• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN MINGGUAN PRAKTIKUM GEOLOGI STRUKTUR

N/A
N/A
Stevani Dian Rahayu

Academic year: 2024

Membagikan "LAPORAN MINGGUAN PRAKTIKUM GEOLOGI STRUKTUR"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN MINGGUAN

PRAKTIKUM GEOLOGI STRUKTUR

ACARA 4

“TEBAL DAN KEDALAMAN”

NAMA : STEVANI DIAN RAHAYU

NIM :2209056012

KELOMPOK : 2 (DUA)

ASISTEN : AJI M RIFQI A.

NIM : 2109086005

LABORATORIUM GEOLOGI DAN SURVEI FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MULAWARMAN SAMARINDA

2023

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Geologi struktur merupakan ilmu yang memperlajari mengenai distribusi 3 dimensi tubuh batuan dan permukaannya yang datar, ataupun terlipat beserta susunan internalnya. Geologi struktur menckup bentuk permukaan yang juga dibahas pada studi geomorfologi metamorifisme dan geologi rekayasa. Dengan mempelajari struktur tiga dimensi batuan dan daerah dapat dibuat kesimpulan mengenai sejarah tektonik lingkungan geologi pada masa lampau dan kejadian deformasinya.

Geologi struktur sangat diperlukan dalam berbagai bidang. Umumnya geologi struktur diperlukan untuk eksplorasi bumi dan meneliti lapisan struktur bumi serta bagaimana struktur geologi dalam suatu batuan terbentuk, khususnya struktur dan proses terbentuknya lipatan dan patahan. Selain itu, dengan mempelajari geologi struktur kita dapat mengetahui proses kejadian sumber daya geologi seperti air, minyak, bumi, gas, dan juga mineral lainnya yang terdapat di dalam lapisan bumi.Dengan mengetahui jenis struktur yang ada, seperti lipatan atau sesar, kita dapat mengetahui keadaan bentuk muka bumi dengan lebih baik. Berangkat dari praktikum-praktikum terdahulu, dimana selalu dibahas berkaitan dengan struktur, baik struktur batuan beserta dengan hal-hal pendukungnya. Struktur geologi dibangun oleh prinsip geometri yang ada pada suatu tubuh batuan yang terstrukturkan, prinsip geometri suatu bidang atau garis ini adalah unsur yang mempunyai kedudukan atau orientasi yang pasti di dalam ruang dan hubungan antara satu dan lainnya dapat dideskripsikan. Secara lebih formal dinyatakan sebagai cabang geologi yang berhubungan dengan proses geologi dimana suatu gaya telah menyebabkan transformasi bentuk, susunan,atau struktur internal batuan.

Oleh karena itu, dilakukanlah praktikum ini agar praktikan dapat lebih memahami tentang ketebalan dan juga kedalaman dari struktur dan bagian bumi, untuk mengetahui cara menghitung ketebalan dan kedalaman dari suatu singkapan, serta mengetahui manfaat dari proyeksi tebal dan kedalaman.

(3)

1.2 Tujuan

Pada praktikum kali ini adapun tujuannya yaitu:

a. Untuk mengetahui tebal bidang dari singkapan b. Untuk mengetahui hasil proyeksi kedalaman

c. Untuk mengetahui manfaat manfaat dari proyeksi tebal dan kedalaman

(4)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pengukuran kedalaman dan ketebalan secara langsung pada daerah relatif datar dengan kedudukan hampir tegak atau pada tebing terjal dengan lapisan relatif mendatar.

Dengan kata lain pengukuran ketebalan secara langsung diterapkan bila topografi tegak lurus dengan kemiringan batuan (Ahmad, 2011).

Perhitungan ketebalan dan kedalaman merupakan suatu faktor yang sangat penting dalam mempelajari geologi struktur yang pengaplikasiannya pada tahap eksplorasi.

Sebab dengan mengetahui ketebalan, dapat diketahui struktur geologi seperti kemiringan lapisan pada kedudukan batuan serta berbagai kedudukan lainnya (Sappie, 2008).

Ketebalan adalah jarak terpendek yang diukur antara dua bidang sejajar yang merupakan batas antara dua lapisan. Kedalaman adalah jarak vertikal dari suatu ketinggian tertentu terhadap suatu titik (misalnya muka air laut) terhadap suatu titik atau bidang. Pengukuran ketebalan dan kedalaman dapat ditempuh dengan dua cara, yaitu cara pengukuran secara langsung maupun tidak langsung (Sukartono, 2013).

Secara umum, pengukuran-pengukuran ketebalan dapat dibedakan menjadi 2 yaitu : 1. Pengukuran Langsung Ketebalan lapisan dapat diukur secara langsung dilapangan

dengan kondisi yang khusus, misalnya lapisan horizontal yang tersingkap berada pada tebing vertikal dan tebing horizontal sedangkan pada topografi yang miring dapat digunakan alat “Jacob’sStaff”, yaitu tongkat yang dilengkapi “handlevel”.

2. Pengukuran Tidak Langsung Pengukuran tidak langsung yang paling sederhana adalah pada lapisan sederhana yang tersingkap pada permukaan yang horizontal, dimana lebar singkapan diukur tegak lurus, yaitu W dengan mengetahui lapisan, maka ketebalannya t = W . Sin y dan apabilapengukuran tidak tegak lurus, maka W

= I sin α sehingga ketebalan menjadi t = I . Sinα. Sin (180 – β – y) (Sukartono, 2013).

(5)

Kemungkinan lain dapat dilakukan dengan mengukur jarak antara titik yangmerupakan batas lapisan sepanjang lintasan tegak lurus. Pengukuran ini dilakukanapabila bentuk lereng tidak teratur bisa juga menghitung ketebalan lapisan dari peta geologi yang didapat (Ahmad, 2011).

Apabila keadaan medan struktur yang rumit atau ketebalan alat yang dipakai tidak memungkinkan pengukuran secara langsung, tetapi sebaiknya diusahakan pengukuran mendekati secara langsung. Pengukuran tidak langsung yang paling sederhana adalah pada lapisan miring, tersingkap secara horizontal (Sappie, 2008).

Ketebalan tegak lurus antara dua bidang sejajar yang merupakan batas lapisan batuan.

Kedalaman jarak vertikal dan ketinggian tertentu (permukaan bumi) kearah bawah, terhadap suatu titik, garis atau bidang. (t = ketebalan, d = kedalaman) (Sappie, 2008).

Ketebalan lapisan dapat ditentukan dengan beberapa cara, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengukuran secara langsung dapat dilakukan pada suatu keadaan tertentu, misalnya lapisan horizontal yang tersingkap pada tebing vertikal, lapisan vertical yang tersingkap pada topografi datar sedangkan pada topografi miring dapat digunakan alat “Jacob’s staff”, yaitu tongkat yang dilengkapi dengan

handlevel”, klinometer atau kompas pada bagian atasnya (Sappie, 2008).

Pengukuran tidak langsung yang paling sederhana adalah pada lapisan miring, tersingkap pada permukaan horizontal, dimana lebar singkapan diukur tegak lurus jurus,yaitu W. Dengan mengetahui kemiringan lapisan (δ) maka ketebalannya. Dimana : t=Wsin

w = lebar singkapan L = panjang pengukuran δ = besar kemiringan lapisan (Sukartono, 2013)

Apabila pengukuran lebar singkapan tidak tegak lurus jurus (1), maka lebar sebenarnya harus dikoreksi lebih dahulu, w =1 sin β, dimana β adalah sudut antara jurus dengan

(6)

arah pengukuran. Ketebalan yang didapat adalah: t = 1 sin β sin δ, δ = besar kemiringan lapisan. Dengan cara pengukuran dapat dipakai, apabila pengukuran lebar singkapan dilakukan pada permukaan miring. Dalam hal ini ketebalan merupakan fungsi sudut kemiringan (δ) dan sudut lereng (σ). Beberapa kemungkinan posisi lapisan terhadap lereng dan perhitungan ketebalannya (Sappie, 2008).

Tebal lapisan adalah jarak terpendek antara bidang alas (bottom) dan bidang atas (top).

Dengan demikian perhitungan tebal lapisan yang tepat harus dilakukan dalam bidang yang tegak lurus jurus lapisan. Bila pengukuran di lapangan tidak dilakukan dalam bidang yang tegak lurus tersebut maka jarak terukur yang diperoleh harus dikoreksi terlebih dahulu dengan rumus :

d = dt x cosinus ß (ß = sudut antara arah kemiringan dan arah pengukuran) (Noor, 2012).

Didalam menghitung tebal lapisan, sudut lereng yang dipergunakan adalah sudut yang terukur pada arah pengukuran yang tegak lurus jurus perlapisan. Apabila arah sudut lereng yang terukur tidak tegak lurus dengan jurus perlapisan, maka perlu dilakukan koreksi untuk mengembalikan kebesaran sudut lereng yang tegak lurus jurus lapisan.

Biasanya koreksi dapat dilakuan dengan menggunakan tabel “koreksi dip” untuk pembuatan penampang (Noor, 2012).

Dengan cara yang sama dapat dipakai apabila pengukuran lebar singkapan dilakukan permukaan miring. Dalam hal ini ketebelan merupakan fungsi dari sudut miring (δ) dan sudut lereng (σ). Bisa juga menghitung ketebalan lapisan dari peta geologi. Untuk mengukur ketebalan pada lereng, apabila pengukuran tidak tegak lurus jurus digunakan persamaan trigonometri berikut.

T = I [ sin δ cos σ sin β = sin σ cos δ ] (Ahmad, 2011)

Tebal lapisan adalah jarak terpendek antara bidang alas (bottom) dan bidang atas (top).

Dengan demikian perhitungan tebal lapisan yang tepat harus dilakukan dalam bidang yang tegak lurus jurus lapisan. Bila pengukuran di lapangan tidak dilakukan dalam

(7)

bidang yang tegak lurus tersebut maka jarak terukur yang diperoleh harus dikoreksi terlebih dahulu dengan rumus: d = dt x cosinus ß (ß = sudut antara arah kemiringan dan arah pengukuran). Pengukuran pada daerah datar, apabila jarak terukur adalah jarak tegak lurus jurus, ketebalan langsung di dapat dengan menggunakan rumus: T = d sin ∂ (dimana d adalah jarak terukur di lapangan dan ∂ adalah sudut kemiringan lapisan) (transform) (Noor,2012).

Data dalam ilmu kebumian selalu berkaitan dengan kedalaman dan ketebalan. Oleh karena itu, seorang ahli ilmu kebumian harus mempunyai kemampuan untuk menentukan kedalaman dan ketebalan. Kedalaman sendiri sebenarnya adalah lokasi sebuah titik, yang diukur secara vertikal terhadap ketinggian titik acuan. Dalam ilmu Geofisika misalnya, dikenal klasifikasi gempa berdasarkan kedalaman. Menurut Fowler, klasifikasi gempa berdasarkan kedalaman fokus adalah:

1. Gempa dangkal : kedalaman fokus gempa kurang dari 70 km 2. Gempa sedang : kedalaman fokus gempa kurang dari 300km

3. Gempa dalam : kedalaman fokus gempa lebih dari 300 km (kadang-kadang lebih dari 450 km)

(Noor,2012).

Seperti halnya kedalaman, kemampuan untuk menentukan ketebalan juga sangat diperlukan dalam ilmu kebumian. Dengan mengetahui cara menghitung ketebalan, ahli kebumian bisa menyelidiki ketebalan lapisan-lapisan penyusun bumi sehingga kita bisa mengetahui bahwa ketebalan kerak bumi mencapai 100 km, ketebalan matel adalah sekitar 2900 km, liquid outer core sekitar 2200 km dan solid inner core sekitar 1250 km (Ahmad, 2011).

Pendekatan lain untuk mengukur ketebalan secara tidak langsung dapat dilakukan dengan mengatur jarak antara titik, yang merupakan batas lapisan sepanjang lintasan tegak lurus jurus. Pengukuran ini dilakukan apabila bentuk lereng tidak teratur. Bisa juga menghitung ketebalan lapisan dari peta geologi. Beberapa kemungkinan posisi terhadap lereng dan perhitungan ketebalannya (Sukartono, 2013).

(8)

Apabila keaadaan medan, struktur yang rumit atau ketebalan alat yang dipakai tidak memungkinkan pengukuran secara langsung, tetapi sebaiknya diusahakan pengukuran mendekati secara langsung. Pengukuran tidak langsung yang paling sederhana adalah pada lapisan miring, tersingkap secara horizontal. Ketebalan tegak lurus antara dua bidang sejajar yang merupakan batas lapisan batuan. Kedalaman jarak vertikal dan ketinggian tertentu (umumnya permukaan bumi) kearah bawah, terhadap suatu titik, garis atau bidang. (t = ketebalan, d = kedalaman) (Sappie, 2008).

Kedalaman ialah jarak vertikal dari ketinggian tertentu (umumnya permukaan bumi) ke arah bawah terhadap suatu titik, garis atau bidang. Pengukuran kedalaman dan ketebalan secara langsung dilakukan pada daerah yang relatif datar dengan kedudukan perlapisan hampir tegak, atau pada tebing terjal dengan lapisan relatif mendatar. Dengan kata lain pengukuran ketebalan secara langsung diterapkan bila topografi tegak lurus dengan kemiringan batuan (Pramumijoyo S, 2008).

Ketebalan adalah jarak terpendek yang diukur antara dua bidang sejajar anatra dua lapisan. Kedalaman adalah jarak vertikal dari suatu ketinggian tertentu terhadap suatu titik terhadap suatu titik atau bidang. Pengukuran ketebalan dan kedalaman dapat ditempuh dengan dua cara, yaitu cara pengukuran secara langsung maupun tidak langsung. Pengukuran kedalaman dan ketebalan secara langsung dilakukan pada daerah relatif datar dengan kedudukan tegak (Pramumijoyo, 2008).

Ada tiga macam perlapisan batuan dilapangan yang dapat diukur ketebalan dan kedalamannya, yaitu:

a. Perlapisan horizontal, yaitu perlapisan batuan yang sejajar atau mendatar dari kiri ke kanan ataupun sebaliknya.

b. Perlapisan vertikal, yaitu bentuk perlapisan tegak lurus dari atas atau kebawah atau sebaliknya, membentuk garis tegak lurus dengan permukaan bumi (sudut 90°) garis horizontal atau bidang datar.

c. Perlapisan miring (tilted) yaitu bentuk perlapisan batuan yang miring, tidak lagi mendatar.

(Sukartono, 2013)

(9)

BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat

 Jangka

 Busur 360°

 Penggaris

 Alat tulis

 Pensil Warna

3.1.2 Bahan

 Milimeter Blok

 Kertas HVS

 Diagram Kedalaman

3.2 Prosedur Percobaan 3.2 1 Penggambaran Ketebalan

Disiapkan alat dan bahan

Ditarik garis X dan Y yang saling memotong membentuk arah mata angin

Digambarkan sudut slope sesuai data yang diberikan yaitu 72°

Ditarik garis slope sepanjang 12 cm

Digambarkan sudut dip dari ujung garis slope sesuai dengan data yang diberikan yaitu 79°

Diukur dari ujung atas garis slope dengan panjang sesuai data yang diberikan untuk menentukan ketebalan dari jenis batuan

Ditarik garis sesuai besaran sudut dip sesuai data yang diberikan

Digambarkan simbol pada bidang dari masing-masing jenis batuan

Diwarnai masing-masing bidang jenis batuan

Dilakukan perhitungan menggunakan data yang telah diberikan

(10)

3.2.2 Penggambaran Kedalaman

 Disiapkan alat dan bahan

 Diberi titik pada garis distance pada diagram kedalaman sesuai dengan data yang diberikan

 Diberi titik pada garis dip pada diagram kedalaman sesuai dengan data yang diberikan

 Ditarik garis tegak dari titik pada garis distance ke titik pada garis dip

 Dilihat angka pada garis depth yang terkena garis tegak lurus

 Dikalikan angka dengan 102 untuk mendapatkan untuk mendapatkan nilai kedalamannya

(11)

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Perhitungan

Lapisan 1 (Batupasir) = T = d sin δ

 4 sin 79

 4 x 0,444

 3,926 Lapisan 2 (Batulanau) = T = d sin δ

 3 sin 79

 3 x 0,444

 1,332 Lapisan 3 (Batupasir) = T = d sin δ

 5 sin 79

 5 x 0,444

 0,888

Total = T1 + T2 + T3

 3,926 + 1,332 + 0,888

 6,146 cm

(12)

4.2 Pembahasan

Pada praktikum kali ini dilakukan penggambaran mengenai ketebalan dan kedalaman pada data yang telah ditentukan. Berdasarkan data yang ada yaitu slope 72˚ dan dip 79˚.

Kemudian untuk batupasir 4 meter, batulanau 3 meter, dan batupasir 5 meter. Setelah digambarkan pada kertas milimeter blok, dilakukan perhitungan berdasarkan rumus.

Ketebalan memiliki dua jenis yaitu ketebalan terukur dan ketebalan terkoreksi.

Ketebelan terukur merupakan ketebalan yang diukur langsung pada saat dilapangan.

Sedangkan untuk ketebalan terkoreksi merupakan ketebalan yang lebih detail dan melalui perhitungan. Sehingga ketebalan terkoreksi nilainya akan lebih kecil daripada ketebalan terukur. Pada proyeksi yang telah digambar dan dilakukan perhitungan dengan rumus T = d sin  maka didapat hasil untuk batupasir 4 meter yaitu 200 m.

Kemudian untuk batulanau 3 meter setelah dilakukan perhitungan didapat hasil yaitu 150 m. Dan untuk batupasir 5 meter setelah dilakukan perhitungan didapat hasil yaitu 260 m. Selanjutnya untuk kedalaman digunakan kertas Palmer Aligment Diagram.

Dan pada praktikum kali ini mempelajari cara untuk menentukan depth yaitu dengan cara menemukan titik pertemuan antara dip dan distance kemudian di kalikan 102. Berdasarkan data yang telah ada untuk batupasir 4 meter didapat hasil 3,926, didapat hasil untuk batulanau 3 meter yaitu 1,332. Sementara untuk batupasir 5 meter di dapatkan hasil 0,888. Setelah mendapatkan hasil dari masing masing lapisan batuan dihitung nilai total dengan menggunakan rumus Total = T1 + T2 + T3, didapatkan nilai hasil totalnya yaitu 6,146.

(13)

4.3 Gambar Ilustrasi Kenampakan Lapisan Batuan

Gambar 4.1 Proyeksi Tebal

Gambar 4.2 Proyeksi Kedalaman

(14)

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Pada praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa :

a. Dari hasil proyeksi, ternyata didapatkan ketebalan dari bidang yang dicari yaitu 6,146 cm.

b. Dari hasil proyeksi kedalaman didapatkan 3 kedalaman yaitu 300,400 dan 500.

c. Dapat mengetahui struktur geologi seperti kemiringan lapisan pada kedudukan batuan serta berbagai kedudukan lainnya dari suatu struktur. Biasanya digunakan pada saat tahap eksplorasi.

5.2 Saran

Sebaiknya pada praktikum selanjutnya pada saat responsi waktu tidak dikurangi secara tiba - tiba, agar para praktikan dapat menjawab soal responsi dengan baik dan benar.

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad. 2011. Kaidah Ilmu Struktur Geologi. AMPI. Bandung.

Noor, Djauhari. 2012. Pengantar Geologi. Bandung.

Pramumijoyo, S. 2007. Buku Panduan Geologi Struktur. Universitas gajah mada.

Yogyakarta

Sapiie, B. 2011. Prinsip Dasar Geologi Struktur. Bandung : ITB Press.

Sukartono.2013. Buku Panduan Praktikum Geologi Struktur.Yogyakarta: Laboratorium Geologi Dinamis ST

Samarinda, 27 September 2023

Asisten Praktikan

Aji M Rifqi A. Stevani Dian Rahayu

NIM.2109086005 NIM.2209056012

(16)

LAMPIRAN

Referensi

Dokumen terkait

Kenaikan suhu dapat disebabkan oleh Sinar matahari yang langsung mengenai air sungai dan pengukuran Inlet I diukur saat matahari sedang terik, tetapi kondisi di