LAPORAN
PRAKTIKUM HIDROLGI HUJAN WILAYAH DAN EVAPORASI
Disusun oleh :
Nama : Fadillah Syifa Nirwana
NIM : 200722638881
Offering / Angkatan : G/2020
Dosen Pengampu : Ferryati Masitoh, S.Si, M.Si
UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN GEOGRAFI PRODI GEOGRAFI
2020
1. TUJUAN
a) Mahasiswa dapat menentukan hujan wilayah
b) Mahasiswa dapat memperkirakan besarnya evaporasi.
2. ALAT DAN BAHAN
a) Alat Tulis b) Data Acara
c) Buku Milimeterblock d) Ms. Excel
e) Kertas Kalkir 3. DASAR TEORI
Hujan wilayah diperlukan dalam rangka untuk mengetahui tebal hujan yang merata di suatu wilayah. Lebih lanjut, mengetahui tebal hujan wilayah akan membantu dalam berbagai kajian, perancangan, dan tata kelola sumber daya air di suatu wilayah.
Metode rata-rata artimetik yaitu mengukur serempak untuk lama waktu terterntu dari semua alat penakar dan dijumlahkan
seluruhnya. Yang kemudian hasilnya dibagi dengan jumlah penakar hujan. Dengan demikian, hasil akhirnya disebut sebagai rata-rata curah hujan daerah tersebut
Metode Poligon Thiessen dapat dilakukan dengan cara : 1) menghubungkan garis pada semua stasiun sehingga membentuk jaringan segitiga. 2) kemudian garis sumbu pada setiap segitiga ditarik garis dan membentuk poligon. 3) luas daerah yang hujannya dianggap mewakili salah satu stasiun yang bersangkutan ialah daerah yang dibatasi garis poligon atau batas daerah tangkapan air.
4) yang terakhir adalah luas relatif pada daerah ini dengan luas daerah tangkapan air merupakan faktor koreksinya.
Metode Isohyet dengan tujuan untuk mempelajari pengaruh hujan terhadap aliran air sungai terlebih di daerah dengan tipe curah hujan orografik atau pegunungan.
Menurut Hadisusanto yang menjelaskan tentang evaporasi merupakan proses fisis yang merubah bentuk larutan atau cairan menjadi bentuk gas ataupun uap. Dengan artian jumlah uap air yang diuapkan dari suatu permukaan tanah atau air. Dengan melalui proses: 1) evaporasi aktual atau proses evaporasi dengan ketergantungan pada kondisi alami suatu daerah.
Sehingga jika terdapat perbedaan kondisi daerah akan menciptakan
perbedaan besarnya nilai. 2) evaporasi potensial atau yang sering disebut sebagai kemampuan maksimal penguapan air dari suatu permukaan ini merupakan proses evaporasi yang terjadi pada suatu permukaan
penguapan yang berbeda dalam kondisi kecukupan air. Evaporasi diukur dengan pendekatan : 1) pendekatan teoritik ; persamaan empirik, water balance method, aerodinamic method, energy balance method,
combination method, pristley taylor method. 2) pengukuran langsung ; panci penguapan, atmometer, lysimeter.
4. LANGKAH KERJA
a) Metode rata-rata aritmetik
Cara metode rataa-rata aritmetik ini dilakukan dengan mengukur serempak untuklama waktu tertentu dari semua alat penakar dan dijumlahkan seluruhnya. Kemudian hasil penjumlahannya dibagi dengan jumlah penakar hujan. Maka akan dihasilkan rata-rata curah hujan di daerah tersebut.
Rumus:
Rata-rata CH = (∑Ri) / n
Ri = Besarnya curah hujan pada stasiun i.
N = Jumlah penakar (stasiun)
Jadi, masukkan data acara yang digunakan kedalam rumus tersebut.
Rata-rata CH = (∑Ri) / n = 40381/13 = 3106,23
Jadi dapat disimpulkan bahwa curah hujan rata-rata pada data tersebut adalah 3106,23mm
b) Metode Poligon Thiessen
- Langkah pertama yang harus dilakukan adalah dengan membuat garis polygon antar stasiun.
- Setelah terhubung, terdapat segitiga, sehingga jika ditarik sumbunya membentuk polygon.
-
Luas daerah yang hujannya dianggap diwakili salah satu stasiun yang bersangkutan adalah daerah yang dibatasi garis poligon tersebut atau dengan batas daerah tangkapan air-
Luas relatif daerah ini dengan luas daerah tangkapan air merupakan faktor koreksinya.Setelah masukkan data-data tersebut kedalam rumus berikut
P = Tinggi hujan rata-rata (mm)
Pa..Px.. = Tinggi hujan tiap pos pengamatan hujan (mm) Ax..Ax = Luas yang dibatasi garis polygon (km2) P = Aa Pa+ Ab Pb + … + Ax Px
A Total
= 9x2520 + 9x2830 + …+4x3389 102
= 311757/102
= 3056,441
Stasiun P A Hasil
a 2520 9 22680
b 2830 9 25470
c 3025 11 33275
d 3180 4 12720
e 3375 7 23625
f 3542 7 24794
g 3461 5 17305
h 3129 8 25032
i 2912 9 26208
j 2734 11 30074
k 3065 6 18390
l 3219 12 38628
m 3389 4 13556
HASIL 102 311757 3056.44
1 c) Metode Isohyet
Metode ini berfungsi untuk mempelajari pengaruh hujan terhadap perilaku alirann air sungai terutama untuk daerah dengan tipe curah hujan orografik (daerah pegunungan). Kemudian masukkan data data dalam rumus berikut.
data
JARAK PADA PETA
Stasiun P Stasiun AB 3
a 2520 Stasiun AJ 3.5
b 2830 Stasiun BC 3.5
c 3025 Stasiun BJ 3.5
d 3180 Stasiun BK 3
e 3375 Stasiun CD 4
f 3542 Stasiun CL 4.5
g 3461 Stasiun CK 3
h 3129 Stasiun DE 3.3
i 2912 Stasiun DL 3.4
j 2734 Stasiun EF 3.4
k 3065 Stasiun EM 3
l 3219 Stasiun EL 3.8
m 3389 Stasiun FG 3.2
Stasiun FM 2.9 Stasiun GH 2.4 Stasiun GM 2.4 Stasiun HI 4.5 Stasiun HL 3.5 Stasiun HM 2.2 Stasiun IK 2.7
Stasiun IJ 3
Stasiun IL 3.6 Stasiun JK 2.8 Stasiun KL 2.7 Stasiun LM 2.9
N = Titik Isohyet yang dicari
Xn = Jumlah curah hujan yang dicari titik isohyetnya Xo = Jumlah curah hujan terkecil diantara stasiun Δa = Perbedaan curah hujan antar stasiun
a = Jarak stasiun dipeta (cm) Masukkan data perstasiun pada rumus tersebut.
N. A-B = (Xn – Xo / Δa) × a
= (2600 – 2520 / 310) × 3
= (80/310) × 3
= 0,25 × 3
= 0,75
N. A-B = (Xn – Xo / Δa) × a
= (2700 – 2520 / 310) × 3
= (180/310) × 3
= 0,58 × 3
= 1,74
N. A-B = (Xn – Xo / Δa) × a
= (2800 – 2520 / 310) × 3
= (280/310) × 3
= 0,90 × 3
= 2,7
N. A-J = (Xn – Xo / Δa) × a
= (2600 – 2520 / 310) × 3,5
= (80/310) × 3,5
= 0,25 × 3,5
= 0,875
N. A-J = (Xn – Xo / Δa) × a
= (2700 – 2520 / 214) × 3,5
= (180/310) × 3,5
= 0,58 × 3,5
= 2,03
N. B-C = (Xn – Xo / Δa) × a
= (2900 – 2830 / 195) × 3,5
= (70/195) × 3,5
= 0,35 × 3,5
= 1,25
N. B-C = (Xn – Xo / Δa) × a
= (3000 – 2830 / 195) × 3,5
= (170/195) × 3,5
= 0,87 × 3,5
= 3,05
N. B-J = (Xn – Xo / Δa) × a
= (2800 – 2734 / 96) × 3,5
= (96/96) × 3,5
= 1 × 3,5
= 3,5
N. B-K = (Xn – Xo / Δa) × a
= (2900 – 2830 / 235) × 3
= (70/235) × 3
= 0,29 × 3
= 0,89
N. B-K = (Xn – Xo / Δa) × a
= (3000 – 2830 / 235) × 3
= (170/235) × 3
= 0,72 × 3,5
= 2,17
N. C-D = (Xn – Xo / Δa) × a
= (3100 – 3025 / 155) × 4
= (75/155) × 4
= 0,48 × 4
= 1,93
N. D-E = (Xn – Xo / Δa) × a
= (3200 – 3180 / 195) × 3,3
= (20/195) × 3,3
= 0,10 × 3,3
= 0,33
N. D-E = (Xn – Xo / Δa) × a
= (3300 – 3180 / 195) × 3,3
= (120/195) × 3,3
= 0,61 × 3,3
= 2,03
N. D-L = (Xn – Xo / Δa) × a
= (3200 – 3180 / 39) × 3,4
= (20/39) × 3,4
= 0,51 × 3,4
= 1,74
N. E-F = (Xn – Xo / Δa) × a
= (3400 – 3375 / 167) × 3,4
= (25/167) × 3,4
= 0,14 × 3,4
= 0,50
N. E-F = (Xn – Xo / Δa) × a
= (3500 – 3375 / 167) × 3,4
= (125/167) × 3,4
= 0,74 × 3,4
= 2,54
N. F-G = (Xn – Xo / Δa) × a
= (3500 – 3461 / 81) × 3,2
= (25/81) × 3,2
= 0,30 × 3,2
= 0,98
N. H-G = (Xn – Xo / Δa) × a
= (3200 – 3129 / 332) × 2,4
= (71/332) × 2,4
= 0,21× 2,4
= 0,51
N. H-G = (Xn – Xo / Δa) × a
= (3300 – 3129 / 332) × 2,4
= (171/332) × 2,4
= 0,51× 2,4
= 1,23
N. H-G = (Xn – Xo / Δa) × a
= (3400 – 3129 / 332) × 2,4
= (271/332) × 2,4
= 0,81× 2,4
= 1,95
N. M-G = (Xn – Xo / Δa) × a
= (3400 – 3389 / 72) × 2,4
= (11/72) × 2,4
= 0,15× 2,4
= 0,36
N. I-H = (Xn – Xo / Δa) × a
= (3000 – 2912 / 217) × 4,5
= (88/217) × 4,5
= 0,40× 4,5
= 1,82
N. I-H = (Xn – Xo / Δa) × a
= (3100 – 2912 / 217) × 4,5
= (188/217) × 4,5
= 0,86× 4,5
= 3,89
N. H-M = (Xn – Xo / Δa) × a
= (3200 – 3129 / 260) × 2,2
= (71/260) × 2,2
= 0,27× 2,2
= 0,60
N. H-M = (Xn – Xo / Δa) × a
= (3300 – 3129 / 260) × 2,2
= (171/260) × 2,2
= 0,65× 2,2
= 1,44
N. I-K = (Xn – Xo / Δa) × a
= (3000 – 2912 / 153) × 2,7
= (88/153) × 2,7
= 0,57× 2,7
= 1,55
N. J-I = (Xn – Xo / Δa) × a
= (2800 – 2734 / 178) × 3
= (66/178) × 3
= 0,37× 3
= 1,11
N. J-I = (Xn – Xo / Δa) × a
= (2900 – 2734 / 178) × 3
= (166/178) × 3
= 0,93× 3
= 2,79
N. I-L = (Xn – Xo / Δa) × a
= (3000 – 2912 / 307) × 3,6
= (88/307) × 3,6
= 0,28× 3,6
= 1,03
N. I-L = (Xn – Xo / Δa) × a
= (3100 – 2912 / 307) × 3,6
= (188/307) × 3,6
= 0,61× 3,6
= 2,20
N. I-L = (Xn – Xo / Δa) × a
= (3200 – 2912 / 307) × 3,6
= (288/307) × 3,6
= 0,93× 3,6
= 3,37
N. J-K = (Xn – Xo / Δa) × a
= (2800 – 2734 / 331) × 2,8
= (66/331) × 2,8
= 0,19× 2,8
= 0,55
N. J-K = (Xn – Xo / Δa) × a
= (2900 – 2734 / 331) × 2,8
= (166/331) × 2,8
= 0,50× 2,8
= 1,40
N. J-K = (Xn – Xo / Δa) × a
= (3000 – 2734 / 331) × 2,8
= (266/331) × 2,8
= 0,80× 2,8
= 2,25
N. K-L = (Xn – Xo / Δa) × a
= (3100 – 3065 / 154) × 2,8
= (35/154) × 2,7
= 0,22× 2,7
= 0,61
N. K-L = (Xn – Xo / Δa) × a
= (3200 – 3065 / 154) × 2,8
= (135/154) × 2,7
= 0,87× 2,7
= 2,36
N. C-L = (Xn – Xo / Δa) × a
= (3100 – 3025 / 194) × 4,5
= (75/194) × 4,5
= 0,38× 4,5
= 1,73
N. C-L = (Xn – Xo / Δa) × a
= (3200 – 3025 / 194) × 4,5
= (175/194) × 4,5
= 0,90× 4,5
= 4.05
N. L-E = (Xn – Xo / Δa) × a
= (3300 – 3219 / 156) × 3,8
= (81/156) × 3,8
= 0,51× 3,8
= 1,97 d) Metode Thornwaite
Menghitung metode ini menggunakan rumus berikut.
Untuk mengetahui a nya kita mencari dengan rumus berikut
Kemudian setelah data tersebut lengkap masukkan kedalam rumus berikutnya
Masukkan data-data pada lampiran tersebut ke dalam rumus diatas.
a = 0.00000675 × 2048,3 × 0,000071 × 161,29 + 0,01792
= 12,7 + 0,49239
= 0,720
= 0,72
PET = 1,6
(
10i.T)ª
= 1,6 (10.26,8 12,7 )0,72
=
14,38Setelah menemukan nilai PET, masukkan nilai PET tersebut kedalam rumus PE
Januari = PET s .Tz
30.12
=14,38 ×11,886 = 170,920
Februari = PET s .Tz
30.12
=
14,38×12,708 = 182,704Maret = PET s .Tz
30.12
=
14,38×12,638 = 181,734April = PET s .Tz 30.12
=14,38×13,078 = 188,061
Mei = PET s .Tz
30.12
=
14,38×12,358 = 181,734Juni = PET s .Tz
30.12
=
14,38×12,646 = 181,849Juli = PET s .Tz
30.12
=
14,38×12,136 = 174,515Agustus = PET s .Tz
30.12
=
14,38×12,936 = 186,019September = PET s .Tz
30.12
=
14,38×13,780 = 198,156Oktober = PET s .Tz
30.12
=
14,38×14,328 = 206,036November = PET s .Tz
30.12
=
14,38×12,120 = 174,285Desember = PET s .Tz
30.12
=14,38×12,662 = 182,079
e) Metode Blaney Criddle
Rumus yang digunakan dalam metode ini adalah
Pada metode ini kita menggunakann tanaman serat. Kemudian diketahui bahwa lokasi stasiunnya berada pada 6,8 derajat lintang selatan.
Maka dari itu, kita harus mencari lokasi 6,8derajat Lintang selatan tersebut.
Caranya dengan, mencari selisih pada 6 dan 7 lintang selatan pada setiap bulan. Kemudian setelah kita menemukan selisih diantaranya langsung dibagi 100 dan dikalikan 8. Berikut ini adalah tabel hasil yang diperoleh
Bulan Hasil 6ºLS Hasil akhir
1 0.0032 8.71 8.7132
2 0.0016 7.81 7.8116
3 0.0008 8.5 8.5008
4 8.12 8.12
5 0.0024 8.3 8.3024
6 0.0032 8 8.0032
7 0.0024 8.19 8.1924
8 0.0016 8.37 8.3716
9 8.18 8.18
10 0.0016 8.59 8.5916
11 0.004 8.38 8.384
12 0.004 8.74 8.744
Setelah mengetahui titik pada 6,8 derajat lintang selatannya, kita dapat memasukkan data tersebut kedalam rumus. Sebelumnya kita harus mencari T = Temperatur rerata bulanan, dan diperoleh 80,24 dan masukkan semua data tersebut ke dalam rumus.
Bulan Januari KT . P
100 = 0.8080,24×8,7132 100
= 5.593177
Bulan Februari KT . P
100 = 0.8080,24×7.8116 100
= 5.014422
Bulan Maret KT . P
100 = 0.8080,24×8.5008 100
= 5.456834
Bulan April KT . P
100 = 0.8080,24×8,12 100 = 5.21239
Bulan Mei KT . P
100 = 0.8080,24×8,3024 100
= 5.329477
Bulan Juni KT . P
100 = 0.8080,24×8,0032 100
= 5.137414
Bulan Juli KT . P
100 = 0.8080,24×8,1924 100
= 5.258865
Bulan Agustus KT . P
100 = 0.8080,24×8,3716 100
= 5.373897
Bulan September KT . P
100 = 0.8080,24×8,18 100 = 5.250906
Bulan Oktober KT . P
100 = 0.8080,24×8,5916 100
= 5.51512
Bulan November KT . P
100 = 0.8080,24×8,384
100 =
5.381857
Bulan Desember KT . P
100 = 0.8080,24×8,744
100 =
5.612948
Berikut ini adalah tabel pengitungannya
Bulan Hasil 6ºLS Hasil akhir Hasil Pengalian Hasil Pembagian Hasil Akhir (U)
1 0.0032 8.71 8.7132 80.24 699.147
2 100 6.991472 0.8 5.59317 7
2 0.0016 7.81 7.8116 80.24 626.802
8 100 6.268028 0.8 5.01442 2
3 0.0008 8.5 8.5008 80.24 682.104
2 100 6.821042 0.8 5.45683 4
4 - 8.12 8.12 80.24 651.548
8 100 6.515488 0.8 5.21239
5 0.0024 8.3 8.3024 80.24 666.184
6 100 6.661846 0.8 5.32947 7
6 0.0032 8 8.0032 80.24 642.176
8 100 6.421768 0.8 5.13741 4
7 0.0024 8.19 8.1924 80.24 657.358
2 100 6.573582 0.8 5.25886 5
8 0.0016 8.37 8.3716 80.24 671.737
2 100 6.717372 0.8 5.37389 7
9 - 8.18 8.18 80.24 656.363
2 100 6.563632 0.8 5.25090 6
10 0.0016 8.59 8.5916 80.24 689.39 100 6.8939 0.8 5.51512
11 0.004 8.38 8.384 80.24 672.732
2 100 6.727322 0.8 5.38185 7
12 0.004 8.74 8.744 80.24 701.618
6 100 7.016186 0.8 5.61294 8
f) Metode Blanney-Criddle Modifikasi
Metode yang digunakan selanjutnya adalah metode Blanney-Criddle Modifikasi, untuk menentukannya menggunakan rumus sebagai berikut
Sebelem menggunakan rumus tersebut, kita mencari terlebih dulu nilai dari K.
K = Kt × Kc
= 0,311 × 26,8 + 0,24 × 0,80
= 8,578 × 0,80
= 6,85984
Hasil akhir 8.7132 7.8116 8.5008 8.12 8.3024 8.0032
8.1924 8.3716 8.18 8.5916
8.384 8.744
Setelah mengetahui nilai K, langsung menuju rumus Blanney-Criddle Modifikasi
T = 26,8 P = (Tabel) K = 6,85984
Januari U=6,85984 8.7132(45.7t+813)
100 =6,85984
×177,5541= 1216,21
Februati U=6,859847.8116(45.7t+813)
100 =6,85984
×159,1816= 1090,38
Maret U=6,85984 8.5008(45.7t+813)
100 =6,85984
×173,2259= 1186,55
April U=6,85984 8.12(45.7t+813)
100 =6,85984
×165,4661= 1133,40
Mei U=6,85984 8.3024(45.7t+813)
100 =6,85984
×169,1829= 1158,83
Juni U=6,85984 8.0032(45.7t+813)
100 =6,85984
×163,0860= 1117,09
Juli U=6,85984 8.1924(45.7t+813)
100 =6,85984
×166,9414= 1143,53
Agustus U=6,85984 8.3716(45.7t+813)
100 =6,85984
×170,5931= 1168,54
SeptemberU=6,85984 8.18(45.7t+813)
100 =6,85984
×166,6887= 1141,62
Oktober U=6,85984 8.5916(45.7t+813)
100 =6,85984
×175,0761= 1199,22
NovemberU=6,85984 8.384(45.7t+813)
100 =6,85984
×170,8457= 1170,25
Desember U=6,85984 8.744(45.7t+813)
100 =6,85984
×178,1817= 1220,53
Data diatas adalah hasil yang diperoleh tiap bulan dengan metode Blanney-Criddle Modifikasi.
g) Metode Turc Lungbein
Metode selanjutnya adalah metode turc Lungbein, metode ini
digunakan untuk menentukan Evaporasi actual mm pertahun. Rumus dari metode Turc Lungbein ini adalah
25,23 26,43
26,76 27,13
26,63 26,86
27,31 29,00
26,36 26,40
26,73 26,66
Eo = 325+21 . 26,8 + 0,9 . 26,8² = 1534 E= 4007
√
0,9+(4007153422)E=√
0,9+(4007160560492353165 )E= 4007
√
7,732 E=2,7794007= 1,441
5. PEMBAHASAN
a. Metode rata-rata artimatik
Metode ini biasanya disebut sebagai aljabar. Metode yang paling sederhana ini berguna untuk menghitung hujan rerata pada suatu daerah. Pengukuran dilakukan di beberapa stasiun dalam waktu yang bersamaan. Kemudian dijumlahkan dan dibagi dengan jumlah stasiun.
Stasiun hujan yang digunakan adalah yang berada di dalam DAS ataupun di luar DAS yang masih berdekatan. Menurut hasil praktikum yang telah dilakukan, didapatkan rata-rata curah hujan sebesar 3.106,23 mm.
b. Metode Isohyet
Metode ini menggambarkan garis yang menghubungkan titik dengan kedalaman hujan yang sama. Metode ini dianggap bahwa hujan pada suatu daerah di antara dua garis isohyet adalah merata dan sama dengan nilai rerata dari kedua garis isohyet tersebut. Metode ini merupakan cara paling teliti untuk menghitung kedalaman hujan rerata di suatu daerah. Namun, cara ini membutuhkan pekerjaan dan perhatian yang lebih banyak jika dibandingkan dengan metode yang lainnya.Berdasarkan hasil praktikum dengan metode isohyet, kedalaman hujan maksimum pada stasiun C-L dengan nilai sebesar 4,05. Dan kedalaman minimum pada stasiun E-F dengan nilai 0,14.
c. Metode Blaney Criddle
Metode ini digunakan untuk menghitung evapotranspirasi potensial dengan data temperatur dan lama penyinaran matahari. Pada metode
ini banyak digunakan untuk memperkirakan kebutuhan air tanaman.
Menurut hasil praktikum yang telah dilakukan, pada tanaman serat dengan koefisien 0,80 akan tumbuh maksimum pada bulan Desember dengan pertambahan tumbuh maksimum 5,612 inch. Dan pertumbuhan minimum pada Februari dengan pertambahan tumbuh minimum sebesar 5,014 inch.
d. Metode Blaney Criddle Modifikasi
Menurut hasil perhitungan pada praktikum yang telah dilakukan didapatkan transpirasi bulanan maksimum pada bulan Desember dengan nilai sebesar 1220,53 mm. Dan transpirasi bulanan minimum di bulan Februari dengan nilai 1090,38 mm.
e. Metode Thornwaite
Metode ini digunakan untuk menghitung evapotranspirasi potensial berdasarkan data klimatologi. Penggunaan rumus perlu disesuaikan dengan kondisi daerah yang ditinjau. Salah satu rumus yang diusulkan oleh Thorntwaite berlaku untuk daerah basah. Evapotranspirasi potensial dipengaruhi oleh temperatur dan lama penyinaran matahari.
f. Metode Turc Lungbein
Mengacu hasil praktikum yang telah dilakukan maka dapat ketahui evaporasi air permukaan sebesar 1.534 mm. Dengan suhu tahunan sebesar 26,8°C. Maka menghasilkan evaporasi aktual sebesar 1.441mm/tahun.
g. Metode Polygon Thiessen
Metode ini memperhitungkan bobor dari stasiun yang mewakili luasan di sekitarnya. Luasan yang berada dalam DAS dianggap bahwa hujan adalah sama dengan yang terjadi pada stasiun yang terdekat, sehingga
hujan yang tercatat pada suatu stasiun dapat mewakili luasan tersebut.
Metode ini digunakan jika penyebaran stasiun hujan di daerah tertentu tidak merata. Hitungan curah hujan rerata dilakukan dengan memperhitungkan daerah pengaruh dari setiap stasiun
6. KESIMPULAN
Jadi dapat disimpulkan bahwa setiap metode tersebut dapat digunakan untuk mengukur beberapa curah hujan di suatu tempat.
Dengan adanya beberapa metode tersebut memudahkan kita dalam menghitung dan dapat memperinci beberapa kasus yang ada. Selain itu Dengan menggunakan metode seperti metode rata- rata aritmetik, metode poligon Thiessen, dan metode isohye.Sedangkan dalam mengukur evaporasi dan evapotranspirasi dapat menggunakan pendekatan teoritik seperti persamaan empirik seperti metode Thornwaite, metode Blaney Criddle, metode Blaney Criddle Modifikasi, dan metode Turc Lungbein, water balance method, aerodinamic method, energy balance method, combination metod, dan pristley taylor method. Serta dapat melakukan pengukuran langsung melalui panci penguapan, atmometer, dan lysimeter.
7. DAFTAR PUSTAKA
Triatmodjo, B. (2015, November 5). Hidrologi Terapan. Dalam B.
Triatmodjo, Hidrologi Terapan (hal. 31-86). Sleman, Yogyakarta: Beta Offset.
file:///C:/Users/AULIA%20R.DESKTOP-OIVGF8M/Downloads/
Lampiran%20Data%20Acara%203.pdf sipejar.um.ac.id
https://belajargeo11.blogspot.com/2017/01/panduan-pembuatan-peta- isohiet.html?m=1
8. LAMPIRAN