• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN KERJA PRAKTEK KITA D3

N/A
N/A
Irfan Surya Albariq@I2I37O145

Academic year: 2025

Membagikan "LAPORAN KERJA PRAKTEK KITA D3"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN KERJA PRAKTIK

PRODUKTIVITAS ALAT GALI MUAT DAN ALAT ANGKUT PADA KEGIATAN COAL GETTING TAMBANG BATUBARA

SEAM C PIT 2 BANKO BARAT PT BUKIT ASAM TBK

Disusun Oleh :

Ade Amelia Ramadhani (121370124 )

2021 Irfan Surya Albariq (121370145

)

2021 Muhammad Tristan Adrian (121370176

)

2021

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA

(2)

2024

HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN AKHIR KERJA PRAKTIK

PRODUKTIVITAS ALAT GALI MUAT DAN ALAT ANGKUT PADA  KEGIATAN COAL GETTING TAMBANG BATUBARA

SEAM C PIT 2 BANKO BARAT PT BUKIT ASAM TBK

Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Kelulusan Mata Kuliah Kerja Praktik

Program Studi Teknik Pertambangan Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sumatera

Oleh :

Ade Amelia Ramadhani (121370124) 2021

Irfan Surya Albariq (121370145) 2021

Muhammad Tristan Adrian (121370176) 2021

Tanjung Enim, 5 Juli 2024

Dosen Pembimbing Koordinator Program Studi

Edo Kharisma Army, S.T., M.T. Rahmat Fadhilah, S.T., M.T.

NIP. 199209172022031007 NIP. 199103272019031017

(3)

HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN KERJA PRAKTIK

PRODUKTIVITAS ALAT GALI MUAT DAN ALAT ANGKUT PADA  KEGIATAN COAL GETTING TAMBANG BATUBARA

SEAM C PIT 2 BANKO BARAT PT BUKIT ASAM TBK

Diajukan Guna Mendapatkan Persetujuan Pembimbing Lapangan Satuan Kerja Penambangan Swakelola 1 Bidang Shovel and Truck 1PT. Bukit Asam Tbk

Oleh :

Ade Amelia Ramadhani (121370124) 2021

Irfan Surya Albariq (121370145) 2021

Muhammad Tristan Adrian (121370176) 2021

Tanjung Enim, Disetujui

Pembimbing Lapangan Okta Reza Pratama

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan kerja praktik ini dengan judul “Produktivitas Alat Gali Muat dan Alat Angkut pada Kegiatan Coal Getting Tambang Batubara Seam C PIT 2 Banko Barat di PT Bukit Asam Tbk, Tanjung Enim, Sumatera Selatan”. Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan mata kuliah Kerja Praktik Program Studi Teknik Pertambangan, Institut Teknologi Sumatera.

Dalam proses penyusunan laporan ini, kami telah menerima banyak bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan anugerah-Nya kami dapat melaksanakan dan menyelesaikan kerja praktik.

2. Orang tua kami yang telah memberikan dukungan moral, doa, motivasi, serta material sehingga kami dapat melaksanakan kerja praktik hingga selesai.

3. Bapak Rahmat Fadhilah S.T., M.T., selaku Koordinator Program Studi Teknik Pertambangan Institut Teknologi Sumatera.

4. Bapak Edo Kharisma Army S.T., M.T., selaku dosen pembimbing yang telah memberikan saran, bimbingan, dan dukungan selama pelaksanaan kerja praktik dan proses penyusunan laporan hingga selesai.

5. PT Bukit Asam Tbk Tanjung Enim sebagai perusahaan yang telah bersedia memberikan kesempatan pada kami untuk melaksanakan kerja praktik.

6. Bapak Mirwan Fahlefi, selaku Assisten Vice President Satuan Kerja Penambangan Swakelola 1 yang telah membimbing kami selama pelaksanaan kerja praktik.

7. Bapak Okta Reza Pratama, selaku Assisten Manager Shovel and Truck 1 sekaligus pembimbing lapangan yang telah memberikan arahan dan membimbing kami selama pelaksanaan kerja praktik hingga proses penyusunan laporan selesai.

8. Bapak Ofta Setiadi, selaku Supervisor coal getting PIT 2 Banko Barat yang telah membimbing kami selama pelaksanaan kerja praktik di lapangan.

(5)

9. Bapak Windi Hilman, selaku Supervisor coal getting PIT 2 Banko Barat yang telah membimbing kami selama pelaksanaan kerja praktik di lapangan.

10. Bapak Adnan Prabu Wijaya, selaku Supervisor coal getting PIT 2 Banko Barat yang telah membimbing kami selama pelaksanaan kerja praktik di lapangan.

11. Bapak Richo Siyam Budi Prasetyo, selaku Supervisor coal getting PIT 2 Banko Barat yang telah membimbing kami selama pelaksanaan kerja praktik di lapangan.

12. Bapak Syamsul Bahri, selaku Supervisor coal getting PIT 2 Banko Barat yang telah membimbing kami selama pelaksanaan kerja praktik di lapangan.

13. Bapak Lucky Kristian Zebua, selaku Supervisor coal getting PIT 2 Banko Barat yang telah membimbing kami selama pelaksanaan kerja praktik di lapangan.

14. Bapak Aldi Suherman, selaku Supervisor coal getting PIT 2 Banko Barat yang telah membimbing kami selama pelaksanaan kerja praktik di lapangan.

15. Teman-teman dan seluruh pihak yang membantu kelancaran pelaksanaan Kerja Praktik ini yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu.

Kami menyadari bahwa laporan ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun untuk perbaikan di masa mendatang. Akhir kata, kami berharap laporan kerja praktik ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan bagi semua pihak yang membutuhkan.

Tanjung Enim, 27 Juni 2024

(6)

ABSTRAK

PT Bukit Asam Tbk merupakan salah satu perusahaan tambang batubara Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang beroperasi di wilayah Tanjung Enim, Kabupaten Muara Enim, Provinsi Sumatera Selatan. Lokasi penambangan pada PT Bukit Asam Tbk terdiri dari 3 lokasi, yaitu Muara Tiga Besar (MTB), Tambang Air Laya (TAL), dan Banko. Kegiatan penambangan batubara mencakup serangkaian proses, salah satunya kegiatan penggalian dan pemuatan batubara (coal getting). Coal getting merupakan proses penggalian batubara dari endapan di area penambangan, lalu dilakukan pemuatan pada batubara yang telah digali ke dalam alat angkut menuju stockpile. Kerja praktik ini dilaksanakan di Banko tepatnya dalam kegiatan coal getting tambang batubara Seam C Pit 2 Banko Barat yang menggunakan alat-alat utama, seperti excavator Volvo EC480DL dan dump truck Kyokuto Volvo FMX 400 64R. Perusahaan menargetkan produksi coal getting pada bulan Juni 2024 sebesar 250 ton/jam. Berdasarkan data produksi aktual menunjukkan bahwa produksi telah tercapai, namun dari penelitian yang dilakukan antara alat gali muat dan alat angkut memiliki nilai keserasian alat (match factor) sebesar 0,739 yang berarti alat gali muat sering menunggu atau berhenti. Jadi, tujuan dari penulisan laporan ini untuk mengevaluasi efisiensi operasional peralatan pertambangan yang digunakan dan memberikan rekomendasi kepada perusahaan agar match factor mendekati 1 (MF = 1), karena semakin angka keserasian mendekati satu maka produksi semakin meningkat.

Kata Kunci : Coal Getting, Produktivitas, Match Factor, Cycle Time.

DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR

DAFTAR TABEL

(7)

DAFTAR LAMPIRAN

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertambangan merupakan suatu kegiatan pengambilan endapan bahan galian berharga dan bernilai ekonomis dari dalam kulit bumi, permukaan bumi, di bawah permukaan bumi, dan di bawah  permukaan  air (Sarmidi, 2023). Batubara merupakan salah satu jenis batuan sedimen yang terbentuk dari tumbuhan-tumbuhan terfosilkan di daerah anaerob dengan waktu yang lama di dalam suatu cekungan. Fosil dari tumbuhan tersebut mengalami proses pembatubaraan atau coalification yang melibatkan penekanan, pemanasan, dan pengaruh tekanan (033). Batubara banyak dimanfaatkan didunia, termasuk negara Indonesia. Salah satu perusahaan di Indonesia yang melakukan kegiatan pertambangan batubara, yaitu PT. Bukit Asam Tbk.

PT Bukit Asam Tbk merupakan perusahaan yang didirikan pada tanggal 2 Maret 1981. Perusahaan yang berada di Tanjung Enim, Kabupaten Muara Enim, Provinsi Sumatera Selatan ini merupakan perusahaan yang bergerak dibidang pertambangan batubara. Dalam melaksanakan operasinya, PT Bukit Asam Tbk menerapkan metode tambang terbuka dalam mengekstraksi sumber daya batubara.

Tambang terbuka merupakan metode penambangan di mana seluruh aktivitas penambangan dilakukan di permukaan tanah dengan cara membongkar dan memindahkan lapisan tanah penutup (overburden) untuk mencapai endapan bahan galian yang terletak di bawahnya.

Kegiatan penambangan batubara mencakup serangkaian proses, salah satunya kegiatan coal getting. Coal getting merupakan proses penggalian batubara dari endapan di area penambangan, lalu dilakukan pemuatan pada batubara yang telah digali ke dalam alat angkut. Kegiatan penggalian dan pemuatan ini membutuhkan kombinasi antara alat gali muat dan alat angkut agar dapat mencapai target produksi yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Alat gali muat, seperti excavator atau wheel loader berfungsi untuk menggali dan memuat batubara ke dalam alat angkut, seperti dump truck atau hauler. Sementara itu, alat angkut bertugas untuk mengangkut batubara dari lokasi penambangan menuju area pengolahan atau stockpile.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, penulis tertarik untuk melakukan observasi langsung di lokasi pertambangan guna mempelajari aktivitas

(9)

penggalian dan pemuatan batubara, sekaligus menganalisis kinerja alat gali muat dan alat angkut yang berpengaruh terhadap pencapaian target produksi di PT Bukit Asam Tbk. Hal ini diharapkan dapat memberikan informasi dan rekomendasi yang bermanfaat bagi PT Bukit Asam Tbk dalam mengoptimalkan proses penambangan batubara dan meningkatkan efisiensi operasional secara keseluruhan.

1.2 Rumusan Masalah

Produktivitas alat mekanis yang digunakan dalam kegiatan coal getting memiliki dampak signifikan terhadap hasil produksi tambang. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menjawab beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan produktivitas alat mekanis  dalam kegiatan coal getting di tambang batubara PT Bukit Asam Tbk. Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan, didapatkan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Produktivitas alat gali muat dan alat angkut belum maksimal.

1.3 Tujuan Masalah

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan kerja praktik ini, antara lain:

1. Meningkatkan efisiensi kerja alat gali muat dan alat angkut pada kegiatan coal getting di PT Bukit Asam Tbk.

2. Memberikan rekomendasi untuk mengoptimalkan produktivitas alat gali muat dan alat angkut pada PIT 2 Banko Barat PT Bukit Asam Tbk.

1.4 Batasan Masalah

Adapun batasan masalah dari pelaksanaan kerja praktik yang dilakukan di PT Bukit Asam Tbk adalah sebagai berikut:

1. Kerja praktik dilakukan di PT Bukit Asam Tbk Seam C PIT 2 Banko Barat pada tanggal 10 Juni 2024 - 10 Juli 2024.

2. Penelitian hanya dilakukan pada satu fleet, yaitu menggunakan 1 unit excavator Volvo EC480DL dan 8 unit dump truck Kyokuto Volvo Fmx 400 64R yang diangkut ke LSDH.

3. Penelitian hanya dilakukan pada satu shift, yaitu shift 2 yang beroperasi dari pukul 07.00 WIB - 15.00 WIB.

(10)

1.5 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penyusunan laporan kerja praktik ini terbagi menjadi lima (5) bab, sebagai berikut:

1. Bab I Pendahuluan

Pada bab I ini membahas mengenai pendahuluan yang memuat latar belakang dilaksanakannya kerja praktik, rumusan masalah, tujuan masalah, batasan masalah, sistematika penulisan dalam penyusunan laporan akhir, dan bagan alir dari pelaksanaan kerja praktik di PT Bukit Asam Tbk.

2. Bab II Tinjauan Pustaka

Pada bab II ini menyajikan teori-teori yang berkaitan dengan topik yang diambil, yaitu penjelasan mengenai pertambangan, penambangan, alat mekanis, cycle time, fill factor, swell factor, efisiensi kerja, produktivitas dari alat mekanis, dan match factor.

3. Bab III Tinjauan Lapangan

Pada bab III ini membahas mengenai tinjauan lapangan yang menyajikan informasi perusahaan yang menjadi tempat pelaksanaan kerja praktik, informasi ini memuat sejarah perusahaan, struktur organisasi, peta Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP), peta kesampaian daerah, peta yang menggambarkan kondisi geologi lokal, gambar stratigrafi, dan litologi yang ada pada lokasi penelitian.

4. Bab IV Analisis dan Pembahasan

Pada bab IV ini menjelaskan metode yang digunakan dalam pengumpulan data, serta menyajikan hasil pengolahan data yang memuat hasil perhitungan cycle time, fill factor, swell factor, efisiensi kerja, produktivitas alat mekanis, dan match factor dari alat gali muat dan alat angkut. Data-data yang diolah didapatkan langsung dari pengamatan di lapangan.

5. Bab V Penutup

Pada bab terakhir ini menyajikan kesimpulan yang menjawab rumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah ditetapkan pada bab I, menyajikan saran untuk penulis dan peneliti berikutnya, serta menyajikan rekomendasi untuk perusahaan yang isinya berdasarkan hasil penelitian yang telah dibuat.

(11)

1.6 Bagan Alir Kerja Praktik

Gambar 1. 1 Bagan Alir Kerja Praktik

Produktivitas Alat Gali Muat dan Alat Angkut Pada Kegiatan Coal Getting Tambang Batubara Seam C PIT 2 Banko Barat PT

Bukit Asam Tbk, Tanjung Enim, Provinsi Sumatera Selatan

Studi Literatur Artikel, jurnal, dan handbook

Pengamatan dan Pengambilan Data Identifikasi Masalah

Data Primer:

1. Jenis dan jumlah alat gali muat dan alat angkut pada kegiatan coal getting

2. Cycle time alat gali muat dan alat angkut 3. Idle time alat gali muat dan alat angkut 4. Jenis hambatan pada kegiatan coal getting

5. Kondisi daerah penelitian

Data Sekunder:

1. Data produksi bulanan dan harian batubara

2. Data curah hujan

3. Data spesifikasi alat gali muat dan alat angkut

4. Loose time pada kegiatan coal getting 5. Jarak antara front dan stockpile

Pengolahan Data dan Analisis Data 1. Menghitung cycle time alat gali muat dan alat angkut 2. Menghitung produktivitas alat gali muat dan alat angkut

3. Menghitung produktivitas alat gali muat dan alat angkut setelah diberikan rekomendasi

4. Menghitung match factor sebelum dan setelah diberikan rekomendasi

(12)

Gambar 1. 1 Bagan Alir Kerja Praktik Penyusunan Laporan

Kesimpulan

(13)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pertambangan

Pertambangan mencakup seluruh proses dan kegiatan yang terkait dengan eksplorasi, eksploitasi, pengolahan, penjualan bahan tambang, dan reklamasi atau kegiatan pasca tambang. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara bahwa pertambangan merupakan sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pascatambang.

2.1.1 Penyelidikan Umum

Penyelidikan umum merupakan tahap awal dalam proses eksplorasi yaitu dengan cara  pengumpulan data dan informasi dasar mengenai potensi cadangan mineral di suatu wilayah. pada tahapan ini dilakukan berbagai aktivitas untuk memperoleh gambaran umum mengenai kondisi geologi dan potensi mineral di daerah yang diteliti.

2.1.2 Eksplorasi

Eksplorasi merupakan penyelidikan geologi di wilayah tertentu dengan cara mengidentifikasi, mengevaluasi, dan mengukur potensi sumber daya mineral yang ada. Tujuan utama dari eksplorasi yaitu untuk memperoleh pemahaman mendalam dan lebih rinci tentang distribusi, serta jumlah cadangan mineral yang ada di wilayah tersebut.

2.1.3 Studi Kelayakan

Studi kelayakan merupakan tahapan yang bertujuan untuk mengevaluasi apakah proyek pertambangan layak dijalankan atau tidak. Hal ini dapat dipertimbangkan dari beberapa aspek yang meliputi aspek teknis, aspek ekonomi, aspek lingkungan, aspek sosial dan beberapa aspek lainnya.

2.1.4 Konstruksi

Konstruksi merujuk pada pembangunan infrastruktur dan fasilitas yang diperlukan untuk melakukan proses penambangan. Kegiatan pada tahap

(14)

konstruksi ini meliputi sistem pengolaan air, bangunan pendukung, pembangunan fasilitas produksi, instalasi pembangkit listrik dan fasilitas lainnya. Pada tahap ini memerlukan perencanaan yang sangat matang agar tidak mengganggu pada saat operasi penambangan.

2.1.5 Penambangan

Penambangan merupakan bagian dari proses pertambangan yang khusus mencakup kegiatan penggalian atau pengambilan bahan tambang dari bumi. Pada tahap penambangan ini terbagi menjadi beberapa tahapan, yang meliputi pembersihan lahan (land clearing), pengupasan tanah pucuk (top soil) , pengupasan tanah penutup (overburden), penggalian dan pemuatan batubara (coal getting), pengangkutan batubara (hauling), dan penumpukan batubara (dumping).

2.1.6 Pengolahan dan Pemurnian

Pengolahan merupakan tahapan dimana material akan dihancurkan atau digiling dengan tujuan mengecilkan ukuran material setelah itu material akan dipisah berdasarkan ukuran material tersebut, pada tahap ini juga material akan dibersihkan dari material pengotornya. Sedangkan pemurnian merupakan tahap  peningkatan kadar mineral target hingga mencapai spesifikasi produk yang diinginkan. Kedua tahapan ini bertujuan untuk menaikkan mutu material tersebut agar menaikkan harga jual.

2.1.7 Pengangkutan dan Penjualan

Pengangkutan terbagi menjadi 2 yaitu pengangkutan internal dan pengangkutan eksternal. Pengangkutan internal merupakan pemindahan material dari area tambang ke area pengolahan sedangkan pengangkutan eksternal merupakan pengiriman produk dari lokasi tambang ke konsumen.

Sedanglan penjualan merupakan tahap penjualan material tersebut, dimulai dari negosiasi kontrak, penentuan harga, memenuhi permintaan pasar, sampai memastikan kepuasan konsumen.

2.1.8 Kegiatan Pasca Tambang

Kegiatan pasca tambang merupakan kegiatan yang dilaksanakan setelah kegiatan ekstraksi mineral selesai. Pada tahap ini bertujuan untuk mengembalikan area yang terdampak selama proses aktivitas penambangan.

(15)

2.2 Penambangan

Penambangan merupakan bagian dari proses pertambangan yang khusus mencakup kegiatan penggalian atau pengambilan bahan tambang dari bumi yang berharga dengan nilai ekonomis yang tinggi seperti emas, batubara, logam, bijih timah, dan endapan bahan tambang lainnya. Kegiatan penambangan batubara PT Bukit Asam Tbk menggunakan metode open pit atau tambang terbuka. Alat-alat utama yang digunakan dalam kegiatan produksi, seperti excavator yang didukung oleh bulldozer sebagai alat penunjang dan dump truck sebagai alat angkut. Secara umum, aktivitas penambangan batubara di wilayah Banko Barat terdiri dari beberapa tahapan, yaitu dimulai dengan pembersihan lahan (land clearing), pengupasan tanah pucuk (top soil) , pengupasan tanah penutup (overburden), penggalian dan pemuatan batubara (coal getting), pengangkutan batubara (hauling), dan penumpukan batubara (dumping).

2.2.1 Pembersihan Lahan (Land Clearing)

Pembersihan lahan (land clearing) diawali dengan pembabatan vegetasi berupa pepohonan dan semak belukar dengan bulldozer, untuk vegetasi yang tidak diperlukan akan dipindahkan ke area sekitar. Jika terdapat vegetasi yang sulit untuk dibersihkan seperti pohon dengan diameter lebih dari 30 cm maka dapat diatasi dengan cara menggali tanah di sekitar pohon tersebut kemudian didorong agar pohon tersebut tumbang dengan menggunakan excavator.

2.2.2 Pengupasan Tanah Pucuk (Top Soil)

Pengupasan tanah pucuk (top soil) dilakukan pada saat lahan belum pernah digali atau ditambang. Tanah pucuk tersebut kemudian dipindahkan ke soil bank agar tidak mengalami kerusakan saat proses penambangan berlangsung. Tanah pucuk yang terkumpul tersebut dapat digunakan kembali sebagai pelapis teratas pada lahan disposal area yang telah selesai ditambang dan memasuki tahap program reklamasi.

2.2.3 Pengupasan Tanah Penutup (Overburden)

Pengupasan lapisan tanah penutup (overburden) dilakukan untuk memindahkan material tanah yang berada di atas lapisan batubara agar batubara tersingkap dan dapat ditambang. Apabila lapisan overburden relatif tipis, maka digunakan pemberaian metode ripping. Namun, apabila

(16)

materialnya merupakan material keras yang tidak dapat diberai dengan bulldozer, maka pembongkaran dengan cara pemboran dan peledakan (drilling

& blasting). Tanah penutup yang telah digali selanjutnya dimuat ke alat angkut dan dibawa dari front untuk ditimbun di area disposal atau ke lokasi yang akan direklamasi. Tanah penutup dapat ditimbun dengan cara backfilling dan penimbunan langsung. Tanah penutup yang akan dijadikan material backfilling ditimbun ke penimbunan sementara.

2.2.4 Penggalian dan Pemuatan Batubara (Coal Getting)

Penambangan batubara merupakan kegiatan penggalian batubara yang sudah tersingkap setelah tanah penutupnya (overburden) dibuang. Kegiatan ini dilakukan dengan menggunakan alat gali muat. Setelah batubara dipecah atau diberai maka dilakukan penggalian batubara tersebut menggunakan excavator.

Kegiatan penggalian dan pemuatan batubara (coal getting) pada front PIT 2 Banko Barat menggunakan 1 unit excavator PC 400. Batubara yang telah dilakukan proses ripping langsung digali oleh excavator dan dimuat kedalam alat angkut (dump truck) Kyokuto Volvo FMX 420 dengan kapasitas muatan 30 ton.

Pola pemuatan yang digunakan adalah pola top loading, dimana alat gali muat excavator menempatkan diri lebih tinggi di atas jenjang daripada alat angkut, sehingga operator dapat lebih mudah melihat bucket untuk menempatkan material batubara ke dalam vessel dump truck. Kegiatan coal getting yang dilakukan di malam hari dibantu oleh tower lamp. Tower lamp merupakan alat bantu penerangan untuk kegiatan penambangan pada malam hari yang mampu menerangi kawasan tambang dengan jarak sorot mencapai 400 meter (RACHMAT).

2.2.5 Pengangkutan Batubara (Hauling)

Setelah dilakukan penggalian batubara, selanjutnya batubara yang dimuat ke dalam dump truck diangkut menuju stockpile yang berjarak 5800 meter dari front penambangan. Alat yang digunakan dalam kegiatan pengangkutan (hauling) adalah dump truck Kyokuto Volvo FMX 400 64R yang berjumlah 8 unit.

(17)

2.2.6 Penumpukan Batubara (Dumping)

Sebelum dilakukan penumpukan batubara di stockpile, dump truck akan melakukan penimbangan di jembatan penimbang, penimbangan digunakan untuk mengetahui berat muatan rata-rata yang dibawa oleh dump truck. Setelah ditimbang, batubara ditimbun sesuai dengan kualitasnya. Hasil tumpukan batubara dari dump truck akan dirapihkan oleh bulldozer. Alat ini digunakan untuk meratakan dan merapihkan tumpukan batubara di area stockpile setelah ditumpahkan oleh alat angkut. Untuk mengendalikan swabakar di area stockpile biasanya menggunakan excavator.

2.3 Batubara

Batubara merupakan salah satu sumber energi dunia dan produk energi yang semakin menarik. Eksplorasi dan penambangan batubara terus berkembang untuk memenuhi kebutuhan energi masyarakat global. Batubara juga merupakan campuran bahan kimia organik yang sangat kompleks yang mengandung karbon, oksigen dan hidrogen dalam rantai karbon. Dalam pengertian lain, batubara merupakan batuan sedimen (padat) yang mudah terbakar, berasal dari tumbuhan dan warnanya berkisar dari coklat hingga hitam, karena pengendapannya terkena proses fisika dan kimia yang menurut ilmu pengetahuan membuatnya kaya akan karbon (Manurung, 2020).

2.4 Peralatan Mekanis Batubara (Coal Getting) 2.4.1 Alat Gali Muat

Menurut United Tractors (2022), excavator adalah salah satu alat berat yang berfungsi dalam penggalian, pengangkutan, dan pemuatan material. Çara kerja excavator adalah dengan menggali batubara yang berada pada posisi yang lebih rendah daripada tempat kedudukannya. Efisiensi dari alat ini sangat dipengaruhi oleh skill operator dan kualitas mekanik yang menanganinya (Tenriajeng, 2003). Pada Kegiatan penambangan batubara (coal getting) menggunakan excavator yang arah bucketnya kebawah seperti cangkul. Pada PIT 2 Banko Barat jenis Excavator yang digunakan dalam kegiatan coal getting adalah 1 unit Excavator Volvo EC480DL dengan kapasitas bucket 3,4 𝑚3 yang melayani 8 unit Dump Truck. Berdasarkan tugasnya, alat gali muat (e xcavator) terbagi menjadi dua, yaitu:

(18)

a. Backhoe b. Power Shovel 2.4.2 Alat Angkut

Alat angkut adalah alat yang digunakan untuk mengangkut material setelah material digali dan dimuat oleh excavator. Alat angkut yang biasanya digunakan, yaitu dump truck. Dump truck adalah suatu alat pengangkut yang digunakan dalam aktivitas pengangkutan batubara yang sudah digali dan dimuat oleh excavator dari front loading menuju stockpile dari jarak menengah sampai jarak jauh (500 meter atau lebih).  Dalam pemuatan material diisi oleh alat gali muat berupa Excavator, sedangkan untuk membongkar alat ini dapat bekerja sendiri. Material-material yang dapat diangkut diantaranya batubara, pasir, batu split, tanah, nikel, biji timah, dan lain-lain. Kapasitas vessel pada dump truck harus seimbang dengan alat pemuatnya (loader), karena apabila perbandingannya tidak sesuai maka kemungkinan loader akan banyak menunggu ataupun sebaliknya. Alat angkut yang digunakan pada kegiatan pengangkutan batubara PIT 2 Tambang Banko Barat adalah Dump Truck  Kyokuto Volvo FMX 400 64R dengan jarak tempuh dari front loading ke stockpile sejauh 5800 m.

2.4.3 Grader

Grader adalah alat berat yang memiliki peran penting dalam industri pertambangan, terutama untuk pekerjaan pemeliharaan dan konstruksi jalan tambang. Ciri khas utama grader adalah bilah panjang dan tajam (moldboard) yang terletak di antara roda depan dan belakang, yang dapat diatur sudut dan ketinggiannya untuk mencapai hasil yang diinginkan. Grader memiliki kemampuan untuk membuat permukaan yang sangat halus dan rata, yang sangat penting untuk kualitas dan keamanan jalan serta struktur lainnya.

2.4.4 Bulldozer

Selain excavator, bulldozer merupakan alat penunjang lainnya yang digunakan dalam kegiatan penambangan untuk menggemburkan material (ripping) dan mendorong agar memudahkan excavator memuat material ke dalam alat angkut. Bulldozer mampu beroperasi di daerah yang lunak sampai keras. Kemampuan bulldozer sangat beranekaragam, yaitu:

(19)

a. Pembabatan atau penebasan (Clearing).

b. Mendorong tanah ke tempat tertentu, misalkan membersihkan suatu tempat penggalian pada tambang terbuka agar loading unit bias lebih mudah untuk memuat material tersebut.

c. Menyebarkan material (Spreading).

d. Menimbun kembali (Backfilling).

2.4.5 Fuel Truck

Merupakan alat berat yang dirancang untuk membawa dan mendistribusikan bahan bakar dalam jumlah yang banyak. Pada pertambangan fuel truck  digunakan untuk menyuplai bahan bakar untuk kendaraan berat yang ada meliputi excavator, dump truck, grader, bulldozer. Fuel truck ini digunakan untuk mengurangi waktu berhenti jam kerja alat, agar pengisian bahan bakar bisa dilakukan di lokasi tempat bekerja. Beberapa alat yang ada pada fuel truck meliputi tangki yang berkapasitas 10.000 - 40.000 liter (tergantung spesifikasi), selang untuk pengisian bahan bakar, dan pompa bahan bakar.

2.4.6 Water Truck

Merupakan alat berat yang dirancang untuk membawa dan mendistribusikan air dalam jumlah yang besar. Pada pertambangan water truck dapat meningkatkan produktivitas operasi tambang. Alat ini digunakan untuk menyirami jalan-jalan yang ada di area penambangan dengan cara menyemprotkan air dari dalam tank dengan tujuan membantu mengurangi debu-debu dan memastikan kondisi kerja yang aman dan nyaman, memasok air untuk kebutuhan bangunan maupun operasional dan sebagai unit pendukung.

Beberapa alat yang ada pada water truck meliputi tangki yang berkapasitas 10.00-30.000 liter (tergantung spesifikasi), penyemprot, dan pompa air.

2.5 Waktu Edar (Cycle Time)

Waktu edar (cycle time) adalah waktu yang dibutuhkan suatu unit untuk beroperasi mulai dari awal hingga akhir. Semakin kecil waktu edar alat mekanis, maka produksinya akan semakin tinggi (Nurnilam,2020). Waktu edar pada alat gali muat dan

(20)

alat angkut merupakan siklus pekerjaan pemuatan dan pengangkutan yang mana kegiatan tersebut dilakukan berulang-ulang.

2.5.1 Cycle Time Alat Gali Muat

Waktu edar alat gali muat adalah waktu yang dibutuhkan oleh alat muat untuk melakukan satu siklus pekerjaan dimulai dari menggali material, melakukan swing dengan bucket terisi, loading material ke dalam alat angkut, dan melakukan swing dengan bucket kosong. Waktu edar (cycle time) alat gali muat dapat dirumuskan sebagai berikut:

CTgm = Tm + Tsi + Tl + Tsk

Keterangan: CTgm = Cycle time alat gali muat (detik) Tm = Waktu menggali material (detik) Tsi = Waktu swing isi (detik)

Tl = Waktu loading (detik) Tsk = Waktu swing kosong (detik) 2.5.2 Cycle Time Alat Angkut

Waktu edar alat angkut adalah waktu yang dibutuhkan alat angkut untuk melakukan satu siklus pekerjaan dimulai dari mengambil posisi untuk dimuati (manuver pada loading point), waktu diisi muatan (loading), mengangkut muatan, mengambil posisi untuk penumpahan muatan (manuver pada dumping point), menumpahkan muatan (dumping), dan waktu kembali kosong. Waktu edar (cycle time) alat angkut dapat dirumuskan sebagai berikut:

CTa = Ti + Tam + Tmd + Td + Tkk + Tml

Keterangan: CTa = Cycle time alat angkut (detik) Ti = Waktu diisi muatan (detik)

Tam = Waktu mengangkut muatan (detik) Tmd = Waktu manuver di dumping (detik) Td = Waktu dumping (detik)

Tkk = Waktu kembali kosong (detik) Tml = Waktu manuver di loading (detik)

(21)

2.6 Faktor Pengisian Bucket (Fill Factor)

Faktor pengisian bucket merupakan perbandingan antara kapasitas aktual bucket alat muat dengan kapasitas baku bucket secara teoritis berdasarkan handbook alat gali muat.

BFF = Vn

Vb

x 100%

Keterangan: BFF = Bucket fill factor (%) Vn = Kapasitas bucket nyata (m3) Vb = Kapasitas bucket baku (m3)

Gambar 2. 1 Bucket Fill Factor 2.7 Faktor Pengembangan (Swell Factor)

Nilai faktor pengembangan (swell factor) perlu diketahui karena dalam penggalian diperlukan perhitungan yang menjadi dasar penentuan sifat dan kondisi material yang belum digali yang dinyatakan dalam volume insitu (bank volume).

Sedangkan material pada kondisi lepas (loose volume) adalah material sudah digali dan dapat ditangani pada kegiatan pemuatan dan pengangkutan material. Besarnya nilai swell factor dapat dicari dengan menggunakan berat material lepas (loose) dan berat material asli (bank).  Dengan itu dapat diketahui nilai dari swell factor dengan menggunakan rumus berikut ini: (ketut, 2017)

SF = dnsL dnsB

Keterangan: SF = Swell Factor

(22)

dnsL = densitas loose dnsB  = densitas bank

Nilai swell factor dapat diperkirakan berdasarkan berat rata-rata material pada saat kondisi belum dilakukan penggalian (average weight in bank). Nilai swell factor berbeda-beda besarnya tergantung dari jenis material itu sendiri.

2.8 Efisiensi Kerja

Efisiensi kerja adalah perbandingan terbaik antara suatu pekerjaan yang di lakukan dengan hasil yang dicapai oleh alat mekanis (Shofiana,2020). Produksi alat gali muat dan alat angkut dipengaruhi oleh berkurangnya waktu efektif (Muhammad,2022).

 Waktu Kerja Efektif

Waktu kerja efektif adalah waktu kerja tersedia yang digunakan untuk bekerja setela dikurangi dengan waktu dari hambatan kerja. Sedangkan, waktu kerja tersedia adalah waktu kerja keseluruhan yang terdapat pada satu shift tanpa menghitung waktu hambatan yang terjadi. Waktu kerja efektif dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut:

Wke = Wkt – (Whd+ Whdt) Keterangan: Wke = Waktu kerja efektif (jam)

Wkt = Waktu kerja tersedia (jam)

Whd = Waktu hambatan dapat dihindari (jam) Whdt = Waktu hambatan tidak dapat dihindari (jam)

Setelah menghitung waktu kerja efektif, maka diperoleh efisiensi kerja dengan rumus berikut:

E = Wke

Wkt x 100%

Keterangan: E = Efisiensi kerja (%) Wke = Waktu kerja efektif (jam) Wkt = Waktu kerja tersedia (jam)

(23)

2.9 Produktivitas Alat Mekanis

Produktivitas adalah laju material yang dapat dipindahkan atau dialirkan per satuan waktu. Pemindahan material dihitung berdasarkan volume (m3 atau cuyd), sedangkan pada batubara biasanya dihitung dalam ton (Rochmanhadi, 1982). Produksi kegiatan penambangan dapat dihitung berdasarkan produktivitas atau kemampuan produksi masing-masing alat mekanis yang digunakan. Nilai produktivitas harus diketahui untuk mengontrol produksi alat mekanis, semakin baik tingkat penggunaan alat maka semakin besar produksi yang dihasilkan alat tersebut. Salah satu standar yang dapat dipakai sebagai bentuk untuk mengetahui baik atau buruk hasil kinerja suatu alat penggalian dan pemuatan mekanis adalah dari tingkat produktivitas yang dapat dicapai oleh alat tersebut dalam satuan waktu tertentu (011).

2.9.1 Produktivitas Alat Gali Muat

Produktivitas alat gali muat dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut:

Qgm = 3600x Cbx BFF x Ek CTgm

Keterangan: Qgm = Produktivitas alat gali muat (ton/jam) CTgm = Cycle time alat gali muat (detik) Cb = Kapasitas bucket (Ton)

BFF = Bucket fill factor (%) Ek = Efisiensi kerja (%) 2.9.2 Produktivitas Alat Angkut

Produktivitas alat angkut dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut:

Qa = 3600x Cvx BFF x Ek CTa

Keterangan: Qa = Produktivitas alat angkut (ton/jam) CTa = Cycle time alat angkut (detik) Cv = Kapasitas vessel (Ton) BFF = Bucket fill factor (%)

(24)

Ek = Efisiensi kerja (%) 2.10 Keserasian Kerja Alat (Match Factor)

Pada kegiatan penambangan, keserasian kerja antara alat gali muat dan alat angkut perlu diperhatikan. Secara perhitungan teoritis, produktivitas alat gali muat haruslah sama dengan produktivitas alat angkut, sehingga perbandingan antara alat angkut dan alat gali-muat mempunyai nilai satu.

MF = Nax(CTgmx n) Nmx CTa

Keterangan: MF = Match Factor

Na = Jumlah alat angkut (unit)

CTgm = Cycle time alat gali muat (detik)

n = Banyak passing dalam pengisian 1 unit alat angkut Nm = Jumlah alat muat (unit)

CTa = Cycle time alat angkut (detik)

Keserasian kerja antara alat muat dan alat angkut berpengaruh terhadap faktor kerja. Hubungan yang tidak serasi antara alat muat dan alat angkut akan menurunkan faktor kerja sehingga banyak kegiatan yang akan terhambat.

A. MF < 1

Apabila nilai match factor yang didapat kurang dari 1 (MF < 1) artinya alat muat bekerja kurang dari 100% dan alat angkut bekerja 100%, sehingga terdapat waktu tunggu bagi alat gali muat.

B. MF = 1

Apabila match factor yang didapat sama dengan 1 (MF = 1) artinya alat gali muat dan alat angkut bekerja 100% sehingga tidak terjadi waktu tunggu bagi kedua alat tersebut. Kemampuan alat gali muat akan sesuai dengan alat angkut, serta kerja alat angkut dan alat gali muat dalam kondisi kerja yang optimal sehingga biaya pengangkutan dapat lebih kecil dan lebih efisien.

C. MF > 1

Apabila match factor yang didapat lebih dari 1 (MF > 1) artinya alat gali muat bekerja 100% dan alat angkut bekerja kurang dari 100% sehingga terjadi antrian.

(25)

BAB III

TINJAUAN LAPANGAN

3.1 Profil Perusahaan

3.1.1 Sejarah Perusahaan

PT Bukit Asam Tbk merupakan perusahaan tambang yang bergerak dalam bidang pertambangan batubara yang didirikan pada tanggal 2 Maret 1981 dan termasuk salah satu anggota dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Holding Industri Pertambangan Indonesia yaitu MIND ID (Mining Industry Indonesia). PT Bukit Asam Tbk berada di Provinsi Sumatera Selatan tepatnya di Kecamatan Tanjung Enim, Kabupaten Muara Enim. Penambangan batubara di PT Bukit Asam (Persero) Tbk diawali dengan penyelidikan eksplorasi oleh bangsa Belanda pada tahun 1915 sampai dengan 1918 yang dipimpin oleh Ir. Man Haat. Hasil penyelidikan menunjukkan adanya kandungan batubara yang besar di kawasan Bukit Asam. PT Bukit Asam Tbk memiliki sejarah panjang yang berakar pada era kolonial Belanda. Tambang batubara Bukit Asam dibuka mulai berproduksi sejak tahun 1919 dengan menggunakan metode open pit mining. Penambangan pertama dilakukan di wilayah Tambang Air Laya (TAL) dan mampu menghasilkan sebanyak 9.765 ton, yang dihubungkan ke pelabuhan Kertapati Palembang melalui kereta api sejauh ± 165 km dan jarak darat sejauh ± 200 km. Pada tahun 1923 - 19.40 Tambang Air Laya (TAL) mulai menggunakan metode penambangan bawah tanah dan mulai dilakukan produksi untuk kepentingan komersial, tepatnya sejak tahun 1938. Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, pengelolaan tambang batubara Bukit Asam diambil alih oleh pemerintah Republik Indonesia.

Pada periode 1950-1960, seiring dengan berakhirnya kekuasaan kolonial Belanda di tanah air, para karyawan Indonesia kemudian berjuang menuntut perubahan status tambang menjadi pertambangan nasional. Pada 1950, Pemerintah Republik Indonesia kemudian mengesahkan pembentukan

(26)

Perusahaan Negara Tambang Arang Bukit Asam (PN TABA). Titik penting dalam sejarah perusahaan terjadi pada tanggal 2 Maret 1981, ketika PN TABA berubah status menjadi Perseroan Terbatas dengan nama PT Bukit Asam (Persero). Dalam rangka meningkatkan pengembangan industri batubara di Indonesia, pada tahun 1990 Pemerintah menetapkan penggabungan Perum Tambang Batubara dengan Perseroan. Perubahan ini menandai dimulainya era baru dalam pengelolaan tambang batubara Bukit Asam sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Pada tahun 1993 menjadi tonggak penting, sesuai dengan program pengembangan ketahanan energi nasional dimulainya pengembangan briket batubara, yang menandai upaya perusahaan untuk meningkatkan nilai tambah produknya. Langkah besar berikutnya terjadi pada 23 Desember 2002, ketika PT Bukit Asam Tbk. melakukan penawaran saham perdana (Initial Public Offering/IPO) dan mencatatkan diri sebagai perusahaan publik di Bursa Efek Indonesia. Peristiwa ini mengubah status perusahaan menjadi perusahaan terbuka, dengan kode perdagangan “PTBA”. Memasuki era 2000-an, PTBA terus memperluas cakupan bisnisnya. Pada tahun 2008, perusahaan mulai memasuki bisnis pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) sebagai upaya untuk mengoptimalkan pemanfaatan batubara yang ditambangnya. Hal ini juga sejalan dengan program pemerintah dalam pengembangan energi nasional.

Pada tanggal 29 November 2017, tanggal ini menjadi catatan sejarah bagi PTBA saat menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB). Agenda utama dalam RUPSLB PTBA mencakup tiga hal, yakni persetujuan perubahan Anggaran Dasar Perseroan terkait perubahan status Perseroan dari Persero menjadi Non-Persero sehubungan dengan PP 47/2107 tentang Penambahan Penyertaan modal Negara Republik Indonesia kedalam Modal Saham PT Inalum (Persero), Persetujuan Pemecahan Nominal Saham (s tock split), dan Perubahan susunan Pengurus Perseroan. Dengan beralihnya saham pemerintah RI ke Inalum, ketiga perusahaan tersebut resmi menjadi anggota Holding BUMN Industri Pertambangan, dengan Inalum sebagai induknya (Holding). Langkah strategis ini bertujuan untuk meningkatkan sinergi antar BUMN pertambangan dan memperkuat posisi Indonesia di

(27)

industri pertambangan global. Pada tanggal 14 Desember 2017, PTBA melaksanakan pemecahan nilai nominal saham. Langkah untuk stock split diambil perseroan untuk meningkatkan likuiditas perdagangan saham di Bursa Efek serta memperluas distribusi kepemilikan saham dengan menjangkau berbagai lapisan investor. Seiring dengan perkembangan zaman dan tuntutan akan energi bersih, PTBA mulai melakukan transformasi bisnis. Pada tahun 2020, perusahaan ini mulai mengembangkan bisnis energi terbarukan, khususnya di bidang tenaga surya. Hal ini merupakan langkah strategis PTBA dalam menghadapi transisi energi global dan mendukung target pemerintah Indonesia untuk mencapai net zero emission. Saat ini, PT Bukit Asam Tbk telah berkembang menjadi salah satu perusahaan energi dan pertambangan terkemuka di Indonesia. Dengan cadangan batubara yang besar, kualitas tinggi, serta diversifikasi usaha ke sektor energi. PTBA terus berperan penting dalam mendukung ketahanan energi nasional dan pembangunan ekonomi Indonesia.

PT Bukit Asam Tbk memegang Hak Izin Perusahaan (IUP) seluas 66.414 Ha untuk Unit Pertamangan Tanjung Enim (UPTE) yang terdiri dari 3 lokasi penambangan, yaitu Tambang Air Laya (TAL), Muara Tiga Besar (MTB), dan Bangko Barat. Sejarah panjang PTBA mencerminkan perjalanan industri pertambangan Indonesia, dari era kolonial hingga era modern, dan kini menuju era transisi energi. Perusahaan ini terus beradaptasi dengan perubahan zaman, memadukan warisan sejarahnya dengan inovasi untuk menghadapi tantangan masa depan.

3.1.2 Visi dan Misi Perusahaan

PT Bukit Asam Tbk. memantapkan fondasi untuk menjadi perusahaan energi kelas dunia yang peduli lingkungan, dengan visi misi sebagai berikut:

- Visi

Menjadi perusahaan energi kelas dunia yang peduli lingkungan.

- Misi

Mengelola sumber energi dengan mengembangkan kompetensi korporasi dan keunggulan insani untuk memberikan nilai tambah maksimal bagi stakeholder dan lingkungan.

(28)

3.1.3 Struktur Organisasi

Gambar 3. 1 Struktur Organisasi Satuan Kerja Penambangan Swakelola 1

Mirwan Fahlefi

AVP Penambangan Swakelola 1

Erik Saputra AM Penambangan

Elektrifikasi 1

M. Novaldi Zuhri (Spv) Operasi Penambangan Elektrifikasi 1

Grup A

A. Efy Maftazani (Spv)

B. Azizil Alim Operasi Penambangan Elektrifikasi 1

Grup B

A. Natanail Ginting (Spv)

B. Aidil Triando Operasi Penambangan Elektrifikasi 1

Grup C

A. Hendrik Kustiadi B. Wahyu Nur Hidayatullah

Operasi Penambangan Elektrifikasi 1

Grup D

Okta Reza Pratama AM Penambangan Shovel and Truck 1

Ofta Setiadi (Spv) Operasi Penambangan Shovel/Truck 1

Grup A

A. Windi Hilman (Spv)

B. Adnan Prabu Operasi Penambangan Shovel/Truck 1

Grup B

A. Rico Siyambudi (Spv)

B. Syamsul Bahri Operasi Penambangan Shovel/Truck 1

Grup C

A. Lucky Kristian Zebua

B. Aldi Suherman Operasi Penambangan Shovel/Truck 1

Grup D

Raymon Yohanes AM Pit Service & Temp

Stockpile Swakelola 1

Muzarlan SPV Pit Service Swakelola

Rico Mediansyah (Spv) Operasi TS Swakelola 1 Grup A

Baldus FR (Spv) Operasi TS Swakelola 1 Grup B

Muhammar Thesar K (Spv) Operasi TS Swakelola 1 Grup C

Wahyu Suryanto (Spv) Operasi TS Swakelola 1 Grup D

Fauzi Irfan M (Spv) Pit Service Swakelola 1

Grup A

Dyatmico Pamoudi Pit Service Swakelola 1

Grup B

Martinus Dimas R (Spv) Pit Service Swakelola 1

Grup C

Heru Kurniawan Pit Service Swakelola 1

Grup D

(29)

3.1.4 Peta WIUP PT Bukit Asam Tbk

Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP) PT Bukit Asam Tbk. secara astronomis terletak pada 3º42’30’’LS - 4º47’30’’LS dan 103º45’00’’BT - 103º50’10’’BT dalam sistem koordinat internasional. PT Bukit Asam Tbk.

terletak di Tanjung Enim, Kecamatan Lawang Kidul, Kabupaten Muara Enim, Provinsi Sumatera Selatan dengan luas WIUP seluas 66.414 Ha.

Gambar 3. 2 Peta Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP) PT Bukit Asam Tbk

3.1.5 Peta Kesampaian Daerah PT Bukit Asam Tbk

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 10 Juni sampai dengan 10 Juli 2024 di Wilayah Izin Usaha Penambangan (WIUP) PT Bukit Asam Tbk., PIT 2 Banko Barat, Tanjung Enim, Kecamatan Lawang Kidul, Kabupaten Muara Enim, Provinsi Sumatera Selatan. Lokasi PIT 2 Banko Barat PT Bukit Asam Tbk. dapat ditempuh dengan jarak kurang lebih 371 km dari Institut Teknologi Sumatera.

(30)

Gambar 3. 3 Peta Kesampaian Daerah Menuju PT Bukit Asam Tbk Pada penelitian ini, untuk menuju ke lokasi penelitian dapat ditempuh melalui rute berikut:

1. Institut Teknologi Sumatera - Muara Enim

Perjalanan dari Institut Teknologi Sumatera tepatnya di Kabupaten Lampung Selatan menuju Kabupaten Muara Enim ditempuh melalui jalur darat menggunakan kendaraan roda empat dengan waktu tempuh ± 8 jam.

2. Muara Enim - Tanjung Enim

Dari Kabupaten Muara Enim menuju Kecamatan Tanjung Enim ditempuh melalui jalur darat menggunakan kendaraan roda dua dengan waktu tempuh ± 45 menit.

3. Tanjung Enim - Site Tambang PIT 2 Banko Barat

Perjalanan menuju site tambang PIT 2 Banko Barat dilanjutkan dengan menggunakan mobil operasional LV milik PT Bukit Asam Tbk. dengan waktu tempuh ± 15 menit.

(31)

3.2 Stratigrafi dan Litologi

3.2.1 Kondisi Geologi Lokal

Lapisan batubara di daerah IUP PT Bukit Asam Tbk. Unit Penambangan Tanjung Enim menempati tepi barat bagian dari cekungan Sumatera Selatan, yang dimana cekungan ini merupakan bagian dari cekungan Sumatera Tengah dan Selatan. Geologi regional daerah PT Bukit Asam Tbk.

termasuk kedalam sub cekungan Palembang yang merupakan bagian dari cekungan Sumatera Selatan dan terbentuk pada zaman tersier.

Gambar 3. 4 Peta Geologi Lokal PT Bukit Asam Tbk

Endapan tersier pada cekungan Sumatera Selatan dari yang tua sampai dengan yang muda dapat dipisahkan menjadi beberapa formasi. Adapun daerah Tanjung Enim dan sekitarnya tersusun atas formasi sebagai berikut:

1. Formasi Air Benakat

Formasi Air Bekanat merupakan awal terjadinya fase regresi dan diendapkan selaras diatas Formasi Gumai yang berumur Miosen Tengah, tersusun oleh batu lempung pasiran dan batu pasir glaukonitan.

Formasi Air Benakat diendapkan pada lingkungan laut neritik dan berangsur menjadi laut dangkal. Formasi ini terdiri dari batulempung putih kelabu dengan sisipan batupasir halus, batupasir abu-abu hitam

(32)

kebiruan, glaukonitan setempat mengandung lignit dan di bagian atas mengandung tufaan sedangkan bagian tengah kaya akan fosil foraminifera. Ketebalan Formasi Air Benakat bervariasi antara 100 m - 1300 m dan berumur Miosen Tengah - Miosen Akhir. Formasi ini diendapkan pada lingkungan laut dangkal.

2. Formasi Gumai

Formasi gumai diendapkan secara selaras di atas Formasi Baturaja dimana formasi ini menandai terjadinya transgresi maksimum di cekungan Sumatera Selatan. Bagian bawah formasi ini terdiri dari serpih gampingan dengan sisipan batugamping, napai dan batulanau.

Sedangkan di bagian atasnya berupa perselingan antara batupasir dan serpih. Ketebalan formasi ini secara umum bervariasi antara 150 m - 2200 m dan diendapkan pada lingkungan laut dalam. Formasi Gumai berumur Miosen Awal - Miosen Tengah.

3. Formasi Kasai

Formasi Kasai diendapkan secara selaras di atas Formasi Muara Enim dengan ketebalan 850-1200 m. Formasi ini terdiri dari batu pasir tuffan dan tefra riolitik di bagian bawah. Bagian atas terdiri dari tuff pumice kaya akan kuarsa, batupasir, konglomerat, tuff pasiran dengan lensa rudit mengandung pumice dan tuff berwarna abu-abu kekuningan, banyak dijumpai sisa tumbuhan dan lapisan tipis lignit serta kayu yang terkersikkan. Fasies pengendapannya adalah fluvial dan alluvial fan.

Formasi Kasai berumur Pliosen akhir-pliosen awal.

4. Formasi Muara Enim

Formasi Muara Enim mewakili tahap akhir dari fase regresi tersier dan diendapkan selaras diatas Formasi Benakat. Formasi ini berumur Miosen Atas yang tersusun oleh batupasir lempungan, batu lempung pasiran dan batubara. Formasi ini merupakan hasil dari pengendapan lingkungan laut neritik sampai rawa, dengan ketebalan berkisar antara 150 m sampai 750 m.

5. Formasi Talang Akar

(33)

Formasi Talang Akar pada sub cekungan jambi terdiri dari batulanau. batupasir, dan sisipan batubara yang diendapkan pada lingkungan laut dangkal hingga transisi. Menurut (Pulunggono, 1976), formasi Talang Akar berumur oligosen akhir hingga miosen awal dan diendankan secara selaras di atas Formasi lahat. Bagian bawah formasi ini terdiri dari batupasir kasar, serpih dan sisipan batubara. Sedangkan di bagian atasnya berupa perselingan antara batupasir dan serpih.

Ketebalan Formasi Talang Akar berkisar antara 400 m - 850 m.

6. Alluvial

Alluvial adalah endapan hasil rombakan dari batuan yang lebih tua, terdiri dari lumpur, pasir lepas, kerikil, kerakal dan boulder.

Endapan alluvial ini menutup diatas formasi batuan-batuan yang lebih tua dengan batas bidang erosi. Formasi yang ada di sumatera selatan yaitu formasi muara enim, terdiri dari batulempung, batulanau dan batupasir.

3.2.2 Litologi

Daerah PIT 2 Banko Barat PT Bukit Asam Tbk. memiliki litologi batuan sebagai berikut:

1. Lapisan Tanah Pucuk (Top Soil)

Ketebalan lapisan tanah pucuk (top soil) di PIT 2 Banko Barat adalah 3 m yang memiliki densitas sebesar 1,42 g/cc.

2. Overburden A1

Lapisan tanah yang berada di atas bahan galian langsung yang terdapat perselingan claystone dan siltstone dengan sisipan sandstone dan carbonaceous claystone. Overburden A1 memiliki ketebalan 12,2 m dengan densitas 1,62 g/cc.

3. Seam A1

Lapisan batubara pada seam A1 terdiri dari coal dengan parting berupa tuffaceous claystone. Seam A1 memiliki ketebalan batubara berkisar 8,12 m dengan densitas 1,24 g/cc.

4. Interburden A1 - A2

(34)

Lapisan yang mengandung claystone, sandstone, dan tuff dengan sisipan carbonaceous claystone. Interburden A1 - A2 memiliki ketebalan sebesar 20 m dengan densitas 1,43 g/cc.

5. Seam A2

Lapisan batubara pada seam A2 terdiri dari coal dengan sisipan silicified carbonaceous siltstone. Seam A2 memiliki ketebalan batubara berkisar 7,26 m dengan densitas 1,24 g/cc.

6. Interburden A2 - B1

Lapisan yang mengandung claystone dengan sisipan carbonaceous sandstone, carbonaceous claystone, dan coal.

Interburden A2 - B1 memiliki ketebalan sebesar 11,53 m dengan densitas 1,59 g/cc.

7. Seam B1

Lapisan batubara pada seam B1 terdiri dari coal dengan parting berupa siltstone. Seam B1 memiliki ketebalan batubara berkisar 9,96 m dengan densitas 1,24 g/cc.

8. Interburden B1 - B2

Lapisan yang mengandung claystone dengan sisipan carbonaceous claystone, sandstone, dan silty claystone. Interburden B1 - B2 memiliki ketebalan sebesar 4,87 m dengan densitas 1,72 g/cc.

9. Seam B2

Lapisan batubara pada seam B2 terdiri dari coal dengan parting berupa siltstone. Seam B2 memiliki ketebalan batubara berkisar 3,94 m dengan densitas 1,24 g/cc.

10. Interburden B2 - C

Lapisan yang mengandung claystone dan sandstone dengan sisipan carbonaceous claystone. Interburden B2 - C memiliki ketebalan sebesar 37,57 m dengan densitas 1,77 g/cc.

11. Seam C

Lapisan batubara pada seam C terdiri dari coal dengan parting berupa siltstone. Seam C memiliki ketebalan batubara berkisar 11,07 m dengan densitas 1,24 g/cc.

(35)

12. Under C

Lapisan yang mengandung claystone dengan sisipan carbonaceous claystone dan siltstone. Under C memiliki ketebalan sebesar 40 m dengan densitas 1,64 g/cc.

3.3 Spesifikasi Alat Mekanis

3.3.1 Alat Gali Muat (Excavator)

Tabel 3. 1 Spesifikasi Excavator Volvo EC480DL EXCAVATOR VOLVO EC480DL

Operating weight 47.300 - 53.100 kg

...at engine speed 1.700 rpm

Bucket capacity 2,775 m³

Lifting capacity, along undercarriage 15.670 kg

Max. digging reach 13.260 mm

Max. digging depth 9.170 mm

Overall width feet inches 3.440 mm

Tail swing radius 3.800 mm

3.3.2 Alat Angkut (Dump Truck)

Tabel 3. 2 Spesifikasi Dump Truck Volvo FMX 400 64R DUMP TRUCK VOLVO FMX 400 64R

Max. Gross Vehicle Weight (GVW) 41.000 kg

Vessel Capacity 32.000 kg

Overall length 8.097 cm

Overall width 2.550 cm

Overall height 3.884 cm

Max. Engine speed 2100 r/min

(36)

Economy engine speed

1050-1600 r/min

Oil change volume, incl filter 33 litre

Total volume cooling system 38 litre

(37)

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengolahan Data

Pengangkutan batubara di PT Bukit Asam Tbk. pada PIT 2 Banko Barat tepatnya di Seam C menuju Stockpile LSDH 4 menggunakan dump truck Volvo FMX 400 64R dengan jarak angkut 5800 meter. Pola pemuatan excavator Volvo Ec480DL yang dilakukan dilokasi penelitian menggunakan pola top loading dimana posisi alat angkut terletak di bawah alat muat. Pengambilan data dilakukan secara langsung di front seam C dan life stock dump hopper (LSDH) 4. Data yang diambil berupa aktivitas penggalian dan waktu edar (cycle time) alat gali muat dan alat angkut serta faktor- faktor yang mempengaruhi produktivitas. Data cycle time untuk alat gali muat, seperti waktu untuk menggali material (digging), waktu swing isi, waktu penumpahan material ke alat angkut, dan waktu swing kosong. Sedangkan untuk cycle time alat angkut, seperti waktu manuver kosong, pengisian material kedalam vessel dump truck (loading), pengangkutan material (hauling), manuver muatan, penumpahan material (dumping), kembali kosong (return empty). Pengambilan cycle time dilakukan dengan menggunakan stopwatch di handphone, data yang diambil kemudian di olah untuk menghitung produktivitas alat gali muat dan alat angkut yang diamati. Data yang sudah diperoleh kemudian diolah menggunakan rumus yang telah ditentukan. 

Tabel 4. 1 Komposisi Alat Gali Muat dan Alat Angkut Coal Getting PIT 2 Banko Barat

Fleet Jenis Alat Jumlah Unit

1 Excavator Volvo EC480DL 1

Dump Truck Volvo FMX 400 64R 8

4.1.1 Waktu Edar (Cycle Time)

Waktu edar pada alat gali muat dan alat angkut merupakan siklus pekerjaan pemuatan dan pengangkutan yang mana kegiatan tersebut dilakukan berulang-ulang. Data waktu edar (cycle time) alat mekanis tersebut diambil langsung dilapangan berdasarkan pengamatan di lapangan pada bulan Juni

(38)

2024. Pada PIT 2 Seam C terdapat aktivitas pemuatan dengan menggunakan 1 unit Excavator Volvo EC480DL yang melayani 8 unit Dump Truck Volvo FMX 400 64R menuju LSDH 4 dengan jarak 5800 meter. Sehingga didapatkan rata-rata cycle time sebagai berikut:

Tabel 4. 2 Hasil Perhitungan Cycle Time

No. Jenis Alat Cycle Time (Detik)

1 Excavator Volvo EC480DL 18,411

2 Dump Truck Volvo FMX 400 64R 1793,378

4.1.2 Faktor Pengisian Bucket (Bucket Fill Factor)

Berdasarkan data timbangan yang terdapat pada LAMPIRAN … dan banyak passing pada LAMPIRAN … didapatkan bucket fill factor sebesar:

BFF = Vn

Vb x 100%

BFF = 2,688

2,775

x 100%

BFF = 97 %

4.1.3 Faktor Pengembangan (Swell Factor)

Berdasarkan data actual dilapangan, berat jenis batubara dalam keadaan loose density adalah 0,97 ton/m3, sedangkan berat jenis batubara dalam keadaan bank density adalah 1,30 ton/m3. Berdasarkan kondisi loose density dan bank density dari batubara, maka didapatkan nilai swell factor sebesar:

SF = dnsL dnsB

SF = 0,97 1,30 SF = 0,74 4.1.4 Efisiensi Kerja

Efisiensi Kerja dapat diukur melalui antara waktu kerja efektif dengan waktu kerja tersedia yang biasanya dinyatakan dalam bentuk persentase (%).

(39)

Waktu kerja efektif diartikan sebagai waktu kerja operator dan alat beroperasi.

Waktu kerja efektif ini merupakan hasil dari pengurangan waktu kerja tersedia dengan waktu hambatan. Pada kegiatan coal getting di PIT 2 Seam C Banko Barat, waktu kerja terbagi menjadi dua shift dalam satu hari, yaitu:

Tabel 4. 3 Waktu Kerja Tersedia Alat Mekanis yang Digunakan

Shift Waktu Jam Operasional

1 06.00 WIB – 18.00 WIB 12 Jam

2 18.00 WIB – 06.00 WIB 12 Jam

Total Waktu Tersedia 24 Jam

Selama kegiatan produksi tidak jarang ditemukan hambatan yang tidak dapat dihindari sehingga menunda kegiatan produksi seperti hujan yang akan menyebabkan jalanan licin sehingga dapat memicu terjadinya kecelakaan.

Oleh karena itu, harus dilakukannya slippery umtuk pembersihan jalan agar alat berat bisa beroperasi kembali dengan aman. Selain hujan, terdapat jenis hambatan lain yang dapat mempengaruhi efisiensi kerja seperti P5M, P2H, istirahat, sliperry, refueling serta pelumasan.

4.1.4.1 Efisiensi Kerja Alat Gali Muat

Tabel 4. 4 Waktu Hambatan Selama Alat Gali Muat Beroperasi

Hambatan Waktu Satuan

Delay Time 1,168 Jam

Start Loading 0,417 Jam

Stop Loading 0,833 Jam

Total Waktu yang Dapat Dihindari (

W

hd) 2,418 Jam

P5M dan P2H 0,417 Jam

P5M, P2H, dan Slippery 1 Jam

Hujan 1,5 Jam

Slippery 2 Jam

(40)

Istirahat 1,533 Jam Total Waktu yang Tidak Dapat Dihindari

(

W

hdt) 6,45 Jam

a) Waktu Kerja EfektifAlat Gali Muat Wke = Wkt – (Whd + Whdt)

Wke = 24 – (2,148 + 6,45) Wke = 15,132 Jam

b) Efisiensi Kerja Alat Gali Muat Ek = Wke

Wkt x 100%

Ek = 15,132

24 x 100 % Ek = 63 %

4.1.4.2 Efisiensi Kerja Alat Angkut

Tabel 4. 5 Waktu Hambatan Selama Alat Angkut Beroperasi

Hambatan Waktu Satuan

Delay Time 1,256 Jam

Start Loading 0,417 Jam

Stop Loading 0,833 Jam

Total Waktu yang Dapat Dihindari (

W

hd) 2,506 Jam

P5M dan P2H 0,417 Jam

P5M, P2H, dan Slippery 1 Jam

Hujan 1,5 Jam

Slippery 2 Jam

Istirahat 1,533 Jam

Total Waktu yang Tidak Dapat Dihindari

(

W

hdt) 6,45 Jam

a) Waktu Kerja EfektifAlat Angkut

(41)

Wke = Wkt – (Whd + Whdt) Wke = 24 – (2,506 + 6,45) Wke = 15,044 Jam

b) Efisiensi Kerja Alat Angkut Ek = Wke

Wkt x 100%

Ek = 15,044

24 x 100 % Ek = 63 %

4.1.5 Produktivitas Alat Mekanis

4.1.5.1 Produktivitas Alat Gali Muat

Alat gali muat yang digunakan untuk kegiatan coal getting pada bulan Juni 2024 hanya 1 unit, yaitu Excavator Backhoe Volvo EC480DL. Berikut perhitungan produktivitas dari alat gali muat yang digunakan:

Qgm = 3600x Cbx BFF x Ek CTgm

Qgm = 3600x3,3x97 %x63 % 18,411

Qgm = 398,005 ton/jam

4.1.5.2 Produktivitas Alat Angkut

Alat gali angkut yang digunakan untuk kegiatan coal getting pada bulan Juni 2024 sebanyak 8 unit, yaitu Dump Truck Volvo FMX 400 64R. Berikut perhitungan produktivitas dari alat angkut yang digunakan:

Qa = 3600x Cvx BFF x Ek CTa

Qa = 3600x2,997x97 %x63 % 1793,378

Qa = 36,561 ton/jam

(42)

4.1.6 Faktor Keserasian Kerja (Match Factor)

Nilai faktor keserasian kerja dapat dikatakan serasi apabila produksi yang dihasilkan antara alat muat dan alat angkut sama (Indonesianto, 2012).

Perhitungan faktor keserasian kerja antara alat muat dan alat angkut diperlukan dalam rangka pengoptimalan penggunaan alat mekanis sehingga produksi coal getting dapat memenuhi target. Berikut perhitungan match factor dari alat mekanis yang digunakan:

Tabel 4. 6 Data Perhitungan Match Factor

Jumlah Unit Dump Truck 8

Jumlah Unit Excavator 1

Cycle Time Excavator 18,411

Cycle Time Dump Truck 1793,378

Jumlah Banyak Pengisian 9

MF = Nax(CTgmx n) Nmx CTa

MF = 8x(9x18,411) 1x1793,378 MF = 0,74

Nilai match factor yang didapatkan antara alat gali muat dan alat angkut sebesar 0,74 yang artinya match factor (MF) <1. Hal ini menunjukan bahwa alat gali muat bekerja kurang dari 100%, sedangkan alat angkut bekerja penuh 100% yang artinya terdapat waktu tunggu bagi alat gali muat karena menunggu alat angkut yang belum datang sehingga didapatkan waktu non-produktif bagi unit excavator.

4.2 Optimasi Efisiensi Kerja Produksi Coal getting

Setelah dilakukan perhitungan produktivitas alat gali muat dan alat angkut pada kegiatan coal getting, didapatkan hasil produktivitas untuk alat gali muat sebesar 304,100 ton/jam dan produktivitas alat angkut sebesar 223,476 ton/jam. Nilai produktivitas yang didapatkan belum optimal, karena dalam proses produksi masih ada waktu tunggu bagi alat gali muat yang dapat menyebabkan biaya produksi menjadi tinggi. Hal ini dikarekan biaya operasional merupakan biaya dengan persentase

(43)

pengeluaran terbesar khususnya pada biaya alat-alat penambangan. Alat-alat penambangan berkaitan dengan kelancaran kegiatan penambangan di lapangan. Oleh karena itu, diperlukan adanya upaya peningkatan efisiensi kerja pada alat mekanis dalam kegiatan coal getting agar produktivitas alat semakin meningkat dari kondisi aktual sehingga produksi yang dihasilkan juga dapat meningkat. Adapun upaya dalam meningkatkan efisiensi kerja adalah sebagai berikut:

4.2.1 Perbaikan Waktu Hambatan

Perbaikan waktu hambatan dalam proses produksi sangat diperlukan dalam upaya peningkatan produksi alat gali muat dan alat angkut. Dengan adanya perbaikan waktu hambatan pada jam kerja maka nilai produksi akan ikut meningkat. Hal ini dikarenakan peningkatan produksi berbanding lurus dengan adanya perbaikan jam kerja dengan melakukan pengoptimalan waktu hambatan yang terjadi. Perbaikan waktu hambatan pada kegiatan coal getting dilakukan dengan cara mengetahui hambatan-hambatan di lapangan yang dapat mempengaruhi dan menghambat kegiatan produksi serta menekan waktu hambatan yang terjadi dengan cara meminimalisir waktu hambatan tersebut.

Waktu hambatan yang diminimalisir, yaitu waktu hambatan yang dapat dihindari sehingga waktu kerja efektif dapat bertambah dengan demikian nilai efisiensi kerja alat pun meningkat.

Hambatan-hambatan yang menghambat kegiatan coal getting, yaitu seperti terlambat memulai bekerja di awal shift (start loading), berhenti bekerja sebelum waktu istirahat (stop loading), terlambat bekerja setelah waktu istirahat, berhenti bekerja sebelum shift berakhir (stop loading), serta waktu tunggu yang didapatkan dilapangan. Hambatan-hambatan tersebut seharusnya tidak terjadi pada saat kegiatan produksi dikarenakan tidak terdapat dalam rencana kerja. Oleh karena itu, hambatan-hambatan yang menghambat kegiatan coal getting tersebut harus diminimalisir atau bahkan dihilangkan agar waktu kerja efektif tidak berkurang dan kegiatan produksi tetap lancar.

Adapun persentase besaran hambatan yang dapat dihindari dalam kegiatan coal getting dapat dilihat pada Gambar 4.1 dan Gambar 4.2 berikut:

Referensi

Dokumen terkait

iii KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya atas berkat dan rahmat-Nya, sehingga Laporan Kerja Praktek yang berjudul QISCUS

III KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya atas berkat dan rahmat-Nya, sehingga Laporan Kerja Praktek yang berjudul “PEMBUATAN

i KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa berkat karunia dan nikmat limpahannya penulis dapat menyelesaikan penulisan Laporan Kerja Praktek II ini dengan

i KATA PENGANTAR Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang maha Esa atas rahmat dan kasih yang telah diberikan-Nya kepada penulis, penulis diberika-Nya kekuatan,

i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan berkat, rahmat, dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan kegiatan Praktik Kerja

KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan program kerja Workshop Autodesk Inventor dengan

KATA PENGANTAR Puji Syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan Rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul

KATA PENGANTAR Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang karena Rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan tugas pembuatan laporan teknologi sepeda motor tepat pada