 Hasil Uji Makroskopik
Nama Tanaman : Pandan (Pandanus amaryllifolius Roxb.) Nama Bahan : Daun Pandan (Pandanus amaryllifolius Roxb.)
Simplisia Bau Warna Rasa Karakteristik Gambar Sampel
segar
Bau khas pandan
Hijau cerah
Kela t
Daun berbentuk
memanjang dengan ujung runcing, tepi bergerigi halus, dan memiliki tulang daun sejajar
Haksel Bau
khas
Hijau pudar
Kela t
Haksel berbentuk
rajangan tidak beraturan, memiliki tekstur yang kasar, dan rapuh
Serbuk Bau
khas
Hijau pudar
Kela t
Serbuk berbentuk butiran halus
5.2 Hasil Uji Mikroskopik Sampel Segar
Nama Tanaman : Pandan (Pandanus amaryllifolius Roxb.) Nama Bahan : Daun Pandan (Pandanus amaryllifolius Roxb.)
No Gambar Keterangan Gambar Literatur Hasil
1
Melintang
1. Kutikula 2. Jaringan bunga
karang 3. Epidermis 4. Berkas
pembuluh (Dila et al., 2021).
2
Membujur
1. Epidermis
2. Jaringan bunga karang
(Mursyida et al., 2021).
5.3 Hasil Uji Mikroskopik Serbuk
Nama Tanaman : Pandan (Pandanus amaryllifolius Roxb.) Nama Bahan : Daun Pandan (Pandanus amaryllifolius Roxb.)
No Gambar Keterangan Gambar Literatur
1 1. Berkas
pembuluh 2. Epidermis
bawah 3. Mesofil
(Pratiwi & Amananti, 2021).
VI. PEMBAHASAN
Judul percobaan pada praktikum kali adalah uji pendahuluan, mikroskopik, dan makroskopik daun. Tujuan dari praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat melakukan dan memahami proses ekstraksi terhadap sampel tumbuhan yang
1
2 1
2
3 3
4
1
2
didapat dari praktikum lapangan yang telah dilakukan. Haksel merupakan simplisia berbentuk potongan, irisan, fragmen, atau dalam keadaan utuh yang digunakan dalam ramuan atau sediaan. Serbuk adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang telah dihaluskan, ditujukan untuk penggunaan oral maupun eksternal (Kemenkes RI, 2014). Perbedaan utama antara haksel dan serbuk terletak pada tingkat kehalusan bahan yang dihasilkan (Ayustaningwarno, 2014).
Pembuatan simplisia melibatkan delapan tahapan: pengumpulan bahan baku, sortasi basah, pencucian, perajangan, pengeringan, sortasi kering, pengepakan, penyimpanan, dan pemeriksaan mutu. Pengumpulan bahan baku dilakukan karena kadar senyawa aktif dalam simplisia bervariasi, dipengaruhi oleh bagian tanaman yang digunakan, umur tanaman atau bagian tanaman saat panen, waktu panen, serta lingkungan tempat tumbuh. Pengumpulan bahan baku harus memilih bahan berkualitas baik agar simplisia yang dihasilkan memenuhi syarat. Sortasi basah bertujuan membuang bahan tidak berguna atau berbahaya seperti rumput, kotoran binatang, bahan busuk, atau benda lain yang dapat memengaruhi kualitas simplisia. Pencucian dilakukan untuk membersihkan bahan baku dari tanah atau kotoran yang menempel. Bahan simplisia yang mengandung zat mudah larut dalam air sebaiknya dicuci sesingkat mungkin. Air yang digunakan dapat berasal dari PDAM, sumur, atau sumber air bersih. Perajangan bertujuan mempermudah proses pengeringan, pengepakan, dan penggilingan. Tanaman yang baru diambil sebaiknya dijemur dalam keadaan utuh selama satu hari sebelum dirajang.
Perajangan dapat dilakukan menggunakan pisau atau mesin perajang khusus untuk menghasilkan irisan tipis atau potongan dengan ukuran seragam (Suharmiati & Maryani, 2003).
Simplisia yang telah dirajang akan melalui proses pengeringan. Tujuan pengeringan adalah menghasilkan simplisia yang tahan lama dan berkualitas, sehingga dapat disimpan dalam jangka waktu panjang. Pengeringan juga bertujuan mengurangi kadar air dan menghambat pertumbuhan mikroba seperti jamur. Simplisia yang sudah dikeringkan harus dipisahkan dari benda asing yang tidak diperlukan melalui proses sortasi kering. Simplisia yang telah disortasi kemudian dikemas dan disimpan untuk melindunginya dari kerusakan atau perubahan mutu. Pemeriksaan mutu simplisia dilakukan untuk memastikan memenuhi syarat mutu yang telah ditetapkan (Suharmiati & Maryani, 2003).
Persyaratan simplisia yang baik adalah memenuhi kadar air maksimum 10%.
Untuk mencapai kadar air yang sesuai, pengeringan harus dilakukan dengan kondisi yang tepat. Proses pengeringan yang tidak tepat, seperti menggunakan suhu atau laju udara terlalu tinggi, dapat menyebabkan hilangnya zat aktif dalam bahan. Simplisia harus memenuhi persyaratan kadar air yang sesuai, bebas dari jamur, tidak mengandung lendir, tidak mengalami perubahan bau atau warna, serta tidak terserang serangga. Simplisia perlu memenuhi syarat untuk menjamin keseragaman senyawa aktif, keamanan, dan kegunaannya. Persyaratan tersebut mencakup bahan baku simplisia, proses pembuatan, serta cara penyimpanan bahan baku simplisia (Suharmiati & Maryani, 2003).
Uji pendahuluan dalam percobaan ini mencakup uji organoleptis, uji mikroskopik, dan uji makroskopik. Uji organoleptis dilakukan dengan mengandalkan indera manusia, meliputi pengamatan terhadap tekstur, rasa, warna, serta aroma (Ayustaningwarno, 2014). Uji makroskopik melibatkan pengamatan bentuk, bau, rasa, dan warna. Uji mikroskopik dilakukan dengan meletakkan sampel di atas gelas objek, menetesi fluroglusin, menutup dengan cover glass, dan memfiksasi di atas lampu bunsen. Setelah fiksasi, sampel diamati menggunakan mikroskop untuk melihat keberadaan butiran amilum, isi sel, serta fragmen pengenal pada tumbuhan (Handayani et al., 2019). Pemotongan preparat sampel pada uji mikroskopik dibagi menjadi dua jenis, yaitu melintang dan membujur.
Penyayatan melintang bertujuan menunjukkan susunan yang jelas, seperti keberadaan kutikula, sel epidermis, flavedo, albedo, dan berkas pembuluh.
Penyayatan membujur dilakukan untuk mengidentifikasi keberadaan epidermis, jaringan parenkim, dan korteks (Suharmiati & Maryani, 2004).
Cara kerja pada praktikum kali ini, yaitu pemeriksaan daun segar, serbuk, dan haksel daun simplisia secara makroskopik serta pemeriksaan serbuk daun simplisia dan sampel segar secara mikroskopik. Cara kerja pemeriksaan simplisia serbuk dan haksel serta sampel segar daun pandan (Pandanus amaryllifolius Roxb.) secara mikroskopik yaitu pertama-tama diambil secukupnya sampel serbuk, haksel, dan sampel segar daun pandan, lalu diamati fisiknya seperti warna, tekstur, bentuk dengan kaca pembesar atau mata telanjang serta diperiksa bau dan rasanya, kemudian dicatat dan dokumentasikan hasil yang didapat. Manusia memiliki indera yang berbeda sensitivitasnya, maka dari itu uji makroskopis
biasanya dilakukan oleh lebih dari satu orang untuk memastikan hasil yang didapatkan.
Cara kerja pemeriksaan simplisia serbuk daun pandan (Pandanus amaryllifolius Roxb.) secara mikroskopik. Alat dan bahan disiapkan, diambil serbuk daun pandan lalu diletakkan sampel di atas gelas objek, ditetesi dengan fluroglusin sebanyak satu tetes, lalu ditutup dengan kaca penutup dan dipanaskan di atas lampu bunsen, dijaga supaya tidak mendidih dan tidak terlalu kering.
Alasan ditetesi dengan fluroglusin ialah untuk memperjelas struktur simplisia, baik serbuk maupun haksel di bawah mikroskop. Fluroglusin mampu masuk ke dalam sel-sel simplisia dan membuka struktur simplisia. Alasan dilakukan pemanasan bertujuan untuk menghilangkan gelembung udara yang ada pada preparat agar tidak mengganggu penglihatan di bawah mikroskop. Pemanasan tidak dilakukan terlalu lama dan preparat dijaga agar tidak sampai mendidih atau terlalu kering, karena apabila terlalu kering akan mengakibatkan kerusakan pada sampel. Amati sampel serbuk daun pandan dibawah mikroskop dengan perbesaran 40x atau perbesaran yang sesuai untuk menganalisis struktur haksel dan serbuk sampel daun dan didokumentasikan hasil yang didapat.
Cara kerja pemeriksaan sampel segar daun pandan (Pandanus amaryllifolius Roxb.) secara mikroskopik. Alat dan bahan disiapkan, ambil sampel segar daun pandan kemudian diiris secara melintang dan membujur menggunakan silet dan dengan bantuan styrofoam agar mempermudah pengirisan, lalu diletakkan masing-masing sampel melintang dan membujur di atas gelas objek, ditetesi dengan gliserin sebanyak 1 tetes, lalu ditutup dengan kaca penutup.
Alasan ditetesi dengan gliserin pada sampel segar supaya tidak ada gelembung udara pada kaca preparat sehingga memperjelas struktur di bawah mikroskop.
Preparat tidak dipanaskan di atas bunsen karena jika dipanaskan bisa menimbulkan karamel karena gliserin mengandung gula, hal tersebut dapat mengganggu saat melakukan pengamatan di bawah mikroskop. Gliserin juga tidak menimbulkan gelembung udara sehingga tidak perlu lagi dilakukan pemanasan.
Sampel segar tidak menggunakan cairan fluroglusin karena jika menggunakan fluroglusin maka perlu dipanaskan di atas bunsen, hal tersebut juga bisa memengaruhi sampel segar, jadi lebih baik menggunakan gliserin yang tanpa dilakukan pemanasan.
Hasil yang didapatkan pada uji makroskopik sampel daun pandan segar yaitu daun pandan yang berbau khas, berwarna hijau cerah, rasanya kelat, dengan karakteristik daun berbentuk memanjang dengan ujung runcing, tepi bergerigi halus, dan memiliki tulang daun sejajar. Hasil yang didapatkan sesuai dengan literatur yang menyebutkan morfologi daun pandan yaitu berbentuk memanjang bangun pita spirositik, berwarna hujau, rasanya kelat, dan berbau khas pandan (Dila et al., 2021). Hasil yang didapatkan pada pengamatan makroskopik haksel daun pandan yaitu berbau khas, berwarna hijau pudar, rasanya kelat, dengan karakteristik haksel berbentuk rajangan tidak beraturan memiliki tekstur yang kasar, dan rapuh. Hasil yang didapatkan sesuai dengan literatur yang menyebutkan tentang karakteristik haksel dau pandan yaitu berupa helaian daun tunggal, bentuk garis, ujung daun lancip, tepi daun sedikit berduri kecil-kecil, tidak bertangkai, tulang daun sejajar, permukaan daun yang atas lebih mengkilap dari pada permukaan daun yang bawah, warna hijau tua, berbau khas dan tidak berasa. Hasil yang didapatkan pada pengamatan makroskopik serbuk simplisia daun pandan yaitu daun berwarna hijau pudar, berbau khas, rasanya kelat, dengan karakteristik serbuk berbentuk butiran halus. Hasil yang didapatkan sesuai dengan literatur yang menyebutkan tentang karakteristik simplisa serbuk daun pandan yaitu berwarna hijau, berbau khas, dan tidak berasa (Kemenkes, 2022).
Hasil yang didapatkan pada pengamatan mikroskopik daun pandan segar secara melintang yaitu struktur kutikula, jaringan bunga karang, epidermis, dan berkas pembuluh. Hasil yang didapatkan sesuai dengan literatur yang menyebutkan tentang karakteristik mikroskopik daun pandan segar yaitu struktur berupa berkas pembuluh, epidermis bawah berpapila, epidermis atas berkutikula, hipodermis atas, hipodermis bawah, dan kutikula (Dila et al., 2021). Hasil yang didapatkan pada pengamatan mikroskopik daun segar secara membujur yaitu stuktur berupa epidermis dan jaringan bunga karang. Hasil yang didapat sesuai dengan literatur yang menyebutkan tentang struktur membujur daun pandan segar yaitu epidermis, hipodermis, parenkim, dan sel minyak (Mursyida et al., 2021).
Hasil yang didapatkan pada pengamatan mikroskopik serbuk daun pandan yaitu struktur berupa berkas pembuluh, epidermis bawah, dan mesofil. Hasil yang didapatkan sesuai dengan literatur yang menyebutkan tentang struktur serbuk daun pandan yaitu mesofil, epidermis bawah, berkas pembuluh, dan epidermis
atas (Pratiwi & Amananti, 2021).
VII. KESIMPULAN
Kesimpulan dari percobaan ini adalah :
1. Haksel adalah simplisia berbentuk rajangan, irisan, fragmen atau utuh sedangkan serbuk adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan, sehingga perbedaan antara haksel dan serbuk adalah derajat kehalusan bahan yang dihasilkan.
2. Uji yang dilakukan pada percobaan kali ini, yaitu uji organoleptik, uji makroskopik, dan uji mikroskopik.
3. Hasil yang didapatkan pada pengamatan makroskopik daun segar, simplisia serbuk, dan haksel, serta pengamatan mikroskopik daun segar dan simplisa serbuk daun pandan telah sesuai dengan literatur.
VIII. DAFTAR PUSTAKA
Afandi, K. Ningsih & T. Junanto. 2022. Tren Riset Tanaman Obat di Indonesia dari Tahun 2011-2021: Analisis Bibliometrik Menggunakan Vosviewer.
Klorofil. 6 : 14-20.
Ayustaningwarno, F. 2014. Aplikasi Pengolahan Pangan. Budi Utama, Yogyakarta.
Bakhshullayevich, T. B., A. O. Otabekovna & S. T. Fakhriddinovich. 2021. New Information about the Characteristics of Medicinal Plants. International Journal on Integrated Education. 4: 227-229.
Dila, R., N. Tanzerina & N. Aminasih. 2021. Morfologi dan Anatomi Vegetatif Pandan Wangi Besar (Pandanus amaryllifolius Roxb.) di Daerah Rawa.
Sriwijaya Bioscentia. 2 : 1-7.
Endarini, L. H. 2016. Farmakognosi dan Fitokimia. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Handayani, F., A. Apriliana & H. Natalia. 2019. Karakteristik dan Skrinning Fitokimia Simplisia Daun Selutui Puka (Tubarnaemontana macracarpa Jack). Jurnal Ilmiah Ibnu Sina. 4: 49-58.
Hashary, A. R., U. P. Damayanti, Rusdiaman & A. A. Nurzak. 2023. Identifikasi Senyawa Antioksidan dari Ekstrak Etanol Daun Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius) dengan Metode 2,2-Diphenyl-1-Picryl-Hydrazyl (DPPH).
Jurnal Riset Kefarmasian Indonesia. 5 : 204-215.
Kemenkes RI. 2022. Farmakope Herbal Indonesia Edisi II. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Kemenkes RI. 2014. Farmakope Indonesia Edisi V. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Mursito, B & H. Prihmantoro. 2011. Tanaman Hias Berkhasiat Obat. Penebar Swadaya, Jakarta.
Mursyida, F., H. Febriani & Rasyidah. 2021. Uji Efektivitas Antibakteri EKstrak Daun Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus epidermidis. KLOROFIL. 5: 102-110.
Pratiwi, R. I. & W. Amananti. 2021. Pemanfaatan Carboxy Methyl Cellulose dan Pati Singkong sebagai Suspending Agent pada Sediaan Suspensi Daun Pandan. Jurnal Ilmiah Manuntung. 7: 111-119.
Suharmiati & D. H. Maryani. 2003. Khasiat & Manfaat Daun Dewa & Sambung Nyawa. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Wandira, A., Cindiansya., J. Rosmayati., R. F. Anandari., S. A. Naurah & L.
Fikayuniar. 2023. Menganalisis Pengujian Kadar Air dari BerbagaiSimplisia Bahan Alam Menggunakan Metode Gravimetri. Jurnal Ilmiah Pendidikan.
9: 190-193.
Widodo, H & D. Subositi. 2021. Penanganan dan Penerapan Teknologi Pascapanen Tanaman Obat. Jurnal Teknologi Industri Pertanian. 15: 253- 271.
Wijayanti, R. 2024. Potensi Daun Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) sebagai Antioksidan beserta Identifikasi Struktur Senyawa Aktifnya. Nasya Expanding Management, Pekalongan.