LAPORAN KERJA PRAKTEK
“PROYEK PEMBANGUNAN SMA IT NURUL HASAN KOTA TERNATE”
Disusun Oleh :
RISALMI HUSEN 0726 2011018
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN TERNATE
2024
HALAMAN PENGESAHAN KERJA PRAKTEK
PENGAWASAN PEMBANGUNAN SMA IT NURUL HASAN KOTA TERNATE
RISALMI HUSEN 0726 2011018
MENYETUJUI
Kordinator Kerja Praktik Pembimbing Kerja Praktik
Dr. SUDARMAN ST., MT ASRI. A. MUHAMMAD, ST., M.Sc NIP. 1971052420021210001 NIP.198704272015041002
Kordinator Program Studi Arsitektur
FIRDAWATY MARASABESSY ST., M.Si NIP. 198605162014042001
TAHUN AKADEMIK GANJIL 2024
SURAT PERMOHONAN KERJA PRAKTEK
BALASAN SURAT PERMOHONAN KERJA PRAKTEK
SURAT PENARIKAN KERJA PRAKTEK
PERNYATAAN KEASLIAN KERJA PRAKTEK
Dengan ini saya menyatakan bahwa isi sebagian maupun keseluruhan Laporan Kerja Praktek saya dengan judul "Pengawasan Pembangunan SMA IT Nurul Hasan Kota Ternate" adalah benar-benar hasil karya intelektual mandiri, diselesaikan tanpa menggunakan bahan-bahan yang tidak diizinkan dan bukan merupakan karya pihak lain yang saya akui sebagai karya sendiri. Semua referensi yang dikutip maupun dirujuk telah tertulis secara lengkap pada daftar pustaka.
Apabila ternyata ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Ternate, 23 Januari 2024
Penyusun
KATA PENGANTAR
Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunialah, utamanya nikmat kesehatan. Salawat serta salam taklupa kita haturkan kepada baginda Almustafa Nabi Muhammad saw. Berkat perjuangan beliau, umat manusia terangkat dari kegelapan menuju cahaya iman.
Atas segala nimkat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan Kerja Praktek (KP) pada Pembangunan SMA IT Nurul Hasan Kota Ternate. Semoga Laporan Pengawasan Pembangunan ini yang diharapkan dapat bermanfaat dalam segi ilmu pengetahuan.
Dalam Sebuah penulisan tidaklah terlepas dari keterbatasan, kemampuan, tenaga dan pikiran sehingga menjadi kemungkinan bahwa masi banyak kekurangan didalamnya. Dalam pelaksanaan Kerja Praktek (KP) dan penyusunan laporan ini tentu saja kami menemui banyak kendala, namun berkat rahmat Allah SWT, serta bantuan dan arahan yang diberikan oleh pihak – pihak terkait, sehingga kami dapat menyelesaikannya. Untuk itu saya mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya dan rasa hormat yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Bapak Endah Harisun, ST,.MT. Selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Khairun.
2. Ibu Firdawaty Marasabessy, ST,.M.Si. Selaku Ketua Program Studi Arsitektur
3. Bapak Dr. Sudarman Samad S.T, M.T. Selaku dosen mata kuliah.
4. Bapak Asri. A. Muhammad, ST,.M.Sc. Selaku dosen pembimbing
5. CV. PESONA CIPTA ENGINEERING yang telah memberi kesempatan untuk kerja praktek ini.
6. Pengawas dan pelaksana lapangan, serta komponen pelaksana proyek yang lain.
7. Orang tua kami tercinta atas segala doa, dukungan dan dorongan morilnya.
Dan kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu baik secara langsung maupun tidak langsung Semoga apa yang telah penulis sajikan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penulis juga menyadari bahwa masih jauh dari kesempurnaan dan kekurangan serta kesalahan dalam laporan ini olehnya itu permohonan maaf dari penulis kepada semua pihak harus disampaikan. Akhir kata dari penulis semoga penulisan ini dapat bermanfaat bagi kita semua serta memajukan perkembangan ilmu secara umum dan Arsitektur lebih khususnya. Amin. Demikian laporan ini kami susun seomoga bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca sekalian khususnya di lingkungan Teknik Arsitektur Ternate.
Ternate, 23 Januari 2024
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...i
HALAMAN PENGESAHAN...ii
SURAT PERMOHONAN IJIN KERJA PRAKTEK...iii
SURAT PERINTAH KERJA PRAKTEK...iv
SURAT PENARIKAN KERJA PRAKTEK...v
SURAT KEASLIAN KERJA PRAKTEK...vi
KATA PENGANTAR...vii
DAFTAR ISI...ix BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Kerja Praktek...
1.2. Tujuan Kerja Praktek...
1.3. Lingkup Kerja Praktek...
1.4. Metode Pengumpulan Data...
1.5. Sistematika Penulisan Laporan...
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kontrak Kerja...
2.2. Sumber Hukum Dan Ruang Lingkup Kerja Konstruksi...
2.3. Para Pihak Dalam Kontrak Kerja Konstruksi...
2.4. Syarat Teknik Pelaksanan Pekerjaan...
2.5. Spesifikasi Teknik Pekerjaan
2.6. Hubungan, Tanggung Jawab dan Fungsi Kerja Pihak-pihak Terkait 2.7. Hubungan Kerja
2.8. Literatur Pendukung Yang Terkait Dengan Pekerjaan...
BAB III
METODE PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK
3.1. Pengambilan Data Administrasi dan Teknik...
3.2. Monitoring dan Evaluasi...
3.3. Pembagian Tugas Kerja Praktek pada Proyek...
3.4. Pelaporan Kerja Praktek...
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Tinjauan Kerja Praktek...
4.2. K3 Konstruksi (Keselamatan dan Kesehatan Kerja ...
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan...
6.2. Saran...
DAFTAR PUSTAKA...
LAMPIRAN...
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Untuk dapat terjun ke dunia kerja setelah lulus kuliah, setiap mahasiswa harus memiliki kesiapan dalam menghadapi keprofesianal pekerjaannya yang sesuai dengan bidang yang digelutinya. Banyak sekali hal yang menjadi hambatan bagi seseorang yang belum mengalami pengalaman kerja untuk terjun ke dunia pekerjaan, seperti halnya ilmu prngetahuan yang diperoleh di kampus bersifat statis (pada kenyataannya masih kurang adaptif atau kaku terhadap kegiatan- kegiatan dalam dunia kerja yang nyata ), teori yang diperoleh belum tentu sama dengan praktik kerja di lapangan, dan keterbatasan waktu dan ruang yang mengakibatkan ilmu pengetahuan yang diperoleh masih terbatas.
Kerja Praktek merupakan kegiatan yang dilaksanakan setiap tahunnya.
Kerja Praktek juga merupakan salah satu matakuliah di semester 7 ( Tujuh ) dan merupakan mata kuliah wajib sebagai salah satu persyaratan untuk kelulusan S1 Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Khairun. Matakuliah ini memiliki 2 sks dan kegiatannya dilakukan Pada awal perkuliahan semester 7 ( Tujuah ) dimulai agar kegiatan ini tidak mengganggu saat perkuliahan berlangsung.
Kerja Praktik adalah penempatan seseorang pada suatu lingkungan pekerjaan yang sebenarnya untuk meningkatkan keterampilan, etika pekerjaan, disiplin dan tanggung jawab yang merupakan suatu kesempatan untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki, yang ada hubungannya dengan latar belakang seseorang yang melaksanakan Kerja Praktik tersebut.
1.2. Tujuan Kerja Praktek
Tujuan dari pelaksanaan Kerja praktek ini antara lain : a. Memenuhi persyaratan akademik dan Kurikulum Program Studi
Arsitektur.
b. Memberi pengetahuan tambahan bagi mahasiswa yang mungkin tidak dapat dibangku kuliah
c. Dapat mengetahui kondisi pekerjaan dilapangan secara langsung dan nyata, dan juga lebih mengenal keadaan yang sesungguhnya.
d. Menambah wawasan mengenai dunia konstruksi.
e. Mengetahui tata cara pengelolaan proyek dan administrasinya.
f. Merupakan bekal awal sebelum terjun langsung secara mandiri 1.3. Lingkup Kerja Praktek
Batasan kerja praktek ini lebih difokuskan pada pengamatan dan pengawasan pekerjaan dilokasi proyek “Pembangunan SMA IT Nurul Hasan Kota Ternate” selama penyusun melaksanakan kerja praktek lapangan yang mulai dari tanggal 24 September 2023 sampai dengan 24 Desember 2023.
1.4. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data ini merupakan tahapan dalam melakukan kerja praktek profesi.
Adapun metode yang digunakan dalam pengumpulan data terdiri dari :
1. Observasi, yaitu cara pengamatan secara langsung pekerjaan yang dilaksanakan dilapangan
2. Pengumpulan Data, metode ini untuk pengumpulan data teknis yang berkaitan dengan pekerjaan dan instansi tempat kerja praktek profesi
3. Studi Pustaka, yaitu pengumpulan data teoritis dengan bantuan buku-buku maupun pencarian lewat internet yang berhubungan maupun menunjang hal- hal yang akan dibahas
1.5. Sistematika Penulisan Laporan BAB I : PENDAHULUAN
Pada bagian bab ini membahas mengenai latar belakang, tujuan, pembatasan kerja praktek, pengumpulan data, dan sistematika penulisan laporan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA.
Pada bagian bab ini membahas mengenai kontrak kerja, syarat teknik pelaksanan pekerjaan, spesifikasi teknik pekerjaan, hubungan, tanggung jawab dan fungsi kerja pihak-pihak terkait, literatur pendukung yang terkait dengan pekerjaan.
BAB III : METODE PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK
Pada bagian bab ini membahas mengenai pengambilan data administrasi dan teknik, pembagian tugas kerja praktik pada proyek, tanggung jawab dan beban tugas, monitoring dan evaluasi pelaporan kerja praktik, bagang kegiatan kerja praktik.
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bagian bab ini membahas mengenai hasil dan pembahasan pelaksanaan kerja praktek, yaitu membahas tentang hasil kemudian dikaitkan dengan teori, dimana pembahasan ini mahasiswa harus mendapatkan kesesuaian teori dan penerapan dan pelaksanaan, kemudian mahasiswa juga menjelaskan perbedaan antara pelaksanaan dengan teori tersebut.
BAB V : PENUTUP
Pada bagian bab ini membahas mengenai kesimpulan, saran, kepustakaan, tabel, dan gambar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kontrak Kerja
Istilah kontrak berasal dari bahasa Inggris yaitu contract sedangkan dalam bahasa belanda kontrak disebut dengan overeenkomst. Dalam beberapa literatur ada yang membedakan antara istilah perjanjian dengan kontrak namun ada juga yang menyebutkan bahwa perjanjian memiliki pengertian yang sama dengan kontrak. Salah satu ahli yang memberikan pengertian berbeda antara perjanjian dengan kontrak yaitu R. Subekti, menurut beliau ruang lingkup suatu kontrak lebih sempit karena ditujukan pada suatu persetujuan yang tertulis.
Sedangkan menurut beberapa ahli lain seperti Jacob Hans Niewenhuis, Mariam Darus Badrulzaman dan Purwahid Patrik memberikan pengertian yang sama tentang perjanjian dan kontrak.
Pasal 1 angka 5 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi menyebutkan yang dimaksud dengan kontrak kerja konstruksi adalah keseluruhan dokumen yang mengatur hubungan hukum antara pengguna jasa dan penyedia jasa dalam penyelenggaraan pekerjaan konstruksi. Berdasarkan pengertian ini maka unsur-unsur yang terdapat didalam suatu kontrak konstruksi yaitu;
1. Adanya para pihak yaitu pengguna jasa dan penyedia jasa 2. Adanya obyek yang diperjanjikan yaitu konstruksi
3. Adanya dokumen yang mengatur hubungan hukum antara pengguna jasa dan penyedia jasa.
Pasal 22 Tentang Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah menyebutkan kontrak pengadaan barang/jasa yang selanjutnya disebut kontrak adalah perjanjian tertulis antara PPK dengan Penyedia Barang/Jasa atau Pelaksana Swakelola. Selanjutnya menurut Pasal 1 angka 17 Tentang Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2006 tentang Perubahan Keempat atas Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah menyebutkan bahwa kontrak
adalah perikatan antara Pejabat Pembuat Komitmen dengan penyedia barang/jasa dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa.
Menurut R. Subekti yang dimaksud dengan perjanjian jasa konstruksi yaitu suatu perjanjian antara seseorang yaitu pihak yang memborongkan pekerjaan dengan seseorang yang lain sebagai pihak pemborong pekerjaan, dimana pihak pertama menghendaki suatu hasil yang disanggupi oleh pihak lawan atas pembayaran sejumlah uang sebagai harga jasa konstruksi.
2.2. Sumber Hukum Dan Ruang Lingkup Kontrak Kerja Konstruksi
Suatu kontrak kerja konstruksi merupakan suatu perikatan yang lahir dari perjanjian oleh sebab itu kontrak kerja konstruksi tunduk pada ketentuan Buku III KUH Perdata tentang perikatan. Selain KUH Perdata, sumber hukum kontrak kerja konstruksi antara lain:
1. Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD)
2. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi
3. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2000 Tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi
4. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 Tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi
5. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2000 Tentang Penyelenggaraan Pembinaan Jasa Konstruksi
6. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
7. Peraturan Presiden Nomor 35 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah 8. Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 Tentang Perubahan Kedua Atas
Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
9. Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2014 Tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
Secara umum ruang lingkup diartikan sebagai suatu batasan atas suatu hal tertentu. Menurut Pasal 23 Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi menyebutkan bahwa kontrak kerja konstruksi sekurang-kurangnya harus memuat uraian mengenai:
1. ketentuan tentang para pihak yang meliputi:
a) akta badan usaha/ akta perseorangan
b) nama wakil/ kuasa badan usaha sesuai kewenangan pada akta badan usaha atau sertifikat keahlian kerja dan sertifikat keterampilan kerja bagi usaha orang perseorangan; dan
c) tempat kedudukan dan alamat badan usaha atau usaha perseorangan.
2. rumusan pekerjaan yang meliputi:
a) Pokok-pokok pekerjaan yang diperjanjikan
b) volume atau besaran pekerjaan yang harus dilaksanakan
c) nilai pekerjaan dan ketentuan mengenai penyesuaian nilai pekerjaan akibat fluktuasi harga untuk kontrak kerja konstruksi bertahun jamak
d) tata cara penilaian hasil pekerjaan dan pembayaran; dan 5. jangka waktu pelaksanaan.
3. pertanggungan dalam kontrak kerja konstruksi meliputi:
a) jenis pertanggungan yang menjadi kewajiban penyedia jasa yang berkaitan dengan pembayaran uang muka, pelaksanaan pekerjaan, hasil pekerjaan, tenaga kerja, tuntutan pihak ketiga dan kegagalan bangunan
b) pertanggungan sebagaimana yang dimaksud dalam angka 1, meliputi:
1) nilai jaminan
2) jangka waktu pertanggungan 3) prosedur pencairan; dan
4) hak dan kewajiban masing-masing pihak.
c) dalam hal penyedia jasa tidak memenuhi kewajiban sesuai dengan kontrak kerja konstruksi, pengguna jasa dapat mencairkan dan selanjutnya menggunakan jaminan dari penyedia jasa sebagai kompensasi pemenuhan kewajiban dari penyedia jasa
4. Tenaga ahli yang meliputi:
a) Persyaratan klasifikasi dan kualifikasi tenaga ahli
b) prosedur penerimaan dan atau pemberhentian tenaga ahli yang dipekerjakan
c) jumlah tenaga ahli sesuai dengan jenis pekerjaan
5. Hak dan kewajiban para pihak dalam kontrak kerja konstruksi meliputi a) Hak dan kewajiban pengguna jasa
b) Hak dan kewajiban penyedia jasa 6. Cara pembayaran yang memuat
a) Volume/besaran fisik
b) Jara pembayaran hasil pekerjaan c) Jangka waktu pembayaran
d) Denda keterlambatan pembayaran e) Jaminan pembayaran
7. Ketentuan mengenai cidera janji yang meliputi a) Bentuk cidera janji, meliputi
1) Oleh penyedia jasa yang meliputi a) tidak menyelesaikan tugas b) tidak memenuhi mutu c) tidak memenuhi kuantitas
d) tidak menyerahkan hasil pekerjaan.
2) Oleh pengguna jasa yang meliputi a) terlambat membayar
b) tidak membayar
c) terlambat menyerahkan sarana pelaksanaan pekerjaan
b) Dalam hal terjadi cidera janji yang dilakukan oleh penyedia jasa atau pengguna jasa, pihak yang dirugikan berhak untuk memperoleh kompensasi, penggantian biaya dan atau perpanjangan waktu, perbaikan
atau pelaksanaan ulang hasil pekerjaan yang tidak sesuai dengan yang diperjanjikan atau pemberian ganti rug
8. Penyelesaian perselisihan memuat
a) Penyelesaian diluar pengadilan melalui alternatif penyelesaian sengketa, atau arbitras
b) Penyelesaian sengketa melalui pengadilan sesuai dengan hukum acara perdata yang berlaku
9. Ketentuan pemutusan kontrak kerja konstruksi yang memua
a) Bentuk pemutusan yang meliputi pemutusan yang disepakati para pihak atau pemutusan secara sepihak
b) hak dan kewajiban pengguna jasa dan penyedia jasa sebagai konsekuensi dari pemutusan kontrak kerja konstruksi
10. Keadaan memaksa mencakup kesepakatan mengenai a) risiko khusus
b) macam keadaan memaksa lainnya
c) hak dan kewajiban pengguna jasa dan penyedia jasa pada keadaan memaksa
11. kewajiban para pihak dalam kegagalan bangunan meliputi a) jangka waktu pertanggungjawaban kegagalan bangunan b) bentuk tanggung jawab terhadap kegagalan bangunan;
12. perlindungan pekerja yang memuat
a) kewajiban terhadap pemenuhan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku
b) bentuk tanggung jawab dalam perlindungan pekerja 13. aspek lingkungan yang memuat
a) kewajiban terhadap pemenuhan ketentuan undang-undang yang berlaku b) bentuk tanggung jawab mengenai gangguan terhadap lingkungan dan
manusia.
Selain itu, ruang lingkup jasa konstruksi dapat dibagi menjadi tiga tahap yaitu;
1. Tahap Perencanaan Konstruksi
Menurut Pasal 5 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2000 tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi menyebutkan bahwa ruang lingkup pekerjaan dalam perencanaan konstruksi meliputi;
a) Survei
b) Perencanaan umum, studi makro, dan studi mikro c) Studi kelayakan proyek, industri dan produksi d) Perencanaan teknik, operasi, dan kepemeliharaan e) Penelitian.
2. Tahap Pelaksana Konstruksi
Menurut Pasal 4 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2000 tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi, ruang lingkup pekerjaan dalam tahap pelaksanaan konstruksi meliputi:
a) Arsitektural;
b) Sipil;
c) Mekanikal;
d) Elektrikal; dan e) Tata Lingkungan.
3. Tahap Pengawasan Konstruksi
Menurut Pasal 5 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2000 tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi, ruang lingkup pekerjaan dalam tahap pengawasan konstruksi meliputi:
a) pengawasan pelaksanaan pekerjaan konstruksi;
b) pengawasan keyakinan mutu dan ketepatan waktu dalam proses pekerjaan dan hasil pekerjaan konstruksi
2.3. Para Pihak Dalam Kontrak Kerja Konstruksi
Suatu kontrak kerja konstruksi pada dasarnya harus memuat tiga unsur yaitu adanya para pihak yaitu pengguna jasa dan penyedia jasa, adanya obyek yang diperjanjikan yaitu konstruksi dan adanya dokumen yang mengatur hubungan hukum antara pengguna jasa dan penyedia jasa. Salah satu unsur yang
mutlak harus ada didalam suatu kontrak kerja konstruksi yaitu para pihak yang ada didalam suatu kontrak kerja konstruksi baik pihak yang terikat secara langsung maupun pihak yang terikat secara tidak langsung.Kontrak kerja konstruksi meliputi tiga bidang pekerjaan yaitu perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan.Pada prinsipnya pelaksanaan pekerjaan ini harus dilaksanakan secara terpisah dalam suatu pekerjaan konstruksi dengan tujuan untuk menghindari konflik kepentingan.Dengan demikian tidak dibenarkan ada perangkapan fungsi pekerjaan misalnya pelaksana konstruksi merangkap konsultan pengawas.
Pihak-pihak dalam kontrak kerja konstruksi baik yang terikat secara langsung maupun terikat secara tidak langsung disebut sebagai peserta dalam kontrak kerja konstruksi. Peserta dalam kontrak kerja konstruksi terdiri dari:
1. Pihak yang memborongkan pekerjaan atau pemberi tugas atau prin sipil atau bouwheer atau aanbesteder dan sebagainya
Pihak yang memborongkan pekerjaan dapat berupa perseorangan maupun badan hukum baik itu Pemerintah maupun swasta. Hubungan hukum antara pihak yang memborongkan pekerjaan dengan pihak pemborong pekerjaan yaitu
a) Hubungan hukum kedinasan yaitu apabila pihak yang memborongkan dan pihak pemborong pekerjaan adalah Pemerintah;
b) Apabila pihak yang memborongkan pekerjaan adalah Pemerintah dan pihak pemborong pekerjaan adalah Swasta maka hubungan hukumnya disebut perjanjian jasa konstruksi yang dapat berupa akta di bawah tangan, Surat Perintah Kerja (SPK), Surat Perjanjian Kerja/Kontrak
c) Apabila pihak yang memborongkan pekerjaan dan pihak pemborong pekerjaan adalah pihak swasta maka hubungan hukumnya disebut perjanjian jasa konstruksi yang dapat berupa akta di bawah tangan, Surat Perintah Kerja (SPK), Surat Perjanjian Jasa Konstruksi/Kontrak.
2. Pihak Pemborong
Pihak pemborong pekerjaan dapat berupa perorangan maupun badan hukum.Ada beberapa syarat yang perlu diperhatikan apabila si pemborong pekerjaan atau penyedia barang/jasa bekerja mengadakan kontrak kerja konstruksi dengan Pemerintah sebagai pihak yang memborongkan pekerjaan atau sebagai pengguna jasa. Hal ini diatur dalam Pasal 19 ayat (1) Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yaitu Penyedia barang/jasa dalam pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a) Memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan untuk menjalankan kegiatan/usaha
b) Memiliki keahlian, pengalaman, kemampuan teknis dan manajerial untuk menyediakan Barang/Jasa
c) Memperoleh paling kurang 1 (satu) pekerjaan sebagai Penyedia Barang/Jasa dalam kurun waktu 4 (empat) tahun terakhir, baik di lingkungan pemerintah maupun swasta, termasuk pengalaman subkontrak
d) Ketentuan sebagaimana dimaksud huruf c dikecualikan bagi Penyedia Barang/Jasa yang baru berdiri kurang dari 3 (tiga) tahun e) Memiliki sumber daya manusia, modal, peralatan dan fasilitas lain
yang diperlukan dalam Pengadaan Barang/Jasa
f) Dalam hal Penyedia Barang/Jasa akan melakukan kemitraan, Penyedia Barang/Jasa harus mempunyai perjanjian kerja sama operasi/kemitraan yang memuat persentase kemitraan dan perusahaan yang mewakili kemitraan tersebut
g) Memiliki kemampuan untuk bidang pekerjaan yang sesuai untuk Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan koperasi serta kemampuan pada subbidang pekerjaan yang sesuai untuk usaha non-kecil
h) Memiliki Kemampuan Dasar (KD) untuk usaha non-kecil kecuali untuk Pengadaan Barang dan Jasa Konsultansi
i) Khusus untuk Pelelangan dan Pemilihan Langsung Pengadaan Pekerjaan Konstruksi memiliki dukungan keuangan dari bank j) Tidak dalam pengawasan pengadilan, tidak pailit, kegiatan
usahanya tidak sedang dihentikan dan/atau direksi yang bertindak untuk dan atas nama perusahaan tidak sedang dalam menjalani sanksi pidan, yang dibuktikan dengan surat pernyataan yang ditandatangani oleh Penyedia Barang/Jasa
k) Sebagai wajib pajak sudah memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan telah memenuhi kewajiban perpajakan tahun terakhir (PPTK Tahunan) serta memiliki laporan bulanan PPh Pasal 21, PPh Pasal 23 (bila ada transaksi), PPh Pasal 25/Pasal 29 dan PPN (bagi Pengusaha Kena Pajak) paling kurang 3 (tiga) bulan terakhir dalam tahun berjalan.
l) Secara hukum mempunyai kapasitas untuk mengikatkan diri pada kontrak
m) Tidak masuk dalam Daftar Hitam
n) Memiliki alamat tetap dan jelas serta dapat dijangkau dengan jasa pengiriman
o) Menandatangani pakta integritas.
3. Pihak Perencana
Dalam pelaksanaan perencanaan konstruksi ada dua pihak yang berperan yaitu pihak pengguna jasa dan pihak perencana konstruksi. Pengguna jasa adalah perseorangan atau badan usaha baik berbadan hukum maupun tidak berbadan hukum yang berperan sebagai pemberi proyek yang memerlukan layanan jasa perencanaan.Pihak Perencana Konstruksi adalah penyedia jasa perseorangan maupun badan usaha yang dinyatakan ahli dalam bidang perencanaan jasa konstruksi.
Adapun tugas dari perencana konstruksi diantaranya:
1. Sebagai penasihat dalam hal ini membuat rencana biaya dan gambar bangunan sesuai dengan pesanan dari pihak yang memborongkan
2. Sebagai wakil, dalam hal ini perencana sebagai pengawas yang bertugas untuk mengawasi jalannya pekerjaan.
4. Pihak Pengawas atau Direksi
Pihak pengawas atau direksi bertugas dalam melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan jasa konstruksi. Hal-hal yang dilakukan oleh pihak pengawas atau direksi antara lain memberikan petunjuk-petunjuk, memborongkan pekerjaan, memeriksa ketersediaan bahan, memeriksa lamanya waktu pembangunan berlangsung dan terakhir memberikan penilaian terhadap pelaksanaan pekerjaan.
2.3.1. Jenis-Jenis Kontrak Kerja Konstruksi
Kontrak kerja konstruksi yang ada di Indonesia terdiri dari berbagai macam. Jenis-jenis kontrak kerja konstruksi dapat dilihat menurut ruang lingkup pekerjaan atau usahanya, dilihat menurut imbalan pekerjaan, dilihat menurut jangka waktu pekerjaan dan dilihat menurut cara pembayaran hasil pekerjaan.
a. Jenis kontrak kerja konstruksi yang dilihat berdasarkan ruang lingkup pekerjaan atau usahanya telah diatur dalam Pasal 4 Undang- Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi. Kontrak kerja konstruksi apabila dilihat menurut ruang lingkup pekerjaan atau usahanya terdiri dari tiga jenis yaitu:
1) Kontrak perencanaan konstruksi yaitu suatu kontrak yang dibuat oleh masing- masing pihak dalam kontrak salah satunya pihak perencana.Pihak perencana memberikan layanan jasa perencanaan pekerjaan yang meliputi rangkaian kegiatan mulai dari studi pengembangan sampai dengan penyusunan kontrak kerja konstruksi.Berdasarkan penjelasan Pasal 4 ayat (2) studi
pengembangan meliputi studi insepsion, studi fisibilitas dan penyusunan kerangka usulan.
2) Kontrak pelaksanaan konstruksi merupakan suatu kontrak yang terjadi antara orang perorangan atau badan usaha dengan pihak lain dalam pelaksanaan konstruksi. Berdasarkan penjelasan Pasal 4 ayat (3) pekerjaan pelaksanaan konstruksi dilakukan mulai dari penyiapan lapangan sampai dengan hasil akhir pekerjaan atau per bagian kegiatan.
3) Kontrak pengawasan konstruksi merupakan kontrak antara orang perorangan atau badan usaha dengan pihak lainnya dalam pengawasan konstruksi. Menurut Pasal 4 ayat (4) usaha pengawasan konstruksi memberikan layanan jasa pengawasan mulai baik keseluruhan maupun sebagian pelaksanaan konstruksi.
b. Jenis Kontrak kerja konstruksi yang dilihat menurut imbalannya diatur dalam Pasal 20 ayat (3) dan Pasal 21 Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi. Jenis-jenis kontrak kerja konstruksi yang dilihat menurut imbalannya yaitu:
1) Kontrak kerja konstruksi dengan imbalan lump sum Kontrak kerja konstruksi dengan imbalan lump sum yaitu kontrak antara pengguna jasa dan penyedia jasa konstruksi atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam jangka waktu tertentu serta jumlah harga yang sudah pasti dan tetap. Dengan demikian seluruh risiko yang kemungkinan terjadi dalam proses penyelesaian pekerjaan menjadi tanggung jawab penyedia jasa sepanjang gambar dan spesifikasi yang telah ditentukan tidak berubah.
2) Kontrak kerja konstruksi dalam bentuk imbalan harga satuan Kontrak kerja konstruksi dengan harga satuan yaitu kontrak jasa penyelesaian seluruh pekerjaan dalam jangka waktu tertentu berdasarkan harga satuan yang pasti dan tetap untuk setiap satuan atau unsure pekerjaan dengan spesifikasi teknis tertentu.Volume
pekerjaannya didasarkan pada hasil pengukuran bersama yang telah dilakukan oleh penyedia jasa.
3) Kontrak kerja konstruksi dalam bentuk biaya tambahan imbalan jasa Kontrak kerja konstruksi dalam bentuk biaya tambahan imbalan jasa yaitu kontrak jasa atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam jangka waktu tertentu namun jenis pekerjaan dan volume pekerjaannya belum diketahui secara pasti
c. Jenis kontrak kerja konstruksi yang dilihat berdasarkan jangka waktu penyelesaian pekerjaan sesuai dengan yang telah disepakati oleh kedua belah pihak. Kontrak kerja konstruksi jenis ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
1) Tahun tunggal yaitu suatu pekerjaan yang pendanaan dan pelaksanaannya direncanakan selesai dalam waktu satu tahun 2) Tahun jamak yaitu suatu pekerjaan yang pendanaan dan
pelaksanaannya direncanakan selesai dalam waktu lebih dari satu tahun.
d. Jenis kontrak kerja konstruksi yang dilihat menurut cara pembayaran hasil pekerjaan. Kontrak jenis ini dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu:
1) Cara pembayaran hasil pembayaran sesuai dengan kemajuan pekerjaan yaitu kontrak yang pembayaran hasil pekerjaannya dilakukan dalam beberapa tahapan atau bisa juga dilakukan sekaligus setelah pekerjaan fisik selesai seratus persen
2) Cara pembayaran hasil pekerjaan secara berkala yaitu kontrak yang pembayaran hasil pekerjaannya dilakukan secara bulanan pada saat akhir bulan.
e. Jenis kontrak kerja konstruksi dalam pelaksanaan proyek Pemerintah. Kontrak jenis ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
1) Kontrak pengadaan barang yaitu suatu kontrak kerja konstruksi yang objeknya berupa barang yang akan dipergunakan untuk kepentingan Pemerintah
2) Kontrak konsultansi yaitu kontrak kerja konstruksi yang dibuat oleh para pihak yang mana pihak penyedia jasa memberikan
layanan jasa professional dalam berbagai bidang untuk mencapai sasaran tertentu yang hasilnya berbentuk piranti lunak.
2.4. Syarat-Syarat Teknik Pelaksaan Pekerjaan
Persyaratan teknis bangunan gedung negara harus tertuang secara lengkap dan jelas pada Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) dalam dokumen Perencanaan. Secara garis besar, persyaratan teknis bangunan gedung negara adalah sebagai berikut:
a. Persyaratan Tata Bangunan Dan Lingkungan
Persyaratan tata bangunan dan lingkungan bangunan gedung negara meliputi ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi dalam pembangunan bangunan gedung negara dari segi tata bangunan dan lingkungannya, meliputi persyaratan peruntukan dan intensitas bangunan gedung, arsitektur bangunan gedung, ketinggian maksimum bangunan, kelengkapan sarana dan prasarana bangunan, keselamatan dan kesehatan kerja (K3), dan persyaratan pengendalian dampak lingkungan sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan/atau Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kabupaten/Kota atau Peraturan Daerah tentang Bangunan Gedung Kabupaten/Kota yang bersangkutan.
b. Persyaratan Bahan Banguna
Bahan bangunan untuk bangunan gedung negara harus memenuhi SNI yang dipersyaratkan, diupayakan meng-gunakan bahan bangunan setempat/produksi dalam negeri, termasuk bahan bangunan sebagai bagian dari komponen bangunan sistem fabrikasi.
c. Persyaratan Struktur Bangunan
Struktur bangunan gedung negara harus memenuhi persyaratan keselamatan (safety) dan kelayanan (serviceability) serta SNI konstruksi bangunan gedung, yang dibuktikan dengan analisis struktur sesuai ketentuan.
d. Persyaratan Utilitas Bangunan
Utilitas yang berada di dalam dan di luar bangunan gedung negara harus memenuhi SNI yang dipersyaratkan mulai dari kualitas air minum, metode
pembuangan air kotor, limbah dan sampah, pembuatan saluran air hujan, sarana pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran, instalasi listrik, penerangan dan pencahayaan, penghawaan dan pengkondisian udara, sarana transportasi dalam bangunan gedung, sarana komunikasi, sistem penangkal/proteksi petir, instalasi gas, kebisingan dan getaran, sampai dengan aksesibilitas dan fasilitas bagi penyandang cacat dan yang berkebutuhan khusus.
e. Persyaratan Sarana Penyelamatan
Setiap bangunan gedung negara harus dilengkapi dengan sarana penyelamatan dari bencana atau keadaan darurat, serta harus memenuhi persyaratan standar sarana penyelamatan bangunan sesuai SNI yang dipersyaratkan. Spesifikasi teknis sarana penyelamatan bangunan gedung negara meliputi ketentuan-ketentuan: tangga darurat, pintu darurat, Pencahayaan darurat dan tanda penunjuk arah exit, koridor/selasar, sistem peringatan bahaya, dan fasilitas penyelamatan.
2.4.1. Format Penyusunan RKS
RKS sebagai kelengkapan gambar kerja harus dibuat selengkap mungkin dengan maksud agar di dalam pelaksanaan pekerjaan tidak timbul kesulitan.
Kalimat dalam RKS diusahakan agar disusun sedemikian rupa, sehingga cukup jelas, terperinci, mudah dipahami dan tidak menimbulkan keragu-raguan. Berikut di bawah ini contoh penyusunan RKS yang format daftar isi penulisannya tertulis secara terperinci :
2.4.2. Syarat-Syarat Umum
a. Pemberi Tugas / Pemilik Proyek (Bouwheer).
b. Mengenai Perencana, Pengawas, Pemborong/ Kontraktor.
c. Mengenai Syarat Peserta Lelang.
d. Mengenai Prosedur pengadaan/pelelangan mulai dari bentuk Surat Penawaran dan cara penyampaiannya.
2.4.3. Syarat-syarat admistrasi a. Peraturan- peraturan pelaksanaan.
b. Rencana kerja.
c. Jangka Waktu Pelaksanaan Pekerjaan.
d. Tanggal Waktu Penyerahan.
e. Syarat Pembayaran.
f. Denda Atas Keterlambatan.
g. Besar Jaminan Penawaran.
h. Besar Jaminan Pelaksanaan.
i. Penandatanganan Surat Perjanjian Pemborongan (kontrak).
j. Pekerjaan tambah/ kurang.
k. Buku harian, laporan-laporan (harian, mingguan).
l. Pemberian pekerjaan kepada pihak ketiga.
m. Perselisihan.
n. Risiko.
o. Aturan pembayaran; dan lain-lain.
2.4.4. Syarat-Syarat Teknik a. Jenis dan Uraian Pekerjaan.
b. Jenis dan Mutu Bahan yang digunakan.
c. Cara Pelaksanaan Pekerjaan mulai dari bagian pekerjaan persiapan sampai dengan pekerjaan penyelesaian.
d. Merk Material / Bahan.
2.5. Spesifikasi teknis Pekerjaan
Spesifikasi Teknik adalah suatu uraian atau ketentuan – ketentuan yang disusun secara lengkap dan jelas mengenai suatu barang, Metode atau hasil akhir pekerjaan yang dapat dibeli, dibangun atau dikembangkan oleh pihak lain sehingga dapat memenuhi keinginan semua pihak yang terkait. Spesifikasi adalah bagian dari dokumen lelang proyek konstruksi yang menjelaskan persyaratan teknik pekerjaan yang dilelangkan. Tujuan spesifikasi yaitu untuk tercapainya
produk akhir pekerjaan yang memenuhi keinginan dari pemilik pekerjaan (owner).
Persyaratan teknik tersebut mencakup antara lain : a. Persyaratan Bahan Baku.
b. Persyaratan Bahan Olahan.
c. Cara Pelaksanaan pekerjaan, termasuk peryaratan teknik peralatan yang dipergunakan.
d. Persyaratan Teknik Produk akhir pekerjaan yang harus dicapai.
2.6. Hubungan, Tanggung jawab dan fungsi kerja pihak – pihak terkait 2.6.1. Fungsi Kerja Pihak-pihak terkait
a. Pemelik ( Bowheer)
Pemilik proyek atau pemberi tugas adalah orang atau badan yang memiliki proyek dan memberikan pekerjaan kepada pihak penyedia jasa dan yang membayar biaya pekerjaan tersebut (Dipohusodo, 1996). Bouwheer secara umum dapat dijelaskan sebagai pemilik dari suatu proyek, proyek pribadi ataupun proyek pemerintah. Bouwheer ini lazim pula disebut sebagai pemimpin proyek (pimpro). Bila proyek tersebut merupakan proyek pribadi, maka yang bersangkutan sebagai pemimpin proyek juga sekaligus sebagai pemilik dari proyek itu sendiri. Sedangkan apabila proyek itu adalah berasal dari anggaran pemerintah, maka yang menjadi pemimpin proyek adalah kepala kantor/kepala bagian dari kantor yang membawahi departemen tersebut.
b. Perencana (Arsitek)
Perencana adalah suatu badan hukum atau perorangan yang diberi tugas oleh pemberi tugas untuk merencanakan dan mendesain bangunan sesuai dengan keinginan pemilik proyek. Selain itu juga memberikan saran dan pertimbangan akan segala sesuatu yang berhubungan dengan perkembangan proyek tersebut.
Perencana juga bertugas untuk memberikan jawaban dan penjelasan atas hal-hal yang kurang jelas terhadap gambar rencana dan rencana kerja dan syarat-syarat.
Perencana juga harus membuat gambar revisi bila terjadi perubahan-perubahan rencana dalam proyek. Pekerjaan perencanaan meliputi perencanaan arsitektur, struktur, mekanikal dan elektrikal, anggaran biaya serta memberikan saran yang
diperlukan dalam pelaksanaan pembangunan (Dipohusodo, 1996). Tugas dan kewajiban perencana adalah :
1) Sketsa pemikiran awal :
Yaitu suatu sketsa dalam skala kecil yang memberi gambaran yang cukup jelas tentang pembagian ruang, bentuk bangunan dan kemungkinan pelaksanaan rencana.
2) Pra rencana :
Yaitu terdiri dari gambar-gambar sketsa dalam skala kecil dari denah, tampak serta penampang-penampang yang penting dari suatu bangunan.
Gambar-gambar tersebut dipakai sebagai dasar untuk pembicaraan dengan pemberi tugas mengenai perbaikan –perbaikan dari rencana yang dianggap perlu.
3) Gambar detail lengkap :
Merupakan gambar detail dengan skala besar untuk menggambarkan dengan jelas seluruh pekerjaan.
c. Pelaksana (uitvoeder)
Pelaksana adalah seorang teknisi yang bertanggung jawab atas pelaksanaan pekerjaan atau terlaksananya pekerjaan ditunjuk oleh pemborong dan setiap saat berada ditempat pekerjaan sebagai wakil dari pemborong, apabila pemborong yang bersangkutan berhalangan hadir ditempat pekerjaan.
d. Pengawas Internal (Direksi)
Pelaksana adalah seorang teknisi yang bertanggung jawab atas pelaksanaan pekerjaan atau terlaksananya pekerjaan ditunjuk oleh pemborong dan setiap saat berada ditempat pekerjaan sebagai wakil dari pemborong, apabila pemborong yang bersangkutan berhalangan hadir ditempat pekerjaan e. Konsultan Pengawas
Pengawas adalah orang yang ditugaskan untuk mengawasi pelaksanaan pekerjaan suatu proyek baik dari segi teknis maupun administrasinya.
Pengawasan dalam hal ini ada 3 macam :
1) Pengawas dari Bouwheer
Ditugaskan untuk menangani/mengawasi kebenaran dari system struktur serta bahan yang digunakan sesuai gambar yang telah disahkan serta tidak menyimpang dari ketentuan-ketentuan yang telah diadakan oleh pemerintah
2) Pengawas dari pihak konsultan :
Tugasnya adalah mengawasi agar pihak pelaksanaan tidak melakukan penyimpangan-penyimpangan terhadap gambar yang telah dikelola oleh pihak konsultan.
3) Pengawas dari pihak kontraktor
Untuk mengawasi pelaksaan proyek, melakukan pengecekan terhadap keluar masuknya bahan bangunan yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan tersebtu dan juga berfungsi mengkoordinir tenaga kerja yang digunakan.
f. Pemborong (Kontraktor)
Kontraktor adalah orang atau Badan Hukum yang menerima pekerjaan bangunan menurut biaya yang tersedia dan melaksanakan sesuai dengan peraturan dan syarat – syarat (RKS) serta gambar -gambar rencana yang telah ditetapkan.
Kontraktor dalam pelaksanaannya diwakili oleh seorang pelaksana (uitvoeder).
Pengertian dari pelaksana (uitvoeder) adalah seorang teknisi yang setiap waktu berada di lapangan, dan bertanggung jawab atas pelaksanaan pekerjaan.
Penunjukan pelaksana harus diberitahukan kepada direksi dan direksi berhak menolak apabila tidak memenuhi syarat. Tugas dan wewenang dari kontraktor/pelaksana proyek adalah:
1) Melaksanakan tugas yang diberikan dengan mematuhi peraturan dalam dokumen yang berkaitan dengan penyelenggaraan bangunan.
2) Mengadakan konsultasi dengan divisi perencana serta mendapatkan bimbingan maupun pengarahan dari divisi pengawas mengenai pelaksanaan pekerjaan.
3) Menyusun rencana kerja proyek.
4) Menyediakan tenaga kerja, barang peralatan dan prasarana kerja yang memadai.
5) Membuat detail pelaksanaan (shop drawing) dan membuat gambar akhir pekerjaan (asbuilt drawing).
6) Menjamin keamanan dan keselamatan kerja.
7) Membuat laporan harian, mingguan, dan bulanan.
8) Mengadakan pengujian terhadap hasil pekerjaan yang telah dilaksanakan.
9) Mengadakan perbaikan, perubahan, rekonstruksi dan pembetulan terhadap segala kesalahan selama masa pemeliharaan.
2.7. Hubungan kerja
2.7.1. Hubungan Antara Pemilik (Bouwheer) dengan Konsultan Perencanaan
Dalam kerjasama antara bouwheer dan konsultan, bouwheer akan menerima jasa perencanaan dan ahli akan menerima biaya perencanaan.
Masingmasing pihak terikat pada tanggung jawab, kewajiban dan hak terhadap pihak yang lainnya, sebagaimana yang ditetapkan dalam peraturan umum tentang hubungan kerja antara pemberi tugas dan perencana. Sesuai dengan surat penguasaan yang diterimanya, seorang ahli dapat melaksanakan seluruh, atau sebagian dari tugas-tugas berikut. Kewajiban dan tanggung jawab ahli dalam rangka hubungan kerja tersebut adalah :
a. Tugas yang diserahkan kepadanya, harus dilaksanakan dengan memenuhi syarat-syarat yang ditentukan oleh bouwher, serta seluruh rencana yang dibuatnya secara teknis dapat dilaksanakan.
b. Tapi bila syarat-syarat yang telah ditentukan oleh bouwheer menurut ahli tidak dapat dilaksanakan, maka ahli harus memberitahukannya kepada bouwheer pada waktu pembuatan pra rencana.
c. Ahli bertanggung jawab untuk kerugian-kerugian yang diderita bouwheer sebagai akibat langsung yang disebabkan oleh kesalahankesalahan yang dilakukan pihak perencana atau orang-orang yang bekerja pada pihak
perencana, jika kesalahan-kesalahan tersebut sebenarnya dapat ditanggulangi dengan cara ataupun alat yang biasa.
d. Ahli tidak bertanggung jawab atas kesalahan-kesalahan orang-orang yang bekerja padanya jika dia dapat membuktikan, bahwa kesalahankesalahan itu tidak dapat diketahui sebelumnya, meskipun adanya pengawasan yang biasa dari para ahli.
e. Hak dari para ahli ialah, jika pada suatu pemberian tugas oleh bouwheer tidak ditetapkan suatu biaya pembangunan, ahli tetap berhak akan honorarium, uang muka dan penggantian biaya pembangunan itu yang diperkirakan biaya pembangunan itu yang diperkirakan terlampaui pada waktu rencana dilaksanakan.
f. Bila pada waktu pembuatan rencana difinitif sudah disetujui suatu biaya pembangunan dan ternyata pada waktu rencana tersebut terlampaui lebih dari 20%, maka ahli berkewajiban berdasarkan perundingan dengan pemberi tugas untuk mengubah rencana sedemikian rupa hingga rencana tersebut dapat tetap dilaksanakan sesuai dengan besarnya biaya yang telah ditetapkan semula.
Hubungan Secara Teknis
Hubungan Secara Langsung
Gambar 2.1 Skema Hubungan Kerja Bowhwer dan Konsultan (Sumber : (Dipohusodo, 1996)
2.7.2.
Hubungan Antara Bouwheer Dengan KontraktorBouwheer dan pemborong terikat pada suatu pekerjaan dan perjanjian kontrak borongan. Pemborong mengikatkan diri untuk mengerjakan suatu pekerjaan dari Bouwheer dengan menerima Honorarium atau suatu harga yang
Bouwheer (Pemilik)
Konsultan Perencana
ditetapkan. Pada suatu pekerjaan dapat diteapkan pemborong hanya mengerjakan pembangunan saja atau hanya menyediakan bahannya saja. Segala sesuatu yang mengenai hubungan itu diatur dalam kontak beserta lampiran-lampirannya, dan masing-masing pihak yang terikat pada pasal-pasal yang tercantum dalam kontrak-kontrak tersebut.
Kewajiban dan tanggung jawab pemborong dalam hubungan kerja ini adalah:
a. Melaksanakan pekerjaan yang diterimanya sesuai dokumen-dokumen (bestek, gambar-gambar dan daftar-daftar yang telah diserahkan kepadanya dengan keharusan pekerjaan yang baik dan menyelesaikan/menyerahkan tepat pada waktunya.
b. Menetapkan wakil-wakil atau orang-orang kepercayaan di tempat pekerjaan dengan penyampaian tertulis kepada Bouwheer.
c. Dalam hal pemborong diwajibkan menyerahkan hasil kerjanya, kemudian musnah sebelum diserahakan, maka semua kerugian tersebut merupakan tanggung jawab pemborong, terkecuali pihak Bouwheer lalai dalam penerimaan pekerjaan tersebut.
d. Jika pemborong hanya diwajibkan melaksanakan pekerjaan saja dan pekerjaan sudah tidak layak dikerjakan, maka ia hanya bertanggung jawab atas kesalahannya.
e. Jika dalam hal tersebut didalam pasal 1606, pekerjaan yang sudah tidak layak dikerjakan tersebut terjadi diluar kelalaian pemborong sebelum pekerjaan diserahkan, sedangkan pihak Bouwheer tidak lalai untuk memeriksa dan menyetujui pekerjaannya, maka pemborong tidak berhak atas harga yang dijanjikan kecuali jika pekerjaan tersebut tidak layak dikerjakan, kecuali musnahnya barang itu akibat cacat dalam bahannya.
f.Selama pekerjaan berlangsung pemborong bertanggungjawab atas perbuatan yang dilakukan oleh orang-orang yang dipekerjakannya.
g. Pemborong berkewajiban mentaati peraturan-peraturan ketertiban pada pekerjaan.
h. Jika untuk mentaati peraturan yang berlaku setelah tanggal pendatanganan kontrak yang menyebabkan kerugian maka Bouwheer membayar kerugian tersebut.
Adapun tanggung jawab dan kewajiban Bouwheer dalam hubungan ini, disamping menyediakan anggaran pelaksanaan menurut jumlah yang telah ditetapkan dan pada waktunya adalah :
1. Menyelenggarakan segala sesuatu agar pemborong dapat menggunakan lahan yang akan dibangun.
2. Menunjuk wakilnya dalam pengawasan pekerjaan yang apabila di dalam kontrak tidak ditetapkan pengawasannya. Dan penunjukkan pengawas harus diberitahukan kepada pemborong secara tertulis.
3. Setelah pekerjaan selesai, menerima penyerahan dari pemborong.
Arti dari penyerahan dalam hukum adalah :
a) Resiko kerugian yang sebelum penyerahan ada pada pemborong pindah kepada Bouwheer.
b) Sesudah penyerahan, maka Bouwheer harus atau wajib membayar.
Suatu Kontak antara Bouwheer dan pemborong dapat diputuskan atau dihentikan dengan cara :
1. Pemberi tugas (Bouwheer) jika dikehendakinya boleh menghentikan perjanjian, meskipun pekerjaan telah dimulai, asal pihak Bouwheer memberikan ganti rugi dan memberikan sepenuhnya kepada pemborong untuk segala biaya yang telah dikeluarkannya guna pekerjaannya serta untuk keuntungan yang telah hilang karenannya.Perjanjian pemborong pekerjaan akan terhenti jika :
a) Apabila pemborong meninggal dunia.
b) Apabila ada keputusan pembubaran badan hukum dari Bouwheer akan bersifat badan hukum
c) Apabila Bouwheer yang berbadan hokum kehilangan status badan hukumnnya. Dan dalam hal ini Bouwheer diwajibkan untuk membayar kepada ahli waris dari pemborong, harga dari pekerjaan yang telah dikerjakan menurut imbangannya yang telah ditetapkan, serta harga-harga bahan bangunan yang telah disediakan, asal pekerjaan dan bahan-bahan tersebut mempunyai manfaat baginya.
2. Tapi jika yang meninggal adalah Bouwheer, maka pekerjaan/perjanjian tidak terhenti. Bila dalam pelaksanaan terjadi perselisihan antara Bouwheer dan pemborong dan perselisihan ini tidak dapat diselesaikan secara mufakat maka penyelesaian selanjutnya diserahkan pada suatu panitia ARBITRASE yang anggota-anggotanya terdiri dari :
a) Seorang wakil pemborong b) Seorang wakil Bouwheer
c) Seorang ahli yang tidak memihak dan tidak mempunyai sangkut paut serta
d) pengangkatannya disetujui oleh kedua pihak yang berselisih tersebut.
Pembentukan panitia ARBITRASE ditempuh, mengingat pengadilan tidak dapat menyelesaikan persoalan tersebut dengan cepat. Dan mengenai persoalan teknis tidak begitu Deskundig. Dan apabila penyelesain panitia ARBITRASE tidak berhasil baru ditempuh dengan jalur hukum.
Bouwheer (Pemilik)
Direksi Teknis
Konsultan Pengawasan
Kontraktor
Hubungan Secara Langsung Hubungan Secara Tidak Langsung
Gambar 2.2 Skema Hubungan Kerja Antara Pemilik (Bouwheer) dengan Kontraktor Sumber : (Dipohusodo, 1996)
2.7.3. Hubungan Antara Bouwheer Dengan Pengawas (Direksi)
Hubungan ini sangat penting sebab direksi adalah orang kepercayaan bouwheer untuk mengatasi segala hal yang menyangkut pelaksanaan pekerjaan pada suatu pekerjaan proyek. Direksi dipercayakan untukmengadakan pengawasan langsung dalam pelaksanaan pekerjaan, serta mengadakan surat- menyurat dengan pelaksana, mengatur biaya pelaksanaan disamping hal-hal yang dianggap perlu oleh bouwheer. Disamping itu bila dalam pelaksanaan terjadi kemacetan / keterlambatan yang disebabkan oleh hal-hal diluar kemampuan pelaksana, maka melalui direksi pelaksana menyampaikan / member keterangan tertulis kepada bouwheer.
a. Hubungan antara Konsultan Perencanaan dengan Kontraktor
Hubungan antara keduanya sangatlah erat. Karena sebelum pelelangan atau tender dilangsungkan maka pemborong harus berhubungan atau menanyakan kepada ahli seluk beluk dari bangunan yang bersangkutan. Oleh karena Arsitek adalah orang pertama yang mengetahui banyak hal-hal yang menyangkut perencanaan bangunan tersebut.
Gambar 2.3 Skema Hubungan Kerja Antara Konsultan Perencanaan dengan Kontraktor
Sumber : (Dipohusodo, 1996)
b. Hubungan antara Konsultan Perencanaan dengan Direksi Hubungan antara keduanya dilaksanakan pada waktu pelaksanaan proyek perencana menginstruksikan kepada direksi untuk mengawasi dan mengoreksi jalanya
Konsultan Perencana Konsultan Perencana
pelaksanaan pada proyek yang sedang berlangsung, agar tidak sewenang-wenang terjadi penyimpangan-penyimpangan terhadap gambar perencanaan yang dibuat oleh perencana/arsitek.
2.7.4. Hubungan Antara Konsultan Pengawasan Dengan Direksi
Hubungan keduanya memiliki komitmen bersama untuk melakukan tugas masing-masing sehingga kelangsungan suatu proyek dapat berjalan dengan lancar, karena direksi selalu melakukan pemeriksaan dan pembahasan terhadap hasil kerja yang dilakukan oleh konsultan pengawasan.
2.7.5. Hubungan Antara Konsultan Pengawasan Dengan Kontraktor
Hubungan keduanya juga sangat erat, karena keduanya berada di lapangan dan harus selalu mengadakan kontak sebab pelaksana selalu berada di bawah pengawasan Direksi. Sedangkan kewajiban bersama dalam hubungan ini selain melakukan pekerjaan pelaksanaan sesuai gambar dan syarat-syarat pelaksana, adalah :
a. Pelaksana berkewajiban secepatnya setelah penunjukan dilakukan, untuk menyampaikan rencana pelaksanaan yang memuat keterangan selengkap- lengkapnya mengenai cara pelaksanaan, alat yang digunakan dan lamanya serta urutan bagian pekerjaaan agar disetujui oleh Direksi.
b. Persetujuan dari Direksi pada workplan tersebut termasuk tanggungjawab pelaksana untuk menyelesaikan dan menyerahkan pekerjaan yang sesuai syarat- syarat bestek, tapi tidak member hak kepada direksi untuk menuntut ganti rugi bila; cara pelaksanaan serta urut-urutannya serta alat-alat yang digunakan ternyata tidak sesuai dengan workplan.
c. Setelah rencana pelaksanaan (workplan) disetujui, maka persetujuan Direksi ditetapkan untuk memulai pelaksanaan pekerjaan, serta menyediakan dan
pembelian bahan-bahan terlebih dahulu yang disampaikan secara tertulis dengan persetujuan direksi.
d. Pelaksana harus mengikuti persyaratan-persyaratan serta perintah yang diberikan atau keputusan yang diambil oleh Direksi untuk kelancaran pelaksanaan.
e. Bila pelaksanaan menjadi terhambat atau mengalami perombakan karena petunjuk atau peraturan-peraturan yang telah diberikan oleh Direksi, maka pelaksana dapat mengajukan tuntutan mengenai perpanjangan waktu pelaksanaan serta ganti rugi atau perhitungan kembali mengenai harga. Hal tersebut harus disampaikan secepatnya oleh pelaksana setelah mendapat petunjuk dari pihak Direksi. Untuk itu kontrak antara kedua belah pihak sangatlah penting.
2.8. Literatur Pendukung Yang Terkait Dengan Pekerjaan 2.8.1. Rencan Kerja dan Syarat (RKS)
Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS) adalah dokumen yang bersikan nama proyek berikut penjelasaannya berupa jenis, besar dan lokasihnya, serta tata cara pelaksnaan, syarat-syarat pekerjaan, syarat mutu pekerjaan dan keterangan - keterangan lain yang hanya dapat djelaskan dalam bentuk tulisan. RKS basanya diberikan bersama dengan gambar yang semuanya menjelaskan mengenai proyek yang akan dilaksanakan.
2.8.2. As-built Drawing
As-built Drawing adalah gambar realisasi yang sesuai dengan keadaan di lapangan, baik pemasangan, peletakan dan bentuk, pada saat pembangunan konstruksi selesai.
2.8.3. Contract Change Order (CCO)
Contract Change Order (CCO) adalah perubahan secara tertulis antara
PPK dan Penyedia untuk mengubah kondisi dokumen kontrak awal, dengan menambah atau mengurangi pekerjaan. Adanya perubahan ini dapat mengubah biaya kontrak dan jadwal pelaksanaan proyek. Perubahan pekerjaan dapat berupa penambahan, pengurangan, dengan tetap pada lingkup pekerjaan yang telah disepakati bersama dalam kontrak kerja awal. Perubahan yang terjadi selama proses konstruksi, diantaranya perubahan desain, perubahan jadwal, penggantian material, dan modifikasi terhadap metoda konstruksi. Pekerjaan tambah tidak melebihi 10% (sepuluh perseratus) dari harga yang tercantum dalam perjanjian/Kontrak awal kecuali bagi kejadian bencana alam yang masuk dalam cakupan wilayah suatu Kontrak, pekerjaan penanganan darurat dapat dimasukan kedalam Contract Change Order (CCO) dan dapat melebihi 10% (sepuluh perseratus) dari nilai awal Kontrak
2.8.4. Laporan Progres Kemajuan Pekerjaan
Laporan kemajuan adalah dokumen kendali berbasis waktu dalam proses pengiriman. Isi dari laporan kemajuan yang efektif tergantung pada penilaian manajer kompeten yang memahami kebutuhan penerima laporan.
2.8.5. Dokumentasi
Foto Dokumentasi Proyek adalah salah satu bagian kegiatan proyek untuk dapat mewakili proses pelaksanaan pekerjaan dilapangan, bahkan bisa jadi bukti apabila ada kesalahan atau kelalian pada saat pekerjaan dan dapat dipelajari dikemudian hari. maka tidak jarang setiap kegiatan proyek selalu mendokumentasikan selama pekerjaan.
BAB III
METODE PELAKSAAN KERJA PRAKTEK
3.1. Peengambilan Data Admistrasi dan Teknik 3.1.1. Informasi Proyek
Nama Paket : Pembangunan SMA IT Nurul Hasan Kota Ternate Lokasi Proyek : Kel. Fittu , Kec. Ternate Selatan, Provinsi Maluku
Utara
Nilai Anggaran : Rp. 3.653.638.944.76
Konsultan Pelaksana : CV. Pesona Cipta Enginering
Masa Pelaksanan : 150 Hari (Seratus Lima Puluh) kalender Sumber Dana : Dana Alokasi Khusus Tahun Anggaran2023 3.1.2. Rencana Anggaran Biaya (RAB)
Rencana Anggaran Biaya (RAB) suatu bangunan atau proyek adalah perhitungan banyaknya biaya yang diperlukan untuk bahan dan upah, serta biaya- biaya lain yang berhubungan dengan pelaksanaan bangunan tersebut. Anggaran biaya merupakan harga dari bangunan yang dihitung dengan teliti, cermat dan memenuhi syarat. Anggaran biaya pada bangunan yang sama akan berbeda-beda antara daerah satu dengan daerah yang lain. Hal ini disebabkan karena perbedaan harga bahan dan upah tenaga kerja (Isnaini, 2009).
3.1.3. Gambar Kerja (Bestek)
Gambar kerja adalah gambar acuan yang digunakan untuk merealisasikan antara ide ke dalam wujud fisik. Gambar kerja harus dipahami oleh semua personel yang terlibat dalam proses pembangunan fisik. Gambar kerja pun terdiri dari berbagai unsur, yang memuat informasi mengenai dimensi, bahan, dan warna.
Dalam prosesnya, kontraktor pelaksana lapangan akan meminta gambar kerja kepada arsitek untuk digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan proyek. Mulai
dari nol, sampai finish. Gambar kerja akan membantu kontraktor untuk menciptakan wujud fisik sesuai dengan ide sang arsitek. Dengan bantuan gambar kerja, sang arsitek tidak perlu untuk mengawasi setiap detail dari semua unsur pembangunan, karena akan menyita waktu dan tidak efisien. Maka dari itu, gambar kerja harus bisa dibaca dan dipahami oleh kontraktor pelaksana (Isnaini, 2009).
3.1.4. Jadwal Pelaksa Pekerjaan (Kurva S)
Kurva S sendiri adalah sebuah jadwal pelaksanaan pekerjaan yang disajikan dalam bentuk grafis yang dapat memberikan bermacam ukuran kemajuan pekerjaan pada sumbu tegak dikaitkan dengan satuan waktu pada sumbu mendatar. Berikut merupakan kurva S dalam proyek pembangunan Rumah Susun Kejaksaan Tinggi Negeri Maluku Utara
Gambaar 3.2 Jadwal waktu pelaksanaan pekerjaan Sumber: Dokumen Proyek
3.2. Monitoring Dan Evaluasi
Monitoring dan pengawasan dilakukan oleh pengawas setelah pekerjaan dilaksanakan. Monitoring dan pengawasan dari pekerjaan proyek dilihat dari segi:
a. Dimensi atau ukuran yang tepat b. Kerapian pekerjaan
c. Kekuatan hasil pekerjaan
d. Kesesuaian metode pekerjaan
Evaluasi Pekerjaan Proyek, Evaluasi adalah hal yang penting dalam proyek konstruksi. Evaluasi dilakukan untuk meminimalisir pekerjaan yang tidak sesuai dengan rencana awal. Evaluasi dalam pekerjaan proyek konstruksi meliputi:
1) Kualitas pekerjaan 2) Kuantitas pekerjaan 3) Lamanya pekerjaan 4) Hasil akhir pekerjaan 5) Efisiensi pekerjaan
3.3. Pembagian Tugas Kerja Praktek
Tabel 3.1 Pembagian Tanggung Jawab Pekerjaan
NO. ITEM
PEKERJAAN
MAHASISWA
Risalmi Husen
Nastitin Aprila Djabir
Hasan Safar
Munifa h Auliya BSA
Ilham Hafis
1.
Pekerjaan Balok & Ring Balok
2.
Pekerjaan Dinding &
Kusen Pintu Jendela 3. Pekerjaan
Tangga &
Lantai Dasar 4.
Pekerjaan Kolom, Slof &
Pondasi 5.
Pekerjaan Plat lantai &
Jaringn Listrik
3.4. Pelaporan Kerja Praktek
Selama pelaksanaan kerja praktik berikut merupakan beberapa pelaporan yang disertakan.
3.4.1. Laporan Harian
Laporan harian merupakan laporan yang mencakup data awal untuk membuat laporan progress dimana menampilkan data pelaksanaan pekerjaan dalam kurun waktu satu hari kerja. Laporan ini berfungsi mencatat proses pengerjaan yang terjadi dilapangan, baik mengenai jenis pekerjaan, material, permasalahan, tenaga kerja maupun data umum pekerjaan pada hari tersebut.
Adapun laporan harian terlampir.
3.4.2. Laporan Mingguan
Laporan mingguan merupakan rekapan data dari laporan harian untuk mengetahui gambaran progress pekerjaan yang telah dicapai dalam kurun waktu satu minggu. Laporan mingguan berisi data mengenai periode tanggal dan waktu, jenis pekerjaan yang telah diselesaikan, volume dan presentase pekerjaan dalam satu minggu. Presentase pekerjaan yang telah dicapai sampai minggu tersebut dapat diketahui dengan memperhitungkan semua laporan mingguan yang telah dibuat, ditambah dengan presentase pekerjaan yang telah diselesaikan pada minggu ini. Dari presentase yang telah dicapai pada minggu yang bersangkutan, maka akan diketahui presentase keterlambatan atau kemajuan yang telah diperoleh. Adapun Laporan Mingguan terlampir.
3.4.3. Laporan Bulanan
Laporan bulanan pada prinsipnya sama dengan laporan mingguan, yaitu untuk memberikan tentang kemajuan proyek. Untuk itu dibuatlah rekapituasi laporan mingguan, laporan harian dengan dilengkapi foto-foto pelaksanaan pekerjaan selama satu bulan yang bersangkutan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Tinjauan Kerja Praktek
Dalam pengawasan pengerjaan proyek konstruksi pasti sangatlah diharapkan agar seluruh pelaksanaan dan rangkaian pekerjaan dapat berjalan dengan lancar.
4.1.1. Persiapan Pekerjaan Balok Tabel 4.1 Persiapan Pekerjaan N
O Pekerjaan Balok Keterangan
1
Gambar. 4.1 Pekerjaan Persiapan Balok
Sumber : Dokumentasi KP
Pada gambar 4.1 Disamping merupakan persiapan pekerjaan balok yaitu persiapan mengikat besi untuk dijadiakan sebagai tulangan pada balok
2
Gambar. 4.2 Pekerjaan Persiapan Balok
Sumber : Dokumentasi KP
Pada gambar 4.2 Disamping merupakan persiapan pekerjaan ring balok yaitu persiapan pembuatan finishing bekisting untuk balok
3
Gambar. 4.3 Pekerjaan Persiapan Balok
Sumber : Dokumentasi KP
Pada gambar 4.3 Disamping merupakan persiapan pekerjaan
balok yaitu persiapan
penyambungan pipa besi untuk pengecoran
4
Gambar. 4.4 Pekerjaan Persiapan Balok
Sumber : Dokumentasi KP
Pada gambar 4.4 Disamping merupakan persiapan pekerjaan balok yaitu persiapan ke mesin truk moleng dan pompa pengecoran, digunakan untuk membantu mendorong cairan beton yang sudah di olah dari truck moleng
5
Gambar. 4.5 Pekerjaan Persiapan Pengecoran Balok
Sumber : Dokumentasi KP
Pada gambar 4.5 Disamping merupakan persiapan pekerjaan balok yaitu persiapan truk moleng untuk pengecoran pada balok
6
Gambar. 4.6 Pekerjaan pengecoran Balok
Sumber : Dokumentasi KP
Pada gambar 4.6 Disamping merupakan pengecoran pada balok
4.1.2. Persiapan Pekerjaan Ring Balok Tabel 4.1 Persiapan Pekerjaan N
O Pekerjaan Balok Keterangan
1
Gambar. 4.1 Pekerjaan Persiapan Ring Balok
Sumber : Dokumentasi KP
Pada gambar 4.1 Disamping merupakan persiapan pekerjaan ring balok yaitu persiapan mengikat besi untuk dijadiakan sebagai tulangan pada ring balok
2 Pada gambar 4.2 Disamping
merupakan persiapan pekerjaan ring
Gambar. 4.2 Pekerjaan Persiapan Ring Balok
Sumber : Dokumentasi KP
balok yaitu persiapan pembuatan finishing bekisting untuk ring balok
3
Gambar. 4.3 Pekerjaan Persiapan Ring Balok
Sumber : Dokumentasi KP
Pada gambar 4.3 Disamping merupakan persiapan pekerjaan ring balok yaitu persiapan untuk pengecoran
4
Gambar. 4.4 Pekerjaan Persiapan Ring Balok
Sumber : Dokumentasi KP
Pada gambar 4.4 Disamping merupakan persiapan pekerjaan ring balok yaitu persiapan ke mesin truk moleng dan pompa pengecoran, digunakan untuk membantu mendorong cairan beton yang sudah di olah dari truck moleng
5
Gambar. 4.5 Pekerjaan Persiapan Pengecoran Ring Balok Sumber : Dokumentasi KP
Pada gambar 4.5 Disamping merupakan persiapan pekerjaan balok yaitu persiapan truk moleng untuk pengecoran pada ring balok
6
Gambar. 4.6 Pekerjaan pengecoran Ring Balok
Sumber : Dokumentasi KP
Pada gambar 4.6 Disamping merupakan pengecoran pada ring balok
4.1.3. Data Peralatan
a. Alat-alat yang digunakan dalam proyek 1) Truk Mini
Digunakan untuk memindahkan atau mengangkut material berupa pasir, kerikil, batu besar, besi, kayu dan material lainnya yang digunakan dalam proyek.
Gambaar 4.8 Truk Mini Sumber: Dokumentasi Penulis
2) Schaff holding
Schaffolding adalah perancah yang terbuat dari kerangka baja yang berlingsi untuk mendukung bekisting, serta digunakan sebagai kerangka penyangga pada pekerjaan finishing.
Gambar 4.9 Schaff holding Sumber: Dokumentasi Penulis
3) Waterpass
Waterpas digunakan untuk mengukur atau menentukan sebuah benda atau garis dalam posisi rata baik pengukuran secara vertikal maupun horizontal.
Gambar 4.10 Waterpass Sumber: Dokumentasi Penulis
4) Sekop
Digunakan untuk mengangkat material-material seperti pasir dan lain-lain, dan juga sebagai alat untuk pengaduk material yang sudah tercampur dan yang sudah menjadi campuran beton secara manual.
Gambar: 4.11 Sekop Sumber: Dokumentasi Penulis
5) Ember Campuran
Ember adalah suatu alat yang terbuat dari bahan plastik yang fungsinya untuk memindahkan material yang sudah menjadi campuran dari tempat pengadukan campuran ke tempat item pekerjaan yang dikerjakan.
Gambar: 4.12 Ember Campuran Sumber: Dokumentasi Penulis 6) Meteran
Meteran di gunakan untuk mengukur ketebalan, lebar, panjang, dan tinggi pada medan kerja. Panjangnya bermacam-macam, 1 m - 5 m. Meteran ada yang terbuat dari plat baja tipis dan dugulung dari kotak kecil sebagai pelindungnya.
Gambar: 4.13 Meteran Sumber: Dokumentasi Penulis
7) Gunting besi beton
Digunakan untuk memotong besi secara manual atau dengan menggunakan tangan.
Gambar: 4.14 Gunting besi beton Sumber: Dokumentasi Penulis 8) Pengikat Besi
Digunakan saaf sudah selesai mengikat besi menggunakan kawat setelah itu menggunakan alat pengikat besi untuk memperkuat kawat yang sudah di ikat pada tulangan besi, baik itu pada kolom praktis maupun ring balok
Gambar: 4.15 Alat pengikat besi Sumber: Dokumentasi Penulis
9) Truk moleng
Merupakan salah satu jenis mesin alat transportasi berat yang khususnya untuk beton yang siap pakai dan disebut “Ready Mix Concrete” dengan alat ini dapat bekerja campuran semen, pasir, dan krikil halus yaitu pengecoran beton seperti pengecoraan struktur kolom, tangga, plat lantai dan ring balok
Gambar: 4.16 Truk moleng Sumber: Dokumentasi Penulis
10) Pipa besi cor
Merupakan salah satu alat yang disambungkan sehingga menjadi satu sehingga dapat membantu mengantar campuran dari truk moleng menuju ke tempat yang ingin dicor
Gambar: 4.17 Pipa besi cor Sumber: Dokumentasi Penulis 11) Mesin pompa pengecoran
Merupakan alat yang digunakan untuk mendorong hasil cairan beton yang suda diolah dari truck moleng
Gambar: 4.18 Mesin pompa beton Sumber: Dokumentasi Penulis 4.1.4. Bahan
1. Semen
Adalah zat yang digunakan untuk merekat batu, bata, batako, maupun bahan bangunan lainnya. Jenis semen yang digunakan ada dua jenis. Untuk campuran struktur digunakan semen Tonasa, dan untuk campuran pada pelesteran menggunakan semen Conch.
Gambar: 4.19 Semen Sumber: Dokumentasi Penulis 2. Pasir
Pasir digunakan sebagai campuran semen pada pembuatan struktur beton dan dinding.
Gambar: 4.20 Pasir Sumber: Dokumentasi Penulis 3. Krikil
Digunakan untuk pengecoran
Gambar: 4.21 Krikil Sumber: Dokumentasi Penulis 4. Besi
Gambar: 4.22 Besi Sumber: Dokumentasi Penulis