Halaman 1
MATA KULIAH : MANAJEMEN USAHA KECIL Materi Pertemuan 10
1. Pengertian Pengelolaan Produksi 2. Perencanaan Fasilitas
3. Pengaturan Tata Letak Mesin Produksi 4. Menentukan Tingkat Produksi
Tujuan Pembelajaran
Mahasiswa dapat memahami dan mengelola produksi pada usaha kecil menengah
Oleh : Halkadri Fitra, SE, MM, Ak, CA
Halaman 2
1. Pengertian Pengelolaan Produksi
Pengelolaan produksi adalah suatu proses secara berkesinambungan dan efektif menggunakan fungsi-fungsi manajemen yaitu perencanaan, pengorganisasin, pengarahan, dan pengendalian untuk mengintegrasikan berbagai sumberdaya secara efisien dalam rangka mencapai tujuan perusahaan Tata letak pabrik atau bisa disebut juga dengan tata letak fasilitas dapat diartikan sebagai tata cara bagaimana membuat suatu rancangan pabrik dengan pengaturan fasilitas-fasiltas yang terencana, sehingga akan menghasilkan kegiatan produksi yang lancar dan aman. Hal yang perlu diperhatikan yaitu pemanfaatan luas area dalam pembuatan layout yang dipergunakan untuk penempatan mesin atau fasilitas lainnya yang berkaitan dengan produksi. Kelancaran dalam pemindahan suatu material juga salah satu bentuk dari petingnya perancangan tata letak fasilitas. Perencanaan yang baik juga dapat menentukan efesiensi dalam bentuk proses produksi, aliran material yang menyebabkan kesuksesan kerja dalam suatu industri (Wignjoesoebroto, 2009).
2. Perencanaan Fasilitas
Perencanaan Operasi: Prediksi Output
1. Tahapan dalam perencanaan manajemen operasi meliputi perencanaan bisnis dan prediksi masa depan, perencanaan operasi jangka panjang, penjadwalan operasi, pengawasan operasi, dan output bagi pelanggan.
2. Dalam melakukan perencanaan produksi, kita perlu melakukan prediksi atas output yang kita hasilkan. Hal ini sangat perlu untuk perencanaan kapasitas, penempatan lokasi pabrik dan penentuan layout mesin, serta memilih metode produksinya.
3. Metode forecasting, yakni analisis time series (runtut waktu), regresi (causal -effect relationship) serta metode kualitatif
4. Tiga time frame dalam forecast, yakni short range, medium range, dan long range.
5. Forecast akan mengikuti pola-pola, seperti tren, siklus, dan pola musiman serta pola random.
6. Macam-macam metode time series, yakni moving average, weighted moving average, simple exponential smoothing, serta adjusted exponential smoothing.
7. Ada berbagai metode untuk mengukur forecast error, yakni Mean Absolute Deviation (MAD), Mean Absolute Percentage Deviation (MAPD), Cumulative Error (E), serta Average Error atau Bias ( ).
Perencanaan Operasi: Kapasitas, Lokasi, Layout, Kualitas, dan Metode
1. Perencanaan operasi jangka panjang meliputi: perencanaan kapasitas, lokasi, layout, kualitas, dan metode
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyusunan perencanaan jangka panjang, yaitu perkiraan permintaan, biaya, perilaku pesaing, strategi bisnis, dan pengaruh
Halaman 3 internasional.
3. Perencanaan kapasitas (jumlah produk yang dapat diproduksi pada kondisi normal).
Pada produksi barang kapasitas melebihi sedikit dari permintaan, sedangkan pada jasa low contact berdasarkan rata-rata permintaan, high contact berdasarkan permintaan puncak.
4. Perencanaan lokasi, untuk produksi barang berdasarkan pertimbangan -pertimbangan:
bahan baku, pasar, tenaga kerja, dan biaya transportasi, sedangkan untuk o perasi jasa low contact berdasarkan pertimbangan tenaga kerja, pasar atau biaya transportasi, operasi jasa high contact lokasi harus diletakkan dekat dengan pelanggan.
5. Alternatif layout untuk produksi barang adalah process layout, cellular layout, dan product layout. Layout untuk operasi jasa low contact disusun untuk meningkatkan kualitas jasa dan operasi jasa high contact disusun untuk memenuhi keinginan dan harapan pelanggan.
6. Produk yang dihasilkan baik barang maupun jasa harus memenuhi standar kualitas yang telah ditetapkan.
7. Operasi barang maupun jasa membutuhkan metode perbaikan yang berkelanjutan, untuk produksi barang menggunakan process flow chart, sedangkan untuk operasi jasa menggunakan service flow chart.
Penjadwalan dan Pengawasan Operasi
1. Lima faktor penting dalam manajemen material adalah transportasi, gudang, pembelian, pemilihan suplier, dan pengendalian persediaan.
2. Beberapa alat analisis yang digunakan dalam production process control adalah worker training, Just in Time, Material Requirement Planning, dan Quality Control.
3. Pengawasan operasi terdiri dari material management dan production process control.
4. Penjadwalan untuk operasi jasa, meliputi jadwal kerja dan pekerja.
5. Penjadwalan operasi terkait dengan penempatan waktu perolehan dan penggunaan sumber daya input untuk produksi
6. Penjadwalan untuk produksi barang dalam jangka panjang disusun menjadi master production schedule terkait dengan produk apa yang akan diproduksi, kapan produksi akan dilakukan, dan sumber daya apa yang akan digunakan dalam.
Manajemen Kualitas dan Produktivitas
1. Produktivitas adalah pengukuran kinerja perekonomian, yaitu dengan membandingkan jumlah yang kita produksi dengan sumber daya yang kita gunakan untuk memproduksinya.
2. Dalam sudut pandang konsumen, kualitas adalah kecukupan produk dalam memenuhi kegunaannya, sedangkan dari sudut pandang perusahaan (sebagai produsen), kualitas adalah menyakinkan produk yang dibuat sesuai dengan desainnya (disebut sebagai quality of conformance).
3. Statistical process control (SPC) merupakan prosedur statistik yang menggunakan control charts dalam pengecekan proses produksi untuk melihat apakah ada bagian di dalamnya yang tidak berfungsi secara benar, yang mana dapat menyebabkan kualitas yang buruk.
4. Control charts dapat digunakan baik untuk atribut maupun variabel, dan dalam masing - masing kategori terdapat beberapa tipe control charts, 4 control charts yang umum digunakan (dua untuk masing-masing kategori), yakni mean ( ) control charts dan range (R) control charts untuk variabel, p-charts control dan c-charts control untuk atribut.
Halaman 4
Pendekatan manajemen kualitas melalui keseluruhan sistem produksi dan organisasi produksi dikenal dengan istilah Total Quality Management (TQM). TQM menekankan peranan dominasi manajemen puncak untuk mengarahkan usaha-usaha yang berkualitas (total quality effort), yakni semua karyawan pada semua level harus fokus dan bertanggung jawab atasnya, melakukan peningkatan kualitas secara terus-menerus, dan menyakinkan bahwa kualitas adalah poin utama dari semua fungsi organisasi.
3. Pengaturan Tata Letak Mesin Produksi
Perencanaan tata letak yang berada pada suatu lokasi usaha sangatlah penting keberadaannya.
Adanya tata letak yang baik dalam suatu perusahaan produksi dapat membantu perusahaan dalam hal meminimalkan kesalahan serta penggunaan sumber daya yang tidak dibutuhkan.
Pentingnya tata letak juga dapat berdampak tidak hanya kepada perusahaan besar, tetapi juga kepada perusahaan kecil dan menengah sekalipun. Hal tersebut dapat menyebabkan aliran dari bahan produksi tidak lancar dan menyebabkan kurang efesien proses produksi pada usaha skala UMKM. Hal yang membahayakan bagi pengaturan tata letak yang kurang baik pada skala UMKM dan berada di lingkungan padat penduduk yaitu bahaya (Hazard) yang dapat timbul dari resiko kegiatan produksi perusahaan sehari-hari
Tata letak (layout) merupakan salah satu keputusan strategis operasional yang turut menentukan efisiensi operasi perusahaan dalam jangka panjang. Tata letak yang tepat menunjukkan ciri-ciri adanya penyesuaian tata letak fasilitas operasional itu dengan produk atau jenis jasa yang dihasilkan dan proses konversi nya. Tata letak yang baik akan memberikan kontribusi terhadap peningkatan produktivitas perusahaan. Hal tersebut disebabkan oleh adanya kelancaran arus faktor-faktor produksi yang akan diproses, mulai sejak disiapkan dan diserahkan ke dalam pemrosesan sampai menjadi produk akhir (final product). Disamping itu pegawai yang terlibat langsung dalam pemrosesan dapat bergerak lebih leluasa tanpa kekhawatiran akan kemungkinan tertimpa kecelakaan. Dengan demikian, tata letak yang baik juga akan menyebabkan pegawai bekerja dengan aman dan jauh dari tekanan perasaan.
Tata letak memiliki berbagai implikasi strategis yang berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Tata letak menentukan daya saing perusahaan dalam hal kecukupan kapasitas, kelancaran proses, fleksibilitas operasi dan biaya penanganan kerja serta untuk kenyamanan kerja. Tata letak yang efektif dapat membantu perusahaan dalam mencapai :
a. Pemanfaatan yang lebih efektif atas ruangan, peralatan dan manusia;
b. Arus informasi, bahan baku dan manusia yang lebih baik;
c. Lebih memudahkan konsumen; dan
d. Peningkatan moral pegawai dan kondisi kerja yang lebih aman.
e. Pada dasarnya tujuan desain tata letak adalah untuk mengembangkan tata letak yang ekonomis yang dapat membantu pencapaian keempat hal tersebut dengan tetap memenuhi kebutuhan perusahaan untuk beroperasi secara efektif, efisien, ekonomis dan produktif.
Dengan mempelajari lebih mendalam tentang tata letak atau layout ini, diharapkan dapat menjawab pertanyaan-pertanyan yang terkait dengan perencanaan tata letak sebagai salah satu bagian penting dari manajemen operasi perusahaan sebagai berikut:
a. Mengapa perencanaan tata letak merupakan hal yang sangat penting dalam manajemen operasi perusahaan?
b. Apa yang menjadi dasar atau tujuan dilakukannya perencanaan tata letak dalam operasional sebuah perusahaan?
Halaman 5
c. Apa saja model dan jenis perencanaan tata letak yang dapat digali dari teori dan para ahli?
Menurut Russel dan Taylor (2000) tujuan tata letak adalah meminimalkan material handling cost, meningkatkan efisiensi ulitisasi ruangan, meningkatkan efisiensi ulitisasi tenaga kerja, mengurangi kendala proses, dan memudahkan komunikasi dan interaksi antara para pekerja dengan supervisinya atau antara pekerja dengan para pelanggan perusahaan.
Dengan demikian secara umum tujuan tata letak adalah untuk mendapatkan susunan tata letak yang paling optimal dari fasilitas-fasilitas produksi yang tersedia di dalam perusahaan. Dengan adanya susunan tata letak yang optimal, diharapkan pelaksanaan proses produksi di dalam perusahaan tersebut akan dapat berjalan dengan lancar dan para karyawan akan dapat menyelesaikan tugas yang dibebankan kepada mereka dengan baik.
Secara lebih terperinci perencanaan tata letak mecakup hal-hal sebagai berikut:
a. Minimalisiasi material handling cost
Salah satu tujuan yang ingin dicapai oleh manajemen perusahaan adalah kesederhanaan proses produksi di dalam perusahaan yang bersangkutan. Penyusunan tata letak pabrik yang tepat diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap penurunan material handling cost. Disisi lain penataan tata letak yang baik akan menunjang pelaksanaan proses produksi secara efisien. Lebih jauh lagi penyederhanaan proses produksi akan mengakibatkan hal-hal sebagai berikut:
1) Efisiensi penggunaan peralatan produksi dapat ditingkatkan
Efesiensi penggunaan mesin dan peralatan produksi yang ada serta perlengkapan produksi yang disediakan di dalam perusahaan dapat dipertahankan pada tingkat utilisasi yang lebih tinggi.
Pada umumnya manajemen perusahaan akan mengeluarkan biaya yang tidak sedikit dalam mengadakan investasi pengadaan mesin dan peralatan produksi serta peralatan material handling. Apabila pengaturan dari mesin dan peralatan produksi serta peralatan material handling yang diperlukan tersebut tidak baik, kelancaran proses produksi menjadi terganggu sehingga penggunaan mesin dan peralatan produksi cenderung menjadi tidak optimal.
2) Pengurangan waktu tunggu pelaksanaan produksi
Waktu tunggu dalam pelaksanaan produksi akan berkurang apabila perusahaan memiliki tata letak yang tepat dan sistematis. Dengan pengaturan tata letak yang baik dan sistematis serta keseimbangan atar departemen yang proporsional, perusahaan dapat menyelaraskan tata letak itu dengan kebutuhan pengolahan yang mana akan mewujudkan kelancaran proses pengolahan. Keseimbangan kapasitas secara proporsional akan memberikan kontribusi penurunan waktu tunggu dalam proses pengolahan.
3) Penumpukan barang dalam proses produksi dapat dikurangi.
Penumpukan barang dalam proses produksi seringkali terjadi disebabkan karena tidak seimbangnya masing-masing mesin dan peralatan produksi di lini pengerjaan. Seperti yang diketahui bahwa hampir selalu keluaran salah satu bagian produksi akan menjadi masukan pada bagian produksi yang lain. Apabila kapasitas masing-masing bagian produksi tidak seimbang, makan akan terjadi penumpukan working in process inventory dalam pelaksanaan proses produksi. Penumpukan barang dalam proses ini selain akan meningkatkan biaya pengerjaan juga berakibat diperlukannya tempat penimpanan sementara yang cukup luas. Jika ini terjadi maka akan terjadi penurunan efisiensi pemakaian ruangan.
4) Pemeliharaan fasilitas produksi menjadi mudah.
Penyusunan tata letak yang baik biasanya diikuti oleh dengan perencanaan tata ruang pabrik yang efisien. Dengan penyusunan tata ruang pabrik yang efisien memungkinkan teknisi dapat
Halaman 6
leluasa bergerak untuk memelihara fasilitas produksi. Dengan keleluasaan tersebut dapat menjadi faktor pemeliharaan fasilitas produksi menjadi lebih mudah dan biaya pemeliharaan dapat ditekan karena pemeliharaan dapat dialkukan dengan cepat.
b. Peningkatan produktivitas perusahaan.
Apabila tata letak yang digunakan oleh perusahaan merupakan sebuah perencanaan yang cermat, maka tata letak dapat dijadikan sebagai salah satu indikator untuk meningkatkan produktivitas kerja.
Tata letak yang baik akan melahirkan lingkungan kerja yang asri, apik dan menyenangkan yang pada gilirannya akan mendorong kepuasan kerja. Pada akhirnya kepuasan kerja akan mendorong kenaikan produktivitas kerja semua pegawai perusahaan atau pabrik. Pelaksanaan proses produksi akan menjadi semakin cepat dan lancar serta waktu tunggu dapat diminimalisir guna mendorong peningkatan produktivitas pabrik. Kemacetan dalam proses produksi termasuk penumpukan barang dalam proses produksi dapat dihindarkan. Kelancaran produksi dan dan percepatan proses pengerjaan menjadi pemicu terhadap penyelesaian pengerjaan produk. Pengeluaran modal yang tidak penting dapat dihindarkan.
c. Efektivitas penggunaan ruangan pabrik
Investasi yang dikeluarkan perusahaan untuk membangun pabrik, membeli mesin dan peralatan produksi, umumnya berjumlah besar. Maka dari itu perusahaan dituntut untuk membuat sebuah perencanaan tata letak yang baik dan efisien. Dalam program dan perencanaan tata letak ini harus sudah dipikirkan penempatan mesin dan peralatan produksi, ruang untuk penempatan material handling, ruangan untuk penyimpanan bahan dan komponen rakitan, ruang untuk tenaga kerja manusia, dan ruang lain untuk menunjang proses pabrikasi yang lancar, agar tercapai pemanfataan yang baik dan efisiensi tercapai.
d. Tingkat penggunaan tenaga kerja fabrikasi
Pada umumnya, perusahaan dalam melaksanakan proses produksi mengharapkan waktu kerja yang efektif agar penggunaan SDM tidak terbuang percuma. Jam kerja efektif tenaga kerja akan berkurang bila tata letak pabrik kurang baik sehingga pekerja melakukan gerakan-gerakan yang melampaui kebutuhan. Tata letak yang kurang baik membuat pekerja harus hilir mudik dari satu ruangan ke ruangan yang lain dalam jarak yang cukup panjang. Untuk melaksanakan sinkronisasi antara tenaga kerja manusia dengan tata letak yang baik, manajemen dan para perekayasa perusahaan perlu melakukan analisa desain proses diikuti dengan dan studi ergonomik. Perencanaan tata letak yang baik beserta telaahan ergonomi akan memberikan umpan balik yang baik terhadap efisiensi penggunaan tenaga kerja manusia. Dengan cara itu tugas-tugas yang diberikan kepada pegawai dapat diselesaikan dengan cepat dalam waktu yang optimal. Bila perencanaan tata letak dilakukan dengan baik maka penggunaan tenaga kerja manusia dapat mencapai target yang optimal dan waktu yang terbuang dapat diminimalisir yang pada akhirnya, utilisasi tenaga kerja akan meningkat secara optimal.
e. Mengurangi kendala kelancaran proses produksi
Keteraturan peletakan mesin dan peralatan produksi dalam sebuah perusahaan akan menciptakan lingkungan kerj ayang baik. Tenaga kerja akan merasa nyaman dalam melaksanakan tugas-tugasnya.
Tekanan perasaan yang berujung pada timbulnya stress dapat dikurangi sehingga pekerja dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan gembira dan bebas dari beban mental yang tidak perlu. Hal tersebut akan terwujud apabila manajemen melakukan perencanaan layout secara tepat sejak awal dengan baik. Penempatan mesin dan peralatan produksi yang mengakibatkan rasa sumpek, tidak serasi, tidak sistematis dan pengap akan memberikan dampak psikologis yang berat terhadap para pekerja. Keharusan pekerja mengeluarkan energi yang berlebihan karena atus bahan dan komponen yang bolak balik, material handling yang tidak efektif dan efisien, akan membuat pekerja cepat lelah,
Halaman 7
bosan, dan akhirnya stress. Aliran bahan dan pekerjaan menjadi terhambat, produksi menjadi lambat dan pada akhirnya produktivitas akan menurun. Akibat dari semua itu adalah meningkatnya biaya produksi. Untuk menghindari hal tersebut manajemen dan par amanager berusaha untuk membuat sebuah perencanaan tata letak yang paling baik dan optimal. Para manager berusaha untuk menghilangkan hambatan dan menimalisir penghalang (bottle neck) yang berpotensi dihadapi. Kemampuan untuk menghilangkan kendala proses demikian itu merupakan salah satu tujuan yang akan dicapai dalam proses pembuatan perencanaan tata letak pabrik yang berhasil guna.
f. Memudahkan komunikasi
Dari berbagai penelitian yang ada, perencanaan tata letak yang menimbulkan kesulitan komunikasi antar para pekerja, pekerja dengan supervisi, dan antar supervisi yang ada menghasilkan produktivitas yang rendah. Melihat sifat dasar manusia sebagai makhluk sosial yang memerlukan komunikasi antar satu dengan lainnya maka rancangan tata letak yang menghalangi manusia untuk dapat berkomunikasi atau pekerja yang menghadap dinding akan menurunkan moral pekerja. Mereka akan cepat bosan dan merasakan tekanan perasaan yang tidak tersalurkan, yang pada kahirnya berdampak pada penurunan kinerja. Jarak yang kauh antara satu pekerja dengan pekerja lainnya juga akan menghambat komunikasi antar mereka. Maka dari itu untuk menghindari penurunan produktivitas yang diakibatkan karena adanya hambatan komunikasi antar manusia, maka diperlukan perencanaan tata letak yang dapat mengakomodasi kebutuhan mereka untuk saling berinteraksi satu dengan yang lainnya.
MODIFIKASI TATA LETAK
Perencanaan tata letak dan modifikasinya akan senantiasa diperlukan oleh setiap perusahaan.
Kebutuhan modifikasi ini disebabkan beberapa faktor sebagai berikut : a. Terjadinya perubahan desain produk secara terus menerus
Perubahan desain produk secara terus menerus untuk membuat produk baru dalam suatu perusahaan akan mengakibatkan terdapatnya perencanaan tata letak yag baru bagi perusahaan tersebut.perubahan desain produk ini seringkali akan mengakibatkan juga terjadinya perubahan dalam pelaksanaan proses produksi di perusahaan yang bersangkutan. Perubahan proses produksi ini kadang-kadang merupakan perubahan yang tidak fundamental, tetapi juga sering terjadi perubahan proses produksi yang cukup mendasar.
Besar kecilnya perubahan proses produksi yang diakibatkan oleh perubahan desain produk ini akan sangat tergantung kepada banyak dan sedikitnya perubahan pada desain produk yang bersangkutan.
Perubahan pelaksanaan proses produksi betapapun kecilnya akan berakibat pada kebutuhan untuk menyesuaikan tata letak yang telah ada di perusahaan tersebut. Agar tata letak yang dipergunakan masing-masing pabrik sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan produksi yang dijalankan perusahaan yang bersangkutan, modifikasi perlu diadakan sewaktu-waktu. Dengan cara itu tata letak yang tersedia dalam sebuah perusahaan atau pabrik yang bersangkutan akan selalu aktual serta relevan dengan kebutuhan pengolahan. Perubahan tata letak dimaksud tidak selalu berarti perubahan total atau mendasar dari tata letak yang ada, melainkan dapat saja merupakan perubahan-perubahan kecil yang bertujuan untuk menyesuaikan dengan perubahan desain produk yang terjadi. Frekwensi penyesuaian tata letak yang tinggi biasanya sering dijumpai pada perusahaan perakitan mobil atau elektronika. Frekwensi perubahan yang tinggi tersebut disebabkan oleh tingginya frekwensi perubahan desain dan semakin pendeknya siklus hidup produk otomotif dan elektronika. Dengan adanya perubahan desain dari mobil yang diproduksi secara berkala (bebeap atahun sekali), diperlukan pula adanya perubahan atas tata letak secara berkala.
Halaman 8 b. Adanya perubahan volume permintaan
Terjadinya perubahan volume permintaan terhadap produksi perusahaan yang dihasilkan akan berakibat pada perubahan volume produksi. Perubahan volume permintaan tersebut harus dijawab dengan penyesuaian produksi dan berdampak pada tata letak proses produksi agar perusahaan mampu memenuhi perubahan volume permintaan tersebut. Perubahan volume permintaan dapat berupa penambahan atau penurunan permintaan. Peningkatan volume permintaan akan membuat perusahaan meningkatkan kegiatan poduksinya. Bahkan peningkatan volume permintaan yang sangat besar mengharuskan perusahaan memperluas skala atau meningkatkan proses produksi secara signifikan. Dengan adanya peningkatan skala perusahaan maka manajeman wajib merencanakan ulang tata letak proses produksi sehingga dapat menghasilkan produksi sesuai dengan skala permintaan yang ada.
Namun apabila ternyata volue permintaan terhadap produk yang dihasilkan perusahaan menurun, maka manajemen perlu melakukan hal-hal sebagai berikut guna tetap menjaga efektifitas dan efisiensi perusahaan :
1) Mengoperasikan kapasitas yang terpasang sampai dengan batas produksi normal untuk menjawab permintaan yang ada dengan mengurangi jam aktivitas produksi (misalnya tadinya 3 shift menjadi 2 shift);
2) Bila memungkinkan, perusahaan menonaktifkan sebagian mesin dan peralatan produksi, hal tersebut akan mengakibatkan sebagian peralatan produksi tersebut harus menganggur.
Dengan demikian penurunan volume permintaan tersebut mengharuskan manajemen juga kembali menganalisis kemungkuinan perubahan tata letak mesin dan peralatan produksi sesuai dengan redefinisi volume produksi yang dihasilkan oleh perusahaan yang bersangkutan.
3) Kemungkinan penggantian fasilitas agar selalu baru (up to date)
Secara alamiah mesin dan peralatan produksi yang digunakan oleh perusahaan akan mengalami penurunan kinerja karena keusangannya. Selain itu perkembanga teknologi saat ini telah mampu menciptakan mesin-mesin produksi dengan kapasitas yang lebih besar dengan kemampuan yang sangat canggih. Dengan kedua hal tersebut diatas, maka mesin dan peralatan perusahaan yang ada saat ini bukanlah satu-satunya mesin dan peralatan yang paling mutakhir, sehingga apabila perusahaan ingin bersaing dalam meningkatkan volume produksi dengan perusahaan lainnya, maka diperlukan pembaruan dari mesin-mesin dan peralatan produksi dimaksud. Pada umumnya mesin dan peralatan produksi yang terbaru memiliki kemampuan kapasitas produksi yang lebih banyak dengan tetap mengoptimalkan sumber daya energi yang ada serta tidak memiliki dimensi yang besar.
Sehubungan dengan hal tersebut, perusahaan sudah harus memiliki rancangan untuk melakukan penggantian mesin produksi yang mempu memenuhi kebutuhan produksinya.
Dengan mesin dan peralatan yang lebih maju, maka perusahaan dapat meningkatkan daya saingnya dalam penyediaan hasil produksi. Namun demikian rencana penggantian mesin dan peralatan produksi tersebut wajib diikuti dengan perencanaan tata letak yang baru sesuai dengan karakteristik mesin dan peralatan baru tersebut.
4) Adanya penambahan produk baru
Penambahan produk baru atau pengembangan produk yang sudah ada merupakan kegiatan yang selalu ada pada perusahaan manufaktur. Berdasarkan teori siklus hidup produk, setiap kali produk telah mencapai pada tingkat penjualan maksimum (tahap kedewasaan), maka pada kali berikutnya penjualan produk tersebut akan mengalami penurunan. Dalam keadaa
Halaman 9
seperti itu, maka perusahaan akan melakukan usaha untuk melahirkan produk baru atau mengembangkan produk yang sudah ada agar dapat menunjang mempertahankan keadaan produk perusahaan di pasar. Penjualan produk perusahaan secara keseluruhan perlu dicegah penurunannya demi mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan. Apabila pembuatan produk baru hampir sama atau relatif mirip dengan proses produksi produk-produk yang sudah ada, perubahan dalam pelaksanaan proses produksi produk yang sekarang tidak akan mengalami banyak perubahan. Namun demikian apabila perubahan yang dilakukan cukup mendasar, maka diperlukan perubahan-perubahan yang mendukung pelaksanaan pembuatan atau proses produksi untuk produk baru yang ada saat ini.
Perubahan-perubahan mendasar dalam proses produksi sebuah produk baru atau pengembangan produk, perlu diikuti dengan perubahan tata letak pabrik. Perubahan untuk penyesuaian tata letak pabrik dengan proses produksi perlu dilakukan untuk menjamin arus pengerjaan produksi dalam pabrik benar-benar dapat dipertahankan pada tingkat paling optimal. Apabila perubahan atas kebutuhan pelaksanaan proses produksi initidak diselaraskan dengan tata letak pabrik, hal tersebut akan berakibat pada kurang lancarnya pelaksanaan pekerjaan. Kurang lancarnya arus proses dan terdapatnya hambatan dalam proses pengerjaan produk akan berakibat pada menurunnya produktivitas. Dalam keadaan demikian itu, integrasi perencanaan pengolahan produk dengan tata letak harus dilakukan manajemen sejak dari awal. Tata letak yang diselaraskan dengan pelaksanaan proses produksi baru akan menjamin pelaksanaan fabrikasi menjadilebih baik dan efisien.
5) Adanya kondisi lingkungan kerja yang tidak memuaskan
Dalam sebuah perusahaan, kondisi lingkungan kerja akan sangat berpengaruh pada tingkat produktivitas kerja karyawan. Diantara faktor kondisi lingkungan kerja yang memerlukan perhatian adalah :
a) Suara bising yang dapat menimbulkan gangguan ketenangan kerja;
b) Penerangan yang tidak sesuai;
c) Suhu ruangan yang panas atau terlalu dingin;
d) Warna ruang kerja yang digunakan terlalu mencolok sehingga mengganggu penglihatan;
e) Peralatan kerja, meja kerja, lantai, dinding dan plafon yang apik dan resik;
f) Ruang gerak yang diperlukan terbatas, dan sebagainya.
Faktor-faktor kondisi lingkungan kerja ini perlu dipertimbangkan agar semua karyawan perusahan dapat bekerja dengan tingkat produktivitas yang lebih baik. Keluhan-keluhan yang disampaikan para karyan dalam melaksanakan proses produksi sebaiknya ditanggapi secara proporsional oleh manajemen. Keluhan ini dipergunakan sebagai bahan masukan penyusunan perbaikan kondisi lingkungan kerja perusahaan. Dalam upaya memperbaiki mondisi lingkungan kerja ini, perusahaan perlu menyusun perencanaan tata letak pabrik yang cocok dengan berbagai hal yang dibutuhkan untuk pelaksanaan pekerjaan yang dibebankan kepada karyawan. Dengan demikian semua karyawan dapat bekerja dengan lebih baik, produktif, efisien, efektif dan lebih ekonomis.
6) Resiko kecelakaan kerja dalam proses produksi
Dalam sebuah perusahaan seringkali terdengar kecelakaan kerja sewaktu menjalankan sebuah proses produksi. Kecelakaan-kecelakaan kerja ini dapat saja merupakan kecelakaan kecil yang dianggap sebagai kejadian yang biasa atau akibat dari kecelakaan tersebut tidak begitu serius sehingga tidak mendapat rotes keras dari para karyawan. Namun demikian terdapat kemungkinan bahwa kecelakanan yang terjadi dapat mengakibatkan hal yang cukup fatal terhadap karyawan. Bahkan mungkin terjadi kecelakaan kerja tersebut dapat mengakibatkan cacat tetap pada karyawan bahkan kematian atau meninggal dunia.
Halaman 10
Pada dasarnya kecelakaan kerja pada sebuah perusahaan, meskipun termasuk kategori kecelakaan kecil, tetap merupakan hal yang serius yang perlu mendapatkan perhatian khusus. Perusahaan yang menggunakan mesin-mesin dan peralatan produksi berukuran besar dan berbasis manusia akan sangat berbahaya bagi para pekerja. Kelengahan dan kekurang hati-hatian akan berakibat fatal meskipun diakui bahwa kecelakaan kerja biasanya berawal dari faktor kelengahan karyawan. Namun demikian kewajiban manajemen adalah tetap menjaga dan melakukan kegiatan-kegiatan perlindungan dan proteksi agar kecelakaan kerja ini dapat diminimalisir terjadi pada karyawan perusahaan.
Terkait dengan usaha meminimalkan kecelakaan kerja ini, tata letak mesin dan peralatan produksi perlu diatur sedemikian rupa sehingga memiliki derajat kesesuaian yang tinggi dengan kebutuhan kerja. Kesesuaian tata letak dengan kebutuhan pelaksanaan pekerjaan, serta dilengkapinya mesin dengan alat-alat pencegah bahaya akan menurunkan resiko kecelakaan kerja. Dengan demikian penyusunan tata letak pabrik, peletakan dan penataan mesin dan peralatan produksi harus menciptakan lingkungan kerja yang aman bagi karyawan perusahaan yang bersangkutan.
7) Kebutuhan akan penghematan biaya
Tata letak memiliki hubungan yang sangat erat dengan kelancaran arus material, sistemisasi arus pekerjaan, dan pola gerak pekerja pabrik. Arus material berdampak langsung pada material handling cost. Pekerjaan yang tidak sistematis akan berakibat terjadinya arus komponen dan bahan yang bolak balik di tempat pegolahan. Bila ini terjadi, bukan saya material cost handling saja yang meningkat, tetapi juga upah tenaga kerja yang harus dibayar seiring dengan meningkatnya waktu pengerjaan produk. Akibatnya produktivitas, efektifitas dan efisiensi kerja menurun. Dengan demikian, sejak awal faktor-faktor yang berpotensi merugikan tersebut harus telah diukur dan diperhitungkan dalam perencanaan tata letak.
Diantara beberapa kegiatan yang perlu mendapatkan perhatian dalam merumuskan tata letak adalah jarak tempuh dari pemindahan bahan baku, barang setengah jadi dan barang jadi yang dihasilkan. Jarak angkut, volume dan berat bahan, produk yang sedang dalam pengerjaan dan hasil selesai akan menentukan jenis peralatan material handling yang diperlukan. Faktor-faktor tersebut bila tidak dicermati dari awal akan menimbulkan terjadinya kelambatan proses, pemborosan waktu dan sumber daya lainnya sehingga dapat mengakibatkan rendahnya produktivitas dan efisiensi perusahaan pabrik yang bersangkutan. Manajemen dan tenaga perekayasa harus mampu melakukan perencanaan tata letak bagi pabrik yang mampu menjamin tingginya produktivitas dan efisiensi pabrik.
Perencanaan tata letak yang baik akan mengindarkan perusahaan dari kegiatan-kegiatan dan gerakan yang tidak perlu sehingga dapat menciptakan penghematan waktu, tenaga dana sekaligus menjamin kelancaran produksi. Dengan demikian perencanaan tata letak yang baik dapat mereduksi biaya atau menghemat dalam pengeluaran perusahaan.
8) Mendukung pergeseran atau perluasan lokasi pasar produk perusahaan
Kenyataan menunjukkan bahwa beberapa perusahaan yang berhasil dalam melaksanakan bisnisnya akan mendapat pasar yang lebih luas. Perluasan pasar kadang harus diikuti oleh suatu pertambahan lokasi pemasaran atas produksi yang dihasilkan. Terjadinya pergeseran atau perluasan lokasi pabrik ini akan berdampak pada penataan pabrik. Dalam upaya mendekati konsumennya, perusahaan kadang membutuhkan perluasan salah satu kegiatan produksi di berbagai kota. Fakta tersebut menunjukkan bahwa pergeseran dan perluasan lokasi pemasaran dapat berdampak pada penataan kembali pusat-pusat produksi perusahaan.
Halaman 11 JENIS TATA LETAK
Menurut Russel dan Taylor (2000) tata letak dibedakan atas : a. Tata letak berorientasi pada produk;
b. Tata letak berorientasi pada proses;
c. Tata letak posisi tetap;
d. Tata letak gudang;
e. Tata letak kantor; dan f. Tata letak ritel.
Dalam perkembangannya kemudian muncul berbagai model tata letak baru sebagai hasil usaha penyempurnaan terhadap tata letak yang sudah ada, seperti tata letak seluler, tata letak hibrida, tata letak fleksibel dan tata letak untuk pabrik berbasis komputer (terotomatisasi penuh). Modernisasi tata letak tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan fleksibilitas sistem. Pada perencanaan konvensional, tata letak dirancang untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi yang tinggi.
Perencanaan tata letak modern dilakukan karena mesin-mesin produksi sudah berbasis komputer.
Mesin-mesin CNC dan DNC mulai dipergunakan, bahkan kemudian muncul mesin-mesin dan peralatan full computerized. Pemakaian mesin dan peralatan seperti itu membuat masin dan peralatan diubah setelannya sehingga mampu melaksanakan tugas pengolahan lain atau dipakai untuk menghasilkan produk lain. Umumnya industri modern telah menggunakan tata letak hibrida tersebut.
a. Tata letak berorientasi produk (product layout)
Tata letak produk (product layout) lazim juga disebut flow shop atau continous production system layout adalah penataan mesin, fasilitas dan peralatan produksi menurut urutan pengerjaan untuk menyelesaikan pembuatan sebuah produk atau jasa yang akan diserahkan dimana unit-unit yang diproduksi akan memiliki urutan proses pengerjaan yang sama.
Gambar 1 Model umum tata letak pabrik roti
Halaman 12
Tata letak berorientasi produk ini akan digunakan dengan kentuan sebagai berikut:
1) Produk yang dihasilkan adalah produk terstandarisasi dan ragamnya terbatas, atau tidak berbeda satu dengan lainnya;
2) Volume produksi tinggi (mass production system) dengan tanpa variabel desain atau variabel desain yang sangat terbatas;
3) Urutan proses pengerjaannya tetap; dan
4) Proses produksi bersifat kontinyu atau berkesinambungan.
Dengan demikian setiap unit produk yang diproses akan memiliki urutan proses pengerjaan yang sama dan tetap. Dalam tata letak produk ini pusat-pusat kegiatan, mesin-mesin dan peralatan disusun sedemikian rupa sehingga membentuk suatu lini pengerjaan yang berbentuk garis lurus, bentuk L atau U untuk mempersiapkan urutan operasional yang akan menghasilkan produk.
Pada gambar diatas, disajikan sebuah model hipotik dari sebuah pabrik roti. Work centre ditata sedemikian rupa sehingga memperoleh bagan arus pekerjaan yang berbentuk U. pengendalian mutu dan kegiatan, serta pengolahan data dan informasi dari setiap departemen pengolahan yang ada, dilakukan oleh depertemen pengendalian. Monitoring atas arus bahan, pekerjaan, dan mutu olahan setiap tahapan proses (work centre), termasuk pengendalian mutu, ditunjukkan oleh hubungan timbal balik setiap aktivitas dengan departemen pengendalian. Melalui hubungan timbal balik tersebut, permasalahan yang ada pada setiap departemen atau tahapan proses dapat diikuti dengan cermat sehingga langkah koreksi dapat dilakukan oleh manajemen setiap saat diperlukan.
Secara umum tata letak berorientasi pada produk ini lazim dijumpai pada perusahaan fabrikasi dan usaha perakitan. Usaha fabrikasi dan manufaktur membuat produk melalui arus konversi bahan baku menjadi keluaran yang spesifik, seperti pabrik ban mobil, pabrik suku cadang, pabrik kain, pabrik peleburan besi dan sebagainya. Karakteristik tata letak produk yanng menghasilkan keluaran yang sama, dan bersifat tetap adalah mesin yang digunakan adalah mesin dengan kegunaan khusus dengan tenaga kerja yang memiki keahlian khusus. Material handling umumnya dilakukan dengan sistim ban berjalan, atau tergantung dengan mobile material handling berupa traktor, crane, forklift dan sebagainya.
Tata letak yang berorientasi produk memeberikan keuntungan utama yaitu:
1) Biaya variabel per unit yang rendah;
2) Mempertahankan biaya penanganan bahan baku yang rendah;
3) Mengurangi persediaan barang dalam proses pengerjaan;
4) Memudahkan pelatihan dan pengawasan bai atas pekerja atau manager.
5) Sementara kerugian yang lebih kecil dibanding keuntungannya dapat diuraikan sebagai berikut:
Dibutuhkan jumlah produksi yang besar karena membutuhkan investasi yang besar pada prosesnya; Penghentian pekerjaan pada titik manapun di seluruh operasi; Fleksibilitas yang rendah apabila dilakukan manufaktur dengan berbagai produk atau tingkat produksi.
b.Tata letak proses (process layout)
Tata letak proses, atau lazim disebut dengan functional layout (tata letak fungsional) adalah penataan tata letak fasilitas dan mesin atau peralatan produksi yang dikelompokkan menurut kesamaan
Halaman 13
fungsinya. Model ini baik untuk diterapkan pada perusahaan yang menjalankan pengolahan produk secara kelompok (batch) atau pesanan dari pelanggan secara individual.
Ciri-ciri tata letak ini adalah sebagai berikut:
1. Arus kegiatan pengolahan atau pengerjaan produk berbeda antara batch yang satu dengan yang lainnya, atau antara pesanan pelanggan yang satu dengan yang lainnya;
2. Produk yang dibuat tergolong produk yang tidak terstandarisasi, spesifikasinya disesuaikan dengan permintaan pesanan atau pelanggan;
3. Volume produksi terbatas, tapi memiliki keragaman yang banyak;
4. Mesin atau alat produksi yang dipergunakan adalah mesin atau perlatan yang multiguna;
5. Pelanggan yang menentukan desain atau spesifikasi produk.
Tata letak proses ini diaplikasikan pada rumah sakit. Dokter dikelompokkan menurut keahlian masing- masing dan secara bersama-sama menjalankan kegiatan poliklinik sesuai keahliannya itu. Perusahaan bengkel service kendaraan bermotor, organisasi penelitian, universitas, perusahaan asuransi, kepolisian dan sebagainya menggunakan tata letak proses. Tipe umum tata letak proses disajikan dalam gambar berikut.
Gambar 2 Bentuk umum tata letak proses
Gambar 3 Tata letak ruang gawat darurat rumah sakit
Halaman 14
Pada gambar 3 disajikan bentuk umum tata letak proses pada sebuah rumah sakit dengan beberapa poliklinik. Dalam gambar disajikan contoh kasus layanan pasien A (patah kaki) dan pasien B (kerusakan alat pacu jantung). Kedua pasien itu ditangani secara fungsional (kebutuhan layanan sesuai dengan jenis penyakitnya), sampai selesai dan menyelesaikan kewajiban administrasinya.
Keuntungan utama dalam tata letak proses ini adalah fleksibilitasnya dalam menentukan peralatan dan merekrut tenaga kerja. Apabila terjadi kerusakan pada salah satu mesin, hal tersebut tidak perlu menghambat seluruh proses. Pekerjaan dapat ditransfer ke mesin yang lain dalam depertemen yang sama.
Tata letak proses juga juga sangat baik untuk menangani produksi suku cadang dalam bantuk batch atau job lot yang kecil. Pengerjaan berkaitan dengan produksi berbagai suku cadang dengan berbagai ukuran dan bentuk. Sementara kerugian dalam tata letak proses adalah penggunaan peralatan yang general purpose yang memerlukan waktu lama untuk pemesanannya dan biaya yang lebih tinggi.
Disamping itu diperlukan lebih banyak keahlian, tenaga kerja dan persediaan barang dalam proses karena ketidakseimbangan yang besar dalam proses produksi. Keahlian tenaga kerja yang tinggi menuntut diadakannya usaha peningkatan keterampilan tenaga kerja melalui pendidikan dan pelatihan atau in the job training secara kontinyu. Proses ini membutuhkan investasi besar di bidang sumber daya manusia.
c.Tata letak tetap (fixed position layout)
Tata letak tetap lazim juga disebut dengan tata letak proyek. Proyek adalah sistim produksi yang dirancang untuk memproduksi hanya satu unit produk dalam satuan waktu tertentu atau sejumlah kecil tugas dengan volume dan keragaman elemen pekerjaan yang tinggi. Kegiatan perakitan pesawat udara, pembuatan kapal pesiar, pembangunan bendungan, jembatan, gedung dan sebagainya tergolong proyek.
Dalam tata letak tetap, produk yang dikerjakan tetap berada di suatu tempat pengerjaan yang ditentukan. Alat-alat dan perlengkapan, bahan serta pekerja, baik tenaga terampil atau tenaga ahli dibawa ke tempat pengerjaan produk. Faktor penting dalam tata letak ini adalah penentuan lokasi directie-kit, ukuran dan jenis konstruksinya. Directie-kit dimaksud akan dimanfaatkan sebagai ruang kerja aparatur proyek, gudang bahan dan peralatan, tempat reparasi alat-alat proyek dan asrama pengawas dan keamanan proyek.
Pada umumnya tata letak tetap menjadi rumit karena dipengaruhi oelh faktor-faktor antara lain sebagai berikut:
1) Ruang geraknya terbatas. Proyek harus tetap berada di posisi pengerjaan;
2) Pada tahap-tahap proses konstruksi diperlukan bahan baku yang berbeda-beda sehingga diperlukan penjadwalan yang cermat;
3) Jumlah bahan baku yang dibutuhkan bervariasi, dengan demikian bagian logistik harus selalu siap dengan permintaan terhadap material.
Gambar 4 Model umum tata letak posisi tetap dalam pembuatan kapal
Halaman 15
d.Tata letak ritel (ritel layout)
Tata letak ritel adalah tata letak dari usaha eceran besar, seperti departemen store dan supermarket.
Tata letak harus memperhitungkan selera dan persepsi pelanggan. Tata letak harus menjamin semua pengunjung dn pelanggan merasa nyaman berada dalam bangunan karena udaranya yang sejuk, cahaya yang cukup dan lain-lain. Barang yang didisplay juga memiliki daya tarik, mudah dijangkau serta menjamin keleluasaan bagi seluruh pelanggan untuk bergerak. Loket pembayaran juga harus cukup tersedia sehingga pelanggan tidak perlu antre lama, alunan musik yang lembut dan sebagainya.
Ada lima ide yang berguna untuk menentukan pengaturan tata letak menyeluruh untuk departemen store atau supermarket yaitu:
1) Menempatkan produk yang sering dibeli konsumen di sekitar akses ke luar toko atau di dekat kasir;
2) Menggunakan lemari atau alat untuk memjang produk yang mudah dilihat konsumen dari jarak yang cukup jauh;
3) Menempatkan barang spesifik yang menjadi tujuan pelanggan datang ke supermarket pada lorong akses ke kasir dan disebarkan ke berbagai tempat sehingga produk lain dapat terihat juga oleh konsumen;
4) Menggunakan lokasi yang paling ujung untuk menempatkan produk yang berpotensi menimbulkan bau sepeti sayur-sayuran, ikan, daging agar baunya tidak menyebar ke lokasi pajang produk lain;
5) Mempertahankan citra toko dengan memilih secara hati-hati penempatan posisi bagian yang akan menjadi awal pembelanjaan konsumen. Misalnya pada sebuah swalayan dipajang produk makanan kecil dan minuman di dekat kasir untuk menarik minat belanja konsumen atas produk itu pada saat mengantri membayar pada kasir.
Gambar 5 Tata letak ritel supermarket atau swalayan
e.Tata letak gudang (warehouse layout)
Tata letak gudang yang baik akan memudahkan penanganan dan pengendalian persediaan, dapat meminimalkan kerusakan barang serta memudahkan penerimaan atau penyerahan barang. Tata letak gudang disesuaikan dengan sistim persediaan yang dipergunakan, misalnya FIFO (first in first out).
Pada perusahaan distributor, penentuan lokasi gudang wilayah dan penataan barang persediaan
Halaman 16
didalamnya sangat penting artinya. Gudang wilayah adalah ujung terdepan perusahaan untuk memperoleh daya saing kecepatan penyerahan produk ke pasar atau pelanggan.
f.Tata letak kantor (office layout)
Tata letak kantor bertujuan untuk menentukan posisi karywan dan peralatan agar arus pekerjaan dan komunikasi antara semua pegawai dan manajer yang ada terjamin. Tata letak pada kantor modern difokuskan pada keterbukaan dan fleksibilitas yang tinggi. Ruangan kerja para karyawan harus disesuaikan antara luasnya dengan volume pekerjaannya. Dengan demikian ruangan akan terpakai secara efisien dan karywan dapat bekerja lebih produktif.
4. Menentukan Tingkat Produksi
Gelombang Revolusi industri 4.0 telah membawa perubahan fundamental pada berbagai tatanan kehidupan global. Hal ini ditandai dengan semakin berkembangnya kreativitas dan inovasi dengan memanfaatkan teknologi informasi yang pada pada akhirnya mendisrupsi berbagai sendi kehidupan global, termasuk persaingan dalam bidang ekonomi.
Disrupsi tersebut dapat tercermin dari terjadinya perubahan yang cepat akibat pemanfaatan Artificial Intelligence (AI), Internet of Things, Human-Machine Interface, dan merebaknya fenomena sharing economy. Hal ini menjadi momentum untuk menjadikan kewirausahaan UMKM yang didukung kreativitas dan inovasi sebagai garda terdepan memenangkan persaingan ekonomi global.
Era revolusi industri 4.0 semakin menjadikan pengembangan kewirausahaan UMKM sebagai salah satu isu strategis yang perlu mendapatkan perhatian kita bersama, utamanya dalam memastikan pengembangan kebijakan yang kondusif dalam mendukung Indonesia Maju.
Kewirausahaan UMKM dilakukan dengan membangun sinergitas dalam pemetaan potensi kewirausahaan, menciptakan iklim kewirausahaan, menumbuhkembangkan kewirausahaan dan inkubasi kewirausahaan serta dukungan pembiayaannya.
Sebagaimana kita ketahui bersama, terminologi kewirausahaan pertama kali muncul pada abad 18.
Diawali dengan penemuan-penemuan baru seperti mesin uap, mesin pemintal, di mana dalam awal sejarah perkembangannya kewirausahaan menjadi motor pertumbuhan dan perluasan organisasi melalui inovasi dan kreativitas.
Pengertian kewirausahaan relatif berbeda-beda antar para ahli/sumber acuan sesuai dengan titik berat perhatian atau penekanannya. Kewirausahaan dapat dimaknai sebagai penciptaan organisasi baru (Gartner, 1988), menjalankan kombinasi (kegiatan) yang baru (Schumpeter, 1934), ekplorasi berbagai peluang (Kirzner, 1973), menghadapi ketidakpastian (Knight, 1921), dan mendapatkan secara bersama faktor-faktor produksi (Say, 1803).
Dari beragam pengertian kewirausahaan yang ada, secara sederhana makna wirausahawan (entrepreneur) adalah orang yang berjiwa berani mengambil resiko untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan, berjiwa berani mengambil resiko artinya bermental mandiri dan berani memulai usaha, tanpa diliputi rasa takut atau cemas sekalipun dalam kondisi tidak pasti (Kasmir, 2007).
Lebih lanjut Schumpeter memaparkan bahwa kunci utama perkembangan ekonomi adalah para inovator dan wiraswasta. Kemajuan ekonomi suatu masyarakat hanya bisa terwujud dengan adanya
Halaman 17
inovasi oleh para entrepreneur. Schumpeter juga membedakan pengertian antara pertumbuhan ekonomi dan pembangunan ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan output masyarakat yang disebabkan oleh semakin banyaknya jumlah faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi masyarakat tanpa adanya perubahan ‘teknologi’ produksi itu sendiri. Sementara itu, pembangunan ekonomi adalah kenaikan output yang disebabkan oleh inovasi yang dilakukan oleh para wiraswasta. Inovasi merupakan perbaikan teknologi dalam arti luas misalnya penemuan produk baru, pembukaan pasar baru yang bersumber dari kreativitas para wiraswasta untuk perbaikan kualitatif dari sistem ekonomi itu sendiri.
Dalam teori kewirausahaan destruksi kreatif (the creative destruction theory of entrepreneurship) yang digagas oleh Joseph A. Schumpeter, wirausahawan dipandang sebagai inovator utama dan kewirausahaan adalah pendorong utama ekonomi, menciptakan pertumbuhan ekonomi melalui badai penghancuran kreatif (Schumpeter, 1947).
Representasi modern yang hebat dari teori Schumpeter tentang penghancuran kreatif dalam kewirausahaan adalah perusahaan rintisan (start-up) yang inovatif. Start-up bertujuan untuk
memecahkan masalah yang ada yang dialami oleh pasar dan penawaran incumbent saat ini. Start-up juga bertujuan untuk menciptakan solusi baru yang pada akhirnya akan mengambil alih produk atau layanan yang ada di pasar dengan menghancurkannya.
Bagi Indonesia pengembangan kewirausahaan menjadi suatu keniscayaan mengingat saat ini tingkat kewirausahaan Indonesia baru mencapai 3,47%, lebih rendah dari negara negara tetangga, seperti Singapura dengan tingkat kewirausahaan 8,5%, Thailand dan Malaysia 4,5%. Padahal untuk menjadi negara maju setidaknya dibutuhkan minimal 4% dari proporsi jumlah penduduk.
Pandemi Momentum Pengembangan Kewirausahaan
Visi Indonesia Maju yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian berlandaskan gotong royong yang antara lain dijabarkan melalui peningkatan kualitas manusia, struktur ekonomi yang produktif mandiri dan berdaya saing, dengan pembangunan yang merata dan berkeadilan, menjadikan
pengembangan kewirausahaan menjadi semakin strategis dalam memastikan visi dan misi Indonesia Maju dapat diakselerasi capaiannya.
Bonus Demografi Indonesia yang akan mencapai puncaknya pada tahun 2030 membutuhkan lebih banyak lagi wirausaha-wirausaha muda. Mengingat setiap tahunnya terdapat 2,9 juta penduduk usia kerja baru atau anak-anak muda yang baru masuk ke pasar kerja, tentunya kebutuhan atas lapangan kerja baru harus disiapkan dan pengembangan kewirausahaan menjadi jawabannya.
Transformasi spirit kewirausahaan pada ekonomi kerakyatan yakni Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki peran strategis dalam menopang pertumbuhan ekonomi nasional setelah
terdampak pandemi Covid-19, yang terbukti tangguh terhadap goncangan akibat pandemi Covid 19.
Hal itu terlihat dari kontribusi UMKM terhadap PDB Indonesia terus meningkat sampai sekitar 60% di masa pra pandemi.
Penyerapan tenaga kerja oleh UMKM juga sangat tinggi dan terus bertumbuh mencapai 96,99% – 97,22% dengan jumlah pelaku UMKM mencapai 62 juta atau sekitar 98% dari pelaku usaha nasional.
Peran penting UMKM dalam perekonomian nasional sejatinya mencerminkan peran penting UMKM dalam pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) di Indonesia.
Halaman 18
Pengembangan kewirausahaan berbasis UMKM diharapkan dapat menjadi garda terdepan dalam pencapaian pilar ekonomi SDGs dengan penciptaan lapangan kerja, penciptaan kondisi kerja yang layak, inovasi bisnis, adaptasi dan mitigasi dampak negatif ekonomi, sosial dan lingkungan untuk pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.
Keterkaitan antara kewirausahaan dan pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja menjadi semakin relevan merujuk pada berbagai penelitian menunjukkan keterkaitan positif antara
kewirausahaan dan pertumbuhan ekonomi.
Hasil studi Ogunlana (2018) menemukan kewirausahaan dapat memainkan peran penting dalam mencapai pertumbuhan ekonomi bagi negara untuk mengatasi krisis ekonomi.Ia menegaskan kewirausahaan dapat menghasilkan lapangan kerja, inovasi, meningkatkan produksi, dan diversifikasi sumber pendapatan ekonomi dengan mendorong pengembangan UMKM.
Kita patut bersyukur keberpihakan pemerintah RI dalam mengembangkan ekosistem yang kondusif terhadap pengembangan kewirausahaan berbasis UMKM semakin meningkat dalam dekade
terakhir, yang semakin mendapatkan momentumnya pada kondisi pandemi Covid 19.
Payung Hukum UU Cipta Kerja dan produk turunannya sebagai bukti nyata keberpihakan kepada UMKM, ditandai dengan adanya kemudahan, mendorong dari sektro mikro, sektor informal ke formal dan mendorong UMKM naik kelas, dan semakin mudahnya perizinan dan akses pembiayaan.
Dari sisi permodalan, alokasi dana berkisar Rp 123,46 triliun disiapkan untuk UMKM dalam program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Kementerian Koperasi dan UKM akan menyalurkan kembali Bantuan Presiden (Banpres) Produktif Usaha Mikro (BPUM) tahap 2 pada Juni 2021. Bantuan ini ditujukan untuk 3 juta penerima yang masing-masing akan mendapat hibah dana Rp 1,2 juta.
Sebagaimana diketahui BPUM tahap 1 telah disalurkan kepada 9,8 juta penerima dengan total bantuan sebesar Rp 11,76 triliun.
Dengan beragam keberpihakan pemerintah diharapkan kewirausahaan berbasis UMKM dapat naik kelas, langkah selanjutnya adalah memasifkan go digital sehingga dapat meningkatkan daya saing UMKM, tidak lagi hanya sebagai pasar bagi produk-produk asing ditengah laju perekonomian digital yang tidak terbendung.
Dengan potensi jumlah penduduk yang besar, Indonesia sangat berpeluang besar mengisi ceruk pasar digital yang tumbuh pesat khususnya di masa pandemi Covid 19. Digitalisasi merupakan kunci karena baru 8 juta atau 13% dari 64 juta pelaku UMKM yang telah memanfaatkan integrasi menuju teknologi digital.
Pengembangan kewirausahaan berbasis UMKM yang dituju diharapkan akan dapat meningkatkan daya saing UMKM di pasar domestik dan global sehingga UMKM dapat terintegrasi dengan Global Value Chains (GVC) dan semakin banyak UMKM yang naik kelas (Scalling Up) yang ditandai dengan peningkatan volume usaha, pertumbuhan ekspor dan pertumbuhan tenaga kerja UMKM.
Kita tentunya berharap komitmen dari para pemangku kepentingan harus dapat terus ditingkatkan guna lebih melibatkan pelaku UMKM, mengisi rantai pasok di sejumah sektor seperti konstruksi, otomotif, hingga telekomunikasi dan terus diperluas dengan memberikan ruang yang lebih besar lagi bagi pelaku UMKM di sentra-sentra ekonomi produktif di Tanah Air sebagai bentuk perlindungan dan pemberdayaan.
Halaman 19
Pelaku bisnis harus dapat menjadikan produk-produk UMKM menjadi primadona dalam etalase produk-produk lokal dan unggulan daerah setempat dengan menyediakan fasilitas dan ruang yang diberikan untuk mereka berkembang, misalnya produk kuliner lokal dan kerajinan lokal di rest area tol, bandara stasiun kereta api dan lainnya.
Di samping itu upaya sinkronisasi dan koordinasi kebijakan dan implementasi antar K/L pusat dan daerah harus dapat terus ditingkatkan sehingga kondusif terhadap ekosistem bisnis UMKM yang mendapat dukungan optimal melalui one gate policy, sehingga pemberdayaan UMKM betul-betul terintegrasi, terpadu, baik dalam menentukan sektor prioritas, langkah-langkah strategis, maupun desain pembiayaan.
Kemitraan strategis antara Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dengan korporasi perlu terus ditumbuhkembangkan di seluruh daerah Indonesia dengan mengandalkan produk unggulan lokal dan memperhatikan keragaman potensi yang ada, untuk meningkatkan kualitas kewirausahaan UMKM di Tanah Air sehingga melalui kerja sama ini bisa meningkatkan daya saing UMKM di pasar global.
Kemitraan strategis merupakan strategi dalam menumbuhkan pengusaha baru dan UMKM yang kuat sesuai dengan spirit Undang-Undang (UU) Nomor 11 Tahun 2020 tentang Ciptakerja, Pasal 90 yang menyebutkan bahwa setiap pemerintah daerah atau pusat wajib memfasilitasi UMKM dalam rantai pasok demi meningkatkan kompetensi usaha.
Beragam strategi tersebut dapat disinergikan dengan market place digital yang menghubungkan simpul-simpul produksi dengan masyarakat sebagai konsumen sehingga dapat meningkatkan supply dan demand serta menjangkau secara luas pelaku UMKM agar terjadi pemerataan ekonomi.
Pada tingkat desa semangat kewirausahaan dipastikan dapat menyebar secara merata pada beragam wilayah dengan potensi ekonominya masing-masing yang ditandai dengan meningkatnya badan usaha milik desa (BUMDes) atau koperasi produktif yang akan menjadi aktor penggerak ekonomi lokal.
Kewirausahaan berbasis UMKM pada industri pengolahan skala kecil menengah seperti pengeringan dan pengilingan padi, pembuatan bahan makanan berbahan dasar buah, pemurnian susu, rumah potong hewan, atau gudang penyimpanan berpendingin di pesisir perlu menjadi “target intervensi massif “ yang terus digelorakan sehingga keadilan dan pemerataan ekonomi dapat terus
ditingkatkan.
Pengembangan kewirausahaan UMKM yang berbasis ekonomi kerakyatan seyogyanya dapat menjadi jawaban untuk mengatasi potensi ledakan pengangguran, sekaligus menjaga daya beli masyarakat agar tidak merosot ditengah kondisi Pandemi Covid 19 yang belum diketahui kapan berakhirnya.
Sejarah telah membuktikan kepada kita bahwa usaha menengah kecil mikro atau UMKM, mampu bertahan dan menjadi penyelamat perekonomian di tengah krisis besar, seperti pada tahun 1997- 1998, demikian pula sekarang sejarah pun berulang, ketika perekonomian global dan nasional lesu akibat pandemi Covid-19, sektor UMKM masih bertahan dan terus bergerak.
Halaman 20
Kita tentunya berharap dengan pengembangan kewirausahaan UMKM akan dapat menjadi
penggerak pertumbuhan ekonomi sekaligus menjawab permasalahan penyerapan tenaga kerja dan penyelamat ekonomi nasional di tengah kondisi pandemi Covid 19.
Halaman 21
Latihan
1. Jelaskan Pengertian Pengelolaan Produksi 2. Jelaskan manfaat Perencanaan Fasilitas!
3. Jelaskan Pengaturan Tata Letak Mesin Produksi !
4. Bagaimana Menentukan Tingkat Produksi!
Halaman 22
Referensi
https://arly912.wordpress.com/2012/11/20/pengelolaan-produksioperasi-dalam-bisnis/
https://mill.onesearch.id/Record/IOS4666.11728/TOC
https://elibrary.unikom.ac.id/id/eprint/1244/8/TugasAkhir_Mohammad%20Ridwan_Bab%202.pdf
https://setneg.go.id/baca/index/kewirausahaan_umkm_dan_pertumbuhan_ekonomi
https://henzmail.wordpress.com/2016/06/20/perencanaan-tata-letak-dalam-proses-produksi- perusahaan/