• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN KERJA PRAKTEK

N/A
N/A
Nona Putria

Academic year: 2025

Membagikan "LAPORAN KERJA PRAKTEK "

Copied!
207
0
0

Teks penuh

(1)

Dosen Pembimbing : Drs. Robby G. Yahya, S.T, M.T

Disusun oleh :

Alfaro Salim Zidane Ohoimas 41155020160065

Dian Andriyana 41155020160070

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS LANGLANGBUANA BANDUNG 2020

(2)

Tugas Mata Kuliah Kerja Praktek

Disusui Sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan Mata Kuliah Kerja Praktek Untuk Menyelesaikan Program Sarjana (S1)

Pada Program Sarjana Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas langlangbuana Bandung

Disusun Oleh :

Alfaro Salim Zidane Ohoimas 41155020160065

Dian Andriyana 41155020160070

Telah diperiksa dan disetujui oleh :

Kordinator Kerja Praktek Dosen Pembimbing

Dra. Fauzia Mulyawati, S.T, M.T NIDN : 0408026003

Drs. Robby G. Yahya, S.T, M.T NIDN : 8875401019

(3)

i

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas kesempatan dan berkat yang telah diberikan-Nya kepada penulis sehingga laporan Kerja Praktek yang berjudul Proyek Pembangunan Jalan Tol Cibitung – Cilincing Seksi 3 dan seksi 4 (STA 19+190 – 34+00), dapat diselesaikan dengan baik sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Kerja praktek menjadi kesempatan mahasiswa untuk terjun langsung dalam dunia kerja terutama dibidang Konstruksi. Mahasiswa diharapkan dapat belajar secara langsung mengenai dunia konstruksi khususnya dalam suatu proyek pembangunan sehingga mahasiswa dapat mempelajari dan memahami tahap-tahap pekerjaan pembangunan dan birokrasi yang ada dalam proyek, kendala yang dihadapi dalam proses pembangunan serta solusi yang tepat untuk kendala tersebut.

Laporan Kerja Praktek ini disusun penulis sebagai salah satu syarat untuk menempuh kegiatan perkuliahan serta syarat memperoleh gelar sarjana dalam Program Studi Teknik Sipil Universitas Langlangbuana Bandung. Selain itu, laporan ini juga dibuat dengan maksud untuk menyampaikan ilmu yang telah penulis terima selama penulis melakukan Praktik kerja. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah turut andil membantu penulis menyusun laporan ini, yaitu kepada:

1. Ketua Jurusan Teknik Sipil Universitas Langlangbuana Bandung, Bapak Ignatius Ignatius Sudarsono S.T, M.T

2. Kordinator Kerja Praktek Teknik Sipil Universitas Langlangbuana Bandung, Ibu Dra.

Fauzia Mulyawati, M.T

(4)

ii

4. PT.Cibitung Tanjung Priok Port Tollways Jakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk praktik kerja di proyek pembangunan Jalan Tol Cibitung-Cilincing , serta memberi banyak pelajaran kepada penulis tentang dunia kerja.

5. Pimpinan Proyek yang telah membimbing dan membina penulis dalam kerja praktik, Bapak Ir.Yaya Sunarya , M.Sc

6. Bapak dan Ibu Selaku Orang Tua yang telah memberi dukungan, materi dan semangat kepada penulis ,dan

7. Teman-teman, Sahabat dan Semua pihak yang telah banyak membantu penulis, baik secara moril maupun materil, yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Penulis juga menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan laporan ini. Akhir kata, penulis juga berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca khususnya bagi pembaca dari kalangan Teknik Sipil.

Bandung, 14 Juni 2020

Penulis

(5)

iii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Tujuan Proyek ... 2

1.3. Lokasi Proyek ... 2

BAB II TINJAUN PUSTAKA ... 3

2.1. Manajemen Kontruksi ... 3

2.1.1. Peran Manajemen Konstruksi ... 6

2.1.2. Fungsi Manajemen Konstruksi ... 7

2.1.3. Tujuan Manajemen Konstruksi ... 13

2.1.4. Tugas Manajemen Kontruksi ... 13

2.2. Manajemen Proyek ... 14

2.2.1. Aspek - Aspek Manajemen Proyek ... 15

2.2.2. Siklus proyek ... 16

2.2.3. Stakeholder Proyek ... 22

2.2.5. Kontrak – Kontrak pada Proyek ... 27

2.2.6. Kinerja Proyek ... 32

2.2.7. Manajemen Biaya ... 33

2.2.8. Manajemen Mutu ... 33

(6)

iv

2.4.1. Fungsi K3 ... 41

2.4.2. Tujuan K3 ... 41

2.4.3. Peran K3 dalam Perusahaan ... 42

2.4.4. Ruang Lingkup K3 ... 42

2.4.5. Jenis Bahaya dalam K3 ... 43

2.4.6. K3 Kontruksi Indonesia ... 44

2.4.7. Peraturan K3 Kontruksi Indonesia ... 45

2.4. Jalan Tol ... 45

2.5.1. geometri jalan bebas hambatan untuk jalan tol ... 46

2.5.2. Standar menurut kelas jalan ... 47

2.5.3. Ruang pengawasan jalan ... 49

BAB III TINJAUAN PROYEK ... 53

3.2. Lokasi Proyek ... 53

3.3. Data Proyek ... 54

3.3.1. Pemilik Proyek (Owner) ... 54

3.3.2. Cara Mendapatkan Proyek ... 55

3.3.3. Organisasi Proyek ... 59

3.4. Time schedule ... 60

3.5. Metode Pelaksanaan Pekerjaan ... 61

3.6.1. General Flowchart ... 61

3.6.2. Pekerjaan Soil Investigation ... 62

3.6.3. Metode Pekerjaan Pengukuran ... 63

(7)

v

3.6.6. Metode Pekerjaan Tanah ... 65

3.6.7. Metode Pekerjaan Bore Pile ... 67

3.6.8. Metode Pekerjaan Tiang Pancang ... 69

3.6.9. Metode Pekerjaan Spun Pile ... 72

3.6.10. Metode Kerjaan Footing Pier ... 74

3.6.11. Metode Pekerjaan Pier dan Pier Head ... 75

3.6.12. Metode Pekerjaan Erection Girder ... 76

3.6.13. Metode Pekerjaan Deck Slab ... 82

3.6.14. Metode Pekerjaan Barrier dan Parapet ... 83

3.6.15. Metode Pekerjaan Rcp ... 84

3.6.16. Metode Pekerjaan Rigid & Flexible Pavement Rigid ... 85

3.6.17. Metode Pekerjaan Aspal ... 89

3.6.18. Metode Pekerjaan Gerbang Tol ... 91

BAB IV PELAKSANAAN SELAMA KERJA PRAKTEK ... 93

4.1 Kondisi Lapangan ... 93

4.2 Keikut Sertaan dalam Proyek tersebut... 93

4.2.1. Project Control ... 94

4.2.2. Quality Control ... 94

4.2.3. Pekerjaan Quantity Control ... 100

4.2.4. Pekerjaan Document Control ... 100

4.2.5. Meeting Progress ... 101

4.2.6. Meeting engineering ... 102

(8)

vi

4.2.9. K3LMP ... 105

4.3 Masalah yang di hadapi saat kerja Praktek ... 106

4.3.1 Pembebasan lahan ... 106

4.3.2 Produksi tiang pancang ... 107

4.3.3 Kesadaran K3 di lapangan ... 108

4.3.4 Material ... 110

4.4. Tabel Kegiatan Selama mengikuti Kerja Praktek... 111

BAB V PENUTUP ... 120

5.1. Kesimpulan ... 120

5.2. Saran ... 121 DAFTAR PUSTAKA

(9)

vii

Tabel. 2. 2. Dimensi ruang jalan bebas hambatan untuk jalan tol ... 50 Tabel. 4. 1. Tabel kegiatan selama mengikuti kerja praktek ... 119

(10)

viii

Gambar. 2. 2. Proses Manajemen Proyek ... 15

Gambar. 2. 3. Siklus Proyek Kontruksi ... 19

Gambar. 2. 4. Siklus Proyek Infrastruktur ... 20

Gambar. 2. 5. Stakeholder Proyek KonstruksiOrganisasi Proyek ... 24

Gambar. 2. 6. Organisasi Proyek Murni ... 25

Gambar. 2. 7. Organisasi Personel Proyek ... 26

Gambar. 2. 8. Tolak Ukur/Indikator kinerja Proyek ... 32

Gambar. 2. 9. Tipikal potongan melintang jalan bebas hambatan untuk jalan tol layang (elevated) ... 52

Gambar. 3. 1. Lokasi Proyek Jalan Tol Cibitung – Cilincing ... 53

Gambar. 3. 2. Kronologis pembangunan Jalan Tol Cibitung-Cilincing ... 57

Gambar. 3. 3. Organisasi Proyek Pembangunan Jalan Tol Cibitung – Cilincing ... 59

Gambar. 3. 4.Ilustrasi pengukuran ... 63

Gambar. 3. 5.Ilustrasi pembongkaran ... 64

Gambar. 3. 6. Pekerjaan ClearingCut & Fill ... 65

Gambar. 3. 7. Pekerjaan Cut & Fill ... 66

Gambar. 3. 8. Ilustrasi Pekerjaan Tanah ... 67

Gambar. 3. 9. Ilustrasi Pekerjaan Bore Pile ... 67

Gambar. 3. 10. Foto Tahapan Kerja Bore Pile ... 68

Gambar. 3. 11. Pemancangan Tiang Pancang ... 70

Gambar. 3. 12. Ilustrasi Pekerjaan Tiang Pancang ... 71

Gambar. 3. 13. Foto Tahapan Pekerjaan Spun Pile ... 73

Gambar. 3. 14. Ilustrasi Pekerjaan Erection Girder ... 76

Gambar. 3. 15. Step Pekerrjaan Erection Girder ... 79

Gambar. 3. 16. Alat Erection Girder ... 81

Gambar. 3. 17. Ilustrasi Pekerjaan Deck SLab ... 82

Gambar. 3. 18. Ilustrasi Pekerjaan Barrier dan Parapet... 83

(11)

ix

Gambar. 3. 22. Ilustrasi Pekerjaan Aspal ... 90

Gambar. 3. 23. Ilustrasi Gerbang Tol ... 92

Gambar. 4. 1. Control Trial Mix ... 95

Gambar. 4. 2. Trial Mix PT.Waskita Beton Precast Plan Tambun... 95

Gambar. 4. 3. Slump Test ... 95

Gambar. 4. 4. Kuat tekan beton di Baching Plant Tambun PT. Waskita Karya Beton Precast ... 96

Gambar. 4. 5. Baching Plant Tambun PT. Waskita Karya Beton Precast ... 97

Gambar. 4. 6. Kuat Tekan Beton Umur 28 hari di Lab. ITB ... 97

Gambar. 4. 7. Spun Pile Test di PT.Wijaya Karya Bogor ... 98

Gambar. 4. 8. Test Bending Spun Pile D 80 m ... 98

Gambar. 4. 9. Slab Test di PT. Adhimix Bekasi ... 99

Gambar. 4. 10. MC Bersama dengan Staff Kantor dan Staff Pelaksana PT. Waskita ... 100

Gambar. 4. 11. Document Control cek Shop Drawing dan Request of Work... 101

Gambar. 4. 12. Mengikuti Meeting Progres Mingguan ... 102

Gambar. 4. 13. Mengikuti Meeting Engineering Mingguan ... 103

Gambar. 4. 14. Mengikuti Meeting K3 Mingguan dan Bulanan ... 104

Gambar. 4. 15. Mengikuti Control Pekerjaan Lapangan ... 105

Gambar. 4. 16. Mengikuti K3LMP ... 106

Gambar. 4. 17. Lahan yang belum bebas ... 107

Gambar. 4. 18. Bending test dan pemesanan di PT. WIKA ... 108

Gambar. 4. 19. Scaffolding tidak diberi jaring keamanan dan tag ... 109

Gambar. 4. 20. Material di Lapangan ... 110

(12)

x

Lampiran. 2. Surat Balasan Kerja Praktek ... 126

Lampiran. 3. Daftar Hadir Kerja Praktek ... 128

Lampiran. 4. Data Proyek ... 135

Lampiran. 5. Hasil Join Inspection ... 176

Lampiran. 6. Hasil Pekerjaan Rambu ... 181

Lampiran. 7. Dokumentasi Kerja Praktek ... 186

Lampiran. 8. Lembar Asistensi Kerja Praktek ... 195

(13)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Jalan Tol merupakan salah satu bentuk dari jalan bebas hambatan, dengan adanya jalan tol ini diharapkan dapat mempersingkat jarak dan waktu tempuh dari satu tempat ke tempat lain. Jalan Tol Cibitung - Cilincing merupakan jalan tol yang dibangun di 8 (Delapan) Kecamatan, yaitu Kecamatan Tarumajaya, Kecamatan Babelan, Kecamatan Tambun Utara, Kecamatan Tambun Selatan, Kecamatan Sukawangi, Kecamatan Cibitung, Kecamatan Cikarang Barat, Kecamatan Cilincing. Sesuai dengan tujuan utama dari jalan tol, Jalan Tol Cibitung-Cilincing ini diharapkan dapat mempermudah akses antara Kabupaten Bekasi Jawa Barat dan Provinsi DKI Jakarta, dapat mengurai kemacetan. Selain itu, pembangunan Jalan Tol Cibitung-Cilincing ini juga diyakini dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dari Kecamatan Cikarang Barat sampai Kecamatan Cilincing dan dapat meningkatkan investasi di daerah tersebut.

Jalan Tol Cibitung-Cilincing adalah salah satu jalan tol yang merupakan bagian dari Jalan Tol Lingkar Luar Jakarta Proyek Jalan Tol Cibitung-Cilincing terdiri dari 4 (empat) seksi dimana Seksi 1-4 dikerjakan oleh PT. Waskita Tollroad.

Jalan Tol Cibitung-Cilincing dibangun sepanjang 34,384 km dimana terdiri dari pembangunan jalan dan jembatan. Dan memiliki jumlah lajur :2x3 lajur, lebar lajur 3,60 m, lebar bahu luar 3,0 m, lebar bahu dalam 1,5 m, lebar rumija (ROW) 40-60 m, kontruksi perkerasan : Rigid Pavement, jumlah jembatan 50 buah (panjang toal 5,272km), jumlah overpass 11 buah, jumlah underpass 3 buah, jumlah interchange 5 buah.

(14)

2 1.2. Tujuan Proyek

Tujuan dari pembangunan Jalan Tol Cibitung-Cilincing adalah sebagai berikut:

1. Menjadikan akses alternatif dari kawasan industri di Bekasi menuju Pelabuhan Tanjung Priok dan DKI Jakarta.

2. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi dalam bidang distribusi barang dan jasa.

3. Mengurangi Kemacetan kendaraan di Bekasi-DKI Jakarta.

1.3. Lokasi Proyek

Secara umum ruas jalan tol Cibitung-Cilincing yang merupakan bagian dari Jalan Lingkar Luar Jakarta II (JORR II) terletak pada suatu koridor arah Utara- Selatan, dimulai dari Simpang Susun Cibitung pada Jalan Tol Jakarta - Cikampek KM 25, menuju kearah Utara di kecamatan Babelan dan terus ke arah Barat bertemu dengan Lingkar Luar Utara di simpang susun Cilincing (STA. 00+000 s/d STA.

34+000). Lokasi proyek terletak di dua Wilayah, yaitu Kabupaten Bekasi di Jawa Barat dan Propinsi DKI Jakarta. Proyek Jalan Tol Cibitung-Cilincing terdiri dari 4 (empat) seksi, dimana seksi yang sedang di kerjakan yaitu Seksi 3 = IC Tambelang – IC Tarumajaya, sedangkan Seksi 4 = IC Tarumajaya – IC Cilincing.

(15)

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Manajemen Kontruksi

Manajemen konstruksi tersusun dari dua kata yaitu “Manajemen” dan

“Konstruksi”. Manajemen Konstruksi adalah usaha yang dilakukan melalui proses manajemen yaitu perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian terhadap kegiatan- kegiatan proyek dari awal sampai akhir dengan mengalokasikan sumber-sumber daya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu hasil yang memuaskan sesuai sasaran yang diinginkan.

manajemen konstruksi mengacu pada bagaimana sumber daya tersedia bagi manajer sehingga dapat diaplikasikan dengan baik pada suatu proyek konstruksi.

Biasanya, pada saat kita berbicara mengenai sumber daya untuk konstmksi, maka yang teringat adalah lima M, yaitu:

1) Man power (tenaga kerja);

2) Machiners (alat dan peralatan);

3) Material (bahan bangunan);

4) Money (uang);

5) Method (metode).

Manajemen melibatkan waktu dan pengaplikasian kelima sumber daya di atas untuk membangun suatu proyek konstnrksi. Keterlibatan perencanaan yang baik dari segi waktu, biaya, dan lingkup proyek mempakan hal penting dalam menyukseskan pembangunan suatu proyek. Pekerjaan sebuah proyek konstruksi selalu dimulai dengar tiga hal, yaitu penyusunan perencanaan, penyusunan jadwal, dan pengendalian untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan rencana. Lebih lanjut, pembahasan singkat mengenai ketiga hal tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :

(16)

4

1. Perencanaan adalah suatu proses penentuan tujuan dan sasaran melibatkan persiapan sumber daya dalam pencapainnya. Perencanaan yang dibuat dengan baik akan mengikat dan mengarahkan pelaksanaan suatu kegiatan proyek kontruksi dalam memanfaatkan sumber daya secara efektif dan efesien untuk mewujudkan tujuan dan sasaran.

2. Penjadwalan proyek kontruksi merupakan alat untuk menentukan waktu yang dibutuhkan oleh suatu kegiatan dalam penyelesain. Di samping itu,juga sebagai alat untuk menentukan kapan mulai dan selesainya kegiatan-kegiatan tersebut. Perencanaan penjadwalan pada proyek kontruksi secara umum terdiri dari penjadwalan waktu, tenaga kerja, peralatan, material, dan keungan.

Ketepatan penjadwalan dalam pelaksanaan proyek sangat berpengaruh pada terhindarnya banyak kerugian, misalnya pembengkakan biaya kontruksi, keterlembatan penyerahan proyek, dan persilisihan atau klaim.

Beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari penjadwalan antara lain sebagai berikut :

a. Bagi pemberi tugas atau pemilik yaitu :

1) Pengetahuan mengenai waktu awal dan akhir suatu proyek;

2) Dapat mengevaluasi dan menilai akibat perubahan waktu penyelesain dan biaya proyek

3) Dapat merencanakan cashflow atau arus kas proyek.

b. Sementara, bagi pemberi jasa kontruksi, selain manfaat yang sama dengan pemberi tugas, juga bermanfaat untuk :

1) Dapat merencanakan kebutuhan material, peralatan, dan tenaga kerja.

2) Dapat mengatur waktu keterlibatan subkontraktor.

3) R.J Mockeler, 1972, dalam buku Imam Soeharto (1997) memberikan pengertian tentang pengendalian. Menurutnya, pengendalian adalah usaha yang sistematis untuk menentukan standar yang sesuai dengan sasaran perencanaan, merancang system informasi, membandingkan pelaksanaan dengan standar, menganalisi kemungkinan adanya penyimpangan antara pelaksanaan dan standar, kemudian mengambil

(17)

5

tindakan pembetulan yang diperlukan agar sumber daya digunakan secara efektif dan efisien dalam rangka mencapai sasaran.

Manajemen melibatkan waktu dan pengaplikasian lima sumber daya untuk membangun suatu proyek konstruksi. Banyak hal yang harus dipeftimbangkan pada saat mengatur suatu proyek dan secara sukses mengaplikasikan kelima M.

Keterlibatan perencanaan yang baik dari segi waktu, biaya, dan lingkup proyek merupakan hal penting dalam menyukseskan pembangunan suatu proyek.

manajemen adalah kemampuan untuk memperoleh hasil dalam rangka pencapaian tujuan melalui kegiatan sekelompok orang. beberapa sumber, terkumpul definisi- definisi dari beberapa ahli manajemen, berikut ini.

1. Kooentz & Donnel (Principal of Management)

Kooentz & Donnel berpendapat bahwa manajemen menghubungkan pencapaian sesuatu melalui atau dengan orang-orang. arti manajemen dititikberatkan pada usaha pemanfaatan orang-orang dalam mencapai tujuan.

Agar tujuan dapat tercapai, maka orang-orang tersebut harus mempunyai tugas, tanggung jawab dan wewenang yang jelas (Job description).

2. Terry (Principles of Management)

Berpendapat.bahwa manajemen adalah suatu proses yang terdiri dari perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating), dan pengawasan (controlling) yang memanfaatkan ilmu pengetahuan (science) dan seni (art) mencapai tujuan/sasaran yang telah ditetapkan.

3. Stoner (Management)

stoner berpendapat bahwa manajemen adalah proses perencanaan, pengoganisasian, dan pengawasan terhadap usaha-usaha para anggota organisasi dengan sumber daya organisasi lainnya, agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.

(18)

6

Secara skematis ditunjukkan seperti gambar berikut :

Gambar. 2. 1. Sumber daya Manajemen Kontruksi

Sasaran manajemen konstruksi adalah untuk menata pekerjaan konstruksi agar pekerjaan tersebut berlangsung efektif dan efisien Manajemen Konstruksi juga adalah usaha yang dilakukan melalui proses manajemen yaitu perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian terhadap kegiatan-kegiatan proyek dari awal sampai akhir dengan mengalokasikan sumber-sumber daya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu hasil yang memuaskan sesuai sasaran yang diinginkan.

Construction Management Association of America “CMAA” menyatakan bahwa ada tujuh kategori utama tanggung jawab seorang manajer konstruksi.

Diantaranya adalah :

1) perencanaan proyek manajemen 2) manajemen harga

3) menajemen waktu 4) manajemen kualitas 5) administrasi kontrak

6) manajemen keselamatan dan 7) praktik profesional.

2.1.1. Peran Manajemen Konstruksi

Dalam ruang lingkup tanggung jawabnya, manajemen konstruksi memiliki peran yang sangat penting dalam suatu proyek. Dalam mencapai tujuannya, manajemen konstruksi memiliki 4 peran, yaitu:

Sumber Daya :

Bahan

Tenaga;

Biaya;

Peralatan; dan

waktu

Proses yang efektif dan efisien

Hasil yang memuaskan

(19)

7

1. Agency Construction Management (ACM)

Tahap awal peran manajemen konstruksi adalah sebagai koordinator penghubung antara rancangan konstruksi dengan pelaksana hingga seluruh kontraktor. Dengan kata lain, manajemen konstruksi berperan sebagai sarana penghubung antara pemilik (perancang) proyek dengan para kontraktor untuk mencapai tujuan pemilik.

2. Extended Service Construction Manajemen (ESCM)

Dalam hal ini, manajemen konstruksi bertindak berdasarkan permintaan dari pihak kontraktor atau disebut pula Extended Service Construction Manajemen (ESCM). Peran ini dilakukan untuk menghindari konflik antara kontraktor dengan perencana proyek.

3. Owner Construction Management (OCM)

Dalam tahap ini, manajemen konstruksi juga bertanggung jawab atas kelangsungan proyek yang dilaksanakan berdasarkan kepentingan pemilik proyek.

4. Guaranted Maximum Price Construction Management (GMPCM) Peran manajemen konstruksi yang terakhir adalah bertanggung jawab kepada pemilik atas waktu, biaya, hingga mutu proyek. Peran manajemen konstruksi sebagai Guaranted Maximum Price Construction Management memungkinkan manajemen konstruksi bertindak sebagai pemberi kerja kepada kontraktor atau pun sub kontraktor.

2.1.2. Fungsi Manajemen Konstruksi

Fungsi-fungsi manajemen dikemukakan oleh beberapa ahli ilmu manajemen yang pada dasarnya memiliki kesamaan, yaitu sebagai berikut : 1) Louis AIIen: Planning, OrganiTing, Irutding, Controlling (POLC).

2) Harold Koontz : Planning, OrganiTing, Stffing, Directing, Icading, Controlling (POSDLC).

3) Luther Gulick : Planning, Organizing, Staffing, Directing, Coordinating, Repofiing, Budgeting (POSDiCoTB).

(20)

8

4) George R. Terry: Planning, Organizing, Actuating, Controlling (POAC).

Perlu diingat fungsi-fungsi manajemen di dalam unsur manajemen merupakan perangkat lunaknya (prosedur operasi), manajer merupakan perangkat SDM (brainware) serta organisasi berikut perangkat pendukungnya merupakan perangkat kerasnya, lebih lanjut akan diuraikan fungsi-fungsi manajemen menurut George R. Terry.

1. Planning/Perencanaan

Planning/Perencanaan merupakan suatu tindakan pengambilan keputusan data, informasi, asumsi atau fakta kegiatan yang dipilih dan akan dilakukan pada masa mendatang. Bentuk tindakan tersebut antara lain :

a. Menetepakan tujuan dan sasaran usaha;

b. Menyusun rencana induk jangka panjang dan pendek;

c. Menyambung strategi dan prosedur operasi;

d. Menyiapkan pendanaan serta standar kualitas yang diharapkan.

Manfaat dari fungsi perencanaan di atas adalah sebagai alat pengawas maupun pengendalian kegiatan, atau pedoman pelaksanaan kegiatan, serta sarana untuk. memilih dan menetapkan kegiatan yang diperlukan.

PMBOK (Project Managetnent Bodry of Krcw'ledge) membuat area ilmu manajemen bagi perencarlaan vaitu:

a. perencanaan lingkup proyek;

b. perencanaan mutu;

c. perencanaan waktu dan penyusunan;

d. perencanaan biaya;

e. perencanaan SDM.

(21)

9

Kelima hal tersebut dapat diuraikan lebih jelas sebagai berikut.

A. Perencanaan Lingkup Proyek

Perencanaan lingkup proyek merupakan suatu proses penggambaran proyek dan batas-batasnya secara tertulis. Misalnya, untuk proyek kontruksi, perencanaan lingkup proyek didapat dari tahap awal siklus proyek yang mencakup studi kelayakan, terutama yang mencakup biaya dan manfaat proyek, jadwal serta mutu, agar diperoleh alternative lingkup yang terbaik.

B. Perencanaan mutu

Perencanaan mutu proyek merupakan proses penentuan standar dan kriteria mutu yang akan dipakai oleh proyek, serta usaha untuk dapat memenuhinya. Ketentuan standar mutu akan besar pengaruhnya terhadap biaya proyek terutama pada waktu desain engineering, seleksi peralatan, dan material.

C. Perencanaan waktu

Perencanaan waktu meliputi hal-hal mengenai penyelesaian proyek yang tepat waktu yang ditetapkan. Perencanaan ini memberikan masukan kepada perencanaan sumber daya agar sumber daya tersebut siap pada waktu diperlukan.

D. Perencaaan biaya

Perencanaan biaya merupakan rangkaian langkah untuk perkiraan besarnya biaya dari sumber daya yang diperlukan oleh proyek.

Langkah-langkah tersebut termasuk juga mempertimbangkan berbagai alternative yang mungkin dalam mendapatkan biaya yang paling ekonomis bagi kinerja atau material. Hal ini menyebabkan perencanaan biaya baru dapat diselesaikan bila telah tersedia perencanaan keperluan sumber daya.

E. Perencanaan sumber daya

Perencanaan sumber daya proyek dapat dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu perencanaan sumber daya manusia (SDM) yang meliputi rancangan organisasi, pengisian personil untuk

(22)

10

kantor pusat, mobilisasi dan pelatihan tenaga kerja untuk lapangan, serta sumber daya no manusia yang meliputi pengadaan material, peralatan yang akan menjadi bagian permanen proyek serta peralatan konstruksi.

2. Pengorganisasian/organizing

Pengorganisasian adalah suatu tindakan mempersatukan kumpulan kegiatan manusia yang mempunyai pekerjaan masing-masing.saling berhubungan satu sama lain dengan tata cara tertentu. Tindakan tersebut antara lain berupa :

Membagi pekerjaan ke dalam tugas operasional;

a. Menggabung kan jabatan kedalam unit yang terkait;

b. Memilih dan menempatkan orang-orang pada pekerjaan yang sesuai;

c. Menyesuaikan wewenang dan tanggung jawab masing-masing personel.

Manfaat dari fungsi organisasi merupakan pedoman pelaksanaan fungsi, pembagian tugas serta hubungan tanggung jawab serta delegasi kewenangan terlihat jelas. organisasi yang dibentuk akan berhasil jika setiap anggota mampu bekeria sama dengan tuiuan mencapai tujuan bersama. Proses pembentukan organisasi atau siklus hidup organisasi pada umumnya mengikuti tahap-tahap sebagai berikut. (Ravianto, 2002).

a. Prestage, bahwa setiap individu memiliki tujuan dan ketertarikan yang berbeda-beda. Keinginan ini seringdi tuangkan dalam visi dan misi.

b. Forming, tahap pertama, berupa pengamatan antara sesame aanggota organisasi dengan anggapan bahwa setiap anggota adalah bagian dari grup.

c. Storming, merupakan tahap kedua, pada tahap ini setiap anggota dengan berbagai ketertarikan, mulai melakukan pengelompokan.

(23)

11

d. Norming, adalah tahp ketiga yang memberikan sebuah aturan main yang disebut regulasi. Tujuannya untuk membawa grup tetap berfokus pada tujuan grup, bukan individu.

e. Performing, merupakan tahap keempat, pada tahp ini grup sudah berfungsi dan mengarah pada tujuan grup. Masing-masing anggota melaksanakn tugas sesuai perannya. Ukuran kerja dapat dilihat dan di evaluasi setiap saat.

f. Adjourning, adalah tahap akhir setelah tujuan tercapai, masing- masing anggotanya mulai berhenti memainkan fungsi dan perannya.

3. Acutuating/Pelaksanaan

Dari keseluruhan proses manajemen, fungsi pelaksanaan adalah yang terpenting diantara fungsi yang lainnya. Karena fungsi ini ditekankan pada hubungan dan kegiatan langsung para anggota organisasi, sementara perencanaan dan pengorganisasian lebih bersifat abstrak atau tidak langsung. George R Terry menguraikan bahwa pelaksanaan adalah upaya untuk menggerakkan anggota organisasi sesuai dengan keinginan dan usaha mereka untuk mencapai tujuan perusahaan serta anggota di organisasi karena setiap anggota pasti juga memiliki tujuan pribadi.

Tindakan yang dilakukan dalam fungsi actuating antara lain:

a. mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan;

b. berkomunikasi secara efektif;

c. mendistribusikan tugas, wewenang dan tanggung jawab;

d. memberikan pengarahan, penugasan dan motivasi;

e. berusaha memperbaiki pengarahan sesuai petunjuk pengawasan.

Manfaat dari fungsi pelaksanaan ini adalah terciptanya keseimbangan tugas, hak dan kewajiban masing-masing bagian dalam organisasi, dan mendorong tercapainya efisiensi serta kebersamaan dalam bekerja sama untuk tujuan bersama.

(24)

12 4. Controlling/Pengendalian

Pengendalian manajemen merupakan usaha yang tersistematis dari perusahaan untuk mencapai tujuannya dengan cara membandingkan prestasi kerja dengan rencana dan membuat tindakan yang tepat untuk mengoreksi perbedaan yang penting. Pengendalian merupakan tindakan pengukuran kualitas dan evaluasi kinerja. Tindakan ini juga diikuti dengan perbaikan yang harus diambil terhadap penyimpangan yang terjadi, khususnya di luar batas-batas toleransi. Tindakan tersebut meliputi, antara lain:

a. Mengukur kualitas hasil;

b. Membandingkan hasil terhadap standar kualitas;

c. Mengevaluasi penyimpangan yang terjadi;

d. Memberikan saran-saran perbaikan;

e. Menyusun laporan kegiatan;

Manfaat dari fungsi pengendalian adalah memperkecil kemungkinan kesalahan yang terjadi dari segi kualitas, kuantitas, biaya maupun waktu. Dalam proyek konstruksi, pengendalian diperlukan untuk menjaga agar peraksanaan tidak menyimpang dari perencanaan.

Manajemen Konstruksi juga berfungsi sebagai:

1) Cost Control, yaitu mengatur pembiayaan yang menyangkut seluruh kegiatan proyek agar tercapai tujuan yang telah disepakati bersama pemilik proyek dan para kontraktor.

2) Quality Control, yaitu untuk menjaga dan mengawasi kesesuaian antara perencanaan dan pelaksanaan proyek.

3) Time Control, yaitu mengantisipasi terjadinya perubahan kondisi di lapangan diluar prediksi sehingga berdampak pada waktu pelaksanaan proyek.

(25)

13 2.1.3. Tujuan Manajemen Konstruksi

Adapun sasaran utama manajemen konstruksi adalah mengelola fungsi manajemen dengan efektif dan efisien sehingga memperoleh hasil yang optimal sesuai kesepakatan dengan pemilik proyek. Dalam mencapai sasaran utamanya, manajemen konstruksi berorientasi pada pelaksanaan pengawasan biaya (Cost Control), pengawasan mutu (Quality Control), dan pengawasan waktu (Time Control).

Dalam melaksanakan peran dan fungsinya, manajemen konstruksi dapat dimulai dari tahap perencanaan. Namun pada kondisi tertentu, manajemen konstruksi dapat dimulai dari tahap-tahap lainnya sesuai dengan kesepakatan, tujuan dan kondisi proyek yang bersangkutan.

Agar tidak terjadi kesenjangan atau kesalahpahaman antara kontraktor dengan pemilik proyek, manajer konstruksi bertanggungjawab untuk mengelola teknis operasional proyek, menerima masukan-masukan dan atau keputusan yang berkaitan dengan teknis operasional proyek konstruksi baik dari pemilik proyek maupun para kontraktor yang mencakup seluruh tahapan proyek mulai dari persiapan hingga penyerahan proyek.

System atau tim manajemen konstruksi dibutuhkan guna tujuan bagaimana mengelola proyek secara hemat waktu, biaya proyek sesuai dengan yang dianggarkan dan kualitas kerjaan yang dihasilkan dapat dipertanggungjawabkan.

2.1.4. Tugas Manajemen Kontruksi

Adapun tugas lain dari manajemen konstruksi secara garis besar diantaranya yaitu:

1) Mengawasi jalannya pekerjaan di lapangan apakah sesuai dengan metode konstruksi yang benar atau tidak.

2) Meminta laporan progres dan penjelasan pekerjaan tiap item dari kontraktor secara tertulis.

3) MK berhak menegur dan menghentikan jalannya pekerjaan apabila tidak sesuai dengan kesepakatan.

(26)

14

4) Mengadakan rapat rutin baik mingguan maupun bulanan dengan mengundang konsultan perencana, wakil owner dan kontraktor.

5) Berhubungan langsung dengan owner atau wakil owner dalam menyampaikan segala sesuatu di proyek.

6) Menyampaikan progres pekerjaan kepada owner langsung.

7) Mengesahkan material yang akan digunakan apakah sesuai dengan spesifikasi kontrak atau tidak.

8) Mengelola, mengarahkan dan mengkoordinasi pelaksanaan pekerjaan oleh kontraktor dalam aspek mutu dan waktu.

9) Mengesahkan adanya perubahan kontrak yang diajukan oleh kontraktor.

10) Memeriksa gambar shop drawing dari kontraktor sebelum dimulai pelaksanaan pekerjaan.

11) Selalu meninjau ulang metode pelaksanaan pekerjaan oleh kontraktor agar memenuhi syarat K3LMP “Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Lingkungan, Mutu dan Pengamanan”.

12) Memberikan Site Instruction secara tertulis apabila ada pekerjaan yang harus dikerjakan namun tidak ada di kontrak untuk mempercepat jadwal.

2.2. Manajemen Proyek

Manajemen proyek adalah suatu penerapan ilmu pengetahuan, keahlian dan juga keterampilan, cara teknis yang terbaik serta dengan sumber daya yang terbatas untuk mencapai sasaran atau tujuan yang sudah ditentukan agar mendapatkan hasil yang optimal dalam hal kinerja, waktu, mutu dan keselamatan kerja.

(27)

15

Gambar. 2. 2. Proses Manajemen Proyek

proses manajemen proyek dimulai dari kegiatan perencanaan hingga pengendalian yang didasarkan atas input-input seperti tujuan dan sasaran proyek, informasi dan data yang digunakan, serta penggunaan sumber daya yang benar dan sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan.

2.2.1. Aspek - Aspek Manajemen Proyek

Dalam manajemen proyek, yang perlu dipertimbangkan agar output proyek sesuai dengan sasaran dan tujuan yayng direncanakan adalah mengidentifikasi berbagai masalah yangmungkin timbul Ketika proyek dilaksanakan. Beberapa aspek yang dapat diidentifikasi dan menjadi masalah dalam manajemen proyek serta membutuhkan penanganan yang cermat adalah sebagai berikut :

Aspek Keungan : Masalah ini berkaitan dengan pembelanjaan dan pembiayaan proyek. Biasanya berasal dari modal sendiri dan/atau pinjaman dari bank atau investor dalam jangka pendek atau jangka Panjang.

Aspek Anggaran Biaya : Masalah ini berkaitan dengan perencanaan dan pengendalian biaya selama proyek berlangsung.

Perencanaan yang matang dan terperinci akan memudahkan proses pengendalian biaya, sehingga biaya yang dikeluarkan sesuai dengan anggaran yang direncanakan.

Aspek Manajemen Sumber Daya Manusia : Masalah ini berkaitan dengan kebutuhan dan alokasi SDM selama proyek berlangsung yang INPUT

Tujuan, Sasaran, informasi, Data

Serta Sumber data.

FUNGSI

MANAJEMEN PROYEK

Perencanaan, Pengorganisasian, Pelaksanaan, Pengendalian.

OUTPOT

Optimasi kinerja proyek.

- Biaya - Mutu - Safety K3

(28)

16

berfluktuatif. Perencanaan SDM didasarkan atas orgnisasi proyek yang dibentuk sebelumnya dengan melakukan langkah-langkah, proses staffing SDM, deskripsi kerja, perhitungan beban kerja, deskripsi wewenang dan tanggung jawab SDM serta penjelasan tentang sasaran dan tujuan proyek

Aspek Manajemen Produksi : Masalah ini berkaitan dengan hasil akhir dari proyek, hasil aktif proyek negatif bila proses perencanaan dan pengendaliannya tidak baik. Agar hal ini tidak terjadi, maka dilakukakn berbagai usaha untukmeningktakna produktivitas SDM, meningktakan efisiensi proses produksi dan kerja, meniingkatkan kualitas produksi memlalu jaminan mutu dan pengendalian mutu,

Aspek Harga : Masalah ini timbul karena kondisi eksternal dalam hal persaingan harga, yang dapat merugikan perusahaan karena produk yang dihasilkan membutuhkan biaya produksi yang tinggi dan kalah bersaing dengan produk lain.

Aspek Efektivitas dan Efisiensi : Masalah ini dapat merugikan bila fungsi produk yang dihasilkan tidak terpenuhi/tidak efektif atau dapat juga terjadi bila faktor efesiensi tidak dipenuhi, sehingga usaha produksi membutuhkan biaya yang besar.

Aspek Pemasaran : Masalah ini timbul berkaitan dengan kualitas produk akhir yang nantinya dapat meningkatkan daya saing serta memberikan kepuasana bagi pelanggan.

Aspek Waktu : Masalah waktu dapat menimbulkan kerugian biaya bila terlambat dari yang direncanakan serta akan menguntungkan bila dipercepat.

2.2.2. Siklus proyek

Tahapan kegiatan pada siklus proyek dapat berbeda karena pola penanganan dan pengelolaannya cukup berbeda. Siklus proyek menggambarkan urutan langkah – langkah sejak proses awal hingga proses

(29)

17

berakhirnya proyek. Berikut dijelaskan siklus proyek kontruksi dan infrastruktur berdasarka durasi waktu dan biaya yang harus dikeluarkan.

2.2.2.1. Siklus Proyek Kontruksi

Tahap Konseptual Gagasan : Tahapan ini terdiri atas kegiatan, perumusan gagasan, kerangka acuan, studi kelayakan awal, indikasi awal dimensi, biaya dan jadwal proyek

Tahap Studi Kelayakan : Studi kelayakan dengan tujuan mendapatkan keputusan tentang kelanjutan investasi pada proyek yang akan dilakukan. Informasi dan data dalam implementasi perencanaan proyek lebih lengkap dari langkah diatas, sehingga penentuan dimensi dan biaya proyek lebih akurat lagi dengan tinjauan terhadap aspek social, budaya, ekonomi, finansial, legal dan teknis dan administrative yang komprehensif.

Tahap Detail Desain : Tahapan ini terdiri atsa kegiatan,pendalaman berbagai aspek persoalan, design engineering dan pengembangan, pembuatan jadwal induk dan anggaran serta menentukan perencanaan sumber daya, pembelian dini, penyiapan perangkat dan penentuan peserta proyek dengan program lelang.

Tujuan tahap ini adalah menetapkan dokumen perencanaan lengkap dan terperinci, secara teknis dan administrative, untuk memudahkan pencapaian sasaran dan tujuan proyek.

Tahap Pengadaan : Tahapan ini adalah memilih kontraktor pelaksanaan dengan menyertakan dokumen perencanaan, aturan teknis dan administrasi yang lengkap, produk tahapan detail desain. Dari proses inidiperoleh penawaran yang komperatif dari kontraktor dengan tingkat akuntabilitas dan transparasi yang baik.

(30)

18

Tahap Implementasi : Tahap ini terdiri atas kegiatan, design engineering yang rinci, pembuatan spesifikasi dan kriteria, pembelian peralatan dan material,fanrikasi dan kontruksi, inspeksi mutu, uji coba, start-up, demobilisasi dan laporan penutup proyek. Tujuan akhir proyek adalah mendapatkan kinerja biaya, mutu, waktu dan keselamatan kerja paling maksimal, dengan melakukan proses perencanaan, penjadwalan, pelaksanaan dan pengendalian yang lebih cermat serta terperinci dari proses sebelumnya. Pada tahap ini kontraktor memiliki peran dominan dengan tujuan akhir sasaran proyek tercapai dan mendapatkan keuntungan maksimal. Peran pemilik proyek pada tahapan ini dilakukan olehh agen pemilik sebagai konsultan pengawas pelaksanaan, dengan tujuan mereduksi segala macam penyimpangan serta melakukan Tindakan koreksi yang diperlukan.

Tahap Operasi dan Pemeliharaan : Tahap ini terdiri atas kegiatan operasi rutin dan pengamatan prestasi akhir proyek serta pemeliharaan fasilitas bangunanyang dapat digunakan untuk kepentingan social dan ekonomi masyarakat.biaya yang dikeluarkan dalam tahp inibersifat rutin dan nilainya cenderung menurun dan pada tahap ini adanya pemasukan dana dari operasional proyek.

(31)

19

Gambar. 2. 3. Siklus Proyek Kontruksi

Dalam siklus proyek kontruksi terlihat bahwa sejak awal proyek, yaitu tahapan detail desain, biaya yang dikeluarkan terus meningkat hingga ke proses implementasi dengan periode waktu relatife singkat dan saling berkaitan. Pada akhir siklus, biaya operasi dan pengeluarannya lebih kecil dari biaya sebelumnya, namun periode waktunya Panjang sampai dengan sisa umur proyek keseluruhan.

Biaya paling besar yang harus dikeluarkan oleh pemilik proyek dari siklus di atas adalah pada tahap implemenrasi. Kegiatan fisik pada tahap ini cukup banyak dan memakan banyak pengeluaran. Biaya yang kecil teriadi pada akhir proyek, tetapi adanya pemasukan dana pada kegiatan operasional dan pemeliharaan dalam rentang waktu yang panjang, karena pada masa ini adalah masa pemanfaatan fungsi proyek sesuai dengan sasaran dan tujuan proyek sekaligus masa pemeliharaan sampai dengan akhir umur proyek. Kendala proyek konstruksi yang sering menjadi permasalahan adalah pada masa desain dan pelaksanaan yang terkait juga dengan pengendalian. Bila fase ini tidak terencana dengan baik, maka kemungkinan umur penggunaaan fasilitas proyek yang dibangun tidak sesuai dengan harapan.

(32)

20 2.2.2.2. Siklus Proyek Infrastruktur

Proyek infrastruktur biasanya digunakan untuk kepentingan yang lebih luas sebagabi bagian dari pemenuhan pelayanan tepadap publik.

Gambar. 2. 4. Siklus Proyek Infrastruktur

Gambar diatas adalah salah satu contoh proyek infrastruktur, yaitu proyek jalan tol yang menunjukkan proses dan langkah-langkah awal hingga akhir. Seperti dijelaskan dibawah ini.

Tahap Konseptual Proyek : Pada tahapan ini biasanya pemerintah membuat rancangan konseptual untuk proyek jalan tol dengan mengacu kepada kebutuhan yang mendesak serta memPunyai cukup akses dengan jaringan jalan yang sudah ada.

Pihak swasta dapat juga mengajukan proposal kepada pemerintah dengan pertimbangan pertimbangan teknis sefta finansial yang cukup memadai.

Tahap Promosi : Tahap promosi terdiri atas desain pendahuluan, evaluasi studi kelayakan dan penyerahan konsesi oleh pemerintah kepada pihak swasta yang diberi wewenang menyelenggarakan proyek, dengan pertimbangan kesepakatan kedua belah pihak sudah memenuhi ketentuan yang berlaku.

(33)

21

Tahap Detail Desain dan Pengadaan : Tahap ini adalah desain terperinci, terdiri atas kegiatan pendalaman berbagai aspek persoalan, seperti : design engineering, pembuatan jadwal induk dan anggaran, penyiapan perangkat dan peserta proyek untuk Program lelang pelaksana konstruksi.

Tahap Kontruksi : Pelaksanaan konstruksi membutuhkan biaya sangat besar, pembiayaannya dapat diperoleh dari pasar modal atau pinjaman sindikasi bank atau dapat juga dengan penyertaan modal oleh stake - holder lainnya. Tahap ini terdiri atas kegiatan pelaksanaan, aplikasi spesifikasi dan kriteria, pembuatan jadwal konstruksi yang sesuai dengan jadwal induk proyek, melakukan mobilisasi, inspeksi, uji coba, statt-up dan demobilisasi. Sub- kontraktor dapat juga dipilih dengan ketentuan bagian dari konsorsium yang dibentuk oleh pihak swasta.

Tahap Operasi dan Pemeliharaan : Pada tahap ini pihak swasta dapat bekerja sama dengan operator yang telah berpengalaman dalam hal pengoperasian jalan tol sebagai bagian dari konsorsium proyek. Pihak operator melakukan kegiatan pemungutan biaya kepada masyarakat, pemeliharaan terhadap fasilitas proyek yang semuanya diawasi secara penuh oleh pihak konsorsium dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran proyek dengan kinerja biaya, mutu, waktu dan keselamatan kerja yang paling maksimal.

Pada gambar Siklus Proyek Infrastruktur menunjukkan tahap-tahap kegiatan yang masing-masing dimulai dengan bobot pengeluaran kecil pada awal proyek, lalu periode bagian tengah pengeluaran makin meningkat hingga mencapai puncaknya, kemudian pada akhir kegiatan cenderung menurun landai. Pada akhir siklus, biaya operasi dan pemeliharaan lebih kecil dari biaya sebelumnya, namun periode waktunya sangat panjang sampai dengan lama waktu konsesi. Pada periode ini biasanya perusahaan yang bertindak sebagai pengelola proyek diberi otoritas untuk memungut dana masyarakat yang

(34)

22

besarnya proporsional dengan pelayanan yang diberikan. Biaya paling besar yang dikeluarkan oleh pemilik proyek dari siklus di atas adalah pada tahap konstruksi. Melihat kecenderungan kurva parabola pada masing-masing kegiatan, dapat disimpulkan bahwa kurva tersebut, bila bobot biaya dibuat kumulatif, akan membentuk seperti kurva S dari Hannum Curve.

2.2.3. Stakeholder Proyek

Agar keinginan dan kebutuhan masing-masing pihak dalam suatu proyek dapat direalisasikan dalam suatu usaha bersama untuk pencapaian sasaran dan tujuan, perlu dilakukan identifikasi terhadap organisasi atau individual (stakeholder), baik dari internal maupun eksternal, yang akan berperan mempengaruhi proyek dan harus diantisipasi selama proyek berlangsung. Stakeholder proyek secara umum diuraikan di bawah ini.

Manajer Proyek : Seseorang yang bertanggung jawab mengelola proyek.

Pelanggan (Customer) : Seseorang/organisasi yang menggunakan produk proyek.

Organisasi Proyek : Hierarki/susunan tugas dan wewenang individual.

Sponsor : Penyedia sumber dana untuk proyek.

Masyarakat : Sebagai konsumen.

Stakeholder untuk proyek kontruksi dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Pemilik Proyek : Seseorang atau perusahaan yang mempunyai dana,

memberikan tugas kepada seseorang atau perusahaan yang memiliki keahlian dan pengalaman dalam pelaksanaan pekerjaan agar hasil proyek sesuai sasaran dan tujuan yang ditetapkan.

2. Konsultan : Seseorang atau perusahaan yang ditunjuk oleh pemilik yang memiliki keahlian dan pengalaman merancang dan mengawasi proyek konstruksi, terdiri atas :

(35)

23

- Konsultan Perencana : Seseorang atau perusahaan yang memiliki keahlian dan pengalaman dalam merencanakan proyek konstruksi, seperti halnya Perencana Arsitektur, Perencana Struktur, Perencana Mekanikal dan Elektrikal dan lain sebagainya.

- Konsultan Pengawas : Perusahaan yang memiliki keahlian dan pengalaman dalam pengawasan pelaksanaan proyek.

- Konsultan Manajemen Kontruksi : Perusahaan yang mewakili pemilik dalam pengelolaan proyek, sejak awal hingga akhir proyek.

3. Kontraktor : Perusahaan yang dipilih dan disetujui untuk melaksanakan pekerjaan konstruksi yang direncanakan sesuai dengan keinginan pemilik proyek dan bertanggung jawab penuh terhadap pembangunan fisik proyek. Biasanya penentuan kontraktor dilakukan melalui lelang/tender atau dapat juga melalui penunjukan langsung dengan negosiasi penawaran harga.

4. Sub-kontraktor : Pihak yang ditunjuk oleh kontraktor. dan disetujui oleh pemilik untuk mengerjakan sebagian pekerjaan kontraktor pada bagian fisik proyek yang memiliki keahlian khusus/spesialis.

5. Pemasok (Supplier) : Pihak yang ditunjuk oleh kontraktor untuk memasok material yang memiliki kualifikasi yang diinginkan oleh pemilik.

Selain itu, dapat pula ditambahkan stakeholder pada proyek infrastruktur yang pengelolaannya lebih kompleks dan unik, berasal dari lingkungan internal dan eksternal proyek, seperti organisasi pekerja, agen pemerintah yang membuat regulasi, organisasi LSM, masyarakat sekitar lokasi proyek, atau media massa. Peran dan keterlibatan pihak-pihak tersebut dapat memberi keuntungan bahkan kerugian terhadap proses dan hasil akhir proyek.

(36)

24

Gambar. 2. 5. Stakeholder Proyek KonstruksiOrganisasi Proyek Organisasi proyek adalah sebagai sarana dalam pencapaian tujuan dengan mengatur dan mengorganisasi sumber daya, tenaga kerja, material, peralatan dan modal secara efektif dan efisien dengan menerapkan sistem manajemen sesuai kebutuhan proyek.

organisasi proyek mempunyai susunan dan hierarki yang berlainan pula. Pemilihan organisasi proyek didasarkan atas tingkat kebutuhan dan kompleksitas proyek, semakin kompleks proyek maka semakin kompleks pula susunan organisasinya. Beberapa,macam susunan organisasi proyek dapat dijelaskan seperti dibawah ini.

1. Organisasi Proyek Fungsional : Struktur organisasi jenis ini dikelompokkan menurut fungsinya, memiliki struktur dengan konsep otoritas dan hierarki vertikal. Tanggung jawab organisasi proyek biasanya dirangkap dengan tugas sehari-hari pada organisasi fungsional perusahaan, karena itulah untuk proyek yang besar dapat menggangu kegiatan keseluruhan, bila organisasi fungsional digunakan.

2. Organisasi Proyek Murni : Struktur organisasi proyek jenis ini me rupakan bagian tersendiri dari organisasi fungsional perusahaan, dimana manajer mempunyai otoritas penuh terhadap proyek. Dengan

(37)

25

status ini, tim proyek memiliki komitmen dan wewenang mandiri, namun tetap dalam koordinasi perusahaan.

3. Organisasi Proyek Matriks : Struktur organisasi proyek ini biasanya gabungan dari organisasi proyek murni dan fungsional, memanfaatkan ahli dari berbagai disiplin ilmu yang terlibat dalam organisasi fungsional sebagai bagian dari proyek, tetapi tidak mengganggu proses pelaksanaan proyek serta organisas fungsional perusahaan.

Organisasi proyek dengan perusahaan dipisahkan oleh otoritas yang diberikan kepada organisasi proyek, tetapi organisasi proyek tetap berkoordinasi dengan organisasi perusahaan.

Gambar. 2. 6. Organisasi Proyek Murni

(38)

26

Kendali di dalam proyek membutuhkan organisasi sendiri dalam rangka mengelola tujuan, sasaran, dengan data, informasi serta sumber daya yang ada dan terbatas. Hal ini ditunjukkan dengan struktur organisasi personel proyek dengan skala cukup besar seperti di bawah ini

Gambar. 2. 7. Organisasi Personel Proyek

Organisasi personel proyek di atas menunjukkan hierarki tanggung jawab dan wewenang tugas dari masing-masing personel yang diarahkan dan dikendalikan oleh 3 pucuk pimpinan, yaitu Manajer Proyek, Deputi Manajer Proyek, dan Site Manager dengan tugas yang telah ditentukan. Otoritas proyek sepenuhnya berada pada Manajer Proyek, menjadi jembatan antara organisasi proyek dengan perusahaan serta pemilik proyek atau organisasi yang mewakilinya untuk melakukan koordinasi dan komunikasi dengan maksud agar tujuan dan sasaran proyek tercapai dengan efektif dan efisien.

Sedangkan otoritas di lapangan biasanya ditugaskan kepada site manager dan site engineer, ditugaskan unruk hal - hal yang berhubungan dengan masalah teknis.

(39)

27 2.2.5. Kontrak – Kontrak pada Proyek

Kontrak pada proyek menentukan hak dan kewajiban antara dua belah pihak atau lebih yang terlibat dalam kontrak, biasa dilakukan antara pemilik dengan konsultan atau kontraktor, kontraktor dengan pemasok, dan lain sebagainya. Kontrak bersifat mempunyai aspek hukum yang kuat serta mengikat, sehingga para pihak yang terlibat mempunyai kewajiban - kewajiban yang harus dipenuhi, ditulis dengan jelas dalam dokumen kontrak.

2.2.5.1. Kontrak Proyek Kontruksi

Proyek konstruksi mempunyai dua jenis kontrak, yaitu kontrak penawaran bersaing dan kontrak penawaran dengan negosiasi.

1. Kontrak Penawaran Bersaing

Setelah penawaran lelang dilakukan dan didapat secara bertanggung jawab serta dengan studi dan evaluasi penawaran diterima, proyek pun diserahkan kepada kontraktor terpilih lalu diterbitkanlah Surat Perintah Kerja (SPK). Kontrak penawaran bersaing terdiri atas :

a) Kontrak Lump Sump : Di mana biaya yang harus dikeluarkan pemilik proyek adalah suatu jumlah tetap yang didapat dari perhitungan seluruh aspek pekerjaan sesuai dengan dokumen kontrak, seperti gambar desain, spesifikasi umum dan teknis serta aturan-aturan administratif lainnya.

Jenis kontrak ini mempunyai karakteristik sebagai berikut : - Jenis kontrak ini melingkupi semua biaya yang tetap

terdiri dari semua aspek pekerjaan.

- Jumlah biaya yang ditetapkan sudah memperhitungkan kesulitan – kesulitan di lapangan serta biaya-biaya tak terduga, sehingga tidak ada tambahan biaya lagi untuk

(40)

28

kondisi tersebut, sehingga perencanaan proyek diusahakan dengan sempurna.

- Kondisi yang diperhitungkan adalah dalam keadaan force major.

- Banyak dipakai karena berisiko minimal bagi pemilik proyek.

- Biaya yang harus disediakan dapat diketahui lebih awal.

- Banyak dipakai oleh pemilik proyek dengan harapan pekerjaan tambah kurang diminimalisir.

- Kontrak ini tidak cocok untuk volume pekerjaan yang tidak pasti seperti pekerjaan penggalian tanah dan pekerjaan pondasi.

b) Kontrak Unit Price : Didasarkan atas estimasi volume pekerjaan yang telah diklarifikasi bersama - sama pemilik proyek dengan jumlah biaya per unit pekerjaan. Jenis kontrak ini mempunyai karakteristik sebagai berikut : - Estimasi volume pekerjaan dihitng oleh wakil pemilik

proyek seperti konsultan pengawas Bersama kontraktor.

- Biaya pada awal proyek tidak dapat ditentukan secara pasti karena volume pekerjaan juga tidak pasti.

- Perlu pengawasan ketat karena pembayaran dilakukan atas volume aktual yang harus disepakati bersama.

- Biaya akhir yang telah ditetapkan dengan risikonya ditanggung bersama berdasarkan kesepakatan yang diperoleh.

- Sangat baik dilakukan untuk quantity yang belum pasti, seperti pekerjaan pondasi atau galian tanah.

(41)

29

Kontrak penawaran bersaing mempunyai keuntungan- keuntungan, seperti pelaksanaan dilakukan oleh kontraktor dengan penawaran terendah serta dengan kriteria sebagai berikut:

• Telah lulus prakualifikasi, mempunyai tanggung jawab terhadap mutu.

• Kemampuan andal serta kapasitas sesuai yang dibutuhkan.

• Tidak pernah melakukan kecurangan atau catatan buruk lainnya.

• Mempunyai reputasi yang baik dalam koordinasi internal proyek dan hasil akhir proyek selalu memuaskan pemilik proyek.

2. Kontrak Penawaran Negoisasi Biaya

Kontrak penawaran negosiasi biaya adalah melakukan transaksi dengan cara penawaran yang dilakukan oleh dua pihak, yairu pemilik proyek dan kontraktor pelaksana yang dikenal pemilik, dengan harapan diperoleh harga penawaran yang sesuai dengan keinginan pihak-pihak tersebut. Kontrak ini biasanya terdiri atas :

a) Kontrak Lump Sump : Harga ditentukan dari negosiasi penawaran yang dilakukan oleh pemilik proyek dengan kontraktor dengan catatan harga yang disepakati sesuai dengan volume pekerjaan yang dihitung pemilik proyek berdasarkank larifikasi kedua belah pihak.

b) Unit Price : Jenis ini juga sama dengan cara kontrak penawaran bersaing, namun harga ditentukan berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak.

c) Kontrak Cost plus Fee : Pembayaran oleh pemilik proyek didasarkan atas daftar biaya yang dikeluarkan

(42)

30

oleh kontraktor setelah proyek selesai ditambah dengan keuntungannya. Jenis kontrak ini mempunyai karakteristik sebagai berikut :

- Kontrak pembayaran, prosedur dan metode kerja, hasil akhir proyek serta jumlah keuntungan buat kontraktor harus diuraikan secara jelas agar tidak terjadi perselisihan dikemudian hari.

- Diperlukan metode akunting, yang telah disetujui oleh pemilik proyek, untuk perhitungan - perhitungan pembiayaan oleh kontraktor.

- Memakai prosedur subletting-contract.

- Risiko terbesar, yang ada pada pemilik proyek, terjadi bila kontraktor melakukan kecurangan karena pengawasan yang tidak ketat.

- Daftar biaya pekerjaan yang dibayarkan oleh pemilik proyek kepada kontraktor pelaksana berdasarkan hasil kesepakatan.

- Kontrak ini dapat memuaskan kedua belah pihak bila kesepakatan – kesepakatan yang telah dibuat sebelumnya dijalani sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing pihak.

- Biasanyak euntungan yang diperoleh kontraktor sebesar 10% atau berdasarkan kesepakatan.

2.2.5.2. Dokumen Kontrak

Dokumen kontrak adalah dokumen tertulis untuk menetukan secara tepat hak dan kewajiban setiap pihak. Isi dokumen kontrak : 1. Surat Penawaran

2. Instruksi Kepada Penawar 3. Syarat – syarat Umum

(43)

31 4. Syarat – Syarat Tambahan 5. Spesifikasi Teknik

6. Gambar 7. Adendum 8. Proposal

9. Surat Jaminan Penawaran 10. Persetujuan

11. Surat Jaminan Pelaksanaan

12. Surat Jaminan Pembayaran Tenaga dan Material 13. Schedul Waktu

14. Kondisi Kerja (Umum dan Khusus) 15. Dokumen Maintance dan Training

Kesepakatan oleh dua pihak, yaitu Kontraktor dan Owner, dalam dokumen Kontrak :

• Spesifikasi lebih kuat/berlaku dari pada syarat – syarat umum.

• Tulisan tangan lebih berlaku dari pada ketentuan yang diketik.

• Ketentuan yang diketik lebih berlaku dari pada yang dicetak.

• Kata -kara lebih berlaku dari pada nomor – nomor angka.

• Bila ada yang merugikan, diinterprestasikan melalui gambar.

• Spesidikasi lebih berlaku dari pada gambar.

Standar Dokumen Kontrak di buat agara dapat menghilangkan kesalahpahaman diantara pemilik proyek, konsultan perencana, konsultan pengawas, dan kontraktor serta stakeholder yang terlibat dalam proyek. Standar Dokumen Kontrak dibuat oleh organisasi publik profesional atau bisnis atau Lembaga pemerintah dengan mengacu kepada ketentuan-ketentuan berlaku seperti Undang - undang, Peraruran Pemerintah, Peraturan Daerah, Peraturan Asosiasi serta ketentuan-ketentuan umum yang berlaku dalam pengelolaan proyek. Untuk mengindari kesalahpahaman dan

(44)

32

pertentangan diantara Stakeholder, jalan musyawarah adalah pilihan yang pertama dalam menyelesaikan masalah.

2.2.6. Kinerja Proyek

Kinerja proyek dapat diukur dari indikator kinerja biaya, mutu, waktu serta keselamatan kerja dengan merencanakan secara cermat, teliti, dan terpadu seluruh alokasi sumber daya manusia, peralatan, material serta biaya yang sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan.

Semua itu diselaraskan dengan sasaran dan tujuan proyek.

Gambar. 2. 8. Tolak Ukur/Indikator kinerja Proyek

Standar kinerja proyek selama proses berlangsung harus ditetapkan sedetail dan seakurar mungkin untuk meminimalkan penyimpangan.

Biaya, mutu, waktu dan keselamatan kerja. Optimasi pencapaian paling penting adalah keselamatan kerja, karena bila faktor ini diabaikan dapat memengaruhi kinerja biaya, mutu dan waktu, yang lebih jauh dapat mengakibatkan kerugian materi dan jiwa.

(45)

33 2.2.7. Manajemen Biaya

Seluruh urutan kegiatan proyek perlu memiliki standar kinerja biaya proyek yang dibuat dengan akurat dengan cara membuat format perencanaan seperti di bawah ini.

1. Kurva S, selain dapat mengetahui progres waktu proyek, kurva S berguna juga untuk mengendalikan kinerja biaya, hal ini ditunjukkan dari bobot pengeluaran kumulatif masing-masing kegiatan yang dapat dikontrol dengan membandingkannya dengan baseline periode tertentu sesuai dengan kemajuan aktual proyek.

2. Diagram Cash Flow, diagram yang menunjukan rencana aliran pengeluaran dan pemasukan biaya selama proyek berlangsung.

Diagram ini diharapkan dapat mengendalikan keseluruhan biaya proyek secara detail sehingga tidak mengganggu keseimbangan kas proyek

3. Kurva Earner Value, ynag menyatakan nilai uang yang telah dikeluarkan pada baseline tertentu seusai dengan kemajuan actual proyek.

4. Balance Sheet, yang menyatakan besarnya aktiva dan pasiva keungan perusahaan selama periode satu tahun dengan keseluruhan proyek yang telah dikerjakan beserta aset-aset yang dimiliki perusahaan.

2.2.8. Manajemen Mutu

Jaminan mutu (quality assurance) dapat diperoleh dengan melakukan proses berdasarkan kriteria material atau kerja yang telah ditetapkan hingga didapat standar produk akhir, dapat pula dengan melakukan suatu proses prosedur kerja yang berbentuk sistem mutu hingga didapat standar system mutu terhadap produk akhir.

Pengendalian tiap – tiap proses (Quality Control) dimaksudkan untuk menjamin mutu material atau kerja yang diperoleh sesuai dengan sasaran dan tujuan yang ditetapkan.

(46)

34

Standar kinerja mutu yang baik dapat dilakukan dengan mengadopsi beberapa system perencanaan dan pengendalian mutu seperti diuraikan dibawah ini.

1. Menerapkan Sistem Manajemen Mutu ISO 9000 dengan menjalankan prosedur sebagai bagian dari keseluruhan system untuk mendapatkan produk akhir yang sesuai dengan yang direncanakan. Prinsip-prinsip dasar yang dilakukan adalah membuat dan menulis perencanaan (say what you do), melaksanakan dan mengendalikan sesuai rencana (do what you say) serta mencatat apa yang telah dilakukan (record what you did).

2. Pada proyek konstruksi, Penerapan sistem mutu menggunakan ISO 9001 dilakukan dengan memenuhi persyaratan dan prosedur elemen-elemennya, seperti : Tangung iawab Manaiemen Sistem Muttr, Tinjauan Kontrak, Pengendalian Desain, Pengendalian Dokumen dan Data, Pembelian, Pengendalian Produk, Identifikasi dan Kemampuan Telusur Produk, Pengendalian Proses, Inspeksi dan Pengujian, Pengendalian Alat Inspeksi, Ukur dan Uji, Status Inspeksi dan Uji, Pengendalian Produk Tidak Sesuai, Tindakan Koreksi dan Pencegahan, Penanganan, Penyimpanan, Pengemasan, Pengawetan dan Penyerahan, Pengendalian Rekaman Mutu, Audit Mutu Internal, Pelatihan, Pelayanan, Teknik Statistik.

2.2.8.1. Quality Control

Quality Control (QC) merupakan penanggung jawab dalam pengendalian mutu pelaksanaan proyek. Adapun tugas dan tanggung jawab Quality Control adalah sebagai berikut :

a. Membuat perencanaan kegiatan operasional Quality Control

• Menyusun rencana inspeksi dan tes untuk material datang serta rencana inspeksi dan tes proses pekerjaan di lapangan b. Mengatur kegiatan operasional Quality Control

(47)

35

• Melakukan koordinasi dengan Project Manager, terkait dengan kualitas hasil pekerjaan

• Melakukan koordinasi dengan Supervisor, terkait dengan pelaksanaan pekerjaan

• Melakukan koordinasi dengan owner / konsultan, terkait dengan chek list

• Melakukan koordinasi dengan Chief Engineer, terkait dengan metode kerja dan spesifikasi teknis

• Melakukan koordinasi dengan Safety Officer, terkait dengan K3.

c. Melaksanakan kegiatan operasional Quality Control

• Mendukung kegiatan audit dibidang QC

• Memastikan bahwa aset yang ada di bagian Quality Control terpelihara dengan baik

• Memeriksa kualitas setiap item pekerjaan di lapangan

• Melakukan verifikasi pemeriksaan hasil pekerjaan maupun tahap pekerjaan apakah sudah sesuai spek

• Melakukan pengecekan terhadap kualitas material yang datang dan melakukan pengujian sesuai dengan spesifikasi teknik yang ditetapkan dalam RMP (Rencana Mutu Proyek) bila diperlukan.

• Melakukan analisa terhadap hasil pengujian laboratorium

• Melakukan analisa terhadap laporan kalibrasi peralatan pengujian (kecuali alat-alat survey)

• Membuat laporan ketidaksesuaian khususnya untuk material dan hasil pekerjaan yang tidak sesuai dengan spesifikasi teknik yang berlaku, menganalisa, mengajukan proposal perbaikan, tindakan koreksi dan pencegahan agar tidak terulang lagi kepada Project Manager.

(48)

36

• Melakukan monitoring hasil pekerjaan di lapangan sesuai format dokumen sistem kualitas atau format dari pemberi tugas

• Membuat laporan keluhan pelanggan berkaitan dengan tugas dan tanggung jawabnya.

• Membuat laporan pengecoran.

• Membuat, merekap, menyimpan dan mendistribusikan dokumen hasil pekerjaan (hasil check-list) kepada bagian terkait

• Mengerjakan tugas-tugas lainnya yang berkaitan dengan pekerjaan proyek dibidangnya yang diberikan oleh atasan langsung / lebih tinggi

• Melaksanakan K3, memelihara kebersihan dan kerapian area kerja.

d. Mengontrol pelaksanaan operasional Quality Control

• Mengontrol tindak lanjut hasil uji / tes terkait dengan Quality Control

• Mengontrol pelaksanaan dan hasil pekerjaan sesuai dengan spesifikasi dan standart kualitas yang telah ditentukan

• Mengontrol akurasi dan validasi dokumen hasil pekerjaan

• Mengontrol kualitas material dan ketersediaan peralatan kerja

2.2.9. Manajemen Waktu

Standar kinerja waktu ditentukan dengan merujuk seluruh tahapan kegiatan proyek beserta durasi dan penggunaan sumber daya. Dari semua informasi dan data yang telah diperoleh, dilakukan proses penjadwalan sehingga akan ada output berupa format-format laporan lengkap mengenai indikator progress waktu, sebaga berikut :

1. Barchart, diagram batang yang secara sederhana dapat menunjukkan informasi rencana jadwal proyek beserta durasinya,

(49)

37

lalu dibandingkan dengan progres aktual sehingga diketahui apakah proyek terlambat atau tidak.

2. Network Planning, sebagai jaringan kerja berbagai kegiatan dapat menunjukkan kegiatan-kegiatan kritis yang membutuhkan pengawasan ketat agar pelaksanaannya tidak terlambatan. Format Network Planning juga digunakan untuk mengetahui kegiatan- kegiatan yang longgar waktu penyelesaiannya berdasarkan total float nya. Sehingga dapat memperbaiki jadwal dan agar alokasi sumber dayanya menjadi lebih efektif serta efisien.

3. Kurva S, yang berguna dalam pengendalian kinerja waktu. Hal ini ditunjukkan dari bobot penyelesaian kumulatif masing-masing kegiatan dibandingkan dengan keadaan aktual, sehingga apakah proyek terlambat atau tidak dapat dikontrol dengan memberikan baseline pada periode tertentu.

4. Kurva Earned Value, yang dapat menyatukan progress waktu berdasarkan baseline yang telah ditentukan untuk periode tertentu sesuai dengan kemajuan aktual proyek.

Masalah masalah yang timbul yang dapat menghambat kinerja waktu adalah sebagai berikut :

1. Alokasi penempatan sumber daya tidak efektif dan efesien 2. Terjadi keterlambatan proyek

3. Kondisi alam yang diluar perkiraan

2.3. Manajemen K3

K3 merupakan faktor yang paling penring dalam pencapaian sasaran tujuan proyek. Hasil yang maksimal dalam kinerja biaya, mutu dan waktu tiada artinya bila tingkat keselamatan kerja terabaikan. Indikatornya dapat berupa tingkat kecelakaan kerja yang tinggi, seperti banyak tenaga kerja yang meninggal, cacat permanen serta instalasi proyek yang rusak, selain kerugian materi yang besar.

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu struktur

(50)

38

komposisi yang kompleks dengan personel, sumber daya, program beserta kebijakan dan prosedurnya terintegrasi dalam wadah organisasi perusahaan/badan atau Lembaga.

Integrasi diperlukan untuk memastikan bahwa tugas menjalankan program K3 dapat dicapa sesuai sasaran dan tujuan yang ditetapkan. Sistem keselamatan dan kesehatan kerja diperlukan karena alasan-alasan berikut :

1. Perusahaan mempunyai tanggung jawab moral terhadap keselamatan dan Kesehatan kerja, tenaga kerja, staf perusahaan, masyarakat pengguna fasilitas proyek, pemilik proyek serta menjaga keawetan dan umur dari fasilitas yang telah dibuat. Selain itu, program K3 yang efektif akan meningkatkan produktivitas dan kualitas kerja banyak pihak.

2. Sebagai antisipasi perusahaan untuk pemenuhan aspek legal hukum yang berlaku sebagaimana diatur dan dipersyaratkan dalam :

a. Undang - undang kerja tahun 1948-1951, yang mengatr keselamatan kerja beserta pencegahannya.

b. Undang - undang No.14/1969, perlindungan keselamatan tenaga kerja.

c. Undang – undang No.1 Tahun 1970, mengatur tentang keselamatan kerja.

d. Keputusan Bersama Menteri Pekerjaan Umum dan Menteri Tenaga Kerja No. Kep. 174/Men/1986/104/KPTS/1986, tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada tempat dilakukan kegiatan konstruksi.

e. Keputusan Menteri Pekerjaan umum No. 195/KPTS/1989, mengenai Pelaksanaan keselamatan dan Kesehatan Kerja di lingkungan Departemen Pekerjaan Umum.

f. Instruksi Menteri Pekerjaan Umum No.1/IN/M/1990, mengenai Pelaksanaan kampanye Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di lingkungan DPU.

3. Dengan menerapkan konsep keselamatan kerja, berarti perusahaan telah menerapkan salah satu fungsi manajemen di mana kinerja program K3 dapat

Referensi

Dokumen terkait

memperhatikan aspek keberlanjutan. Sumber daya alam dikuras habis tanpa mempedulikan dampak negatif pada lingkungan. Oleh sebab itu, pola pengembangan

Pengertian Manajemen diperkuat oleh Fattah (1999) bahwa manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lain secara efektif

30 Kinerja sasaran meningkatnya kualitas manajemen aparatur secara efisien dan efektif dalam pelayanan publik secara profesional diukur dengan menggunakan meta indikator

KAJIAN PUSTAKA Manajemen Sumber Daya Manusia Manajemen sumber daya manusia MSDM adalah ilmu dan seni mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif dan efisien membantu

Melaksanakan pengelolaan sumber daya air yang meliputi Perencanaan, Pelaksanaan Konstruksi, Operasi dan Pemeliharaan dalam rangka konservasi sumber daya air, pengembangan sumber daya

Petronesia Benimel dengan melakukan pekerjaan menggandakan dan menscan berkas atau dokumen, menata berkas-berkas dokumen, mengarsip berkas dan dokumen, menginput berkas dan dokumen,

Oleh karena dibutuhkan tenaga kerja yang dapat mendukung pencapaian tujuan tersebut dengan efektif dan efisien, maka keberhasilan fungsi manajemen sumber daya manusia yang didukung oleh

Manajemen produksi adalah proses berkesinambungan dan efektif menggunakan fungsi manajemen untuk mengintegrasikan sumber daya secara efisien dalam mencapai tujuan