• Tidak ada hasil yang ditemukan

laporan curah dan hujan titik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "laporan curah dan hujan titik"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

Tanggal : 10 September 2014

Asisten : Heny Mariati

Lira Siti Zahara

ANALISIS CURAH HUJAN TITIK

Nama : Eka Yulianti

NIM : J3M113016

TEKNIK DAN MANAJEMEN LINGKUNGAN

PROGRAM DIPLOMA

(2)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hujan adalah jatuhnya hydrometeor yang berupa partikel-partikel air dengan diameter 0.5 mm atau lebih. Jatuhnya air sampai ketanah maka disebut hujan, akan tetapi apabila jatuhannya tidak dapat mencapai tanah karena menguap lagi maka jatuhan tersebut disebut Virga. Hujan juga dapat

didefinisikan dengan uap yang mengkondensasi dan jatuh ketanah dalam rangkaian proses hidrologi. Hujan merupakan salah satu bentuk presipitasi uap air yang berasal dari awan yang terdapat di atmosfer. Bentuk presipitasi lainnya adalah salju dan es. Terjadinya hujan diperlukan titik-titik kondensasi, amoniak, debu dan asam belerang. Titik-titik kondensasi ini mempunyai sifat yang dapat mengambil uap air dari udara. Satuan curah hujan selalu dinyatakan dalam satuan millimeter atau inchi namun untuk di Indonesia satuan curah hujan yang digunakan adalah dalam satuan millimeter (mm) (Siagian P 2011).

Hujan dikatakan lebat apabila intensitasnya besar dan kondisi ini sangat berbahaya karena berdampak dapat menimbulkan banjir, longsor dan efek negatif terhadap tanaman. Hujan merupakan unsur fisik lingkungan yang paling beragam baik menurut waktu maupun tempat dan hujan juga merupakan faktor penentu serta faktor pembatas bagi kegiatan pertanian secara umum, oleh karena itu klasifikasi iklim untuk wilayah Indonesia (Asia Tenggara umumnya) seluruhnya dikembangkan dengan menggunakan curah hujan sebagai kriteria utama (Lakitan 2002). Bayong (2004) mengungkapkan bahwa dengan adanya hubungan sistematik antara unsur iklim dengan pola tanam dunia telah melahirkan pemahaman baru tentang klasifikasi iklim, dimana dengan adanya korelasi antara tanaman dan unsur suhu atau presipitasi menyebabkan indeks suhu atau presipitasi dipakai sebagai kriteria dalam pengklasifikasian iklim.

Data jumlah curah hujan (CH) rata -rata untuk suatu daerah tangkapan air (catchment area) atau daerah aliran sungai (DAS) merupakan informasi yang sangat diperlukan oleh pakar bidang hidrologi. Dalam bid ang pertanian data CH sangat berguna, misalnya untuk pengaturan air irigasi , mengetahui neraca air lahan, mengetahui besarnya aliran permukaan (run off). Besarnya CH di suatu

wilayah/daerah diperlukan penakar CH dalam jumlah yang cukup untuk dapat mewakili. Semakin banyak penakar dipasang di lapangan diharapkan dapat diketahui besarnya rata -rata CH yang

(3)

Tujuan

Untuk mengetahui dan menganalisis karakteristik curah hujan titik

Manfaat

Manfaat dari penelitian ini, diharapkan dapat menjadi suatu alternatif dalam menghitung dan menganalisa data curah hujan khususnya data curah hujan jam-jaman sebagai dasar untuk menentukan perencanaan banjir rencana.

METODOLOGI

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu laptop dan kalkulator, sedangkan bahan yang digunakan yaitu data curah hujan tiap menit dan data curah hujan titik satu stasiun pengamatan selama satu tahun

Prosedur

Menentukan selang waktu

t

=

t

2−t1

K

eterangan:

t1 = selang waktu pertama t2 = selang waktu kedua

Menentukan lama hujan

t

=

t

2+t1

Menentukan jumlah hujan

CH

2=d1+d2

keterangan:

CH

2 = Jumlah huajan selang waktu ke dua (mm)

d1 = Jeluk hujan selang pertama (mm)

d2 = Jeluk hujan selang ke dua (mm)

Menentukan intensitas hujan

I

=

d

t

Keterangan:

I = Intensitas hujan (mm/jam) d = Jeluk hujan (mm)

(4)

Membuat grafik grafitasi dengan memplotkan jumlah hujan sebagai Y dan lama hujan sebagai X

 Membuat grafik batang dengan memplotkan jeluk hujan sebagia Y dan waktu sebagai X

 Membuat hietograf dengan memplotkan intensitas sebagai Y dan lama hujan sebagai X

 Mengurutkan data curah hujan harian selama setahun dari yang terbesar hingga yang terkecil

 Menghitung periode ulangan hujan

P

=

n

m

+

1

T

=

P

1

Keterangan : T = periode ulang

P = nilai peluang terlampaui

m = nomor urut data dari yang terbesar hingga yang terkecil n = jumlah data

Menentukan distribusi hujan, dengan mencari hujan rata-rata tiap bulan dengan menjumlahkan jeluk hujan yang terjadi

Membuatkan grafik batang dengan curah hujan bulanan sebagai Y dan bulan sebagai X

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Tabel 1. Curah Hujan Tiap Menit

(5)
(6)

Tabel 2. Curah Hujan Harian

Tanggal Bulan

Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des

1 2 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 3

RATA 5.55 4.93 3.52 9.03 5.63 1.67 0.39 0.00 0.00 0.29 1.93 6.39

(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)

0 0 0.962 1

0 0 0.965 1

0 0 0.967 1

3 0 0.970 1

0 0 0.973 1

7 0 0.975 1

11 0 0.978 1

7 0 0.981 1

0 0 0.984 1

0 0 0.986 1

11 0 0.989 1

6 0 0.992 1

12 0 0.995 1

26 0 0.997 1

(17)

0 30 60 90 120 150 180 210 210 210 0

0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4

Grafik 2. Jeluk Hujan dan Waktu Hujan

5.00 5.30 6.00 6.30 7.00 7.30 8.00 8.30 9.00 9.30 0

0.5 1 1.5 2 2.5 3

(18)

0 30 60 90 120 150 180 210 210 210 0

1 2 3 4 5 6

Grafik 4. Jumlah Rata-Rata Curah Hujan Harian

Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des 0.00

1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00 10.00

(19)

Presipitasi yaitu Intensitas curah hujan adalah jumlah curah hujan yang dinyatakan dalam tinggi hujan atau volume hujan tiap satuan waktu, yang terjadi pada satu kurun waktu air hujan terkonsentrasi (Wesli 2008). Besarnya intensitas curah hujan berbeda-beda tergantung dari lamanya curah hujan dan frekuensi kejadiannya.

Intensitas curah hujan yang tinggi pada umumnya berlangsung dengan durasi pendek dan meliputi daerah yang tidak luas. Hujan yang meliputi daerah luas, jarang sekali dengan intensitas tinggi, tetapi dapat berlangsung dengan durasi cukup panjang. Kombinasi dari intensitas hujan yang tinggi dengan durasi panjang jarang terjadi, tetapi apabila terjadi berarti sejumlah besar volume air bagaikan ditumpahkan dari langit. (Suroso 2006)

Faktor Yang Mempengaruhi Curah Hujan:

 Factor Garis Lintang menyebabkan perbedaan kuantitas curah hujan, semakin rendah garis lintang semakin tinggi potensi curah hujan yang diterima, karena di daerah lintang rendah suhunya lebih besar daripada suhu di daerah lintang tinggi, suhu yang tinggi inilah yang akan menyebabkan penguapan juga tinggi, penguapan inilah yang kemudian akan menjadi hujan dengan melalui kondensasi terlebih dahulu.

 Faktor Ketinggian Tempat, Semakin rendah ketinggian tempat potensi curah hujan yang diterima akan lebih banyak, karena pada umumnya semakin rendah suatu daerah suhunya akan semakin tinggi.

 Jarak dari sumber air (penguapan), semakin dekat potensi hujanya semakin tinggi.

 Arah angin, angin yang melewati sumber penguapan akan membawa uap air, semakin jauh daerah dari sumber air potensi terjadinya hujan semakin sedikit.

 Hubungan dengan deretan pegunungan, banyak yang bertanya, “kenapa di daerah pegunungan sering terjadi hujan?” hal itu disebabkan uap air yang dibawa angin menabrak deretan pegunungan, sehingga uap tersebut dibawa keatas sampai ketinggian tertentu akan mengalami kondensasi, ketika uap ini jenuh dia akan jatuh diatas pegunungan sedangkan dibalik pegunungan yang menjadi arah dari angin tadi tidak hujan (daerah bayangan hujan), hujan ini disebut hujan orografik contohnya di Indonesia adalah angin Brubu.

 Faktor perbedaan suhu tanah (daratan) dan lautan, semakin tinggi perbedaan suhu antara keduanya potensi penguapanya juga akan semakin tinggi.

 Faktor luas daratan, semakin luas daratan potensi terjadinya hujan akan semakin kecil, karena perjalanan uap air juga akan panjang.

Hujan deras / rain yaitu curahan air yang turun dari awan dengan suhu diatas 00 c dengan diamater

±

7

mm

(BMKG, dalam Siagan P 2011).

Jenis-jenis hujan berdasarkan besarnya curah hujan yaitu:

1. Hujan kecil, 0 – 21 mm per hari 2. Hujan sedang, 21 – 50 mm per hari

3. Hujan besar atau lebat, diatas 50 mm per hari

Curah hujan merupan ketinggian air hujan yang terkumpul dalam tempat yang datar, tidak menguap, tidak meresap, dan tidak mengalir. Curah hujan 1mm artinya dalam luasan 1 m2 pada tempat

yang datar tertampung air setinggi 1 mm atau tertampung air sebanyak 1 L (Siagian P 2011).

(20)

Hujan dibedakan menjadi empat tipe berdasarkan faktor yang menyebabkan terjadinya hujan tersebut:

a. Hujan orografi

Hujan ini terjadi karena adanya penghalang topografi, udara dipaksa naik kemudian mengembangdan mendingin terus mengembun dan selanjutnya dapat jatuh sebagai hujan. Bagian lereng yang menghadap angin hujannya akan lebih lebat dari pada bagian lereng yang ada dibelakangnya. Curah hujannya berbeda menurut ketinggian, biasanya curah hujan makin besar pada tempat-tempat yang lebih tinggi sampai suatu ketinggian tertentu.

b. Hujan konvktif

Hujan ini merupakan hujan yang paling umum yang terjadi didaerah tropis. Panas yang menyebabkan udara naik keatas kemudian mengembang dan secara dinamika menjadi dingin dan berkondensasi dan akan jatuh sebagai hujan. Proses ini khas buat terjadinya badai guntur yang terjadi di siang hari yang menghasilkan hujan lebat pada daerah yang sempit. Badai guntur lebih sering terjadi di lautan dari pada di daratan.

c. Hujan frontal

Hujan ini terjadi karena ada front panas, awan yang terbentuk biasanya tipe stratus dan biasanya tejadi hujan rintik-rintik dengan intensitas kecil, sedangkan pada front dingin awan yang terjadi biasanya tipe cumulus dan cumulunimbus dimana hujannya lebat dan cuaca yang timbul angat buruk. Hujan front ini tidak terjadi di Indonesia karena Indonesia tidak terjadi front

d. Hujan siklon tropis

Siklon tropis hanya dapat timbul didaerah tropis antara lintang 00 – 100 lintang utara dan selatan dan tidak berkaitan dengan front, karena siklon ini berkaitan dengan sistem tekanan rendah. Siklon tropis dapat timbul dilautan yang panas, karena energi utamanya diambil dari panas laten yang terkandung dari uap air. Siklon tropis akan mengakibatkan cuaca yang buruk dan hujan yang lebat pada daerah yang di laluinya (Siagian P 2011).

Distribusi hujan merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena keragamannya yang sangat tinggi baik menurut waktu maupun menurut tempat, oleh karena itu kajian tentang iklom lebih banyak diarahkan pada hujan. Berdasarkan pola hujan, wilayah Indonesia dapat dibagi menjadi tiga yaitu pola monsoon, pola ekuatorial dan pola lokal.

Pola moonson dicirikan oleh bentuk pola hujan yang bersifat unimodal (satu puncak musim hujan yaitu sekitar desember). Selama enam bulan curah hujan relatif tinggi (biasanya disebut musim hujan) dan enam bulan berikutnya rendah (biasanya disebut musim kemarau). Secara umum musim kemarau berlangsung dari April sampai September dan musim hujan dari Oktober sampai Maret. Pola equatorial dicirikan oleh pola hujan dengan bentuk bimodal, yaitu dua puncak hujan yang biasanya terjadi sekitar bulan Maret dan Oktober saat matahari berada dekat equator. Pola lokal dicirikan oleh bentuk pola hujan unimodal (sau puncak hujan) tapi bentuknya berlawanan dengan pola hujan tioe moonson. Curah hujan diukur dalam satuan milimeter (mm). Pengukuran curah hujan dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut penakar curah hujan (Boerema 1938).

(21)

Intensitas curah hujan yang tinggi pada umumnya berlangsung dengan durasi pendek dan meliputi daerah yang tidak luas. Hujan yang meliputi daerah luas, jarang sekali dengan intensitas tinggi, tetapi dapat berlangsung dengan durasi cukup panjang. Kombinasi dari intensitas hujan yang tinggi dengan durasi panjang jarang terjadi, tetapi apabila terjadi berarti sejumlah besar volume air bagaikan ditumpahkan dari langit. Curah hujan di pengaruhi oleh factor garis lintang faktor ketinggian tempatjarak dari sumber air (penguapan), semakin dekat potensi hujanya semakin tinggi, arah angin, hubungan dengan deretan pegunungan, faktor perbedaan suhu tanah (daratan) dan lautan dan faktor luas daratan.

DAFTAR PUSTAKA

Bayong THK. 2004. Klimatologi. Bandung: ITB.

Boerema, J. 1938. Rainfall Types in Nederlands Indie. Verhandelingen No. 18. DPI-Australia, 2002. The effects of the Southern Oscillation and El Nino on Australia, Information series 2002. Depatment of Primary Industries, Queensland Government

Lakitan B. 2002. Dasar-Dasar Klimatologi. Cetakan Ke-2. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Siagian P. 2011. Analisis Data Hujan. Jambi: Universitas Jambi

Suroso. 2006. Analisis Curah Hujan untuk Membuat Kurva Intensity-Duration Frequency (IDF) di Kawasan Rawan Banjir Kabuaten Banyumas. Jurnal Teknik Sipil, Vol. 3, No.1. Purwakarta : Universitas Jendral Sudirman

Gambar

Tabel 1. Curah Hujan Tiap Menit
Tabel 2. Curah Hujan Harian
Tabel 4. CH
Grafik 1. Presipitasi
+3

Referensi

Dokumen terkait

pendapatan daerah melalui upaya intensifikasi dan ekstensifikasi, penyusunan rencana pendapatan asli daerah, bagi hasil dan lain-lain pendapatan daerah yang sah,

Untuk mendapatkan insektisida biologi yang efektif terhadap hama penggerek polong (Maruca testulalis) pada tanaman kacang panjang di lapangan... Insektisida biologi mampu

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dengan menggunakan uji produk, maka dapat disimpulkan bahwa Sistem Informasi Indekos Berbasis Android Untuk

a) Periode pengumpulan; pada tahapan ini dikumpulkan data sebanyak mungkin dengan berbagai instrument yang memungkinkan dilakukan seperti, wawancara dengan menggunakan

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 Pasal 3 Ayat 4 dalam Aqib (2009: 60) kompetensi pedagogik sebagaimana dimaksud pada ayat 2

Berdasarkan hasil angket respon siswa kelas eksperimen lebih dari 50% siswa setuju pembelajaran menggunakan multimedia membantu siswa dalam memahami konsep

Menururt Saputra dan Agustin (2012:7) “Jquery merupakan salah satu teknik atau kumpulan library javascript yang sangat terkenal dengan animasinya”. Secara standar, apabila

Menurut Goldstone (2009, p14), Unity3D membuat produksi game menjadi lebih mudah dengan memberikan beberapa logika untuk membangun skenario game yang sudah