PT Bukit Asam Tbk Tanjung Enim sebagai perusahaan yang telah bersedia memberikan kesempatan pada kami untuk melaksanakan kerja praktik. Bapak Ofta Setiadi, selaku Supervisor coal getting PIT 2 Banko Barat yang telah membimbing kami selama pelaksanaan kerja praktik di lapangan. Bapak Windi Hilman, selaku Supervisor coal getting PIT 2 Banko Barat yang telah membimbing kami selama pelaksanaan kerja praktik di lapangan.
Bapak Syamsul Bahri, selaku Supervisor coal getting PIT 2 Banko Barat yang telah membimbing kami selama pelaksanaan kerja praktik di lapangan. Bapak Aldi Suherman, selaku Supervisor coal getting PIT 2 Banko Barat yang telah membimbing kami selama pelaksanaan kerja praktik di lapangan.
Bagan Alir Kerja Praktik
TINJAUAN PUSTAKA
- Pertambangan
- Penambangan
- Batubara
- Peralatan Mekanis Batubara (Coal Getting) .1 Alat Gali Muat
- Waktu Edar (Cycle Time)
- Faktor Pengisian Bucket (Fill Factor)
- Efisiensi Kerja
- Produktivitas Alat Mekanis
Alat-alat utama yang digunakan dalam kegiatan produksi, seperti excavator yang didukung oleh bulldozer sebagai alat penunjang dan dump truck sebagai alat angkut. Alat ini digunakan untuk meratakan dan merapihkan tumpukan batubara di area stockpile setelah ditumpahkan oleh alat angkut. Alat angkut adalah alat yang digunakan untuk mengangkut material setelah material digali dan dimuat oleh excavator.
Alat angkut yang digunakan pada kegiatan pengangkutan batubara PIT 2 Tambang Banko Barat adalah Dump Truck Kyokuto Volvo FMX 400 64R dengan jarak tempuh dari front loading ke stockpile sejauh 5800 m. Selain excavator, bulldozer merupakan alat penunjang lainnya yang digunakan dalam kegiatan penambangan untuk menggemburkan material (ripping) dan mendorong agar memudahkan excavator memuat material ke dalam alat angkut. Keterangan: CTgm = Cycle time alat gali muat (detik) Tm = Waktu menggali material (detik) Tsi = Waktu swing isi (detik).
Keterangan: Qgm = Produktivitas alat gali muat (ton/jam) CTgm = Cycle time alat gali muat (detik) Cb = Kapasitas bucket (Ton). Keterangan: Qa = Produktivitas alat angkut (ton/jam) CTa = Cycle time alat angkut (detik) Cv = Kapasitas vessel (Ton) BFF = Bucket fill factor. Secara perhitungan teoritis, produktivitas alat gali muat haruslah sama dengan produktivitas alat angkut, sehingga perbandingan antara alat angkut dan alat gali-muat mempunyai nilai satu.
Hubungan yang tidak serasi antara alat muat dan alat angkut akan menurunkan faktor kerja sehingga banyak kegiatan yang akan terhambat. Apabila nilai match factor yang didapat kurang dari 1 (MF < 1) artinya alat muat bekerja kurang dari 100% dan alat angkut bekerja 100%, sehingga terdapat waktu tunggu bagi alat gali muat. Apabila match factor yang didapat sama dengan 1 (MF = 1) artinya alat gali muat dan alat angkut bekerja 100% sehingga tidak terjadi waktu tunggu bagi kedua alat tersebut.
Kemampuan alat gali muat akan sesuai dengan alat angkut, serta kerja alat angkut dan alat gali muat dalam kondisi kerja yang optimal sehingga biaya pengangkutan dapat lebih kecil dan lebih efisien. Apabila match factor yang didapat lebih dari 1 (MF > 1) artinya alat gali muat bekerja 100% dan alat angkut bekerja kurang dari 100% sehingga terjadi antrian.
TINJAUAN LAPANGAN
Profil Perusahaan
Titik penting dalam sejarah perusahaan terjadi pada tanggal 2 Maret 1981, ketika PN TABA berubah status menjadi Perseroan Terbatas dengan nama PT Bukit Asam (Persero). Dalam rangka meningkatkan pengembangan industri batubara di Indonesia, pada tahun 1990 Pemerintah menetapkan penggabungan Perum Tambang Batubara dengan Perseroan. Perubahan ini menandai dimulainya era baru dalam pengelolaan tambang batubara Bukit Asam sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Pada tahun 1993 menjadi tonggak penting, sesuai dengan program pengembangan ketahanan energi nasional dimulainya pengembangan briket batubara, yang menandai upaya perusahaan untuk meningkatkan nilai tambah produknya. Pada tahun 2008, perusahaan mulai memasuki bisnis pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) sebagai upaya untuk mengoptimalkan pemanfaatan batubara yang ditambangnya. Pada tanggal 29 November 2017, tanggal ini menjadi catatan sejarah bagi PTBA saat menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB).
Saat ini, PT Bukit Asam Tbk telah berkembang menjadi salah satu perusahaan energi dan pertambangan terkemuka di Indonesia. PT Bukit Asam Tbk memegang Hak Izin Perusahaan (IUP) seluas 66.414 Ha untuk Unit Pertamangan Tanjung Enim (UPTE) yang terdiri dari 3 lokasi penambangan, yaitu Tambang Air Laya (TAL), Muara Tiga Besar (MTB), dan Bangko Barat. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 10 Juni sampai dengan 10 Juli 2024 di Wilayah Izin Usaha Penambangan (WIUP) PT Bukit Asam Tbk., PIT 2 Banko Barat, Tanjung Enim, Kecamatan Lawang Kidul, Kabupaten Muara Enim, Provinsi Sumatera Selatan.
Perjalanan dari Institut Teknologi Sumatera tepatnya di Kabupaten Lampung Selatan menuju Kabupaten Muara Enim ditempuh melalui jalur darat menggunakan kendaraan roda empat dengan waktu tempuh ± 8 jam. Dari Kabupaten Muara Enim menuju Kecamatan Tanjung Enim ditempuh melalui jalur darat menggunakan kendaraan roda dua dengan waktu tempuh ± 45 menit. Perjalanan menuju site tambang PIT 2 Banko Barat dilanjutkan dengan menggunakan mobil operasional LV milik PT Bukit Asam Tbk.
Stratigrafi dan Litologi .1 Kondisi Geologi Lokal
Formasi Air Bekanat merupakan awal terjadinya fase regresi dan diendapkan selaras diatas Formasi Gumai yang berumur Miosen Tengah, tersusun oleh batu lempung pasiran dan batu pasir glaukonitan. Formasi ini terdiri dari batulempung putih kelabu dengan sisipan batupasir halus, batupasir abu-abu hitam kebiruan, glaukonitan setempat mengandung lignit dan di bagian atas mengandung tufaan sedangkan bagian tengah kaya akan fosil foraminifera. Formasi gumai diendapkan secara selaras di atas Formasi Baturaja dimana formasi ini menandai terjadinya transgresi maksimum di cekungan Sumatera Selatan.
Bagian atas terdiri dari tuff pumice kaya akan kuarsa, batupasir, konglomerat, tuff pasiran dengan lensa rudit mengandung pumice dan tuff berwarna abu-abu kekuningan, banyak dijumpai sisa tumbuhan dan lapisan tipis lignit serta kayu yang terkersikkan. Formasi Muara Enim mewakili tahap akhir dari fase regresi tersier dan diendapkan selaras diatas Formasi Benakat. Formasi ini berumur Miosen Atas yang tersusun oleh batupasir lempungan, batu lempung pasiran dan batubara.
Formasi ini merupakan hasil dari pengendapan lingkungan laut neritik sampai rawa, dengan ketebalan berkisar antara 150 m sampai 750 m. Menurut (Pulunggono, 1976), formasi Talang Akar berumur oligosen akhir hingga miosen awal dan diendankan secara selaras di atas Formasi lahat. Alluvial adalah endapan hasil rombakan dari batuan yang lebih tua, terdiri dari lumpur, pasir lepas, kerikil, kerakal dan boulder.
Formasi yang ada di sumatera selatan yaitu formasi muara enim, terdiri dari batulempung, batulanau dan batupasir. Ketebalan lapisan tanah pucuk (top soil) di PIT 2 Banko Barat adalah 3 m yang memiliki densitas sebesar 1,42 g/cc. Lapisan tanah yang berada di atas bahan galian langsung yang terdapat perselingan claystone dan siltstone dengan sisipan sandstone dan carbonaceous claystone.
Spesifikasi Alat Mekanis .1 Alat Gali Muat (Excavator)
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Pengolahan Data
Waktu edar pada alat gali muat dan alat angkut merupakan siklus pekerjaan pemuatan dan pengangkutan yang mana kegiatan tersebut dilakukan berulang-ulang. Data waktu edar (cycle time) alat mekanis tersebut diambil langsung dilapangan berdasarkan pengamatan di lapangan pada bulan Juni 2024. Pada PIT 2 Seam C terdapat aktivitas pemuatan dengan menggunakan 1 unit Excavator Volvo EC480DL yang melayani 8 unit Dump Truck Volvo FMX 400 64R menuju LSDH 4 dengan jarak 5800 meter.
Efisiensi Kerja dapat diukur melalui antara waktu kerja efektif dengan waktu kerja tersedia yang biasanya dinyatakan dalam bentuk persentase. Selama kegiatan produksi tidak jarang ditemukan hambatan yang tidak dapat dihindari sehingga menunda kegiatan produksi seperti hujan yang akan menyebabkan jalanan licin sehingga dapat memicu terjadinya kecelakaan. Selain hujan, terdapat jenis hambatan lain yang dapat mempengaruhi efisiensi kerja seperti P5M, P2H, istirahat, sliperry, refueling serta pelumasan.
Alat gali muat yang digunakan untuk kegiatan coal getting pada bulan Juni 2024 hanya 1 unit, yaitu Excavator Backhoe Volvo EC480DL. Alat gali angkut yang digunakan untuk kegiatan coal getting pada bulan Juni 2024 sebanyak 8 unit, yaitu Dump Truck Volvo FMX 400 64R. Nilai faktor keserasian kerja dapat dikatakan serasi apabila produksi yang dihasilkan antara alat muat dan alat angkut sama (Indonesianto, 2012).
Perhitungan faktor keserasian kerja antara alat muat dan alat angkut diperlukan dalam rangka pengoptimalan penggunaan alat mekanis sehingga produksi coal getting dapat memenuhi target. Nilai match factor yang didapatkan antara alat gali muat dan alat angkut sebesar 0,74 yang artinya match factor (MF) <1. Hal ini menunjukan bahwa alat gali muat bekerja kurang dari 100%, sedangkan alat angkut bekerja penuh 100% yang artinya terdapat waktu tunggu bagi alat gali muat karena menunggu alat angkut yang belum datang sehingga didapatkan waktu non-produktif bagi unit excavator.
Optimasi Efisiensi Kerja Produksi Coal getting
Keterlambatan dalam start loading di awal shift dapat dikurangi dengan cara sebelum memulai kegiatan produksi, seluruh pengawas dan operator sudah melakukan persiapan awal. Keperluan pribadi seperti pergi ke toilet, makan sebelum beraktivitas, dan lain-lain dapat dilakukan sebelum memasuki waktu kerja produktif. Selain itu, keperluan tersebut juga dapat dilakukan ketika pergantian shift atau setelah pergantian shift sehingga tidak mengganggu waktu kerja produktif (NINDYA).
Hambatan ini dapat dihindari dengan cara menentukan muster point dan waktu berkumpul untuk beristirahat yang dekat dengan lokasi kerja atau front agar tidak membuang waktu terlalu lama dan para pengawas dan operator bisa berkumpul untuk dibawa ke satu tempat untuk istirahat makan dan solat. Sebelum memasuki waktu kerja setelah istirahat, para pengawas dan operator sudah berkumpul kembali untuk menuju muster point dimana tempat unit-unit diparkirkan. Berhenti bekerja sebelum shift berakhir biasanya disebabkan oleh operator yang sudah mencapai target ritase harian.
Apabila sudah mencapai target ritase harian biasanya operator sudah berhenti bekerja sebelum waktu shift berakhir. Hambatan ini dapat dihilangkan dengan cara menerapkan sistem bonus bagi operator yang dapat melebihi target ritase harian sebelum waktu kerja produktif berakhir agar mendapatkan bonus atas pencapaian kerjanya karena melebihi target ritase harian.
Analisis Segi Kedisiplinan Operator
PENUTUP
Kesimpulan
Efisiensi kerja Excavator Volvo EC480DL pada kegiatan coal getting sebelum dioptimalkan sebesar 63% dan setelah dioptimalkan sebesar 66%. Produktivitas dari alat gali muat ini juga ikut meningkat yang dimana produktivitas sebelum dioptimalkan sebesar 398,005 ton/jam dan setelah dioptimalkan 418,609 ton/jam. Efisiensi kerja Dump Truck Volvo FMX 400 64R pada kegiatan coal getting sebelum dioptimalkan sebesar 63% dan setelah dioptimalkan sebesar 67%.
Produktivitas dari alat gali muat ini juga ikut meningkat yang dimana produktivitas sebelum dioptimalkan sebesar 36,561 ton/jam dan setelah dioptimalkan 39,919 ton/jam. Upaya yang dilakukan untuk meminimalisir hambatan-hambatan yang dapat dihindari dalam kegiatan produksi adalah dengan menyusun Standar Operasional Prosedur (SOP) yang secara khusus ditujukan bagi para operator. Dengan adanya SOP yang jelas dan terstruktur, diharapkan para operator dapat menjalankan tugas mereka dengan lebih optimal dan efisien yang dimana dapat meningkatkan produktivitas.
Saran
Rekomendasi
Data Perhitungan Cycle Time Alat Gali Muat
Data Perhitungan Cycle Time Alat Angkut