• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEKNIK PEMELIHARAAN LARVA IKAN NILA SRIKANDI (Oreochromis aureus x niloticus ) DI BALAI RISET PEMULIAAN IKAN (BRPI) SUKAMANDI JAWA BARAT TUGAS AKHIR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TEKNIK PEMELIHARAAN LARVA IKAN NILA SRIKANDI (Oreochromis aureus x niloticus ) DI BALAI RISET PEMULIAAN IKAN (BRPI) SUKAMANDI JAWA BARAT TUGAS AKHIR"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

TEKNIK PEMELIHARAAN LARVA IKAN NILA SRIKANDI (Oreochromis aureus x niloticus )

DI BALAI RISET PEMULIAAN IKAN (BRPI) SUKAMANDI JAWA BARAT

TUGAS AKHIR

OLEH

KRISTIN FEBRIANTY.M 1622010424

JURUSAN BUDIDAYA PERIKANAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PANGKAJENE KEPULAUAN

2019

(2)
(3)
(4)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tugas akhir ini tidak terdapat karya yang pernah dianjurkan untuk memperoleh gelar Ahli Madia Perikanan ,dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain , kecuali yang tertulis di dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Pangkep , 5 Mei 2019 Yang menyatakan,

Kristin Febrianty.M

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun Tugas Akhir. Tugas Akhir dengan judul “Teknik Pemeliharaan Larva Ikan Nila Srikandi (Oreochromis aureus x niloticus) di Balai Riset Pemuliaan Ikan (BRPI) Sukamandi Jawa Barat. Tugas Akhir ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada Jurusan Budidaya Perikanan Politeknik Pertanian Negeri Pangkajene Kepulauan.

Dengan selesainya Tugas Akhir ini, penulis menghanturkan doa, rasa hormat, serta terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ayahanda dan Ibunda tercinta, kakak serta segenap keluarga yang telah memberikan motivasi dan dukungan baik secara spiritual maupun secara material.

Penulis juga menghaturkan ucapan terimakasih sebagai penghargaan atas segala bimbingan dan bantuan yang penulis peroleh dalam penyusunan Tugas Akhir ini kepada:

1. Ibu Mulyati, S.Pi, M.Si. selaku pembimbing pertama dan Dr. Nur Rahmawaty Arma, S.Pi., M.Sc. selaku pembimbing kedua yang telah memberikan bimbingan, motivasi dan arahan dalam menyusun Tugas Akhir ini.

2. Ibu Dr. A. Puspasari Idris, S.Pi., M.Si selaku Penasehat Akademik..

3. Bapak Ardiansyah. S.Pi., M.Biotech.St., Ph.D selaku Ketua Jurusan Budidaya Perikanan beserta seluruh staf.

(6)

4. Bapak Dr. Ir. Darmawan, M.P. selaku Direktur Politeknik Petanian Negeri Pangkajene dan Kepulauan.

5. Kepada Bapak Adam Robisalmi, S.Pi selaku pembimbing dan koordinator komoditas ikan nila, Bapak Wawan Gunawan, Bapak Mochammad Hariono, Bapak Lamanto, dan Bapak Uus Usmayana selaku teknisi yang membimbing penulis saat melaksanakan Pengalaman Kerja Praktik Mahasiswa (PKPM).

6. Bapak dan ibu dosen serta teknisi budidaya perikanan yang telah memberikan ilmunya kepada penulis

7. Kepada teman seperjuangan di hatchery nila BRPI Witri Widyaningtyas Arfani, Yulia Pertiwi Rahayu dan Hana Waine yang telah membantu.

8. Kepada teman - teman yang telah memberikan motivasi selama kuliah ataupun selama penyusunan tugas akhir ini.

Penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak yang sifatnya membangun dan akhirnya penulis berharap Tugas Akhir ini mendapat respon positif dari berbagai pihak.

Pangkep, 5 Mei 2019

Penulis

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

ABSTRAK ... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan ... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Nila Srikandi ... 3

2.2 Habitat dan Kebiasaan Hidup ... 4

2.3 Makanan dan Kebiasaan Makan ... 5

2.4 Pengelolaan Induk ... 5

(8)

2.5 Pengelolaan Larva ... 6

2.5.1 Persiapan Kolam Pemeliharaan Larva ... 7

2.5.2 Penumbuhan Pakan Alami di Kolam Pemeliharaan Larva ... 7

2.5.2 Pengelolaan Pakan Buatan Untuk Larva ... 8

2.6 Parameter Kualitas Air ... 9

2.7 Hama dan Penyakit ... 11

2.8 Pertumbuhan Larva ... 12

2.9 Pemanenan ... 12

BAB III METODE 3.1 Waktu dan Tempat ... 13

3.2 Alat dan Bahan ... .. 13

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 15

3.4 Metode Pelaksanaan ... 15

3.4.1 Persiapan Kolam Pemeliharaan Larva ... 15

3.4.2 Pemanenan Larva Dari Kolam Pemijahan ... 16

3.4.3 Pemeliharaan Larva Pada Happa ... 17

3.5 Parameter yang Dimati ... 18

3.6 Analisis Data ... 18

3.6.1 Tingkat Kelangsungan Hidup (SR)... ... 18

3.6.2 Pertumbuhan Larva... ... 19

3.6.3 Dosis Pakan Larva ... 19

3.6.4 Frekuensi Pemberian Pakan Larva ... 19

BAB IV KEADAAN LOKASI 4.1 Sejarah Balai ... 20

4.2 Letak Geografis ... 21

4.3 Fasilitas Umum dan Fasilitas Penunjang ... 22

4.3.1 Fasilitas Umum ... 22

4.3.2 Fasilitas Penunjang ... 22

4.4 Struktur Organisasi ... 23

(9)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Tingkat Kelangsungan Hidup Larva Nila Srikandi ... 24

5.2 Pertumbuhan Larva Nila Srikandi ... 25

5.3 Manajemen Pakan Larva Nila Srikandi ... 27

5.4 Pengelolaan Kualitas Air ... 29

5.5 Penanggulangan Hama ... 30

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 32

6.2 Saran ... 32

DAFTAR PUSTAKA... 33

LAMPIRAN ... 35

RIWAYAT HIDUP... 39

(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Alat yang digunakan untuk Pemeliharaan Larva Nila Srikandi .... 13

Tabal 3.2 Bahan yang digunakan untuk Pemeliharaan Larva Nila Srikandi . 14 Tabel 5.1 Tingkat Kelangsungan Hidup Larva Nila Srikandi ... 24

Tabel 5.2 Komposisi Pakan Larva Nila Srikandi ... 27

Tabel 5.3 Jumlah Pakan yang Diberikan selama Pemeliharaan ... 28

Tabel 5.4 Parameter Kualitas Air Pemeliharaan Larva Ikan Nila Srikandi ... 29

Tabel 5.5 Jenis Hama yang Menyerang Larva Ikan Nila Srikandi ... 30

(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Morfologi Ikan Nila Srikandi ... 4

Gambar 3.1 Persiapan Kolam Pemeliharaan ... 16

Gambar 3.2 Pengeretan Induk dan Larva ... 17

Gambar 3.3 Pengeretan Larva ... 17

Gambar 3.4 Pengumpulan Larva... 17

Gambar 4.1 Kantor Pusat BRPI Sukamandi, Jawa Barat ... 21

Gambar 4.2 Denah lokasi BRPI Sukamandi, Jawa Barat ... 22

Gambar 5.1 Pertambahan Panjang dan Berat Larva Ikan Nila Srikandi pada Kolam Happa 1 ... 25

Gambar 5.2 Pertambahan Panjang dan Berat Larva Ikan Nila Srikandi pada Kolam Happa 2 ... 26

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Struktur Organisasi BRPI Sukamandi ... 36 Lampiran 2. Laju Pertumbuhan Larva Nila Srikandi Pada Happa 1 dan 2 ... 37 Lampiran 2. Hasil Pengukuran Kualitas Air ... 38

(13)

ABSTRAK

Kristin Febrianty.M. 1622010424. Teknik Pemeliharaan Larva Ikan Nila Srikandi (Oreochromis aureus x niloticus) di Balai Riset Pemuliaan Ikan (BRPI) Sukamandi, Jawa Barat. Dibimbing oleh Mulyati dan Nur Rahmawaty Arma.

Laporan ini bertujuan untuk memperkuat penguasaan mengenai teknik pemeliharaan larva ikan nila srikandi untuk memperoleh benih dengan kualitas baik.

Laparan ini disusun berdasarkan Kegiatan Pengalaman Kerja Praktek Mahasiswa (PKPM) yang dilaksanakan dari tanggal 4 Februari sampai 4 Mei 2019 di Balai Riset Pemuliaan Ikan (BRPI) Sukamandi, Jawa Barat.

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan partisipasi aktif untuk mengumpulkan data primer dan sekunder. Jenis parameter yang diamati yaitu jumlah panen larva, SR, pertumbuhan mutlak dan pertumbuhan harian larva,dosis pemberian pakan dan kualitas air.

Berdasarkan hasil pengamatan jumlah larva pada happa 1 diawal pemeliharaan yaitu 3.748 ekor dan pada akhir pemeliharaan berjumlah 2/741 ekor dengan SR sebesar 73%. Pada happa 2 jumlah larva sebanyak 6.681 ekor pada awal penebaran dan jumlah larva pada akhir pemeliharaan yaitu 5.530 ekor memiliki SR 83%. Untuk laju pertumbuhan baik mutlak maupun harian, larva pada happa 1 memiliki laju pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan larva pada happa 2 hal ini dapat diakibatkan karena jumlah padat tebar yang berbeda serta kemampuan dalam memanfaatkan makanan. Hal tersebut juga dapat dikarenakan kandungan amonia dan nitrit pada happa yang melebihi batas yang dapat ditolerir oleh larva. Komposisi nutrsi pakan tepung yang diberikan untuk pemeliharaan larva tergolong baik dan dapat mendukung kelangsungan hidup dan pertumbuhan larva. Adapun Hama yang ditemukan yaitu ikan liar, keong, siput, udang air tawar, biawak, dan ular.

Kata kunci : Nila Srikandi, SR larva, Laju Pertumbuhan,

(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ikan nila (Oreochromis niloticus L) adalah salah satu ikan air tawar yang banyak dibudidayakan dan dikonsumsi oleh masyarakat, telah dikenal sejak tahun 1970, dan terus mengalami perkembangan, sehingga memegang peranan penting dalam peningkatan perekonomian masyarakat bahkan perkembangan budidayanya dapat mengalahkan ikan lain yang sudah lebih dahulu hadir di Indonesia. Seiring dengan perkembangan usaha budidaya pembesaran ikan nila berdampak pada kebutuhan benih sehingga permintaan benih ikan nila terjadi peningkatan dari tahun ke tahun. Jumlah produksi ikan nila di Indonesia pada tahun 2015 sebesar 30.331 ton, pada tahun 2016 sebesar 45,265 ton, dan pada tahun 2017 sebesar 58.039 ton (KKP 2018).

Adapun kendala utama dalam pengembangan budidaya ikan nila adalah ketersediaan benih yang terbatas. Untuk mengatasi masalah tersebut, Balai Riset Pemuliaan Ikan (BRPI) Sukamandi mengembangkan berbagai varietas ikan nila dan merupakan salah satu balai milik pemerintah yang ditugaskan untuk memproduksi benih-benih unggul ikan nila diantaranya ikan nila Srikandi. Ikan nila srikandi (Oreochromis aureus x niloticus) merupakan strain ikan nila unggul hasil persilangan antara ikan nila hitam nirwana betina (Oreochromis niloticus) dan ikan nila biru jantan (Oreochromis aureus). Ikan nila srikandi dilepaskan ke masyarakat berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No.

KEP.09/MEN/2012. Ikan nila srikandi telah memasuki pasar di Jawa Barat, Jawa Tengah, Kalimantan, Sulawesi Selatan dan Papua. Adapun cara untuk

(15)

mendapatkan benih srikandi yang unggul, maka perlu dilakukan pemeliharaan larva yang baik. Oleh karena itu Balai Riset Pemuliaan Ikan (BRPI) Sukamandi dipilih sebagai lokasi untuk melakukan kegiatan pengalaman kerja praktik pembenihan ikan nila.

1.2 Tujuan dan Manfaat

Tujuan penulisan Tugas Akhir ini adalah untuk memperkuat penguasaan teknik pemeliharaan Ikan Nila Srikandi (Oreochromis aureus x niloticus) di Balai Riset Pemuliaan Ikan Sukamandi, Jawa Barat.

Manfaat penulisan Tugas Akhir ini adalah untuk memperluas wawasan dan kompetensi keahlian mahasiswa dalam bidang pembenihan ikan nila srikandi untuk berkarya di masyarakat kelak khususnya mengenai teknik pemeliharaan larva ikan nila srikandi.

(16)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Nila Srikandi

Menurut KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.09/MEN/2012, Nila mempunyai klasifikasi sebagai berikut:

Kingdom : Animalia Filum : Chordata Sub-filum : Vertebrata Kelas : Pisces Sub-kelas : Teleostei Ordo : Percomorphi Sub-ordo : Perchoidae Famili : Chiclidae Genus : Oreochromis

Spesies : Oreochromis aureus x niloticus

KEP.09/MEN/2012 tentang Pelepasan Ikan Nila Srikandi, menjelaskan bahwa ikan nila srikandi memiliki karakter fenotip dan genotip yaitu sirip punggung (Dorsal fin) D=XVI – XVIIII. 10 – 13, sirip dada (Pectoral fin) P=9 – 15, sirip perut (Ventral fin) V= I – II. 5, sirip anus (Anal fin) A= III. 8 – 10, sirip ekor (caudal fin) C= 14 – 28. Ikan nila srikandi memiliki sisik linea lateralis 24 – 33 buah sisik, dan pada sisik vertikal memiliki 12 – 20 buah. Gambar morfologi ikan nila srikandi dapat dilihat pada Gambar 2.1.

(17)

Sirip Dada Sirip Punggung Mata

Mulut

Sirip Ekor

Operkulum Sirip Perut Sirip Dubur

Gambar 2.1 Morfologi Ikan Nila Srikandi (KEPMEN No. KEP.09/MEN,2012) 2.2 Habitat dan Kebiasaan Hidup

Habitat asli ikan nila yaitu berasal dari perairan tawar seperti sungai, danau dan rawa-rawa, akan tetapi ikan nila memiliki sifat eurihaline atau dapat hidup di daerah salinitas yang luas sehingga ikan nila dapat hidup di perairan payau dan laut. Salinitas adalah tingkat kadar garam terlarut dalam air. Salinitas dapat juga mengacu pada kandungan garam dalam tanah. Ikan nila srikandi dapat mentoleransi salinitas hingga 35 ppt, tetapi salinitas yang optimal untuk pertumbuhan adalah 0-30 ppt. Menurut KEP.09/MEN/2012, Suhu optimal untuk nila srikandi yaitu 27-320C, pH air yaitu 7-8, kemudian oksigen terlarut (mg/L) yang optimal yaitu >6, lalu amoniak yang optimal untuk nila srikandi adalah

<.0001 mg/L dan untuk nitrit (NO2) <0,01 mg/L. Ikan nila dikenal sebagai ikan yang relatif tahan terhadap perubahan lingkungan hidup.

(18)

2.3 Makanan dan Kebiasaan Makan

Tipe makan ikan nila termasuk ikan pemakan segala (Omnivora). Arief dkk.

(2014) menjelaskan bahwa ikan nila memiliki pakan bervariasi, spectrum luas, dan efisien pakan buatan. Kondisi di alam ikan nila dapat memakan fitoplankton, zooplankton, jentik-jentik serangga, kelekap, ganggang berbentuk benang serta hydrilla. Untuk jenis makanan pada stadia larva terdiri dari benthos, setelah mencapai benih lebih menyukai zooplankton seperti Rotifera sp.Moina sp dan Daphnia sp. Ukuran dewasa ikan nila dapat diberikan pakan tambahan berupa pelet dan masih membutuhkan pakan alami. Ikan nila dewasa memiliki kemampuan mengumpulkan makanan di perairan dengan bantuan lendir (mucus) dalam mulut, makanan tersebut membentuk gumpalan partikel sehingga tidak mudah keluar. Selain itu ikan nila memakan jenis makanan tambahan seperti dedak halus, tepung bungkil kacang, ampas kelapa dan sebagainya.

2.4 Pengelolaan Induk

Induk yang digunakan harus memiliki fisik proporsional,sehat dan tidak cacat. Ciri-ciri induk ikan nila yang unggul adalah mampu memproduksi benih dalam jumlah yang besar dengan kualitas yang tinggi, pertumbuhannya sangat cepat, sangat responsif terhadap makanan buatan yang diberikan, resisten terhadap serangan hama, parasit dan penyakit, dapat hidup dan tumbuh baik pada lingkungan perairan yang relatif buruk. Adapun ukuran induk yang baik untuk dipijahkan yaitu untuk betina minimal 200 gram per ekor dan jantan minimal 250 gram per ekor serta masing masing induk berumur 6 bulan. Adapun induk yang digunakan yaitu induk betina Nirwana (Oreochromis niloticus) dan induk jantan Biru (Oreochromis aureus).

(19)

Induk betina dan induk jantan ikan nila dapat dibedakan dengan mudah.

Dimana untuk induk betina memiliki3 buah lubang pada urogenetial yaitu: dubur, lubang pengeluaran telur dan lubang urine, warna perut lebih putih, warna dagu putih, perut buncit atau membesar, alat reprodukis berwarna kemerahan dan jika perut distriping tidak mengeluarkan cairan kuning telur. Induk jantan memiliki 2 buah lubang pada urogenital yaitu: anus dan lubang sperma merangkap lubang urine, perut ramping, alat reproduksi berwarna kemerahan dan meruncing, dan apabila distripping akan mengeluarkan cairan putih susu. Induk ikan nila dipelihara secara terpisah antara jantan dan betina agar menghindari terjadinya pemijahan liar dan untuk memudahkan dalam pengecekan jika ada induk yang telah matang gonad. Menurut KEP.09/MEN/2012, jumlah larva yang dapat dihasilkan satu ekor induk yaitu 144-881 ekor.

2.5 Pengelolaan Larva

Pada perkembangan larva, ikan mengalami dua fase perkembangan, yaitu prolarva dan pasca larva. Adapun ciri-ciri dari fase prolarva adalah masih adanya kuning telur, tubuh transparan dengan beberapa pigmen yang belum diketahui fungsinya, pergerakannya lambat, adanya sirip dada dan sirip ekor walaupun bentuknya belum sempurna. Larva ikan yang baru menetas berada dalam keadaan terbalik karena kuning telurnya masih mengandung minyak. Mulut dan rahang belum berkembang dan ususnya masih merupakan tabung halus, Pada saat fase tersebut, larva mendapatkan makanan dari kuning telur yang belum habis terserap

Kemudian fase selanjutnya yaitu fase post larva ikan dimana ini merupakan masa dari hilangnya kantung kuning telur sampai terbentuk organ-organ baru atau selesainya taraf penyempurnaan organ-organ yang ada. Pada akhir fase

(20)

tersebut, secara morfologis larva telah memiliki bentuk tubuh hampir seperti induknya. Pada tahap pascalarva ini sirip dorsal (punggung) sudah mulai dapat dibedakan, sudah ada garis bentuk sirip ekor dan anak ikan sudah lebih aktif berenang. Kadang-kadang anak ini memperlihatkan sifat bergerombol walaupun tidak selamanya. Setelah masa pascalarva ini berakhir, ikan akan memasuki masa juvenile.

2.5.1 Persiapan Kolam Pemeliharaan Larva

Adapun kegiatan persiapan kolam penanganan larva meliputi pengeringan, pengapuran kolam, pemberian saponin, pemupukan dan pemasangan hapa. Pada kolam pemeliharaan larva, pengeringan dilakukan selama 3-7 hari atau tergantung dengan cuaca. Pengeringan dilakukan hingga tanah pada kolam retak-retak.

Setelah kering, kolam diberi kapur pertanian untuk mempertahankan kestabilan keasaman air sekaligus untuk memberantas hama dan penyakit. Kemudian tahap selanjutnya yaitu pemberian saponin. Adapun tujuan dari pemberian saponin yaitu untuk membunuh hama dan penyakit pada kolam. Saponin dapat menumbuhkan pakan alami setelah 3 hari pemberiannya. Setelah pemberian saponin maka kegiatan selanjutnya adalah pemberian air dengan tinggi 80 cm-1 meter. Kolam dipupuk untuk menumbuhkan pakan alami yang sangat dibutuhkan oleh larva ikan nila. Pemupukan menggunakan pupuk Mina PS yang bisa meningkatkan kesuburan perairan. Setelah dilakukan pemupukan, happa dipasang di kolam tanah dengan mengikatnya pada kerangka besi bulat berbentuk persegi panjang dengan ukuran 5x2 meter.

(21)

2.5.2 Penumbuhan Pakan Alami di Kolam Pemeliharaan Larva

Penumbuhan pakan alami yang dibutuhkan larva dilakukan dengan memupuk air kolam menggunakan bahan pupuk anorganik. Dengan pengolahan tanah yang baik dan pemupukan yang cukup, pakan alami akan melimpah di dalam kolam, sehingga larva memperoleh pasokan pakan yang cukup (Mahasri dkk, 2011 dalam Hanifa dkk 2017). Pupuk anorganik berupa pupuk Mina PS yang digunakan dengan dosis sebanyak 1-2 cc/m3 air. Selanjutnya pupuk tersebut ditebarkan merata keseluruh kolam pemeliharaan larva. Setelah dipupuk maka makanan alami yang diperlukan larva sudah tersedia di dalam kolam. Selama pemeliharaan, larva diberi pakan tambahan berupa tepung pellet sebanyak 2 kali per hari pada pagi dan sore hari dengan cara menyebarkan merata kedalam happa.

2.5.3 Pengelolaan Pakan Buatan untuk Larva

Pemberian pakan perlu dilakukan karena pakan merupakan faktor utama yang dapat mempengaruhi pertumbuhan larva. Untuk mempercepat pertumbuhan, selama pemeliharaan larva diberi pakan pellet. Pada umumnya pellet komersial akan cocok diberikan pada larva karena kandungan nutrisiya baik protein, karbohidrat, vitamin, dan mineral cukup lengkap. Menurut Maizar dan Setyono (2007) dalam Hanifa dkk (2017), pemberian pakan pada larva dengan menggunakan pellet yang memiliki protein 20-30% dilakukan 2-3 kali sehari.

Manajemen pemberian pakan yang kurang baik menyebabkan akumulasi amonia yang mempercepat penurunan kualitas air (Fitrani dkk. 2014). Balai Penelitian Pemuliaan Ikan Sukamandi (2017) dalam Hanifa dkk (2017), dosis pakan yang diberikan disesuaikan dengan SOP yaitu 15-20% dari biomassa. Menurut Khairuman dan Amri (2009) dalam Seltimuliana (2017) bahwa komposisi pakan

(22)

yang baik untuk larva dan lebih adalah kandungan protein berkisar antara 35-42%, lemak 6-8%, kadar air 11% dan kadar abu 11%.

2.6 Parameter Kualitas Air

Air merupakan media untuk kegiatan budidaya ikan, termasuk pada kegiatan pemeliharaan larva. Kualitas air berpengaruh terhadap kelangsungan hidup ikan.

Perubahan karakteristik air yang dapat dikatakan telah terjadi peningkatan kualitas air. Demikian juga sebaliknya, bila perubahan itu menurunkan produksi, dapat dikatakan terjadi penurunan kualitas air (Sucipto dan Amri, 2005). Adapun parameter kualitas yang dapat ditolerir oleh ikan nila adalah sebagai berikut:

a. Suhu

Suhu air merupakan faktor penting yang harus diperhatikan karena mempengaruhi derajat metabolisme dalam tubuh ikan. Nila merupakan jenis ikan yang tinggi toleransinya terhadap perubahan suhu. Kisaran suhu yang dapat di tolelir oleh nila srikandi berada pada kisaran 18−31º C. Namun, suhu optimal untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan berada pada kisaran 21−24º C (KEP.09/MEN/2012). Sementara suhu mematikan di bawah 6 ºC atau di atas 42 ºC (Arie, 2003).

b. Derajat Keasaman (pH)

Derajat keasaman atau sering dilambangkan dengan pH (Puissance Negatif de H), merupakan ukuran konsentrasi ion hidrogen yang menunjukkan suasana asam suatu perairan. Ukuran nilai pH adalah 1−14 dengan angka 7 merupakan pH normal. Secara alamia,pH diperairan dipengaruhi oleh konsentrasi karbondioksida

(23)

dan senyawa yang bersifat asam. Nilai pH yang optimal untuk ikan nila srikandi berkisar antara 7−8. Namun pH yang dapat ditolerir oleh nila srikandi yaitu 5-8 (KEP.09/MEN/2012).

c. Oksigen Terlarut atau Dissolved Oxygen (DO)

Menurut Arie (2003), ikan memerlukan oksigen (O2) untuk bernafas.

Sumber oksigen dalam air berasal dari proses fotosintesis dan difusi udara. Pada suatu sistem pemeliharaan ikan, oksigen yang dihasilkan dari proses fotosintesis harus lebih banyak dari pada oksigen yang digunakan. Menurut KEP.09/MEN/2012 kandungan oksigen terlarut yang baik atau optimal untuk ikan nila srikandi yaitu tidak lebih dari 6 mg/L namun ikan nila srikandi dapat mentolerirnya hingga 3 mg/L. Semakin sedikit oksigen terlarut di dalam air, maka kebutuhan makan biota didalam air pun menjadi berkurang, bahkan beberapa jenis biota mengalami stress dan mati. Oksigen di dalam air juga dapat berkurang karena respirasi dan reaksi kimia (oksidasi dan reduksi) serta difusi dan pergantian air.

d. Amonia (NH3)

Kandungan amonia diperairan terbentuk oleh hasil metabolisme ikan melalui ginjal dan saringan insang. Selain itu, amonia dapat terbentuk dari hasil proses dekomposisi protein yang berasal dari sisa pakan atau plankton yang mati.

Konsentrasi amonia yang kurang dari 0001 ppm (mg/L) merupakan nilai yang optimal untuk nila srikandi. Keadaan konsentrasi amonia yang masih dapat ditoleril oleh ikan nila srikandi yaitu adalah tidak lebih dari 0,0003 ppm (mg/L).

(24)

e. Nitrit (NO2)

Nitrit adalah hasil dari proses oksidasi amonia oleh bakteri Nitrosomonas.

Nitrit bersifat beracun bagi ikan pada konsentrasi rendah maupun konsentrasi sangat tinggi. Adapun konsentrasi yang optimal untuk pertumbuhan ikan nila srikandi yaitu < 0,01 ppm (mg/L) tapi masih apat ditolerir hingga <0,06 ppm (mg/L).

2.7 Hama dan Penyakit

Hama dan penyakit menjadi salah satu kendala yang sering dihadapi pada proses budidaya. Ikan merupakan hewan air yang selalu bersentuhan langsung dengan media pemeliharaan. Media penularan penyakit biasanya melewati air sehingga dapat menjangkau satu atau lebih kawasan kolam (Judantari dkk, 2008).

Penyakit dapat disebabkan oleh faktor kondisi lingkungan, kondisi ikan dan adanya jasad patogen.

Menurut Gusrina (2008) hama adalah makhluk hidup yang menyerang atau memangsa ikan yang dipelihara sehingga ikan tersebut mati. Membunuh dan mempengaruhi produktivitas ikan baik secara langsung maupun bertahap. Adapun hama dapat dibedakan menjadi dua yaitu predator dan kompetitor. Predator merupakan organisme yang menyerang dan memangsa ikan ataupun larva yang ukurannya lebih besar daripada ukuran ikan yang dipelihara. Sedangkan kompetitor yaitu organisme yang menjadi penyaing bagi ikan dalam hal mencari makan dan memperoleh oksigen. Pada ikan nila seperti yang telah diketahui bahwa ikan nila merupakan ikan yang tahan terhadap serangan penyakit. Usaha pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan membersihkan lingkungan

(25)

kolam agar hama-hama tersebut tidak bersarang. Untuk pencegahan penyakit, kualitas air kolam harus dijaga dan pemberian pakan harus sesuai kebutuhan ikan.

2.8 Pertumbuhan Larva

Pertumbuhan merupakan proses pertambahan panjang dan berat suatu organisme yang dapat dilihat dari pertumbuhan ukuran panjang dan berat dalam satuan waktu. Pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh kualitas dan kuantits pakan, umur, dan kualitas air. Menurut Hidayat dkk. (2013), pertumbuhan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor dari dalam dan faktor dari luar. Adapun faktor dari dalam meliputi sifat keturunan, ketahanan terhadap penyakit dan kemampuan dalam memanfaatkan makanan, sedangkan faktor dari luar meliputi sifat fisika, kimia, dan biologi perairan. Menurut Hargaves (2000) dalam Rahman (2012) faktor yang mempengaruhi pertumbuhan antara lain pemberian pakan dan padat tebar. Yandes dkk, 2003 pertumbuhan adalah perubahan tubuh ikan, baik berat badan maupun panjang, dalam jangka waktu tertentu. Faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan adalah keturunan, seks, umur, pakan, penyakit dan lingkungan. Adapun pertumbuhan terdiri dari pertumbuhan mutlak (panjang mutlak dan berat mutlak) serta pertumbuhan harian.

2.9 Pemanenan

Pemanenan akan dilakukan menurut prosedur yang biasa dilakukan di Balai Riset Pemuliaan (BRPI) Sukamandi. Panen dilakukan dengan cara mengumpulkan ikan ke satu sisi happa menggunakan besi bulat dan diambil menggunakan seser.

(26)

BAB III METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat

Tugas Akhir ini disusun berdasarkan kegiatan PKPM yang dilaksanakan dari bulan Februari sampai Mei 2019 di Balai Riset Pemuliaan Ikan (BPPI) Sukamandi.

3.2 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan ini, disusun berdasarkan nama, spesifikasi dan kegunaannya masing-masing dalam bentuk Tabel 3.1 dan 3.2

Tabel 3.1 Alat yang digunakan untuk Pemeliharaan Larva Ikan Nila Srikandi

No. Alat Jumlah Spesifikasi Kegunaan

1. Kolam tanah 1 unit 50 x 40 m Untuk pemasangan

kerangka atau happa tempat pemeliharaan larva

2. Happa 3 unit 5 x 2 m Untuk pemeliharaan larva

3. Jaring besar 1 unit Untuk menampung induk

dan larva

4. Waring 1 unit Untuk menampung larva

5. Baskom 10 buah Untuk menampung larva

pada saat dipanen 6. Botol plastik 2 buah 600 ml Untuk tempat pakan

7. Seser 1 buah Untuk mengambil larva

pada saat panen dan perhitungan

8. Penggaris 1 buah Cm Untuk mengukur panjang larva

9. Timbangan Analitik

1 buah Untuk mengukur berat

tubuh larva 10. Timbangan

Digital

1 buah Untuk mengukur berat

pakan yang diberikan ke larva

(27)

11. Hand counter 1 buah Untuk membantu dalam menghitung jumlah larva

12. Centong 10 buah Untuk membantu dalam

proses sampling larva agar mudah untuk di ambil

13. Steam 1 unit Untuk membersihkan happa

Tabel 3.2 Bahan yang Digunakan untuk Pemeliharaan Larva Nila Srikandi

No Bahan Jumlah Spesifikasi Kegunaan

1. Larva nila srikandi

10.429 ekor Untuk

menghasilkan benih nila srikandi yang berkualitas

2. Pakan larva 10 % dari berat biomassa

Pakan bubuk (tepung halus) tenggelam dengan ukuran

< 0,4 mm

Sebagai sumber makanan bagi larva

3. Pupuk mina PS

1 Liter per botol

Pupuk Mina PS dengan dosis 1- 2 cc m3 air

Untuk

menumbuhkan pakan alami

4. Saponin 30 kg 15 gr/m2 Untuk membasmi

hama dan penyakit serta untuk

menumbuhkan pakan alami

5. Kapur 400 kilo gram 200 gr/m2 Untuk menetralkan pH dan pencegah penyakit

(28)

3.3 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi, wawancara, partisipasi aktif, dan studi pustaka dengan tujuan untuk mendapatkan data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang dapat diperoleh dengan cara melakukan pengukuran atau penghitungan pada saat mengikuti kegiatan pembenihan ikan nila di lokasi praktik, sedangkan data sekunder adalah data yang dapat diperoleh melalui wawancara dengan pembimbing atau teknisi lapangan, serta studi pustaka yang relevan dengan kegiatan pemeliharaan larva ikan nila srikandi.

3.4 Metode Pelaksanaan

3.4.1 Persiapan Kolam Pemeliharaan Larva

Kegiatan persiapan kolam pemeliharaan larva meliputi pengeringan pengapuran, pemberian saponin, pengisian air, pemupukan dan pemasangan happa. Kolam/wadah pemeliharaan yang di gunakan terlebih dahulu dikeringkan dengan cara mengeluarkan air melalui saluran pengeluaran air (outlet). Setelah air surut dilakukan pengeringan hingga tanah dasar kolam retak-retak, kemudian di lakukan pengapuran untuk mempertahankan kestabilan keasaman (pH) serta untuk mencegah hama dan penyakit. Setelah itu dilakukan pemberian saponin selama 1 hari yang bertujuan untuk membunuh hama dan penyakit pada kolam serta untuk menumbuhkan pakan alami. Lalu setelah itu, dilakukan pengisian air setinggi 1 meter kemudian kolam tanah dipupuk menggunakan pupuk Mina PS. Fungsi dari pemupukan yaitu untuk menumbuhkan pakan alami. Kemudian dilakukaan pembersihan menggunakan alat steam lalu happa dikeringkan dengan cara

(29)

dijemur. Setelah kering happa dipasang pada kerangka besi yang terdapat pada kolam tanah dengan ukuran 5x2 meter (Gambar 3.1).

Gambar 3.1 Persiapan kolam pemeliharaan

3.4.2 Pemanenan Larva dari Kolam Pemijahan

Pemanenan larva dilakukan dihari ke 15 pada saat pertama kali panen kemudian panen selanjutnya dilakukan dengan selang waktu 1 minggu. Adapun pemanenan dilakukan dengan 2 tahap. Pemanenan pertama dilakukan dengan menggunakan jaring besar yang dipasang pada kerangka besi berbentuk persegi dengan megikuti ukuran lebar kolam. Penggunaan jaring besar dimaksudkan untuk mengumpulkan induk dan larva pada satu sisi kolam (Gambar 3.2).

Pemanenan kedua yaitu menggunakan waring sebagai alat untuk menangkap larva yang masih tersisa didalam kolam atau yang lolos pada jaring besar (Gambar 3.3).

Setelah larva terkumpul pada satu sisi kolam pemijahan, maka larva diambil menggunakan seser secara hati-hati agar larva tidak stress dan agar tidak ada larva yang tersisa kemudian dimasukkan kedalam baskom ynag telah diisi air (Gambar 3.4). Larva yang telah dipanen dibawa ke dalam hatchery untuk ditampung di dalam bak beton yang telah diberi happa dan aerasi. Larva kemudian diambil

(30)

menggunakan seser dan diletakkan dalam baskom berisi air untuk dihitung menggunakan hand counter dan centong. Selanjutnya larva yang berada dalam baskom siap untuk ditebar ke kolam pemeliharaan larva.

Gambar 3.2 Pengeretan Induk dan Larva

Gambar 3.3 Pengeretan Larva

Gambar 3.4 Pengumpulan larva 3.4.3 Pemeliharaan Larva pada Happa

Larva yang telah siap ditebar, dipindahkan ke happa yang telah disiapkan.

Pakan yang diberikan adalah pellet tepung halus dengan jumlah 10% dari berat

(31)

biomassa, frekuensi pemberian pakan sebanyak 2 kali sehari. Kualitas air dikontrol agar tetap sesuai dengan kebutuhan hidup larva.

3.5 Parameter yang Diamati

Parameter yang diamati adalah parameter larva yang meliputi morfologi larva, panjang tubuh larva, bobot tubuh larva dan persentase tingkat kelangsungan hidup larva (SR). Parameter kualitas air juga diamati, meliputi pH, suhu, oksigen terlarut, amonia dan nitrit. Parameter pakan larva yang diamati meliputi jenis dan ukuran pakan, kandungan nutrisi pakan, dosis pemberian, frekuensi pemberian, dan waktu pemberian.

3.6 Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif kuantitatif dan kualitatif yang bersumber dari data primer dan data sekunder. Data-data tersebut kemudian disajikan dalam bentuk tabel maupun grafik. Beberapa data yang diperoleh diolah dengan menggunakan rumus sebagaimana disajikan di bawah ini.

3.6.1 Tingkat Kelangsungan Hidup

Tingkat kelangsungan hidup atau survival rate (SR) dinyatakan sebagai perentase jumlah ikan yang hidup selama jangka waktu pemeliharaan dibagi dengan jumlah ikan yang ditebar. Adapun nilai SR pada tingkat larva yang baik yaitu sebesar 60% (BSNI, 2009). Kelangsungan hidup ikan dapat diperoleh dengan mengikuti rumus Gunadi et al, (2016):

SR = Nt x 100 % ...(3,1) No

(32)

Keterangan:

SR : Kelangsungan hidup larva (%)

Nt : Jumlah ikan pada akhir pemeliharaan (ekor) No : Jumlah ikan pada awal pemeliharaan ( ekor) 3.6.2 Pertumbuhan Larva

Pertumbuhan panjang dan berat pada larva nila srikandi dapat diketaui dengan cara melakukan sampling. Sampling dilakukan setiap 10 hari menggunakan timbangan analitik. Larva yang disampling sabanyak 25 ekor.

Parameter sampling antara lain berat dan panjang tubuh. Laju pertumbuhan harian adalah persentase pertambahan berat ikan setiap harinya selama pemeliharaan.

Laju pertumbuhan harian disebut juga Average Daily Growth Rate (ADGR).

Adapun laju pertumbuhan harian dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

ADGR =Wt−Wo t ...(3,4) Keterangan :

DGR : Pertumbuhan/pertambahan berat per hari (g/hari) Wt : Berat rata-rata pada akhir pemeliharaan (g/ekor) Wo : Berat rata-rata pada awal pemeliharaan (g/ekor) t : Waktu (lama pemeliharaan)

3.6.3 Dosis Pakan Larva

Dosis pakan induk adalah jumlah pakan yang diberikan berdasarkan 10%

dari bobot biomassa larva.

Dosis pakan (kg) = Biomassa (g) x % pakan ...(3,5) 3.6.4 Frekuensi Pemberian Pakan Larva

Pada masa pemeliharaan larva frekuensi pemberian pakan dilakukan 2 (dua) kali sehari yaitu pada pagi hari pukul 08.00 dan sore hari pukul 16.00.

Gambar

Gambar 2.1 Morfologi Ikan Nila Srikandi (KEPMEN No. KEP.09/MEN,2012)  2.2  Habitat dan Kebiasaan Hidup
Tabel  3.1 Alat yang digunakan untuk Pemeliharaan Larva Ikan Nila Srikandi
Tabel  3.2 Bahan yang Digunakan untuk Pemeliharaan Larva Nila Srikandi
Gambar 3.1 Persiapan kolam pemeliharaan
+2

Referensi

Dokumen terkait

Dalam perhitungan waktu pakai transformator kita dapat memprediksikan waktu pakai dari transformator dari perhitungan tegangan dan arus yang digunakan setiap

Dari tabel 2 diatas maka dapat dilihat bahwa prototype antena yang di hasilkan memiliki nilai parameter VSWR yang lebih besar di bandingkan dengan hasil simulasi, hal yang sama

Topik penelitian mengenai estimasi nilai kerugian ekonomi akibat degradasi lingkungan atau kerusakan sumberdaya dapat dilihat pada penelitian yang dilakukan oleh

Kata keterangan waktu 就 (jiù) dan 才 (cái) tidak mempunyai arti yang konkrit atau jelas, karena kata keterangan waktu 就 (jiù) dan 才 (cái) menyesuaikan artinya sesuai

Pada metode Benefit Prorate dalam perhitungan kewajiban aktuaria, nilai yang didapat berasal dari jumlah gaji yang dipengaruhi oleh perkalian kumulatif

Atom karbon misalnya memiliki 6 elektron dan juga 6 proton.Selain proton inti atom juga mengandung bagian yang secara listrik bersifat netral, yang biasa disebut

Jenis ikan yang dibudidayakanberupa Nila Hitam (Oreochromis niloticus), Nila Merah (Oreochromis niloticus), Gurame (Osphronemus goramy), Lele (Clarias batrachus), Koi

Pengaruh Pemberian Probiotik dalam Pakan Buatan Terhadap Tingkat Konsumsi Pakan dan Pertumbuhan Benih Ikan Nila (Oreochromis niloticus).. Analisa Usaha Pembesaran Ikan