LAPORAN MAGANG
PEMBENIHAN IKAN NILA SRIKANDI (Oreochromis niloticus x Oreochromis aureus)
DI BALAI RISET PEMULIAAN IKAN (BRPI) SUKAMANDI, SUBANG, JAWA BARAT
Oleh :
22.03.4.076 Dara Hayuning Priati 22.03.4.077 Dikky Setiawan
22.03.4.085 Nabila Risky Ramadhani 22.03.4.086 Nazwa Azzahra
POLITEKNIK KELAUTAN DAN PERIKANAN KARAWANG KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
2023
LAPORAN MAGANG
PEMBENIHAN IKAN NILA SRIKANDI (Oreochromis niloticus x Oreochromis aureus)
DI BALAI RISET PEMULIAAN IKAN (BRPI) SUKAMANDI, SUBANG, JAWA BARAT
Oleh :
22.03.4.076 Dara Hayuning Priati 22.03.4.077 Dikky Setiawan
22.03.4.085 Nabila Risky Ramadhani 22.03.4.086 Nazwa Azzahra
POLITEKNIK KELAUTAN DAN PERIKANAN KARAWANG KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
202
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan berkat kehadirat Allah SWT atas anugerah dan karunia Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Magang dengan judul “ BUDIDAYA IKAN NILA SRIKANDI (Oreochromis niloticus x Oreochromis aureus) DI BALAI RISET PEMULIAAN IKAN (BRPI) SUKAMANDI, SUBANG, JAWA BARAT”.Laporan Magang Program Studi Budidaya Ikan ini disusun sebagai salah satu syarat untuk melaksanakan praktik magang di Politeknik Kelautan dan Perikanan Karawang. Dalam penyusunan laporan ini, penulis banyak sekali menerima bantuan dari beberapa pihak baik dari kepala balai, Pembina, dan teknisi yang berada Di BRPI ini. Maka dengan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Bapak Catur Pramono Adi,S.Pi.,M.Si selaku Kepala Prodi Budidaya Ikan.
2. Bapak Taufik Hadi Ramli S.Pi, M.Si selaku Sekretaris Prodi Budidaya Ikan.
3. Bapak Asim dan Bapak Hariono selaku pembimbing Lapangan yang sudah selalu membimbing kegiatan selama magang Di BRPI.
4. Keluarga besar komoditas ikan Nila yang telah membantu dan memberikan arahan dengan sabar dalam kegiatan Praktik Di BRPI.
Penulis menyadari bahwa laporan Magang ini masih banyak kekurangannya.Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat untuk penyempurnaan laporan ini.
Subang, 6 Oktober 2023
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...ii
DAFTAR TABEL...iii
DAFTAR GAMBAR...iv
DAFTAR LAMPIRAN...vi
BAB 1...1
1.1 Latar Belakang...1
1.2 Tujuan...2
1.3 Manfaat...2
BAB II...3
2.1 Waktu dan tempat...3
2.2 Prosedur kerja...3
2.2.1 Teknik pembesaran ikan...3
2.2.2 Teknik produksi pakan buatan...16
2.2.3 Hama penyakit ikan...17
2.2.4 Studi kelayakan bisnis...18
BAB III...19
3.1 Teknik pembesaran ikan...19
3.1.1 Pemeliharaan induk...19
3.1.2 Seleksi induk...20
3.1.3 Pemijahan...21
3.1.4 Penetasan telur...21
3.1.5 Pemeliharaan larva tahap pendederan...22
3.1.5 Pemeliharaan pendederan tahap pembesaran...23
3.2 Teknik produksi pakan buatan...27
3.3 Hama penyakit ikan...28
3.4 Studi kelayakan bisnis...28
3.5 Budidaya ikan hias...30
BAB IV...31
PENUTUP...31
4.1 Kesimpulan...31
4.2 Saran...31
DAFTAR PUSTAKA...32
DAFTAR TABEL
Table 1. ciri induk jantan dan betina yang sudah matang gonad...6
Tabel 2. proses tahapan nila Srikandi...19
Tabel 3. Data sampel induk terseleksi untuk di pijahkan...20
Tabel 4. Sampel penetasan telur...21
Tabel 5. Data penebaran larva...22
Tabel 6. Sampling larva...22
Tabel 7. Data panen benih...23
Tabel 8. Kualitas air kolam pemeliharaan pendederan...23
Tabel 9. Data sampling ikan...24
Tabel 16. Kandungan nutrisi maggot...27
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Morfologi ikan nila...4
Gambar 2. Mengeret induk untuk seleksi...5
Gambar 3. Kelamin induk jantan dan betina...6
Gambar 4. Persiapan kolam pemijahan...7
Gambar 5. Induk betina meerami telurnya...7
Gambar 6. MS PRIMA FEED – LP 3...8
Gambar 7. Mengumpulkan induk ke tepi kolam...8
Gambar 8. Pemanenan telur dari mulut induk betina...9
Gambar 9. Pemindahan telur kedalam corong dan menghitung telur...9
Gambar 10. Corong inkubasi telur...10
Gambar 11. Pembersihan hapa menggunakan steam...11
Gambar 12. Kolam ukuran 2x2m²...11
gambar 13. PF 100...12
Gambar 14. Pemberian pakan larva...12
Gambar 15. Kolam pendederan...13
Gambar 16. Grading benih...13
Gambar 17. Penebaran benih lanjutan...13
Gambar 18. pakan buatan PF 500, PF 800, PF 1000...14
Gambar 19. Pemberian pakan pendederan...14
Gambar 20. Kolam pembesaran...14
Gambar 21. Penebaran benih pembesaran...15
Gambar 22. SPLA 12...15
Gambar 23. Pemberian pakan pembesaran...15
Gambar 24. Pemanenan ikam nila konsumsi...16
Gambar 25. Burung kuntul/blekok dan biawak...17
Gambar 26. Ikan nila terkena popeye disease...18
Gambar 27. Distribusi ikan nila Srikandi...18
Gambar 28. Persentase kematian oleh hama...28
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan salah satu komoditas perikanan yang sudah banyak dibudidayakan di dunia karena mempunyai banyak keunggulan antara lain pertumbuhan cepat, tahan penyakit serta toleran terhadap lingkungan (Setyawan, 2014). Di Indonesia perkembangan budidaya ikan nila juga sudah cukup pesat,data statistik FAO tahun 2015 menunjukkan Indonesia sebagai produsen ikan nila terbesar kedua di dunia setelah China. Dalam upaya percepatan peningkatan produksi guna mendukung program industrialisasi, maka diperlukan pengembangan perbenihan strain ikan unggul yang produktif dan adaptif di kawasan pertambakan (Anonim, 2011dalam Hadie, 2013).Kawasan pertambakan menjadi target sasaran, mengingat bahwa kawasan tersebut merupakan lahan marginal yang pada saat ini relatif kurang produktif. Kawasan tambak merupakan lahan bekas budidaya udang windu yang dalam waktu 10-15 tahun terakhir mengalami kegagalan panen dikarenakan terjadinya wabah penyakit pada usaha budidaya tersebut (Hadie, 2013).
Komoditas yang berpeluang dapat dipelihara pada lingkungan tersebut adalah ikan nila.
Ikan nila srikandi merupakan ikan nila unggul yang dibudidayakan di Balai Riset Pemuliaan Ikan (BRPI) melalui program hibridisasi. Ikan nila srikandi telah melalui beberapa evaluasi meliputi ketahanan salinitas, kemampuan pertumbuhan, penyakit dan ketahanan lingkungan, pengujian proksimat, tingkat molekuler, karakter dan kualitas daging, morfometrik dan meristik, sifat reproduksi dan sebagainya. Ikan nila srikandi (Oreochromis niloticus x Oreochromis aureus) yang dirilis pada tahun 2012 berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan KEP.09/MEN/2012 merupakan ikan nila unggul dengan toleransi salinitas hingga 30 g/L. Ikan ini merupakan persilangan antara Nirvana Black Tilapia (Oreochromis niloticus) dan Blue Tilapia Jantan (Oreochromis aureus) (Setyawan et al., 2015). Ikan nila nirwana
mempunyai keunggulan dapat tumbuh cepat di perairan tawar, sedangkan Ikan nila biru (Oreochromis aureus) merupakan ikan yang berasal dari Afrika Utara dan Timur
Tengah. Ikan nila biru mempu-nyai keunggulan berupa daya toleransi yang tinggi di perairan payau. Keunggulan ikan nila Nirwana dan nila biru (Oreochromis aureus) merupakan aset genetik yang digunakan dalam perakitan strain ikan nila srikandi (Hadie et al., 2013). Selain itu berpartisipasi kampus lingkup KKP untuk mendukung program SFV (Smart Fisheries Village) yakni program prioritas BRSDM dengan konsep pembangunan desa perikanan dan satuan kerja yang berbasis pada penerapan benih unggul, teknologi informasi komunikasi dan manajemen tepat guna, keberlanjutan, serta meningkatkan ekonomi yang berada di tengah-tengah program kampung perikanan budidaya dan Desa Inovasi atau Desa Mitra.
1.2 Tujuan
Tujuan dari kegiatan magang budidaya Ikan Nila Srikandi (Oreochromis aureus x niloticus) adalah untuk :
1.
Mengetahui tahapan budidaya ikan nila Srikandi.2.
Mengetahui jumlah induk yang memijah, fekunditas/jumlah larva dan Hatching Rate (HR%) ikan nila Srikandi.3. Mengetahui laju pertumbuhan nila Srikandi.
4. Berpartisipasi mendukung program SFV.
1.3 Manfaat
1. Dapat mengetahui teknik proses pemijahan, pembenihan, dan pembesaran ikan nila Srikandi secara langsung
2. Dapat mengetahui apa saja keunggulan ikan nila Srikandi.
3. Meningkatkan kemampuan praktik dan keterampilan dalam budidaya khususnya budidaya ikan nila.
4. Sebagai referensi informasi mengenai budidaya ikan nila Srikandi.
BAB II ISI 2.1 Waktu dan tempat
Pelaksanaan kegiatan magang dilaksanakan 6 bulan dimulai pada tanggal 20 Maret 2023 sampai dengan tanggal 5 Oktober 2023, dan tempat pelaksanaan kegiatan magang ini dilaksanakan di balai riset pemuliaan ikan (BRPI) Sukamandi, Kelurahan Gempolsari, Kecamatan Patokbeusi, Kabupaten Subang, Jawa Barat.
2.2 Prosedur kerja
2.2.1 Teknik pembenihan ikan
Nila (Oreochromis niloticus) merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang paling banyak dibudidayakan di Indonesia. Ikan ini juga menduduki peringkat kedua sebagai ikan konsumsi yang paling banyak dibudidayakan setelah ikan mas (Cyprinus carpio). Ikan nila (O. niloticus) memiliki strain jenis yang unggul seperti nila Srikandi.
Sirip Dada Sirip Punggung Mata
Mulut
Sirip Ekor
Operkulum Sirip Perut Sirip Dubur
Gambar 1. Morfologi ikan nila
Ikan nila Srikandi merupakan benih sebar (final stock) sehingga tidak direkomendasikan untuk dijadikan induk. Benih ikan nila Srikandi diproduksi di air tawar sehingga diperlukan proses aklimatisasi terlebih dahulu sebelum dilakukan pembesaran di tambak payau.
2.2.1.1 Pemeliharaan induk
Dalam proses pembudidayaan ikan nila masalah yang paling penting adalah ketersediaan induk yang berkualitas untuk menghasilkan benih yang berkualitas dan berkuantitas baik (unggul). Oleh karena itu dalam proses budidaya di perlukan pemeliharaan induk yang berkualitas yang nantinya akan menghasilkan anakan yang berkualitas juga. Induk dipilih dari ikan nila yang sehat dan tidak cacat, dengan ukuran 200-250 gram dan umur dari 5-6 bulan untuk induk betina. Dengan ukuran 250-300 gram dan umur 5-6 bulan untuk induk jantan.
Pemeliharaan induk yang terdapat di BRPI Sukamandi dilakukan pada kolam yang terbuat dari konstruksi beton dengan ukuran 10x2 m². Jumlah kolam terdapat 30 kolam yang berada di luar ruangan (outdoor). Kolam tersebut selain untuk pemeliharaan induk juga sebagai tempat pemijahan. Indukan dipisahkan dalam kolam
yang berbeda sesuai dengan jenis kelaminnya, hal ini bertujuan untuk kualitas telur yang dihasilkan baik, memudahkan pada saat seleksi induk yang sudah siap memijah. Induk ikan nila ditaruh di dalam kolam beton bertujuan untuk mempermudah pada saat proses seleksi induk sebelum dimasukan ke dalam kolam pemeliharaan induk, yang nantinya induk ikan nila siap sebagai calon induk sebelum dilakukan proses pemijahan. Kegiatan ini sesuai dengan pernyataan Suyanto (2010) bahwa sebaiknya ikan jantan dan betina dipelihara secara terpisah pada kolam-kolam khusus, sehingga dapat mempermudah pengelolaan, pemberian pakan, penjagaan dan pengambilan untuk seleksi. Pemisahan induk juga dapat meghindari terjadinya pemijahan secara liar atau tidak terkontrol.
2.2.1.2 Seleksi induk
Seleksi induk dilakukan untuk mengetahui indukan yang sudah matang gonad untuk siap dipijahkan. Selain itu, seleksi induk bertujuan untuk memilih induk yang berkualitas dari segi umur, bentuk tubuh, tingkat kematangan gonad dan ukuran.
Seleksi induk dilakukan dengan mengeret menggunakan jaring eret.
Kemudian penangkapan induk dilakukan dengan hati-hati, agar induk tidak mengalami stress dan luka, karena hal ini sangat berpengaruh pada kondisi induk.
Gambar 2. Mengeret induk untuk seleksi
Induk betina yang sudah matang gonad memiliki ciri-ciri organ lengkap, bentuk tubuh agak gemuk, induk betina yang digunakan minimal berumur 6 bulan dengan bobot 200 gram, dan pada lubang urogenital telah berwarna merah, sedangkan induk jantan memiliki ciri-ciri warna tubuh lebih cerah dari induk betina, induk jantan sebaiknya berumur lebih dari 6 bulan dengan bobot minimal 250 gram.
Gambar 3. Kelamin induk jantan dan betina Table 1. ciri induk jantan dan betina yang sudah matang gonad
No Induk Jantan Induk Betina
1. Bobot tubuh 250 gram Bobot tubuh 200 gram
2. Umur 6 bulan Umur 6 bulan
3. alat reproduksi meruncing dan Jika di striping pada perut keluar
cairan putih (sperma) pada alat reproduksinya
Alat reproduksi berwarna merah, dan jika di striping pada perut keluar
sejumlah telur bewarna kuning kehijauan pada alat reproduksinya.
4. Warna tubuh cerah Warna tubuh pucat
2.2.1.3 Pemijahan
Sebelum ke tahap pemijahan yakni mempersiakan bak pemijahan terlebih dahulu , meliputi pembersihan bak, pengeringan dan pengisian air.. Pembersihan dimulai dengan pengeluaran air melalui outlet sampai habis airnya kemudian dilakukan penyiraman pada setiap sisi-sisi kolam. Setelah itu, dilakukan penyerokan untuk mengeluarkan sisa-sisa kotoran dan pakan yang tidak termakan. Setelah benar- benar bersih dilakukan pengeringan selama satu hari dengan panas matahari. Setelah pengeringan satu hari kemudian bak di isi air dengan ketinggian air 70-80 cm. Air yang digunakan untuk mengisi bak pemijahan berasal dari waduk Jatiluhur yang ditampung dikolam tandon, dan air yang digunakan dalam proses pemijahan harus terbebas dari hama oleh karena itu pada bagian saluran masuknya air diberi saringan agar hama tidak dapat masuk kedalam bak pemijahan.
Pemijahan ikan nila dilakukan secara alami dan dapat dilaksanakan secara massal. Indukan ikan jantan dilepaskan ke kolam pemijahan terlebih dahulu, barulah kemudian diikuti dengan perilisan indukan ikan betina. Idealnya, perbandingan jumlah ikan jantan dan ikan betina di suatu kolam pemijahan adalah 1:3 dengan Kepadatan induk yang digunakan adalah 1-2 ekor/m2. Kegiatan pemijahan yang dilakukan di BPPI Sukamandi pemijahan ikan nila dilakukan secara alami. Masing- masing kolam disi 80 ekor dengan rasio perbandingan induk jantan dan betina yaitu 1:3 (20 jantan dan 60 betina)
Gambar 4. Persiapan kolam pemijahan
Hal ini menyebabkan kebutuhan induk betina lebih banyak dibandingkan jantan.
Induk jantan dan betina yang sudah dimasukan pada satu kolam pemijahan dibiarkan selama 7 hari, supaya pemijahan ikan nila strain srikandi secara alami terjadi.
Kegiatan teknik produksi induk betina ikan nila ditujukan untuk memproduksi induk betina secara massal dalam rangka memenuhi kebutuhan induk betina ikan nila.
Pemijahan ikan nila terjadi beberapa tahap dengan pasangan yang sama atau berbeda.
Selanjutnya, telur akan dierami di dalam mulut induk betina.
Induk betina umumnya bersifat mouth breeder, induk betina yang sedang mengerami telur akan terlihat membesar pada bagian mulutnya (Andri et al., 2021).
2.2.1.4 Pemberian pakan
Pemberian pakan dilakukan pada kolam induk atau kolam pemijahan dengan frekuensi 2 kali sehari. Jumiah pakan yang diberikan sebanyak 2-3 % biomassa/ hari, yakni pada pagi dan sore hari. Pakan yang diberikan adalah pelet apung dengan kandungan protein 30-33 %.
Gambar 5. MS PRIMA FEED – LP 3
penyebab kematian massal larva ikan adalah kelebihan pakan yang sudah terlalu banyak lemudian mengendap di dasar tempat kolam hingga menimbulkan bau air yang tidak sedap dan timbul menjadi amoniak, sehingga larva stress dan mengalami kematian.
2.2.1.5 Pemanenan telur
Pemanenan telur dilakukan pada 7 hari setelah proses pemijahan. Pemanenan dilakukan dengan cara mengumpulkan induk jantan dan betina ke tepi kolam menggunakan jaring pengeret.
Gambar 6. Mengumpulkan induk ke tepi kolam
Induk yang telah dikumpulkan diambil menggunakan seser, kemudian induk betina dibuka mulutnya untuk diambil telurnya, telur dipanen dengan cara memposisian kepala induk betina ke bawah agar telur di dalam multut keluar. Pemanenan telur ikan nila dilakukan dengan cara induk betina diangkap kemudian diambil telur yang masih dierami di dalam mulut induk betina kemudian dibuka menggunakan jari telunjuk, sedangkan jari yang lain menggenggam tubuh induk dengan erat.
Gambar 7. Pemanenan telur dari mulut induk betina
Telur yang sudah diambil kemudian dihitung menggunakan hand counter lalu dipindahkan kedalam corong inkubasi telur sampai menetas kuning telurnya habis dan menjadi larva.
Gambar 8. Pemindahan telur kedalam corong dan menghitung telur
2.2.1.6 Penetasan telur
Penetasan telur ikan nila Srikandi dilakukan di media penetasan dengan menggunakan sistem resirkulasi air. Hal ini bertujuan untuk menghindari telur mengendap dan mengumpul sehingga telur mudah terkena jamur dan rusak. Telur yang berada di dalam bak inkuator harus selalu dalam keadaan teraduk agar telur berhasil menetas. Takaran air jangan sampai terlalu banyak atau sedikit, karena air yang terlalu banyak akan menghambat laju proses pengadukan sehingga telur tidak berhasil menetas. Sedangkan air yang sedikit akan menyebabkan telur tidak terkena air dan mengalami kekeringan sehingga telur akan gagal menetas. Kisaran suhu pada bak inkubasi berkisar 28-30° C.
Gambar 9. Corong inkubasi telur
Telur yang terbuahi dengan yang tidak terbuahi dapat dilihat dari warna telur, telur yang terbuahi berwarna kuning cerah sedangkan telur yang tidak terbuahi berwarna putih pucat atau bitik putih. Kemudian telur yang terbuahi dimasukkan ke corong penetasan, dibiarkan sampai telur menetas (Andri et al., 2021).
2.2.1.7 Pemeliharaan larva tahap pendederan
Langkah awal pemeliharaan larva adalah meyiapkan kolam, Kolam pemeliharaan yang di gunakan terlebih dahulu dikeringkan dengan cara mengeluarkan air melalui saluran pengeluaran air (outlet). Setelah air surut dilakukan pengeringan dengan bantuan panas sinar matahari hingga tanah dasar kolam retak-
retak selama 1-2 hari. Lalu setelah itu, dilakukan pengisian air setinggi 1 meter ke kolam tanah.
Kemudian dilakukaan pembersihan menggunakan alat steam lalu happa dikeringkan dengan cara di jemur.
Gambar 10. Pembersihan hapa menggunakan steam
Setelah hapa/waring dipasangkan pada kerangka bambu yang dibuat di atas kolam tanah. Dengan ukuran kolam hapa 2x2m².
Gambar 11. Kolam ukuran 2x2m²
Kemudian dilakukan panen larva setelah ±14 hari berada di corong inkubasi sampai benar-benar menjadi larva dan sudah berenang lalu di pindahkan menggunakan ember/baskom yang diberi air dan di tebar ke kolam hapa ukuran 2x2m². dengan padat tebar 300-500 ekor/m². Penebaran larva ini harus ditebar pada pagi hari karena suhu perairan tidak begitu panas dan memudahkan untuk
aklimatisasi larva. Selanjutnya larva diberikan pakan pelet apung 2 kali sehari dengan kadar protein 30-40%.
gambar 12. PF 100
Metode pakan yang diberikan adalah secara ad-libitum (pemberian pakan sekemyang-kenyangnya). Pada pagi hari jam 08.00 WIB dan sore hari jam 16.00 WIB.
Gambar 13. Pemberian pakan larva
Periode pemeliharaan larva terbagi atas 4 periode yaitu periode pendederan 1 dilakukan selama 14 hari, pendederan 2 dilakukan selama 20 hari, pendederan 3 dilakukan selama 30 hari, pendederan 4 dilakukan selama 40 hari sampai lava berukuran 3-5 cm. Selama pemeliharaan larva dalam periode pendederan, larva harus diperhatikan kesehatannya. Pemeriksaan kesehatan larva dilakukan dengan mengamati secara visual perilaku larva yang telah didederkan di kolam pendederan (kondisi larva aktif atau berada di permukaan air dan gerakan larva agresif).
Gambar 14. Kolam pendederan
Setelah kolam pendederan siap, maka dilanjutkan pemanenan benih. Panen benih dilakukan dengan menggunakan jaring halus secara perlahan. Pada saat pemanenan benih di puasakan terlebih dahulu, hal ini bertujuan untuk mengurangi kematian benih selama proses pemanenan Selanjutnya benih di grading terlebih dahulu bertujuan untuk menyeragamkan benih pada saat penebaran.
Gambar 15. Grading benih
Setelah benih di grading kemudian benih bawa menggunakan ember/baskom yang berisi air kemudian di tebar di kolam pendederan, dengan padat tebar 75-100 ekor/m² dengan luas kolam tanah.
Gambar 16. Penebaran benih lanjutan
Setelah benih di tebar kemudian di beri pakan buatan pelet apung dengan kadar protein 30-40%, pakan yang di berikan yakni PF 100, PF 800.
Gambar 17. pakan buatan PF 100, PF 800 (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Pemberian pakan di berikan sehari 2 kali yakni pagi dan sore. Dengan metode pemberian secara ad-libitum.
Gambar 18. Pemberian pakan pendederan
Pemberian pakan di berikan berdasarkan ukuran benih, pemeliharaan pendederan ini dilakukan selama ±2 bulan atau sampai benih berukuran 5-8 cm.
Selanjutnya di sortir kemudian di pindahkan ke kolam tanah berukuran 10x20 m².
2.2.3 Hama penyakit ikan
Pada komoditas ikan nila Srikandi yang berada di balai riset pemuliaan ikan (BRPI) Sukamandi terdapat hama dan penyakit yang ditemui, berikut hama yang ditemukan, biawak dan burung kuntul/blekok
Gambar 19. Burung kuntul/blekok dan biawak
2.2.4 Studi kelayakan bisnis
Dalam studi kelayakan bisnis ini, ikan nila srikandi merupakan salah satu pemasok kebutuhan konsumsi bagi masyarakat. Selain itu ikan nila Srikandi memiliki keunggulan tahan terhadap salinitas sampai 30 ppt. Pada saat kegiatan magang di balai riset pemuliaan ikan (BRPI) Sukamandi, dari pihak balai hanya mendistiribusikan benih, konsumsi, dan paketan induk saja.
Gambar 20. Distribusi ikan nila Srikandi
Teruntuk distribusi ikan nila Srikandi sendiri, tergantung permintaan pembeli.
Ada yang datang langsung ke hatchery ikan nila atau melalui pemesanan via telepon atau melalui situs resmi Brpi. Dan nila srikandi sudah tersebar dibeberapa wilayah Indonesia. Salah satunya JABODETABEK, Subang, Karawang, Banyumas, dan Wilayah lainnya.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Teknik pembenihan ikan
Pembenihan ikan merupakan salah satu bagian dari kegiatan budidaya ikan dengan cara mengawinkan indukan untuk mendapatkan benih yang siap dipasarkan . Teknik pembenihan 3ikan nila Srikandi di BRPI menggunakan hapa berukuran 2x2 m2.Dalam teknik pembenihan ikan nila Srikandi ini ada beberapa tahapan sebelum melanjutkan proses pembenihan, berikut tabel proses tahapan ikan nila Srikandi sampai pembesaran.
Tabel 2. proses tahapan nila Srikandi
3.1.1 Pemeliharaan induk
Pada tahap pemeliharaan induk ini dilaksanakan di Balai Riset Pemuliaan Ikan (BRPI) pada bak beton berukuran 10×2 m².
Pemeliharaan induk ini bertujuan untuk menghasilkan induk yang berkualitas agar mendapatkan benih yang berkualitas dan berkuantitas baik (unggul). Induk yang digunakan yakni jenis nila Pemeliharaan
induk
&
Seleksi Induk
Penetasan Telur Pemijahan
Pemeliharaan Larva tahap pendederan 1,2,3 dan 4.
Srikandi, jenis tersebut merupakan strain unggul hasil penelitian BRPI dari persilangan antara Nirvana Black Tilapia (Oreochromis niloticus) dan Blue Tilapia Jantan (Oreochromis aureus). Nila Srikandi ini dirilis
berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor KEP.09/MEN/2012.
3.1.2 Seleksi induk
Pada tahap seleksi induk ini dilaksanakan pada tanggal 4 juli 2023, tempat seleksi induk di Balai Riset Pemuliaan Ikan (BRPI) pada bak pemeliharaan induk nila Srikandi, proses penyeleksian induk ini bertujuan agar mendapatkan induk yang sudah matang gonad dan siap untuk dipijahkan. Berikut ini data induk yang diambil untuk dipijahkan.
Tabel 3. Data sampel induk terseleksi untuk di pijahkan
Sampel induk Panjang standar (cm)
Panjang total (cm)
Bobot (gram)
Induk 1 20.5 24.5 275
Induk 2 22.5 27.2 310
Induk 3 20.5 25.2 255
Induk 4 23 27.5 397
Induk 5 22.2 26.9 294
Induk 6 22 26.7 280
Rata-rata 22 26 302
Stdev 1.05 1.20 50.15
Min 21 25 255
Max 23 27.5 397
Selanjutnya induk yang sudah berhasil diseleksi maka dipindahkan menggunakan ember/baskom berisi air ke bak pemijahan, yang nantinya akan dilakukan proses pemijahan.
3.1.3 Pemijahan
Pada tahap pemijahan dilaksanakan pada tanggal , proses pertama yang dilakukan yakni mepersiapkan bak pemijahan terlebih dahulu, bak yang digunakan untuk pemijahan berukuran 10×2 m². Setelah bak sudah siap, maka selanjutnya penebaran induk yang sudah diseleksi sebelumnya, padat tebar yang digunakan adalah 80 ekor/bak dengan 1:3 (20 jantan dan 60 betina). Induk jantan dan betina yang sudah dimasukan pada bak pemijahan kemudian dibiarkan selama 7 hari, supaya pemijahan ikan nila strain srikandi secara alami terjadi. Setelah ±7 hari pengambilan telur dari mulut induk betina. Selanjutnya telur dimasukan kedalam corong inkubasi yang nantinya akan menetas menjadi larva.
3.1.4 Penetasan telur
Pada tahap penetasan telur ini terjadi pada tanggal 11 juli 2023 – 17 juli 2023, tepatnya setelah telur berada didalam corong inkubasi, ±7 hari. Berikut data sampel hasil penetasan telur.
Tabel 4. Sampel penetasan telur
Sampel induk Berat telur (gram)
Total telur (butir)
Telur menetas (butir)
HR(%) SR (%)
induk 1 11 1.233 1.101 89 80
induk 2 15 1.529 1.302 85 84
induk 3 8 863 748 86 80
induk 4 13 1.356 1.266 93 86
induk 5 8 768 549 71 72
induk 6 11 859 643 74 58
Rata-rata 11 416 324 83 77
Stdev 3 455 359 9 10
Min 8 1.233 1 71 58
Max 15 863 748 93 86
Seteleh telur menetas, kemudian telur dipindahkan ke kolam pemeliharaan larva menggunakan ember/baskom berisi air.
3.1.5 Pemeliharaan larva tahap pendederan
Pada tahap pemeliharaan larva dilaksanakan pada tanggal 17 juli 2023 , ±2bulan sampai menjadi ukuran benih. Larva dipeliharan di kolam tanah yang didalamnya ada hapa berukuran 2x2m². Padat tebar larva yakni 300-500 ekor/m². Berikut ini data penebaran larva.
Tabel 5. Data penebaran larva
Kolam Jumlah larva Tebar (ekor)
A1 2,000
A2 2,000
A3 2,000
Total 6.000
Selama pemeliharaan larva dilakukan sampling bertujuan agar mengetahui laju pertumbuhannya, berikut data sampling larva.
Tabel 6. Sampling larva
minggu ke/pengukuran panjang larva bobot larva
4 hari/awal larva 0.09 0.01
3 minngu/akhir larva 1.33 0.023
total mutlak 1.24 0.013
Periode pemeliharaan larva terbagi atas 4 periode yaitu periode pendederan 1,2,3 dan 4 Selama ±2 bulan Selanjutnya dilakukan pemanenan benih yang bertujuan agar mengetahui SR yang didapat, berikut data panen benih yang didapat.
Tabel 7. Data panen benih
Panen benih ukuran 3-5 cm
Total 4,831
jumlah tebar
awal 6,000
SR (%) 81
3.3 Hama penyakit ikan
Selama kegiatan magang di BRPI Sukamandi, terdapat beberapa hama yang di temukan dan mengakibatkan kematian terhadap ikan nila Srikandi. Berikut ini gambar persentase kematian oleh hama.
Burung blekok/kuntul Biawak 0%
1%
2%
3%
4%
5%
6%
Hama Ikan Nila Srikandi
Column2
Gambar 21. Persentase kematian oleh hama
Selain hama terdapat juga penyakit yang di temukan pada ikan nila Srikandi, penyakit yang ditemukan yakni Exophthalmia atau yang biasa disebut dengan popeye disease Penyakit tersebut memiliki persenan yang tinggi terhadap kematian ikan nila Srikandi kurang lebih berkisar 35%.
3.4 Studi kelayakan bisnis
Pada saat selama kegiatan magang di Balai Riset Pemuliaan Ikan (BRPI) Sukamandi, Jawa Barat. Studi kelayakan bisnis ini di analisis menggunakan metode SWOT, Analisis SWOT adalah suatu bentuk analisis situasi dengan Mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis terhadap kekuatan - kekuatan ( Strengths ) dan kelemahan - kelemahan ( Weaknesses ) suatu organisasi dan kesempatan ( Opportunities ) serta ancaman - ancaman ( Threats ) dari lingkungan sekitar untuk
merumuskan strategi yang tepat bagi organisasi.
1. Kekuatan ( Strengths )
Ikan Nila Srikandi adalah salah satu jenis nila dengan banyak sekali keunggulan dibandingkan dengan ikan nila umumnya .Walaupu dengan adanya keunggulan ikan nila Srikandi ini tetapi tidak membuat harga jual menjadi mahal.
Adapun banyak keunggulan ikan nila srikandi antara lain adalah : a. Memiliki laju pertumbuhan yang cepat.
b. Kandungan proteinnya lebih tinggi 17,06%.
c. Tahan terhadap salinitas sampai 30 ppt.
Sehingga ini membuktikan bahwa ikan nila Srikandi sangat baik untuk dibudidayakan.
2. Kelemahan ( Weaknesses )
Selain banyak keunggulan yang dimiliki oleh ikan nila Srikandi adapun kekurangan atau kelemahan pada ikan Srikandi . Kekurangan yang dimiliki oleh ikan nila Srikandi sebagai berikut :
a. Masih belum tahan terhadap cuaca extream
b. Untuk pembelian ikan induk diatur berupa per paket c. Lebih baik dibudidayakan di tempat-tempat yang
memiliki aliran air yang lancar.
Untuk ikan Srikandi mungkin memiliki kekurangan tapi tidak terlalu banyak karena ikan nila Srikandi, merupakan hasil persilangan antara Nirvana Black Tilapia (Oreochromis niloticus) dan Blue Tilapia Jantan (Oreochromis aureus).
3. Peluang ( Peluang )
Dalam pemasarannya ikan nila Srikandi merupakan jenis unggul hasil riset BRPI. Dengan ukuran badan dan daging yang lebih besar dari yang lain maka masyarakat menyukainya . Peluang dalam usaha tersebut bisa dikatakan sangat menguntungkan jika dijalankan dengan baik.
Dalam hal peluang pejualan induk bisa dikatakan lumayan dibandingkan penjualan induk ikan nila jenis lain . Dengan harga yang lumayan murah dan tahan
terhadap salinitas sampai 30 ppt, sehingga banyak yang mencari ikan nila Srikandi. Inilah yang membuat BRPI memproduksi ikan nila Srikandi dengan kualitas yang baik.
4. Ancaman ( Perlakukan )
Selain peluang yang cukup besar ada juga ancaman dari beberapa arah terhadap usaha tersebut, ancaman tersebut berupa apapun yang dapat merusak usaha tersebut. Adapun ancaman yang ada pada usaha budidaya tersebut yang pertama banyaknya jenis ikan nila strain unggul lainnya, maka persaingan pasarpun terjadi.
BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapatkan selama magang di BRPI khusunya di komoditas ikan nila Srikandi, yakni mendapatkan pengalaman bagaimana cara membudidayakan nila Srikandi secara langsung di mulai dari pemeliharaan induk, seleksi induk, pemijahan, pemeliharaan larva tahap pendederan 1,2,3 dan 4. Selain itu ikut berperan dalam program SFV (Smart Fisheries Village) dengan mengikuti kegiatan magang di BRPI, dari instansi sekolahan di bawah naungan KKP.
4.2 Saran
Berdasarkan hal yang sudah dilakukan dalam proses budidaya ikan Ikan nila Srikandi harus dipersiapkan dengan baik persiapannya, dimulai pengelolaan air agar di monitoring setiap saat untuk mengetahui kandungan air yang ada di kolam baik kolam pemeliharaan induk maupun kolam pemijahan, pengelolaan pakan seharusnya disesuaikan dengan bukaan mulut ikan agar pakan yang di gunakan tidak terbuang sia-sia, pengendalian hama penyakit harus lebih diperhatikan ikan yang terkena penyakit. Dilakukan pengecekan di laboratorium untuk dilakukan analisis agar ada tindakan pengobatan.
DAFTAR PUSTAKA
Sulistiyarto, B., Restu, R., dan Nopelia, A., 2021. Pembenihan ikan nila (Oreochromis niloticus) di bak terpal kecil dengan rasio kelamin induk yang berbeda. Jurnal Ilmu Hewani Tropika (Journal of Tropical Animal Science), 10(1), 16-20.
Yuniarti, T., Lestari, S.D., Perceka, M.L., Handoko, Y.P, 2021. Pengetahuan Bahan Baku Perikanan. Yayasan Kita Menulis.
Yuniarti, T., Sofi, H., Teguh, P dan Suroso. 2007. Teknik produksi Induk Betina Ikan Nila. Jurnal Budidaya Air Tawar, 4 (1 ): 27 – 31.
LAMPIRAN