• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN KERJA PRAKTEK METODE PELAKSANAAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LAPORAN KERJA PRAKTEK METODE PELAKSANAAN"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN SHEAR WALL DAN

CORE WALL APARTEMENT EASTON PARK RESIDENCE

DI JATINANGOR, SUMEDANG JAWA BARAT

Ditulis Sebagai Salah Satu Syarat Akademik

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Sipil Strata Satu (S1)

Disusun oleh :

ANGGIE CHRISNA DEWI

2411101045

HESTI NILA PUSPITA S.

2411101039

FAKULTAS TEKNIK

JURUSAN TEKNIK SIPIL

UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI

CIMAHI

(2)

METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN SHEAR WALL DAN

CORE WALL APARTEMENT EASTON PARK RESIDENCE

DI JATINANGOR, SUMEDANG JAWA BARAT

Ditulis Sebagai Salah Satu Syarat Akademik

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Sipil Strata Satu (S1)

Disusun oleh :

ANGGIE CHRISNA DEWI

2411101045

HESTI NILA PUSPITA SUKARNA

2411101039

Disetujui oleh :

Ketua Jurusan Teknik Sipil

Universitas Jenderal Achmad Yani

DR. ARIANI BUDI SAFARINA, IR., MT.

0430076202

Pembimbing Kerja Praktek

DR. ARIANI BUDI SAFARINA, IR., MT.

(3)

METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN SHEAR WALL DAN

CORE WALL APARTEMENT EASTON PARK RESIDENCE

DI JATINANGOR, SUMEDANG JAWA BARAT

Ditulis Sebagai Salah Satu Syarat Akademik

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Sipil Strata Satu (S1)

Disusun oleh :

ANGGIE CHRISNA DEWI

2411101045

HESTI NILA PUSPITA SUKARNA

2411101039

Disetujui oleh :

Pembimbing Lapangan

PANJI DWI JAYAGUNA

(4)

diberikan-Nya, sehingga Laporan Kerja Praktek ini dapat diselesaikan.Laporan Kerja Praktek dengan judul “METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN SHEAR WALL DAN CORE WALL APARTEMENT EASTON PARK

RESIDENCE DI JATINANGOR, SUMEDANG JAWA BARAT” ini ditujukan untuk memenuhi sebagian persyaratan akademik untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Sipil Strata Satu di Universitas Jenderal Achmad Yani.

Penulis menyadari bahwa tanpa bimbingan, bantuan, dan doa dari berbagai pihak, Laporan Kerja Praktek ini tidak akan dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses pengerjaan Laporan Kerja Praktek ini, yaitu kepada:

1. Ibu Dr. Ir. Ariani Budi Safarina, MT. selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil. 2. Ibu Dr. Ir. Ariani Budi Safarina, MT. selaku Dosen Pembimbing Kerja

Praktek yang telah memberikan bimbingan dan banyak memberikan masukan kepada penulis.

3. Bapak Ronni I. S. R. Hadinagoro, Ir., MT. selaku Dosen Wali Angkatan 2010

4. Bapak Panji Dwi Jayaguna selaku site engineer PT. WIJAYA KARYA BANGUNAN GEDUNG yang berkenan memberi izin penulis untuk melaksanakan kerja praktek di proyek yang sedang berjalan.

5. Ayah, Ibu, kakak-kakak dan adik-adik yang telah memberikan dukungan moril, do’a, dan kasih sayang.

6. Semua pihak yang namanya tidak dapat disebutkan satu per satu.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa mungkin masih terdapat banyak kekurangan dalam Laporan Kerja Praktek ini. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca akan sangat bermanfaat bagi penulis. Semoga Laporan Kerja Praktek ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.

(5)

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB IPENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Kerja Praktek ... 1

1.2. Maksud dan Tujuan Kerja Praktek ... 2

1.3. Ruang Lingkup Pembahasan ... 2

1.4. Metodologi ... 3

1.5. Sistematika Pembahasan ... 4

BAB IITINJAUAN UMUM PROYEK ... 5

2.1. Latar Belakang Proyek... 5

2.2. Proses Pengadaan Proyek ... 6

2.2.1. Jenis Lelang Proyek ... 6

2.2.2. Jenis Tender Proyek ... 7

2.3. Nilai Kontrak dan Sumber Dana ... 7

2.4. Data Proyek... 7

2.5. Jenis Kontrak Lumpsum / Fix Price ... 12

2.5.1. Definisi dan Kondisi Kontrak Lump Sum ... 12

(6)

2.6.1. Struktur Organisasi Management Proyek ... 17

2.6.2. Struktur Organisasi Management Konstruksi (MK) ... 18

2.6.3. Struktur Organisasi Kontraktor ... 19

2.6.4. Tugas dan Kewajiban Unsur-unsur Pelaksana Proyek... 20

2.6.5. Hubungan Kerja Pada Proyek ... 21

2.7. Gambar Kerja / Shop drawing ... 23

2.8. Perancangan Waktu Pelaksanaan Pekerjaan ... 24

2.9. Laporan Harian dan Bulanan ... 26

BAB IIITINJAUAN UMUM PELAKSANAAN PROYEK ... 28

3.1. Konsep Perencanaan ... 28

3.2. Perencanaan Pekerjaan Beton ... 28

3.2.1. Rencana Kerja ... 30

3.2.2. Pengadaan Bahan yang Digunakan ... 30

3.2.3. Jenis-jenis peralatan yang digunakan ... 33

3.2.4. Pengadaan Tenaga Kerja ... 39

3.2.5. Pengendalian Mutu (Quality Control) ... 39

3.3. Sistem Manajemen Kesehatan Dan Keselamatan Kerja ... 42

3.3.1. Tujuan keselamatan dan lingkungan kerja. ... 42

3.3.2. Prosedur Standar K3 Proyek ... 43

3.3.3. Peralatan Keselamatan Kerja ... 47

BAB IVMETODE PELAKSANAAN PEKERJAAN SHEARWALL DAN CORE WALL BESERTA TUGAS KHUSUS DI LAPANGAN ... 50

4.1. Pekerjaan Shearwall dan Corewall ... 50

(7)

4.2.1. Tugas dari Pembimbing Lapangan... 58

4.2.2. Tugas Perhitungan Volume Besi Tulangan Tie Beam ... 58

4.2.3. Tugas Perhitungan Tulangan Pitlift ... 58

4.2.4. Tugas Monitoring Pengecoran Beton dan Pendatangan Beton ... 61

4.2.5. Tugas Perhitungan Pembesian Corewall ... 86

4.2.6. Tugas Perhitungan Volume Tie beam ... 86

4.2.7. Tugas Perhitungan Banyaknya Tulangan Dinding STP 2... 93

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN ... 96

5.1. Kesimpulan ... 96

5.2. Saran ... 97

(8)

Gambar 2.1 Peta Lokasi Proyek ... 5

Gambar 2.2 Site Proyek ... 10

Gambar 2.3 Gambar Kondisi Proyek ... 10

Gambar 2.4 Site Plan Proyek ... 11

Gambar 2.5 Easton Park Residence ... 11

Gambar 2.6 Struktur Organisasi Management Proyek ... 17

Gambar 2.7 Struktur Organisasi Management Konstruksi (MK) ... 18

Gambar 2.8 Struktur Organisasi Kontraktor ... 19

Gambar 3.1 Besi Tulangan……… 33

Gambar 3.2 Papan Multiplek ... 34

Gambar 3.3 Truk Mixer ... 34

Gambar 3.4 Pompa Kodok ... 35

Gambar 3.5 Bucket... 35

Gambar 3.6 Concrete Vibrator ... 36

Gambar 3.7 Tower Crane ... 36

Gambar 3.8 Molen ... 37

Gambar 3.9 Scaffolding ... 37

Gambar 3.10 Bar Cutter ... 38

Gambar 3.11 Las dengan Gas Elpigi... 38

Gambar 3.12 Bar Bender... 39

Gambar 3.13 Relat/Hollow ... 39

Gambar 3.14 Struktur Organisasi Keselamatan Kerja ... 45

Gambar 3.15 Rencana Penanganan Kecelakaan Kerja ... 46

Gambar 3.16 Kegiatan Pelatihan Pemadam Kebakaran ... 46

Gambar 3.17 Pengenalan Toolbox Meeting... 47

Gambar 3.18 Penggunaan Alat Pengaman ... 47

Gambar 3.19 Pemasangan Rambu dan Spanduk K3 & 5R ... 48

Gambar 3.20 Safety Helm ... 49

(9)

Gambar 4. 2 Perancangan Tulangan Shear Wall ... 51

Gambar 4. 3 Perancangan Tulangan Core Wall ... 51

Gambar 4. 4 Pemasangan table form ... 53

Gambar 4. 5 Pelaksanaan Marking Posisi Elemen Struktur ... 53

Gambar 4. 6 Pekerjaan Pemasangan Block Out... 53

Gambar 4. 7 Pemasangan Bekisting Wall Sistim Climbing ... 54

Gambar 4. 8 Pengecoran Menggunakan Bucket ... 55

Gambar 4. 9 diagram alir pembongkaran bekisting Shear Wall dan Core Wall ... 56

Gambar 4. 10 Lapisan Bekisting ... 57

(10)

Tabel 4. 1 Spesifikasi Penulangan Pitlift ... 59

Tabel 4. 2 Perhitungan Besi Tulangan yang Dibutuhkan ... 59

Tabel 4. 3 Monitoring Pengecoran Beton ... 60

Tabel 4. 4 Monitoring Pendatangan Beton ... 64

Tabel 4. 5 Perhitungan Volume Tiebeam BS1... 84

Tabel 4. 6 Perhitungan Volume Tiebeam BS2... 87

Tabel 4. 7 Perhitungan Volume Tiebeam BS3... 89

Tabel 4. 8 Perhitungan Volume Tiebeam BS4... 89

Tabel 4. 9 Spesifikasi Diameter dan Berat per meter ... 91

(11)

Lampiran A-1 Bill of Quantity (BoQ) ... L-1

Lampiran A-2 Tampak Samping Proyek Kiri Proyek Beserta Notasinya ... L-2

Lampiran A-3 Tampak Samping Proyek Kanan Proyek Beserta Notasinya ... L-3 Lampiran A-4 Tampak Belakang Proyek Beserta Notasinya ... L-4

Lampiran A-5 Tampak Depan Proyek Beserta Notasinya ... L-5

Lampiran A-6 Detail Shearwall ... L-6

Lampiran A-7 Denah Pondasi ... L-7

Lampiran A-8 Potongan Lift ... L-8

Lampiran A-9 Denah Mezanine, Denah Lt 1, Denah Lt 2, Denah Lt 3,

Denah Lt 4-10 ………. L-9

Lampiran A-10 format proses persetujuan Shop Drawing ... L-10

Lampiran A-11 Laporan Harian ... L-11

Lampiran A-12 Kurva-S ... L-12 Lampiran A-13 Pengendalian Mutu (Quality Control) ... L-13

Lampiran A-14 Detail Struktur Core Wall ... L-14

Lampiran A-15 Metoda Kerja Struktur Shear Wall dan Core Wall... L-15

Lampiran A-16 Tugas dari Pembimbing Lapangan ... L-16

(12)

Lampiran A-20 Shop Drawing Perhitungan Volume Tie Beam ... L-20

Lampiran A-21 Tugas Perhitungan pembesian Sengkang dan Pinggang,

volume bekisting, Lantai Kerja/plastik cor dan pasir urug Tie Beam ... L-21

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Kerja Praktek

Kerja Praktek (KP) merupakan salah satu mata kuliah wajib khususnya di Jurusan Teknik Sipil Universitas Jendral Achmad Yani. Selain untuk memenuhi kegiatan akademik, KP ini diharapkan dapat bersinergi antara dunia pendidikan dengan dunia kerja. Sehingga mahasiswa dapat memiliki pengetahuan, pengalaman dan dapat mengatasi persaingan di dunia kerja. KP juga dapat dijadikan jembatan untuk menambah wawasan dari orang-orang yang telah berpengalaman di bidangnya dan mampu berkomunikasi dengan sesama masyarakat konstruksi.

Sesuai kurikulum, Kerja Praktek diwajibkan diikuti oleh mahasiswa semester VI untuk jenjang program Strata 1 di Jurusan Teknik Sipil Universitas Jendral Achmad Yani. Bidang ilmu yang diambil sesuai dengan ruang lingkup Program Studi masing-masing. Pada pelaksanaannya,Kerja Praktek dilaksanakan selama 1 bulan. Pada waktu tersebut mahasiswa diharapkan dapat mengamati, mempelajari, mendokumentasikan dan ikut terlibat pada seluruh kegiatan di proyek baik secara administratif, manajemen dan pelaksanaan konstruksi, sehingga mahasiswa mendapat pengalaman dan mampu menyimpulkan keterkaitan antara teori dan praktikum yang didapatkan di kampus dengan keadaan langsung dilapangan. Dari seluruh hasil kegiatan dan pengalaman yang didapat selama KP, mahasiswa dapat menulisnya dalam bentuk sebuah laporan.

(14)

1.2. Maksud dan Tujuan Kerja Praktek

Maksud dari kerja praktek ini adalah agar mahasiswa teknik pada umumnya serta mahasiswa Teknik Sipil Universitas Jenderal Achmad Yani pada khususnya dapat belajar mengaplikasikan ilmu yang telah diperolehnya di bangku kuliah. Serta untuk menyiapkan mahasiswa – mahasiswa yang berkualitas serta profesional sesuai dengan disiplin ilmu yang didapat dengan adanya kerja praktek ini diharapkan terciptanya mahasiswa yang dapat dan mampu memanfaatkan sarana dan prasarana yang efektif & efisien guna memperoleh hasil yang maksimal. Dari kerja praktek ini mahasiswa Teknik Sipil diharapkan memperoleh pengalaman dan pengetahuan dalam penerapan teori serta praktek yang sebenarnya di lapangan.

Tujuan kerja praktek ini adalah :

1. Memberikan peluang kepada mahasiswa untuk terlibat secara langsung kegiatan proyek (Kontraktor, Konsultan atau Lembaga Penelitian) yang berhubungan dengan bidang ilmu Rekayasa Sipil yang telah dipelajari sebelumnya di kegiatan perkuliahan.

2. Memberi kesempatan pada mahasiswa untuk membuat sebuah perbandingan dan menganalisis mengenai pengetahuan yang telah diperoleh dari kegiatan perkuliahan dengan kegiatan sebenarnya di lapangan.

3. Memberikan pengalaman kepada mahasiswa untuk terjun langsung ke lapangan secara visual dan dengan melakukan aktifitas kegiatan pembangunan fisik dalam bidang kerekayasaan, kontraktual dan administratif, serta pelaksanaannya di lapangan sehingga mahasiswa mempunyai pengetahuan dan pemahaman atas masalah tersebut.

4. Mengembangkan kemampuan dan keterampilan mahasiswa secara optimal dalam menyampaikan dan membahas kegiatan selama Kerja Praktek dalambentuk tulisan berupa laporan.

Salah satu bentuk usaha untuk mendapatkan pengalaman kerja di lapangan yang tidak didapatkan secara langsung di bangku kuliah.

1.3. Ruang Lingkup Pembahasan

(15)

pekerjaan arsitektur, finishing dll. Dengan banyak pekerjaan tersebut, maka laporan Kerja Praktek ini membatasi masalah yang akan dibahas agar didapatkan hasil pembahasan yang optimal.

Masalah yang akan dibahas pada laporan Kerja Praktek ini meliputi segala sesuatu yang berkaitan dengan metoda pelaksanaan pekerjaan Shearwall dan Corewall dari mulai pekerjaan persiapan, pekerjaan pembesian, pekerjaan pemasangan acuan dan perancah (bekisting), pekerjaan pengecoran beton, pekerjaan pembongkaran acuan dan perancah (bekisting), dan pekerjaan perawatan beton. Dari seluruh pekerjaan tersebut lebih ditekankan kepada metoda pelaksanaan, pengendalian mutu pembetonan sebelum pelaksanaan, pengendalian pelaksanaan pekerjaan beton dan pengendalian mutu setelah pelaksanaan pekerjaan beton. Adapun lingkup pengamatan tersebut terdiri dari pekerjaan lantai Basement dari tanggal 10 Juni2013 sampai dengan 28Juli2013.

1.4. Metodologi

Dalam menyajikan gambaran yang jelas, dalam penyusunan laporan Kerja Praktek ini penulis mengumpulkan data sebanyak – banyaknya sesuai yang dibutuhkan. Laporan Kerja Praktek ini pada hakekatnya melaporkan hasil pengamatan atau peninjauan selama pelaksanaan proyek. Adapun metode-metode yang penulis gunakan adalah sebagai berikut :

1. Mengacu pada pedoman Kerja Praktek yang diberikan oleh coordinator Kerja Praktek.

2. Mengikuti arahan yang diberikan oleh pembimbing baik pembimbing lapangan maupun pembimbing dari jurusan teknik sipil.

3. Mempelajari gambar rencana pekerjaan, rencana kerja dan syarat-syarat, RAB, kurva S, serta data pendukung proyek lainnya yang relevan.

4. Melaksanakan tugas-tugas yang diberikan oleh pembimbing lapangan seperti menghitung volume pekerjaan yang akan dilaksanakan dilapangan.

5. Mendokumentasikan pelaksanaan pekerjaan proyek berupa foto-foto, video dan berbagai lampiran yang disajikan untuk menunjang kelengkapan dari laporan 6. Mengadakan diskusi dengan pihak-pihak yang terkait (Site Manager, para

(16)

7. Mencari data dan informasi yang dibutuhkan dengan cara studi pustaka, wawancara dengan pihak-pihak yang terlibat, keterlibatan langsung di lapangan, maupun memanfaatkan literature bahan kuliah yang telah didapatkan.

1.5. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan laporan Kerja Praktek disajikan dalam 5 Bab. Untuk lebih jelasnya adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

membahas tentang latar belakang Kerja Praktek, tujuan Kerja Praktek, ruang lingkup pembahasan Kerja Praktek, metodologi penulisan dan sistematika pembahasan

BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK

membahas tentang Latar Belakang Proyek, Data Proyek, Struktur Organisasi Proyek (meliputi prosedur & hubungan kerja) dan Tinjauan Perencanaan Proyek.

BAB III TINJAUAN PELAKSANAAN PROYEK

Membahas mengenai perencanaan pekerjaan beton, rencana kerja, pengadaan bahan dan peralatan yang digunakan, pengadaan tenaga kerja, pengendalian mutu, konsep perencanaan, perencanaan sistem konstruksi, dan sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja (K3).

BAB IV METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN SHEAR WALL DAN

COREWALL

Membahas mengenai latar belakang perencanaan pemasangan Shearwall, konsep perancangan, perancangan sistem konstruksi, perancangan konstruksi, dan perancangan waktu pelaksanaan pekerjaan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

(17)

BAB II

TINJAUAN UMUM PROYEK

2.1. Latar Belakang Proyek

Proyek dapat di definisikan sebagai suatu rangkaian aktifitas pekerjaan yang terdiri dari rangkaian bagian pekerjaan yang saling berkaitan satu dengan yang lain dan melibatkan banyak orang serta sumber daya manusia untuk mengerjakan segala sesuatu didalamnya, dengan biaya serta waktu tertentu, menyangkut persiapan, survey, penyusunan konsep, hingga pada tahap implementasi konsep tersebut, yang pada akhirnya secara bersama-sama mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan. Pada decade terakhir ini perkembangan kawasan Jatinangor dari tahun ke tahun semakin pesat, hal tersebut dikarenakan wilayah ini merupakan kawasan pendidikan dari beberapa universitas ternama diantaranya IPDN, UNPAD, ITB, dan IKOPIN. Dengan menjadi kawasan pusat pendidikan, Jatinangor menjadi tempat yang sangat menarik untuk orang-orang berinvestasi di bidang property dengan membuka tempat kost atau kontrakan.

Easton Park Residence berada di lokasi strategis, jalur utama Provinsi Jawa Barat, dilalui kendaraan 24 Jam, akses dekat gerbang tol Cileunyi (1Km), berada di kawasan pendidikan dan industry serta berdekatan dengan berbagai fasilitas umum seperti mall, supermarket, bank, pasartradisional, terminal, dll.

(18)

Easton Park Residence bukan apartement pertama di Jatinangor, namun konsep hunian vertikal yang benar-benar memanjakan penghuni apartement Easton Park Residence. Easton Park Residence menghadirkan sebuah konsep hunian modern yang aman dan nyaman serta didukung berbagai fasilitas lengkap yang akan membuat hidup penghuninya semakin menyenangkan. Keamanan 24 jam dengan CCTV, jaringan cable TV, internet, Wi-fi, swimming pool, fitness centre, resto dan cafe, dll. Hunian modern ini cocok untuk keluarga maupun mahasiswa yang membutuhkan tempat tinggal selama kuliah di Jatinangor.

2.2. Proses Pengadaan Proyek

2.2.1. Jenis Lelang Proyek

Proyek pembangunan Apartement EASTON PARK Residence, owner melakukan system lelang yaitu Sistem Penunjukan Langsung. System penunjukan langsung ini adalah penunjukan kontraktor sebagai pelaksana terbatas penawar/rekanan yang tercatat dalam Daftar Rekanan Mampu (DRM) dan memiliki daftar rekanan yang masih berlaku, serta memenuhi persyaratan, diantaranya sebagai berikut :

1. Mempunyai klasifikasi sesuai dengan besar nilai pekerjaan yang akan dilaksanakan yaitu klasifikasi dengan nilai minimal A 1-6 untuk kontraktor bidang perumahan dan pemukiman, serta memiliki Tanda Daftar Rekanan (TDR) untuk bidang Cipta Karya Sub. Bidang Bangunan Gedung.

2. Telah mendaftarkan diri untuk mengikuti seleksi persyaratan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh panitia lelang. 3. Mengambil dokumen pelaksanaan.

4. Mengikuti rapat penjelasan pekerjaan (Aanwijzing) lelang.

(19)

2.2.2. Jenis Tender Proyek

Dalam proyek ini tidak diadakan proses tender. Dan untuk bidang MEP ( Mekanikal, Elektrikal, dan Plumbing ) itu diadakan dengan system lelang terbuka.

2.3. Nilai Kontrak dan Sumber Dana

Dalam pengadaan Proyek Pembangunan Apartement EASTON PARK Residence ini memiliki nilai kontrak atau memakan dana sebesar Rp 106.480.000.000,-.Dana pembangunan berasal dari PT. KALMAR LAND yang dibantu oleh Bank.

2.4. Data Proyek

2.4.1. Data TeknisProyek

Nama Proyek : Easton Park Residence

(20)

- Lantai 12 : 3 m

Nilai Slump :12±2 beton ready mix untuk balok, kolom dan pelat Struktur Bangunan : Beton bertulang

Struktur Atap : Dak beton

Struktur Tangga : Tangga Beton Bertulang. Tipe Pondasi : Bore pile

Subkontraktor Pondasi: PT. Berdikari

Produsen Beton : PT. Adhimix Precast Indonesia Produsen Besi :PT. Delco Prima

(21)

2.4.2. Data Administrasi dan Pendanaan Proyek

Pendanaan proyek “Easton Park Residence” Jatinangor berasal dari

PT. Kalmar Land. Berikut adalah data administrasi proyek tersebut :

Nama Proyek : Easton Park Residence

Lokasi proyek : Jl. Jatinangor Raya No. 78 Kab.Sumedang Owner/ PemilikProyek : PT. Kalmar land

Management Konstruksi : PT. Kalmar Jaya

Konsultan Struktur : Gunadi Ligawan Engineering Consultant Konsultan Arsitektur : Pensil Desain Konsultan

Pelaksana Konstruksi : PT. Wijaya Karya BangunanG edung Sistem Pelelangan : Penunjukan Langsung

Sumber Dana : Swasta

Dari sumber dana yang berasal dari swasta yaitu PT. KALMAR JAYA, telah dikalkulasi biaya proyek dalam bentuk Bill of Quantity (BoQ). (dapat dilihat dalam Lampiran A-1)

2.4.3. Gambar – Gambar Kondisi Lapangan

Proyek pembangunan Easton Park Apartement Jatinangor terletak di Bandung Selatan dekat perbatasan antara Kota Bandung dan Kabupaten Bandung. Proyek ini memiliki batas-batas bangunan sebagai berikut : 1. Sebelah Barat : Rumah warga

2. Sebelah Selatan : Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) 3. Sebelah Utara : Pesawahan

(22)

Gambar 2.2 Site Proyek

(23)

Gambar 2.4 Site Plan Proyek

(24)

2.5. Jenis Kontrak Lumpsum / Fix Price

Proyek ini juga memiliki jenis kontrak Lumpsum / Fix Price karena dalam pengadaan dananya berasal dari owner dan pekerjaan pembangunannya dilakukan oleh instansi berbeda yaitu PT. WIJAYA KARYA BANGUNAN GEDUNG. Adapun peraturan-peraturan ini tertuang dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Perpres 70 pasal 51 ayat (1).yaitu kontrak pengadaan barang/jasa atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu sebagaimana ditetapkan dalam kontrak, dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Jumlah harga pasti dan tetap serta tidak dimungkinkan penyesuaian harga; 2. Semua risiko sepenuhnya ditanggung oleh penyedia barang/jasa

3. Pembayaran didasarkan pada tahapan produk/keluaran yang dihasilkan sesuai dengan isi kontrak;

4. Sifat pekerjaan berorientasi pada keluaran (output based); 5. Total harga penawaran bersifat mengikat;

6. Tidak diperbolehkan adanya pekerjaan tambah/kurang.

2.5.1. Definisi dan Kondisi Kontrak Lump Sum

System kontrak Lump Sum merupakan suatu kontrak pengadaan barang / jasa atas penyelesaian seluruh pekerjaan tersebut dalam batas waktu tertentu dengan jumlah harga yang pasti dan tetap. Dengan demikian semua resiko yang mungkin terjadi dalam proses penyelesaian pekerjaan tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab pemborong.

1. Kontrak Lump Sum merupakan jenis kontrak berdasarkan aspek perhitungan biaya yang merupakan bagian dari jenis kontrak fixed priced contract dimana terdiri atas dua yaitu fixed price lump sum contract dan fixed priced unit rate contract.

(25)

dimulai. Pemberi tugas setuju membayar harga atas penyelesaian pekerjaan berdasarkan cara pembayaran yang telah dinegosiasikan. 3. Semua risiko yang mungkin terjadi dalam proses penyelesaian pekerjaan

yang sepenuhnya ditanggung oleh Penyedia Jasa (risiko yang cukup besar) sepanjang gambar dan spesifikasi tidak berubah. Kontrak ini memberikan perlindungan maksimum kepada owner pada biaya total proyek. Risiko biaya bagi pengguna jasa minimal (kecil) memberi cukup pengawasan atas pelaksanaan dan pengikatan. Resiko keuangan yang rendah di Pemberi Tugas dan tingkat investasi yang dibutuhkan dapat ditentukan sejak awal.

Secara umum digunakan pada metode pengadaan proyek design and build dan sering digunakan pada kontrak engineering.

2.5.2. Pelaksanaan Kontrak Lump Sum

1. Volume pekerjaan yang tercantum dalam kontrak tidak boleh diukur ulang.

2. Harga ini tetap tidak berubah selama berlakunya kontrak dan tidak dapat diubah kecuali karena perubahan lingkup pekerjaan atau kondisi pelaksanaan dan perintah tambahan dari pengguna jasa. Permintaan perubahan oleh owner atau wakilnya atau atas kebutuhan kontrak setelah penentuan pemenang berakibat kesulitan dan tambahan biaya. Perubahan hanya jika ada instruksi variasi atau terjadi kejadian yang menyebabkan munculnya hak untuk tambahan pembayaran.

3. Penyedia jasa biasanya tidak akan membayar kenaikan biaya untuk harga-harga yang meningkat jika tidak ada pasal yang mengatur mengenai kenaikan harga dalam kontrak.

4. Kontrak ini memungkinkan diberikan insentif apabila kontraktor dapat memenuhi target obyektif proyek seperti target proyek.

5. Kontraktor bebas menggunakan metode dan sumber daya apapun dalam menyelesaikan pekerjaan.

(26)

7. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan system kontrak Lumpsum adalah :

a. Batasan lingkup pekerjaan yang akan dilaksanakan harus jelas dinyatakan dalam Spesifikasi Teknis / Gambar Lelang.

b. Apabila ada perbedaan lingkup pekerjaan antara yg tercantum dalam Spesifikasi Teknis / Gambar dengan Pekerjaan yang akan dilelangkan, harus dijelaskan dalam Rapat Penjelasan Lelang (Aanwijzing) dan dibuat Addendum Dokumen Lelang yang menjelaskan perubahan lingkup pekerjaan tersebut.

c. Penggunaan Daftar Kuantitas / Bill of Quantity dalam pelelangan hanya digunakan sebagai acuan bagi kontraktor dalam mengajukan penawaran harga yang bersifat tidak mengikat & Peserta Lelang harus melakukan perhitungan sendiri sebelum mengajukan penawaran. d. Untuk mempermudah dalam hal evaluasi penawaran harga, saat rapat

penjelasan lelang (Aanwijzing) harus ditegaskan bahwa apabila terdapat perbedaan antara volume pada Bill of Quantity (BQ) dengan hasil perhitungan peserta lelang maka peserta lelang tidak boleh merubah volume Bill of Quantity yg diberikan dan agar menyesuaikannya dalam harga satuan yg diajukan

e. Dalam perhitungan volume pekerjaan yg akan dicantumkan & Bill of Quantity harus dihindari sampai sekecil mungkin kesalahan yang mungkin terjadi, karena setelah terjadi kontrak nantinya volume lebih/kurang tidak dapat dikurangkan/ditambahkan.

f. Pekerjaan tambah/kurang terhadap nilai kontrak yg ada hanya boleh dilakukan apabila :

1) Permintaan dari Pemberi Tugas untuk menambah / mengurangi pekerjaan yang instruksinya dilakukan secara tertulis.

2) Adanya perubahan gambar / spesifikasi teknis dari Perencana yang sudah disetujui oleh Pemberi Tugas

(27)

berfungsi tanpa adanya penyempurnaan tersebut dimana hal tersebut sebelumnya belum dinyatakan dalam spesifikasi teknik.

4) Dalam perhitungan biaya tambah/kurang harga satuan yang digunakan harga satuan pekerjaan yang tercantum dalam Bill of Quantity kontrak yang bersifat mengikat.

8. Implikasi/penyimpangan yang sering dilakukan oleh Kontraktor di lapangan :

a. Kontraktor tidak mau melaksanakan pekerjaan tertentu karena item pekerjaan tidak tercantum dalam Bill of Quantity

b. Kontraktor mengajukan perhitungan perubahan pekerjaan mengacu kepada volume Bill of Quantity yang ada.

c. Kontraktor melaksanakan pekerjaan dilapangan sesuai volume yang tercantum dalam BQ.

2.5.3. Uang Muka dan Pembayaran Prestasi Kerja

1. Uang Muka dapat diberikan kepada Penyedia Barang/Jasa untuk: a. mobilisasi alat dan tenaga kerja;

b. pembayaran uang tanda jadi kepada pemasok barang/material; dan/atau

c. persiapan teknis lain yang diperlukan bagi pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa.

2. Uang Muka dapat diberikan kepada Penyedia Barang/Jasa dengan ketentuan sebagai berikut:

a. PPK menyetujui Rencana Penggunaan Uang Muka yang diajukan oleh Penyedia Barang/Jasa;

b. untuk Usaha Kecil, uang muka dapat diberikan paling tinggi 30% (tiga puluh perseratus) dari nilai Kontrak Pengadaan Barang/Jasa;

c. untuk usaha non kecil dan Penyedia Jasa

Konsultansi, uang muka dapat diberikan paling tinggi 20% (dua puluh perseratus) dari nilai Kontrak Pengadaan Barang/Jasa.

(28)

1) 20% (dua puluh perseratus) dari Kontrak tahun pertama; atau 2) 15% (lima belas perseratus) dari nilai Kontrak.

e. Uang Muka yang telah diberikan kepada Penyedia Barang/Jasa, harus segera dipergunakan untuk melaksanakan pekerjaan sesuai dengan Rencana Penggunaan Uang Muka yang telah mendapat persetujuan PPK.

f. Nilai Jaminan Uang Muka secara bertahap dapat dikurangi secara proporsional sesuai dengan pencapaian prestasi pekerjaan.

2.6. Struktur Organisasi Proyek

Proyek merupakan suatu kegiatan usaha yang kompleks, sifat nya tidak rutin, memiliki keterbatasan terhadap waktu, anggaran dan sumberdaya serta memiliki spesifikasi tersendiri atas produk yang akan dihasilkan. Dengan adanya keterbatasan-keterbatasan dalam mengerjakan suatu proyek, maka sebuah organisasi proyek sangat dibutuhkan untuk mengatur sumberdaya yang dimiliki agar dapat melakukan aktivitas-aktivitas yang sinkron sehingga tujuan proyek bias tercapai.Organisasi proyek juga dibutuhkan untuk memastikan bahwa pekerjaan dapat diselesaikan dengan cara yang efisien, tepat waktu dan sesuaidengan kualitas yang diharapkan.

Oleh karena itu pengorganisasian sangat penting sekali pada suatu proyek konstruksi. Dengan adanya struktur organisasi dapat memperoleh keuntungan pekerjaan dapat dilaksanakan secara matang, Pekerjaan yang tumpang tindih dapat dihindari dengan dilaksanakannya pembagian tugas serta tanggungjawab sesuai keahlian, meningkatkan pendayagunaan dana, fasilitas, serta kemampuan yang tersedia secara maksimal sehingga akan didapat pekerjaan yang sesuai dengan sasaran.

(29)

Bangunan Gedung sebagai kontraktor dari proyek Easton Park Apartement Jatinangor.

Struktur Organisasi yang terdiri dari owner, konsultan dan kontraktor sebagai berikut :

2.6.1. Struktur Organisasi Management Proyek

Gambar 2.6 Struktur Organisasi Management Proyek

Direksi PT. Kalmar Jaya

Project Management Konsultan

Perencana

Swakelola Kontraktor Struktur &

arsitektur

(30)

2.6.2. Struktur Organisasi Management Konstruksi (MK)

Gambar 2.7 Struktur Organisasi Management Konstruksi (MK)

Pemimpin Proyek Ir. H. Djoeffan

Nawawi

Adm. Teknik Engineering

(31)

2.6.3. Struktur Organisasi Kontraktor

= Garis Koordinasi

= Garis Komando atau Perintah

(32)

2.6.4. Tugas dan Kewajiban Unsur-unsur Pelaksana Proyek

Setiap pihak yang terlibat di Proyek Easton Park Residence Apartement Jatinangor memiliki tugas dan wewenang masing-masing, yaitu sebagai berikut :

1. Owner/developer atau Pemilik

Owner/developer (pemilik proyek) merupakan badan atau perseorangan baik itu pemerintah maupun swasta yang memberikan pekerjaan dan membayar biaya pekerjaan tersebut. Pada proyek ini PT. KALMAR JAYA selaku owner/developer memiliki tugas dan wewenang sebagai berikut:

a. Memilih Konsultan Perencana baik Struktur, Arsitektur, Mekanikal & ElektrikaldanKontraktor.

b. Membiayai semua pengeluaran untuk keperluan pembangunan proyek.

c. Menyetujui atau menolak mengenai perubahan pekerjaan.

d. Meminta pertanggungjawaban kepada para pelaksana proyek atas hasil pekerjaan konstruksi.

2. Project Manager

Tugas dan wewenang Project Manager di lokasi Proyek Easton Park Residence Apartement Jatinangor :

a. Bertanggung jawab terhadap proyek yang dipimpinnya. b. Mengontrol proyek yang ditanganinya.

c. Memimpin tim dalam proyek.

d. Membuat rencana pelaksanaan proyek

e. Mengatur dan mengontrol rencana Anggaran Biaya.

f. Memprakarsai, mengawasi, dan memeriksa efektifitas pelaksanaan, perbaikan dan pencegahan.

3. Administrasi Proyek

Tugas Administrasi Proyek yaitu :

(33)

d. Memeriksa pembukuan arsip-arsip selama pelaksanaan proyek. 4. Administrasi dan Sekretaris

Sebuah proyek konstruksi akan berjalan dengan baik jika didukung oleh seorang administrasi dan sekretaris. Tugas administrasi proyek ini dimulai sejak persiapan pelaksanaan pembangunan sampai dengan pemeliharaan pembangunan secara umum. Berikut merupakan tugas – tugas dari administrasi dan sekretaris proyek.

a. Melaksanakan administrasi proyek dari awal hingga akhir.

b. Membantu manajer proyek dalam membuat dokumen manajemen proyek.

c. Mendokumentasikan arsip-arsip yang berkaitan dengan administrasi proyek.

5. Site Manager

a. Mewakili perusahaan mengenai semua hal yang berhubungan dengan proyek dan berada di proyek.

b. Memimpin dan mengendalikan proyek sesuai kebijakan yang ditetapkan Project Manager.

c. Membuat detail schedule pelaksanaan.

d. Melaksanakan proyek sesuai rencana kerja dan prosedur yang sudah ditetapkan.

e. Menyeleksi, merekrut mandor.

f. Mengkoordinir pelaksanaan engineering proyek.

g. Melaksanakan approval material dan contoh hasil pekerjaan. h. Memeriksa dan menyetujui progres mingguan dan bulanan. 6. Desain/drafter

a. Membuat gambar struktur, arsitektur dan mekanikal elektrikal. b. Merevisi gambar apabila terdapat perubahan desain.

2.6.5. Hubungan Kerja Pada Proyek

(34)

melaksanakan pembangunan proyek oleh owner/developer melalui prosedur pelelangan. Pekerjaan yang dilaksanakan harus sesuai dengan kontrak ( Rencana Kerja dan Syarat-Syarat serta Gambar-Gambar Kerja ) dengan biaya yang telah disepakati.

Project Manager bertanggung jawab dalam selama pelaksanaan konstruksi berlangsung, Manajer proyek berperan sangat penting yaitu untuk mengintergrasikan beberapa kegiatan yang berbeda untuk mencapai tujuan tertentu, sebagai seorang komunikator, dan sebagai seoaran enterpreuneur yang harus berusaha untuk melakukan pengadaan dana, fasilitas dan orang agar proyek berjalan.Hubungan kerja dari struktur organisasi pada Gambar menunjukan garis koordinasi dan komando, selain itu tidak ada hubungan kerja secara kontraktual. Dari hasil pengamatan dilapangan, prosedur hubungan kerja antara pihak-pihak yang terlibat dijelaskan seperti dibawah ini :

1. Hubungan Owner/developer dengan Project Manager

Hubungan antara Owner/developer dan Project Manageradalah hubungan koordinasi berikut pemberi tugas. Dalam hal ini owner/developer sebagai pemberi tugas melaporkan keinginan dan konsep untuk pembangunan Easton Park Apartement Jatinangor terlebih dahulu kepada Project Manager. Oleh karena itu Project Manager bertanggung jawab langsung kepada owner/developer. Setelah konsep telah didapat maka Project Manager akan berkoordinasi dengan semua Konsultan baik Konsultan Struktur, Konsultan Arsitektur, dan Konsultan Mekanikal & Elektrikal. 2. Hubungan Owner/developer dengan Konsultan Struktur, Arsitektur,

dan Mekanikal & Elektrikal

(35)

Konsultan menjalankan tugasnya sesuai dengan konsep dan spesifikasi yang diinginkan owner/developer.

3. Hubungan Konsultan dengan Project Manager

Hubungan kerja antara Konsultan dan Project Manager adalah hubungan koordinasi, dimana perencanaan bangunan yang dirancang oleh konsultan akan direalisasikan oleh pelaksana proyek yang dipimpin Project Manager. Jika terdapat perubahan struktur, ataupun hambatan-hambatan lain dalam proses konstruksi, Project Manager akan selalu berkoordinasi dengan konsultan untuk mencari solusi yang terbaik.

2.7. Gambar Kerja / Shop drawing

Gambar Kerja atau Shop Drawing adalah gambar kerja teknis lapangan yang dijadikan sebagai pedoman pembangunan dan pelaksanaan di lapangan pada sebuah proyek tertentu. Gambar kerja ini adalah sebuah media komunikasi yang digunakan oleh pihak yang melaksanakan pembangunan. Yang membuat Gambar Kerja ini adalah Drafter yang mengacu dari kesepakatan Project Manager dan mendapat persetujuan dari Konsultan. Gambar Bestek dari konsultan diterjemahkan oleh drafter kontraktor sebagai cara mudah pelaksanaan di lapangan.

Kejelasan dalam Gambar Kerja akan sangat berpengaruh pada pelaksanaan pekerjaan. Karena semakin jelas dan lengkap sebuah informasi yang tertuang dalam Gambar Kerja maka akan dapat meminimalisir kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi dalam pelaksanaan proyek pembangunan.

Adapun isi dari Gambar kerja tersebut adalah :

1. Tampak Samping Kiri Proyek Beserta Notasinya (dapat dilihat pada Lampiran A-2);

2. Tampak Samping Kanan Proyek Beserta Notasinya (dapat dilihat pada Lampiran A-3);

3. Tampak Belakang Proyek Beserta Notasinya (dapat dilihat pada Lampiran A-4);

4. Tampak Depan Proyek Beserta Notasinya (dapat dilihat pada Lampiran A-5);

(36)

6. Denah Pondasi (dapat dilihat pada Lampiran A-7). 7. Potongan Lift (dapat dilihat pada Lampiran A-8).

8. Denah Mezanine, Denah Lt 1, Denah Lt 2, Denah Lt 3, Denah Lt 4-10 (dapat dilihat pada Lampiran A-9).

Jika dalam pelaksanaan terjadi perubahan pekerjaan yang mengharuskan adanya perubahan gambar, maka akan ada pertambahan/pengurangan pekerjaan. Dalam hal ini hubungan birokrasi untuk perubahan gambar yaitu gambar yang akan diubah itu diberitahukan terhadap konsultan, dari konsultan adanya pemahaman dan pengamatan terhadap alasan perubahan gambar, keputusan perubahan gambar tetap berada di tangan owner kemudian diserahkan ke konsultan dan kemudian ke kontraktor untuk diterjemahkan/di spesifikan kembali untuk pelaksanaan di lapangan. (dapat dilihat format proses persetujuan Shop Drawing dalam Lampiran A-10)

2.8. Perancangan Waktu Pelaksanaan Pekerjaan

Waktu pelaksanaan merupakan salah satu tolak ukur keberhasilan suatu proyek, oleh karena itu perlu adanya perencanaan waktu yang matang agar proyek dapat berjalan efektif dan ekonomis. Untuk pencapaian tujuan tersebut maka diperlukan suatu penjadwalan atau time schedule.

Pada Proyek Proyek Easton Park Residence Apartement Jatinangor penjadwalan dirumuskan menggunakan Time Schedule dan Kurva S yaitu dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan bulan September 2014 selama 490hari.penjadwalan tersebut bisa dibuat berdasarkan volume pekerjaan dan harga tiap item pekerjaan. Dari hasil kurva s nantinya akan digunakan sebagai panduan untuk mengendalikan pelaksanaan proyek.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan time schedule adalah : 1. Penelitian dilapangan, sehingga didapat data-data yang diperlukan dalam

pelaksanaan.

2. Jenis-jenis pekerjaan/spesifikasi teknis yang akan dilaksanakan.

(37)

4. Spesifikasi pekerjaan dan gambar secara lengkap yang sesuai dengan persyaratan mutu pekerjaan yang diperlukan.

5. Batasan - batasan yang ditentukan.

6. Faktor cuaca juga mempengaruhi jalannya pelaksanaan, misalnya pengecoran berjalan kurang baik karena adanya hujan.

7. Peralatan yang digunakan dalam pelaksaan proyek. 8. Peraturan daerah/wilayah yang berlaku disekitar proyek.

Tujuan pembuatan time schedule adalah :

1. Menentukan urutan pekerjaan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan yang ada, agar pelaksanaan dapat berjalan lancar dan efisien serta mencapai efektifitas sumber daya yang optimum.

2. Mendeteksi gejala keterlambatan pelaksanaan pekerjaan sehingga dapat diadakan pencegahan sedini mungkin atau dapat diambil kebijakan lain yang sesuai.

3. Memperkecil sumber daya yang harus disediakan untuk kelancaran pekerjaan. Kurva S secara grafis adalah penggambaran kemajuan kerja (bobot %) kumulatif pada sumbu vertikal terhadap waktu pada sumbu horisontal. Kemajuan kegiatan biasanya diukur terhadap jumlah uang yang telah dikeluarkan oleh proyek.

Perbandingan kurva “S” rencana dengan kurva pelaksanaan memungkinkan dapat

diketahuinya kemajuan pelaksanaan proyek apakah sesuai, lambat, ataupun lebih dari yang direncanakan.

Ada dua macam cara yang dapat digunakan :

1. Sebagian besar perhitungan adalah item pekerjaan. Pada cara ini dibuat perbandingan antara item pekerjaan dengan jumlah pekerjaan seluruhnya dikalikan 100 % sehingga didapat bobot persen setiap item pekerjaan, kemudian dihitung bobot persen komulatif dari semua pekerjaan.

2. Sebagai dasar perhitungan adalah biaya pekerjaan. Pada cara ini dibuat perbandingan antara biaya seluruh pekerjaan, kemudian dihitung bobot persen komulatif dari semua pekerjaan.

Kurva S ini mempunyai beberapa kegunaan antara lain :

(38)

koreksi daripihak kontraktor. Dengan demikian jadwal aktivitas selanjutnya tidak terganggu.

2. Sebagai alat untuk menjelaskan posisi prestasi yang telah dicapai kontraktor sehubungan pembayaran per-item.

3. Untuk mengarahkan pada distribusi pekerjaan yang baik. Untuk mengendalikan jalannya pelaksanaan proyek, diperlukan kurva S aktual.

Kurva S yang dapat diusahakan merupakan kurva S yang ideal. Kurva S yang ideal mempunyai kemiringan awal dengan kemiringan akhir yang relatif kecil, sedangkan kemiringan ditengah kurva cukup besar. Secara logis hal ini menyatakan bahwa awal pekerjaan perlu dipersiapkan segala sesuatunya dengan seksama sehingga selanjutnya pekerjaan dapat berjalan dengan baik. Begitu juga pada keadaan akhir secara perlahan-lahan volume pekerjaan dan kesibukan pekerjaan berkurang.Adapun Kurva S yang digunakan di lapangan dapat dilihat pada Lampiran A-12.

2.9. Laporan Harian dan Bulanan

Dalam Proyek Pembangunan Apartement EASTON PARK Residence ini tentu saja harus ada pertanggungjawabanan dari para Pelaksana di lapangan tentang apa saja yang telah dikerjakan sehingga Owner dapat mengetahui progres yang telah berjalan dilapangan sudah sampai mana. Pertanggungjawaban ini disusun berdasarkan Laporan-laporan pekerjaan apa saja yang dilakukan setiap hari dan setiap minggu oleh para Mandor.

Pelaksana Proyek (QA) setiap harinya membuat Laporan Harian tentang pekerjaan apa saja yang telah dilakukan dalam satu hari tersebut. Setelah membuat laporan harian setiap harinya, laporan tersebut disusun dan direkap sehingga terbentuklah Laporan Mingguan yang mana Laporan Mingguan itu adalah progres pekerjaan selama satu minggu atau tujuh hari jam kerja (Senin-Minggu).

(39)
(40)

BAB III

TINJAUAN UMUM PELAKSANAAN PROYEK

3.1. Konsep Perencanaan

Rencana pembangunan proyek ini berdasarkan dari pertimbangan beberapa aspek, salah satunya pertimbangan karena meningkatnya kebutuhan sarana hunian di kawasanpendidikan khususnya di daerah Jatinangor, Sumedang. maka untuk itu dibangunnya sebuah Apartement di daerah Jatinangor, khususnya di kawasan depan IPDN.

Bangunan ini didesain untuk memenuhi standar keamanan, kekuatan, dan kemampuan layan karena pembangunan gedung ini menggunakan metode bangunan tahan gempa sehingga bangunan ini layak untuk dibangun sebuah Apartement.

Sebagaimana telah ditetapkan terlebih dahulu bahwa konstruksi ini dirancang sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku dan sesuai dengan persyaratan konstruksi. Perancangan dasar struktur ini dibuat agar konstruksi kuat, tahan lama, dan ekonomis. Oleh karena itu dibangun dengan menggunakan material pilihan.

3.2. Perencanaan Pekerjaan Beton

Dalam suatu perencanaan gedung dibutuhkan ketelitian yang sangat tinggi, secara umum perencanaan suatu struktur dipertimbangkan sesuai fungsi bangunan, mutu bahan yang akan di gunakan dan dekatnya dengan sumber bahan, memperhitungkan kekuatan bangunan apabila terjadinya gempa, kondisi lapangan di sekitar proyek, dan lain sebagainya.

Dalam perencanaan suatu struktur bangunan gedung bertingkat maka harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut, yaitu :

1. Kemampuan layan ( serviceability )

(41)

dalam beban kerja, tidak pada batas kemampuanya. Kemampuan layan suatu komponen struktur ditentukan oleh lendutan, retak pada struktur, korosi tulangan, dan rusaknya permukaan pada beton.

2. Keamanan

Struktur direncanakan dengan memperhitungkan semua kemungkinan pembebanan yang bekerja dan tidak terjadi tegangan tambahan pada struktur, juga memiliki jangkauan deformasi yang diijinkan. Kemampuan tersebut dapat diperoleh dengan adanya nilai faktor keamanan yang direduksi dalam perhitungan struktur.

Kemampuan struktur juga dapat ditentukan dengan pembatasan deformasi yang boleh terjadi pada struktur. Jika terjadi retak pada struktur hanya boleh retak rambut. Pada komponen struktur tertentu atau pada bangunan dengan fungsi khusus direncanakan untuk dapat menahan beban tambahan yang terjadi tiba-tiba dan besar, misalnya gempa.

Untuk keamanan pada bangunan gedung, selain memperhatikan kondisi beton, kita juga harus memperhatikan tulangan agar tidak terjadi korosi.

3. Ekonomis

Perencanaan struktur harus dilakukan dengan memperhitungkan nilai mata uang yang harus dikeluarkan dalam pelaksanaanya. Nilai ekonomis suatu struktur dapat dicapai dengan menentukan penggunaan bahan dan besar penampang struktur yang memberikan nilai mata uang lebih kecil tetapi masih dalam ruang lingkup kemampuan layan baik dan keamanan yang cukup. Faktor lain yang menentukan keekonomisan suatu struktur diantaranya penggunaan alat-alat bantu dalam pelaksanaan, pemasokan bahan, jumlah tenaga kerja yang efektif, dan lain sebagainya.

(42)

utama. Dengan bekisting Shearwall dan Corewall menggunakan Bekisting Sistim.

3.2.1. Rencana Kerja

Sebelum proyek Pembangunan Apartement EASTON PARK Residence ini dilaksanakan makaPT. WIJAYA KARYA BANGUNAN GEDUNG terlebih dahulu melakukan persiapan pelaksanaan pekerjaan dengan memperhatikan beberapa hal, antara lain :

1. Kondisi lokasi proyek yaitu untuk penempatan ruang pekerja, tempat penyimpanan barang dan bahan, dan penempatan air proyek.

2. Kualitas dan kuantitas tenaga kerja yang memenuhi syarat sesuai dengan kondisi proyek.

3. Tersedianya bahan-bahan atau material yang memadai menurut jenis dan volumenya.

4. Tersedianya peralatan yang cukup, guna memudahkan jalannya pekerjaan.

Setiap pekerjaan terutama pekerjaan struktur mempunyai tahapan pekerjaan, tahapan-tahapan pekerjaannya antara lain:

1. Pekerjaan persiapan (pembersihan lokasi). 2. Penyediaan bahan.

3. Pekerjaan penulangan (perakitan dan pemasangan tulangan). 4. Pekerjaan bekisting (pembuatan dan pemasangan bekisting). 5. Pekerjaan beton (pengecoran, pemadatan).

6. Perawatan beton.

7. Pembongkaran bekisting.

3.2.2. Pengadaan Bahan yang Digunakan

(43)

kecuali untuk alat berat. pihak pelaksana mendapatkannya dengan cara menyewa.

Dalam Pekerjaan struktur beton, sebagian besar bahan telah disediakan oleh Produsen Beton yaitu PT. Adhimix Precast Indonesia seperti Semen, Agregat karena dalam pengadaannya, beton ini menggunakan Ready mix dimana Semen dan Agregat telah satu paket tersedia dan dari pihak pelaksana adonan coran tersebut sudah bisa langsung digunakan ke lapangan.

Untuk pengadaan bahan atau material yang lain dilakukan pemesanan secara bertahap sesuai kebutuhan kepada pihak supplier/ subkontraktor dengan cara dari bagian pengadaan barang melakukan tender dari beberapa PT .Bahan-bahan yang digunakan dalam pelaksanaan, baik yang menyangkut pengecoran, perancah, dan sebagainya antara lain :

1. Semen

Semen yang dipakai dalam pelaksanaan proyek ini adalah tipe semen yang disesuaikan dengan kebutuhan beton bertulang yaitu semen tipe I.Pengadaan semen dalam proyek ini tidak begitu banyak digunakan karena seluruh struktur dan pondasi menggunakan Beton Ready Mix sehingga penggunaan semen hanya untuk pembuatan beton skala kecil saja seperti membuat tembok sisi saluran drainase atau menghaluskan permukaan beton yang masih kasar setelah pengecoran.

2. Agregat

Agregat terdiri dari agregat halus (pasir) dan agregat kasar.Pihak pelaksana mendatangkan / memesan pasir sebagai agregat halus dari supplier.Selain agregat dalam Ready mix, penggunaan agregat tidak begitu banyak digunakan dalam proyek karena hanya digunakan untuk membuat tembok sisi saluran drainase.

3. Air

(44)

tanah dimana sumber airnya berasal dari tanah yang dibor dan disedot dengan pompa keatas tanah.

4. Besi tulangan

Jenis tulangan yang digunakan adalah tulangan ulir, dengan ketentuan tulangan :

BJTD-40Fy = 400 MPa

Dalam proyek, penggunaan besi tulangan ini memiliki keanekaragaman dimensi yang digunakan. Ada yang berdiameter 10 mm, 13 mm, 19 mm, 22 mm, dan 25 mm sesuai dengan kebutuhan besi tersebut. Besi tulangan ini disimpan di tempat terbuka didekatkan dengan lokasi pemakaiannya.

Gambar 3.1 Besi Tulangan

5. Papan Multiplek

(45)

Gambar 3.2 Papan Multiplek

3.2.3. Jenis-jenis peralatan yang digunakan

Beberapa jenis peralatan yang digunakan dalam proyek ini antara lain:

1. Truk Mixer

Truk mixer digunakan untuk mengangkut beton ready mix dari tempat pembuatan beton ke lokasi proyek, dimana selama perjalanan tangki berisi adukan terus berputar agar adukan beton tetap homogen. Pengadaan truk mixer berasal dari Produsen Beton yaitu PT. Adhimix Precast Indonesia. Truk mixer ini biasanya dapat menampung sebanyak 5 - 10 m3 adukan beton.

(46)

2. Pompa Kodok

Gambar 3.4 Pompa Kodok

3. Pengangkut Beton (Bucket)

Bucket adalah alat untuk mengangkut atau memindahkan adukan beton dari truk mixer ke tempat pengecoran yang dialirkan melalui selang untuk mempercepat proses pengecoran. Dalam pengaplikasiannya, Bucket biasanya digunakan untuk pengecoran kolom, shearwall, corewall. Dengan adanya alat ini dapat lebih memudahkan dalam proses pengecoran karena dapat menjangkau tempat yang jauh / tinggi serta bisa melakukan pengecoran dengan volume yang cukup besar.

Gambar 3.5 Bucket

4. Mesin Penggetar Beton (Concrete Vibrator)

(47)

yang tidak keropos dan pada sesuai rencana. Mesin penggetar yang digunakan dalam proyek ini ada 2 buah.

Gambar 3.6 Concrete Vibrator

5. Tower Crane

Tower Crane merupakan alat yang digunakan untuk mengangkat material secara vertical dan horizontal kesuatu tempat yang tinggi pada ruang gerak yang terbatas dengan batas beban 2,3 ton. Selain untuk mengangkat material, Tower Crane juga digunakan untuk mengangkat bucket dalam pengerjaan pengecoran kolom.Untuk pengadaan Tower Crane di lapangan, pelaksana menyewa satu buah.

Gambar 3.7 Tower Crane

6. Molen

(48)

pekerjaan beton skala kecil.Pengadaan molen dilapangan berasal dari pelaksana sendiri sebanyak 1 buah.

Gambar 3.8 Molen

7. Perancah / Scaffolding

Scaffolding adalah besi-besi yang digunakan menopang balok atau pelat lantai bagian atas Scaffolding disusun sedemikian rupa hingga mencapai ketinggian lantai berikutnya dan menjadi dudukan atau alas untuk bekisting dan tulangan. Selain untuk menahan tulangan dan bekisting, Scaffolding juga digunakan untuk menahan pekerja dan menahan adukan coran. Untuk itu perakitan Scaffolding harus dibuat sangat kokoh dan aman.

(49)

8. Pemotong Tulangan (Bar Cutter)

Alat bar cutter digunakan untuk memotong besi tulangan agar didapat ukuran panjang yang sesuai dengan rencana. Namun di lapangan, selain menggunakan Bar Cutter, pemotongan tulangan dapat dilakukan

dengan Las dengan gas Elpigi.

Gambar 3.10 Bar Cutter

(50)

9. Alat / kunci Pembengkok Tulangan (Bar Bender)

Alat ini berupa kunci untuk membengkokkan bagian ujung tulangan yang penggunaanya disesuaikan dengan diameter tulangan yang akan dibengkokan sehingga akan dihasilkan bengkokan tulangan yang sesuai dengan gambar rencana.

Gambar 3.12 Bar Bender

10. Relat (besi Hollow)

(51)

3.2.4. Pengadaan Tenaga Kerja

Tenaga kerja dalam proyek ini sebagian berupa tenaga kerja lokal, tidak terikat langsung dengan PT Wika Gedung melainkan direkrut oleh mandor. Para pekerja mulai melaksanakan pekerjaan pada pukul 08.00 WIB sampai pukul 16.00 WIB, pekerjaan diluar jam tersebut dihitung sebagai kerja lembur. Jika pekerja lembur sampai dengan 24 jam, maka pembayarannya dihitung sebesar 3 kali gaji pokok. Sistem perhitungan lembur dihitung perjam setelah jam kerja selesai dan dimasukan sebagai tambahan pada upah pekerja.

Perhitungan upah lembur = 𝑈𝑝𝑎ℎ 𝑃𝑜𝑘𝑜𝑘

8 × ∑ 𝐽𝑎𝑚 𝐿𝑒𝑚𝑏𝑢𝑟

Untuk pengabsenan dilakukan pada pagi, siang ketika istirahat dan sore hari, dan pembayaran upah dilakukan setiap 1 mingggu sekali melalui mandor.

3.2.5. Pengendalian Mutu (Quality Control)

Keberhasilan suatu pelaksanaan proyek tergantung dari biaya, waktu dan hasil mutu pengerjaannya. Pengendalian pelaksanaan pekerjaan adalah bagian dari proses manajemen proyek yang bertujuan memonitor secara teratur agar tidak terjadi penyimpangan. Sehingga apabila dikemudian hari ditemukan penyimpangan, maka perubahan rencana perlu dilakukan agar dampak yang terjadi dari penyimpangan tersebut dapat teratasi. Pengendalian tersebut dilakukan disemua bidang pekerjaan yang berhubungan dengan pelaksanaan proyek tersebut. Untuk format pekerjaannya dapat dilihat dalam Lampiran A-13.

1. Pengendalian Mutu Bahan

(52)

pemasokan bahan, hasil tes bahan serta sampel bahan yang akan digunakan.

Pengendalian bahan tersebut merupakan tangggung jawab pihak pelaksana sepenuhnya. Selain tes awal untuk menentukan bahan yang akan digunakan, harus diadakan pemeriksaan berkala guna menentukan kualitas, kuantitas, dan kondisi bahan oleh pelaksana yang disaksikan oleh pengawas.Pada kerja praktek ini dari seluruh pengujian mutu bahan kami hanya mengamati pengujian-pengujian tertentu saja, seperti uji tekan beton, Slump test, perawatan beton.

2. Pengujian Kuat Tekan Beton

Pengujian kuat tekan beton dilakukan dengan benda uji berbentuk silinder. Cetakan dioles sebelumnya dengan lemak atau minyak agar mudah dilepaskan dari betonnya, kemudian diletakkan diatas bidang alas yang rata dan tidak menyerap air. Adukan beton untuk benda-benda uji harus diambil langsung dari tempat pembuatan (batching plant) dan dari mixerpada saat akan dilaksanakan pengecoran. Pengujian kuat tekan beton pada umur tertentu, dimaksudkan agar mutu kuat tekan beton sesuai dengan spesifikasi yang dipakai. Pengujian kuat tekan beton ini dilakukan olehPT. Adhimix Precast Indonesia dilaboratoriumPT. Adhimix Precast Indonesiaitu sendiri yang hasilnya nanti dilaporkan ke Site Manager Sipil. 3. Pengujian Slump

Pengujian slump bertujuan untuk mengetahui kadar kekentalan dari adukan beton, dengan cara memeriksa tinggi slump-nya. Kekentalan adukan beton disesuaikan dengan sistem transpotasi, kerapatan tulangan, cara pemadatan dan jenis konstruksi. Spesifikasislump yang diijinkan didalam proyek ini adalah 12 ± 2 cm.

Peralatan yang digunakan dalam slump test ini adalah :

a. Kerucut Abrams, yaitu kerucut dari besi terpancung dengan ukuran:

1) Tinggi kerucut : 30 cm

(53)

b. Tongkat besi dengan diameter 16 mm dan panjang 60 cm serta ujung yang dibulatkan.

c. Alas kerucut yang rata, tidak menyerap air dan bersih, yang dipakai disini adalah papan multiplek.

d. Ember

e. Pengukur meteran

Prosedur pengukuran slump test adalah sebagai berikut :

1) Kerucut Abrams dibersihkan dan diletakan diatas papan multiplek. 2) Adukan beton dimaksukan kedalam kerucut Abrams dalam tiga

lapisan, dimana setiap lapisan ditusuk-tusuk dengan tongkat besi sebanyak 25 kali.

3) Setelah adukan selesai dimasukkan, bagian atas diratakan, selanjutnya cetakan didiamkan selama ± 0,5 menit.

4) Setelah selang waktu tersebut, selanjutnya kerucut diangkat kearah vertikal secara perlahan-lahan.

5) Setelah itu, penurunan puncak kerucut terhadap tingginya semula diukur dengan menggunakan pengukur meteran. Dari satu sampel, pengukuran dilakukan di tiga titik. Setelah itu nilai pengukuran tersebut dirata-ratakan. Hasil rata-rata tersebutlah merupakan nilai slump dari adukan beton tersebut.

(54)

4. Perawatan beton

Untuk mencegah pengeringan bidang-bidang beton, selama paling sedikit dua minggu beton harus dibasahi terus menerus dengan menyiramnya dengan air atau menutupinya dengan karung-karung basah.Pada pelat-pelat atap pembasahan terus menerus ini harus dilakukan dengan merendamnya (menggenanginya) dengan air.Pada hari-hari pertama sesudah selesai pengecoran, proses pengerasan tidak boleh diganggu.Sangat dilarang untuk menggunakan lantai yang belum cukup mengeras sebagai tempat penimbunan bahan-bahan atau sebagai jalan untuk mengangkut bahan-bahan yang berat.Selain itu, untuk struktur vertical seperti kolom, shearwall dan corewall dilakukan pencuringan namun tidak spesifik. Dan pembongkaran bekistingnya pun setelah 12 jam dari pengecoran.

3.3. Sistem Manajemen Kesehatan Dan Keselamatan Kerja

Pada proses bisnis dibidang konstruksi pada umumnya mempunyai tingkatan resiko paling tinggi terhadap terjadinya kecelakaan kerja khususnya bagi pekerja bangunan, maka dari itu salah satu kebutuhan untuk mencegah dan atau mengurangi terjadinya potensi kecelakaan dan penyakit akibat kerja yaitu dengan menerapkan Sistem Management Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SM-K3).

Penerapan SM-K3 ini tentunya dilaksanakan mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian proses kegiatan pekerjaan di proyek dalam rangka menghasilkan produk yang bermutu dengan cara yang aman, sehat dan ramah lingkungan baik dilapangan maupun dikantor proyek.

3.3.1. Tujuan keselamatan dan lingkungan kerja.

(55)

1. Mencegah terjadinya cidera dalam pekerjaan. 2. Mencegah penyakit akibat kerja.

3. Menyediakan lingkungan pekerjaan yang sehat aman serta meningkatkanpraktek-praktek kerja yang aman.

4. Menyediakan fasilitas dan peralatan yang dibentuk dan dipelihara secara aman dan baik.

5. Mematuhi semua pesyaratan dan perundang – undangan Pemerintah Indonesia.

6. Bekerjasama dengan pemerintah, masyarakat, perusahaan industri dan pihak yang terlibat lainnya untuk meningkatkan praktek-praktek kerja yang baik.

7. Mengendalikan penggunaan bahan berbahaya dan beracun (B3).

8. Mempromosikan dan mengembangkan kepedulian keselamatan kerja padasuatu tingkatan tinggi.

9. Menyediakan pelatihan yang diperlukan untuk memungkinkan para karyawan bekerja secara aman dan baik.

10. Mengembangkan dan memelihara suatu sistem sebagai pengendalian danpengevaluasian aman dan baik.

11. Menyediakan suatu sistem guna mendapatkan program tanggap darurat yangefisien bilamana terjadi keadaan darurat. Khususnya terhadap bahaya kebakaran, bencana banjir, dan sebagainya.

3.3.2. Prosedur Standar K3 Proyek

PT. WIJAYA KARYA BANGUNAN GEDUNG mendapatkan sertifikat ISO 18001 : 2007. Dalam ISO terdapat program-program, sebagai berikut :

(56)

Gambar 3.14 Struktur Organisasi Keselamatan Kerja

2. Kegiatan Pelatihan K3 & Kegiatan Simulasi Keadaan Darurat

Kegiatan pelatihan K3 merupakan pelatihan untuk penanganan bila terjadi kecelakaan dalam proyek, pelatihan ini bekerja sama dengan Dinas Rumah Sakit setempat.

Tujuan P3K :

- Memberikan rasa nyaman dan menunjang upaya penyembuhan.

(57)

Gambar 3.15 Rencana Penanganan Kecelakaan Kerja

3. Kegiatan Pelatihan Pemadam Kebakaran

Gambar 3.16 Kegiatan Pelatihan Pemadam Kebakaran

4. Tool Box Meeting

(58)

Gambar 3.17 Pengenalan Toolbox Meeting

5. Penggunaan alat pengaman

(59)

6. Pemasangan rambu & spanduk K3 & 5R

Gambar 3.19 Pemasangan Rambu dan Spanduk K3 & 5R

3.3.3. Peralatan Keselamatan Kerja

Dalam UU RI No. 18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi Pasal 23

(Ayat 2) menerangkan bahwa ”Penyelenggara pekerjaan konstuksi wajib memenuhi ketentuan tentang keteknikan, keamanan, keselamatan dan kesehatan kerja, perlindungan tenaga kerja, serta tata lingkungan setempat

untuk menjamin terwujudnya tertib penyelenggaraan pekerjaan konstruksi”.

Alat dan peralatan keselamatan kerja adalah sebagai berikut : 1. Helm

(60)

(a) Helm Proyek (b) Helm Las Gambar 3.20 Safety Helm

Selain helm proyek, dalam pekerjaan pengelasan juga digunakan helm las.Yang berfungsi sebagai pelindung muka dari percikan api akibat pengelasan. Helm ini berbentuk seperti topeng.

2. Sarung Tangan

Sarung tangan memiliki funsi untuk melindungi tangan pada saat mlakukanpekerjaan. Sarung tangan yang digunakan untuk pekerjaan proyek konstruksi memiliki ketebalan yang berbeda dengan sarung tangan biasa, karena berfungsi sebagai pelindung tangan dalam melakukam pekerjaan dilapangan, seperti mengelas, melindungi tangan dari aliran listrik, mengangkat / memindahkan beton, dan pekerjaan lainnya.

(61)

3. Safety Shoes

Safety Shoes atau sepatu keamanan ini digunakan juga dalam setiap pekerjaanproyek dan menjadi hal yang wajib digunakan juga. Berfungsi sebagai pengaman kaki dari benda-benda keras dan benda-benda tajam.

Gambar 3.22 Safety Shoes

4. Safety Belt

Safety Belt merupakan alat bantu pengamanan pada pekerjaan proyek, serta memiliki fungsi ntuk melindungi tubuh pada saat berada di ketinggian tertentu, supaya tidak jatuh pada saat proses pengerjaan konstruksi.

(62)

BAB IV

METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN SHEARWALL

DAN CORE WALL BESERTA TUGAS KHUSUS DI

LAPANGAN

4.1. Pekerjaan Shearwall dan Corewall

4.1.1. Definisi dan Fungsi Shesarwall dan Corewall

Shear Wall dan Core Wall merupakan dinding yang dirancang untuk menahan geser, gaya lateral akibat gempa bumi. Menurut Thimothy (2005), dinding geser adalah elemen – elemen vertikal sebagai sistem penahan gay horizontal. Proyek EASTON PARK RESIDENCE Apartement Jatinangor ini memiliki enam jenis Shear Wall (Lampiran A-6) dan satu jenis Core Wall (Lampiran A-14), selain menahan gaya horizontal seperti angin dan gempa, Shear Wall dan Core Wall menahan gaya normal ( gaya vertikal ), struktur inipun berprilaku sebagai balok lentur cantilever oleh karena itu struktur ini selain menahan gaya geser dapat juga menahan gaya lentur.

Gambar 4. 1 Diagram Gaya Geser

( Bahan Kuliah Struktur Beton II, Teknik Sipil UPI )

Shear Wall dan Core Wall ini menahan dua tipe gaya yaitu gaya geser dan gaya angkat. Hubungan pada struktur itu dapat memindahkan gaya

(63)

gaya – gaya geser disepanjang tinggi dinding antara puncak dan bawah penghubung dinding. Adanya gaya angkat pada struktur ini karena gaya arah horizontal terjadi pada puncak dinding, gaya angkat ini mencoba mengangkat salah satu ujung dinding dan meneekan pada ujung bagian lainnya.

Fungsi dari struktur Shear Wall dan Core Wall memberikan kekuatan lateral yang dibutuhkan untuk menahan gaya – gaya horizontal seperti angin dan gempa dan struktur ini juga memberikan kekakuan lateral untuk mencegah lantai dan rangka atap dari gerakan pendukungnya.

Gambar 4. 2 Perancangan Tulangan Shear Wall

(64)

4.1.2. Metode Pelaksanaan Pekerjaan Shearwall dan Corewall

Pada bab ini, kami akan fokus membahas tentang pekerjaan pembangunan Shear Wall dan Core Wall di Proyek EASTON PARK RESIDENCE Apartement Jatinangor. Latar belakang kami mengambil fokus pada pekerjaan pembangunan Shear Wall dan Core Wall adalah metoda pembangunan untuk perkerjaan Shear Wall dan Core Wall menggunakan metoda yang tidak biasa atau unique. Metoda yang tak biasa atau unique yang digunakan dalam pekerjaan pembangunan Shear Wall dan Core Wall, terdapat dalam tahapan yang berbeda.

Tahapan pertama pada saat pembangunan shearwall, yaitu pada tahapan pekerjaan pembangunannya yang menggunakan metoda bernama metoda climbing. Metoda climbing ini adalah metoda yang dipakai hanya untuk struktur jenis Shear Wall dan Core Wall, yang istimewa dari metoda ini adalah pembangunan yang terus dilaksanakan tanpa harus menunggu pengecoran plat lantai dan balok hingga berselisih dua hingga tiga lantai dibawah dinding Shear Wall dan Core Wall itu sendiri. Keuntungan lain yang di dapat ketika memakai metoda climbing ini adalah menghilangkan kepala kolom yang seharusnya ada ketika pembangunan Shear Wall dan Core Wall.

Berikut ini adalah metoda kerja pekerjaan pembangunan Shear Wall dan Core Wall (dapat dilihat dalam Lampiran A-15) :

1. Dilakukan pengecoran tahap awal Shear Wall dan Core Wall setinggi 3m ( elevasi -1,6 ).

(65)

Gambar 4. 4 Pemasangan table form

3. Melakukan marking untuk posisi balok dan pelat lantai ground yang ada pada wall tersebut.

Gambar 4. 5 Pelaksanaan Marking Posisi Elemen Struktur

4. Perkerjaan pemasangan block out (Shear Wall dan Core Wall dengan memakai sterofoam dan kawat ayam)

(66)

5. Pekerjaan pemasangan stek besi untuk pelat lantai ground sesuai marking yang ada.

6. Melakukan checklist pembesian terpasang serta posisi dan ukuran blockout pada Shear Wall dan Core Wall tersebut.

7. Melakukan pemasangan bekisting wall dengan sistem climbing.

(67)

8. Melakukan pengecoran beton.

Gambar 4. 8 Pengecoran Menggunakan Bucket

9. Melakukan pembongkaran bekisting

Tes Mutu beton umur

7 hari

o Reproofing pada shear wall atau core wall

o Bongkar perancah pada shear wall atau core wall

o Bongkar bekisting pada shear wall atau core wall

o Kerjakan konstruksi perancah dan bekisting plat dan balok

o Reproofing pada shear wall atau core wall

o perancah pada shear wall atau core wall terpasang

o bekisting pada shear wall atau core wall tetap terpasang

o Kerjakan konstruksi perancah dan bekisting plat dan balok

(68)

Gambar 4. 9 diagram alir pembongkaran bekisting Shear Wall dan Core Wall

10.Curing untuk Shear Wall dan Core Wall

Dilakukan perawatan beton setelah pembongkaran bekisting pada Shear Wall dan Core Wall dengan cara menyemprotkan zat kimia khusus untuk perawatan beton. Perawatan beton ini dalam dunia proyek dikenal dengan istilah curing beton kemudian untuk zat kimia yang digunakan adalah curing compound (Antisol®-E(WP))

B

o Reproofing pada shear wall atau core wall terbongkar

o Pemasangan satu Reproofing sampai 21 hari

o Reproofing pada shear wall atau core wall terpasang

o Perancah shear wall atau core wall tetap terpasang

o Bekisting shear wall atau core wall tetap terpasang

Cor plat dan balok

Tes mutu beton umur

21hari

o Reproofing pada shear wall atau core wall dan plat lantai tidak boleh di bongkar

o Menunggu hasil tes mutu beton umur > 21 hari, jika hasil tes mutu beton umur > 21 hari δbk ≥ δbk’ 21 hari maka refrooping boleh di bongkar.

o Cor plat dan balok 2 lantai diatasnya

o Refrooping balok lantai sudah dibongkar

21 hari δbk > δbk’ 21 hari

21 hari δbk ≥δbk’ 21 hari

Gambar

Gambar 2.3 Gambar Kondisi Proyek
Gambar 2.5 Easton Park Residence
Gambar 2.6 Struktur Organisasi Management Proyek
Gambar 2.7 Struktur Organisasi Management Konstruksi (MK)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pelatihan-pelatihan yang diberikan oleh pihak manajemen juga harus didukung dari karyawannya. Dalam hal ini departemen yang bertanggung jawab

Bertanggung jawab Pimpinan perusahaan secara garis besar merencanakan, mengatur, mengkoordinasi, mengendalikan dan mengambil keputusan dalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawab

Selama proses belajar mengajar berlangsung, diharapkan peserta didik memiliki sikap ingin tahu, teliti dalam melakukan pengamatan, dan bertanggung jawab dalam menyampaikan

adalah tanah dorongan yang berasal dari sekitar persemaian yang telah. diayak dengan tujuan untuk menghaluskan. Kegiatan ini berlangsung selama 4 hari, yang meliputi

Penulis berusaha memberikan gambaran yang sejelas-jelasnya mengenai kegiatan proyek yang berlangsung selama Kerja Praktek pada proyek tersebut.. Dalam menyusun laporan ini

Tugas dan tanggung jawab presiden direktur adalah bertanggung jawab terhadap kemajuan dann kelancaran kegiatan perusahaan dengan mengawasi kinerja semua pihak sesuai dengan tujuan dan

Spesifikasi tugas yang diberikan selama pelaksanaan Kerja Praktek selama 60 hari adalah: 3.1.1 Pekerjaan Pondasi Konstruksi Jaring Rusuk Beton KJRB Gedung Utama Pondasi yang di pakai

Spesifikasi tugas yang diberikan selama pelaksanaan Kerja Praktek KP selama 60 hari adalah : 3.1.1 Pekerjaan pondasi Bored Pile Pondasi yang dipakai pada proyek Pembangunan Gedung