• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Observasi Penilaian Status Gizi Anak dengan Z-Score di Posyandu Belang-Belang

N/A
N/A
fatimah assahra

Academic year: 2024

Membagikan "Laporan Observasi Penilaian Status Gizi Anak dengan Z-Score di Posyandu Belang-Belang"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN OBSERVASI

PENILAIAN STATUS GIZI ANAK DENGAN Z-SCORE DI POSYANDU BELANG-BELANG

PUSKESMAS LAU KABUPATEN MAROS

KELOMPOK 1

Putri Nabila Basri (14120210052)

Irmawati (14120210089)

Syafhira Ramadhani (14120210090) Sitti Fatimah Assahra (14120210096) Jaya Maya Sari (14120210181)

KELAS C6

LABORATORIUM TERPADU KESEHATAN MASYARAKAT PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR 2024

(2)

ii

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah yang Maha pengasih lagi maha penyayang, segala puji baginya. Semoga sholawat beserta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarganya dan para sahabatnya dan juga kepada pengikutnya yang setia hingga akhir zaman.

Puji syukur alhamdulillah panjatkan kehadirat Allah yang maha esa yang telah melimpahkan segala Rahmat, hidayah, inayahnya. Sehingga penulis Laporan ini dapat di selesaikan dengan baik dan lancar. Laporan praktikum dengan judul “Laporan Observasi Penilaian Status Gizi Anak Dengan Z-Score di Posyandu Belang-Belang Puskesmas Lau Kabupaten Maros”.

Penulis berharap laporan ini dapat memberikan manfaat bagi mahasiswa dan teman- teman sekalian. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih jauh dari sempurna, karena masih banyak kekurangan dan kesalahan. Maka penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun untuk menyempurnakan laporan ini. Dengan laporan ini, penulis mengharapkan semoga laporan ini dapat bermanfaat dan berguna bagi penulis serta pembaca pada umumnya.

Makassar, Mei 2024

Penulis

(3)

iii DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4

A. Definisi Status Gizi ... 4

B. Penilaian Antropometri Status Gizi ... 5

C. Perhitungan z-score ... 10

BAB III METODE OBSERVASI ... 12

A. Lokasi dan Waktu Observasi ... 12

B. Alat... 12

C. Prosedur Observasi ... 12

D. Prinsip Kerja ... 13

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 15

A. Hasil ... 15

B. Pembahasan ... 28

(4)

iv

BAB V PENUTUP ... 32

A. Kesimpulan ... 32

B. Saran ... 32

DAFTAR PUSTAKA ... 33

(5)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Berdasarkan data Word Health Organization (WHO) bahwa kematian bayi dibawah usia 5 tahun mencapai 6,6 juta jiwa atau hampir 18.000 orang setiap hari. Risiko seorang anak untuk meninggal sebelum mencapai usia 5 tahun untuk kawasan Eropa sebesar 12 per 1000 kelahiran hidup dan di Afrika sekitar 8 kali lebih tinggi dari kawasan Eropa (95 per 1000 kelahiran hidup). Sedangkan di kawasan Asia, khususnya Asia Selatan adalah 50 per 1000 kelahiran hidup.

(Afrika et al., 2022)

Menurut Kementerian Kesehatan RI dibidang kesehatan yang berhubungan dengan kemiskinan dan kelaparan menyatakan salah satu tujuan paling penting adalah penurunan prevalensi gizi kurang dan gizi buruk. Berdasarkan tujuan tersebut, maka salah satu target MDGs ke empat yaitu berhubungan dengan penurunan angka kematian balita dan merupakan target paling menentukan adalah penurunan prevalensi kasus gizi kurang dan gizi buruk. (Novela & Kartika, 2019)

Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia yang berkualitas, sehat, cerdas dan produktif. Upaya ini tercantum di dalam Undang-undang Kesehatan No 36 tahun 2009 bertujuan untuk meningkatkan mutu gizi. Sasaran Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014

(6)

2

diantaranya Meningkatkan Umur Harapan Hidup menjadi 72 tahun, Menurunkan Angka Kematian Bayi menjadi 24 per 1000 kelahiran hidup, Menurunkan Angka Kematian Ibu menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup dan Menurunkan prevalensi balita gizi kurang menjadi 15% serta menurunkan prevalensi balita pendek menjadi 32%. (Afrika et al., 2022)

Data Riskesdas 2018 menunjukkan bahwa berdasarkan indeks berat badan menurut umur (BB/U) prevalensi balita gizi buruk sebesar 3,9%, sedangkan 13,8% balita mengalami gizi kurang. Prevalensi balita berdasarkan indeks tinggi badan menurut umur (TB/U) terdapat 11,5%

balita dengan status gizi sangat pendek dan 19,3% balita dengan status gizi pendek. Sedangkan berdasarkan indek berat badan menurut tinggi badan (BB/TB), proporsi status gizi anak sangat kurus sebesar 3,5%, status gizi kurus sebanyak 6,7%, dan balita dengan status gizi gemuk sebesar 8% (Riskesdas, 2018). Data tersebut menunjukkan bahwa masalah gizi pada balita masih menjadi masalah kesehatan yang perlu penanganan khusus. (Al Faiqah & Suhartatik, 2022)

Malnutrisi pada anak merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama di seluruh dunia. Diperkirakan 144 juta anak dibawah usia 5 tahun mengalami stunting, 47 juta anak kurus 38,3 juta mengalami kelebihan berat badan atau obesitas. Sekitar 45% kematian pada anak di bawah usia 5 tahun terkait dengan kekurangan gizi. Pengukuran pertumbuhan bayi dan anak merupakan bagian penting dari surveilans

(7)

3

kesehatan anak. Pertumbuhan bayi yang tidak memadai karena gizi buruk menyebabkan kekurangan gizi pada anak-anak di banyak negara berkembang, yang jika di kemudian hari diikuti dengan peningkatan asupan kalori, dapat mengakibatkan kelebihan berat badan atau obesitas. Menurut studi status gizi Indonesia tahun 2021 menyebutkan bahwa angka kejadian stunting di Indonesia yaitu sebesar 24,4 % tahun 2021 dengan umur yang menderita stunting terbanyak pada usia 0-59 bulan. (Sari et al., 2023)

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana perbandingan pengukuran antropometri antara kader posyandu dengan penerapan SOP (Standard Operating Procedure)?

2. Bagaimana cara mengetahui status gizi anak melalui perhitungan z-score?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui perbandingan pengukuran antropometri antara Kader Posyandu dengan penerapan SOP (Standard Operating Procedure)

2. Untuk mengetahui status gizi anak melalui perhitungan z-score

(8)

4 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Status Gizi

Secara definisi status gizi merupakan suatu kondisi tubuh sebagai dampak penyerapan zat gizi dari makanan yang telah dikonsumsi. Pada Balita penentuan status gizi ini dilihat berdasarkan indeks Antropometri sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI (Nomor 1995/MENKES/SK/XII/2010) yang menggunakan pengukuran berdasarkan Tinggi Badan menurut Umur (TB/U), Berat Badan menurut Umur (BB/U), serta Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB). Ketiga indikator ini yang selanjutnya akan menentukan seorang balita apakah masuk dalam kategori gizi kurang, pendek (stunting), kurus (wasting) bahkan obesitas. (Harliana et al., 2022)

Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau wujud dari kondisi tubuh seseorang yang dapat dilihat dari makanan yang dikonsumsi dan penggunaan zat-zat gizi di dalam tubuh. Status gizi dibagi menjadi tiga kategori, yaitu status gizi kurang, gizi normal, dan gizi lebih. Status gizi kurang atau undernutrition merupakan keadaan gizi seseorang dimana jumlah energi yang masuk lebih sedikit dari energi yang dikeluarkan. Status gizi normal merupakan suatu ukuran status gizi dimana terdapat keseimbangan antara jumlah energi yang masuk ke dalam tubuh dan energi yang dikeluarkan dari luar tubuh sesuai dengan kebutuhan

(9)

5

individu. Status gizi lebih (overnutrition) merupakan keadaan gizi seseorang dimana jumlah energi yang masuk ke dalam tubuh lebih besar dari jumlah energi yang dikeluarkan. Anak yang berat badannya kurang disebabkan oleh asupan gizinya yang kurang, hal ini mengakibatkan cadangan gizi tubuhnya dimanfaatkan untuk kebutuhan dan aktivitas tubuh. Skema perkembangan individu yang kekurangan asupan gizi dapat mengakibatkan status gizi kurang, Kekurangan asupan gizi dari makanan dapat mengakibatkan penggunaan cadangan tubuh, sehingga dapat menyebabkan kemerosotan jaringan.

Kemerosotan jaringan ini ditandai dengan penurunan berat badan atau terhambatnya pertumbuhan tinggi badan. (Fathonah, 2019)

B. Penilaian Antropometri Status Gizi

Pengukuran Antropometri adalah pengukuran status gizi secara langsung. Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh, dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Penggunaan Antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energy. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringa tubuh seperti lemak, otak, dan jumlah air dalam tubuh. (Asmi et al., 2023)

Antropometri gizi adalah berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat

(10)

6

umur dan tingkat gizi. Antropometri sangat umum digunakan untuk mengukur status gizi dari berbagai ketidakseimbangan antara asupan protein dan energi. Gangguan biasanya terlihat dari pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh. Berbagai jenis ukuran tubuh dalam antropometri antara lain berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar pinggang, lingkar panggul, lingkar lengan atas dan tebbal lemak di bawah kulit.

Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan mengukur beberapa parameter. Parameter adalah ukuran tunggal dari tubuh manusia, antara lain:

1. Umur

Faktor umur sangat penting dalam penentuan status gizi.

Kesalahan penentuan umur akan menyebabkan interpretasi status gizi menjadi salah. Hasil pengukuran tinggi badan dan berat badan yang akurat, akan menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan penentuan umur yang tepat. Batasan umur yang digunakan adalah tahun umur penuh (Completed Year) dan untuk anak umur 0-2 tahun digunakan bulan usia penuh (Completed Month).

2. Berat Badan

Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan paling sering digunakan pada bayi baru lahir (neonatus). Berat badan digunakan untuk mendiagnosa bayi normal atau BBLR.

Dikatakan BBLR apabila berat bayi lahir di bawah 2500 gram atau

(11)

7

di bawah 2,5 kg. Pada masa bayi-balita, berat badan dapat digunakan untuk melihat laju pertumbuhan fisik maupun status gizi, kecuali terdapat kelainan klinis seperi dehidrasi, asites, edema, dan adanya tumor. Di samping itu pula berat badan dapat dipergunakan sebagai dasar perhitungan obat dan makanan. Berat badan menggambarkan jumlah dari protein, lemak, air dan mineral pada tulang. Pada remaja, lemak tubuh cenderung meningkat dan protein otot menurun. Pada orang yang edema dan asites terjadi penambahan cairan dalam tubuh. Sedangkan adanya tumor dapat menurunkan jaringan lemak dan otot, khususnya terjadi pada orang kekurangan gizi.

3. Tinggi Badan

Tinggi badan merupakan parameter yang penting bagi keadaan yang telah lalu dan keadaan sekarang, jika umur tidak diketahui dengan tepat. Di samping itu, tinggi badan merupakan ukuran kedua yang penting karena dengan menghubungkan berat badan terhadap tinggi badan (Quac stick), faktor umur dapat dikesampingkan. Pengukuran tinggi badan pada umumnya dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut Microtoice yang mempunyai ketelitian 0,1 cm.

4. Lingkar Lengan Atas

Lingkar lengan atas (LILA) dewasa ini merupakan salah satu pilihan untuk penentuan status gizi, karena mudah dilakukan dan

(12)

8

tidak memerlukan alat-alat yang sulit diperoleh dengan harga yang lebih murah. Akan tetapi, ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian, terutama jika digunakan sebagai pilihan tunggal untuk indeks status gizi, antara lain:

a. Baku lingkar lengan atas yang dugunakan sekarang belum mendapat pengujian yang memadai untuk digunakan di Indonesia. Hal ini didasarkan pada hasil-hasil penelitian yang umumnya menunjukkan perbedaan angka prevalensi KEP yang cukup berarti antar penggunaan LILA di satu pihak dengan berat bedan menurut umur atau berat menurut tinggi badan maupun indeks-indeks lain di pihak lain.

b. Kesalahan pengukuran pada LILA (pada berbagai tingkat keterampilan pengukur)relatif lebih besar dibandingkan dengan tinggi badan, mengingat batas antara baku dengan gizi kurang, lebih sempit pada LILA daripada tinggi badan. Ini berarti kesalahan yang sama besar jauh lebih berarti pada LILA dibandingkan dengan tinggi badan.

c. Lingkar lengan atas sensitif untuk suatu golongan tertentu (prasekolah), tetapi kurang sensitif pada golongan lain terutama orang dewasa. Tidak demikian halnya dengan berat badan. Alat ukur yang digunakan merupakan suatu pita pengukur yang terbuat dari fiberglass atau jenis kertas tertentu berlapis plastik.

(13)

9 5. Lingkar Pinggang dan Pinggul

Pengukuran lingkar pinggang dan pinggul harus dilakukan oleh tenaga yang terlatih dan posisi pengukuran harus tepat.

Perbedaan posisi penguuran akan memberikan hasil yang berbeda, rasio lingkar pinggang dan pinggul untuk perempuan adalah 0,77 dan 0,90 untuk laki-laki.

6. Lingkar Kepala

Lingkar kepala adalah standar prosedur dalam ilmu kedokteran anak secara praktis, yang biasanya untuk memeriksa keadaan patologi dari besarnya kepala atau peningkatan ukuran kepala. Contoh yang sering digunakan adalah kepala besar (hidrosefalus) dan kepala kecil (mikrosefalus). Lingkar kepala terutama dihubungkan dengan ukuran otak dan tulang tengkorak.

Ukuran otak meningkat secara cepat pada tahun pertama, akan tetapi besar lingkaran kepala tidak menggambarkan keadaan kesehatan dan gizi. Bagaimanapun juga ukuran otak dan lapisan tulang kepala dan tengkorak dapat bervariasi sesuai dengan keadaan gizi. Dallam antropometri gizi, rasio lingkar kepala dan lingkar dada cukup berarti dalam menentukan KEP pada anak.

Lingkar kepala dapat juga digunakan sebagai informasi tambahan dalam pengukuran umur.

(14)

10 7. Lingkar Dada

Pengukuran lingkar dada biasanya dilakukan pada anak yang berumur 2-3 tahun, karena rasio lingkar kepala dan lingkar dada sama pada umur 6 bulan. Setelah umur ini, tulang tengkorak tumbuh secara lambat dan pertumbuhan dada lebih cepat. Umur antara 6 bulan dan 5 tahun, rasio lingkar kepala dan lingkar dada adalah kurang dari 1. Hal ini dikarenakan akibat kegagalan perkembangan dan pertumbuhan atau kelemahan otot dan lemak pada dinding dada. Ini dapat digunakan sebagai indikator dalam menentukan KEP pada anak balita.

8. Tebal Lemak di Bawah Kulit

Pengukuran lemak tubuh melalui pengukuran ketebalan lemak bawah kulit (skinfold) dilakukan pada beberapa bagian tubuh, misalnya padambagian lengan atas (biceps dan triceps), lengan bawah (forearm), tulang belikat (subscapular), di tengah garis ketiak (midaxillary), sisi dada (pectoral), perut (abdominal), paha (suuprailiaca), tempurung lutut (suprapatellar), dan pertengahan tungkai bawah (medial calf).

C. Perhitungan z-score

Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Massa Indeks (BMI) adalah alat ukur atau cara sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan karena meningkatkan risiko penyakit infeksi. Penggunaan

(15)

11

rumus Indeks Massa Tubuh (IMT) ini hanya berlaku pada seseorang yang berusia 18 sampai 70 tahun dan tidak dapat digunakan oleh atlet atau binaragawan, ibu hamil dan menyusui. Dan untuk bayi, anak – anak dan remaja dapat menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT) Menurut Umur (IMT/U) setelah diketahui Indeks Massa Tubuh (IMT) kemudian hitung nilai z-score. Rumus perhitungan Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah sebagai berikut :

IMT= Berat Badan (kg)

Tinggi Badan (m) x Tinggi Badan (m)

Pengukuran status gizi pada siswa menggunakan rumus z – score. Secara umum rumus perhitungan z – score sebagai berikut :

Z-Score

=

Nilai Individu Subyek-Nilai Median (BB

UatauBB

TBatauIMT

U ) Nilai Median - (-1 SD) atau (+1 SD - Median)

Nilai standar deviasi referensi adalah selisih antara kasus dengan +1 SD (Standar Deviasi) atau -1 SD (Standard Deviasi). Jadi, jika berat/tinggi badan dalam suatu kasus lebih besar dari rata-rata, maka standar deviasi acuan diperoleh dengan mengurangkan +1 SD dari rata-rata. Namun jika bobot kasus/TB lebih rendah dari meannya, maka standar deviasi acuannya menjadi mean dikurangi -1 SD.

(16)

12 BAB III

METODE OBSERVASI A. Lokasi dan Waktu Observasi

1. Lokasi

Observasi ini dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Lau tepatnya di Posyandu Belang-Belang, Kelurahan Maccini Baji, Kecamatan Lau, Kabupaten Maros.

2. Waktu

Observasi ini dilaksanakan pada hari Rabu, 01 Mei 2024, tepatnya pada pukul 10.00 WITA - Sampai Selesai.

B. Alat

1. Timbangan Digital 2. Baby Scale

3. Stadiometer 4. Infantometer C. Prosedur Observasi

1. Pertama kita mengajukan surat izin untuk melakukan observasi di puskesmas pada Dinas Kesehatan Kabupaten Maros

2. Setelah mendapatkan surat izin observasi puskesmas dari Dinas Kesehatan Kabupaten Maros kami langsung datang ke puskesmas yang sudah kami ajukan untuk dilakukan observasi

(17)

13

3. Selanjutnya pada saat kami sampai ke puskesmas tersebut kami diarahkan oleh pihak puskesmas untuk bertemu dengan kader di posyandu yang akan kami lakukan pengukuran

4. Setelah itu kami melakukan pengukuran di posyandu tersebut kemudian kami mengambil 5 data pengukuran pada anak yang ada di posyandu tersebut untuk melakukan perhitungan z-score

D. Prinsip Kerja

1. Pengukuran Berat Badan (BB)

a. Letakkan alat timbangan berat badan di tempat datar

b. Sebelum melakukan penimbangan, hendaknya timbangan digital dikalibrasi terlebih dahulu pada skala 0.0.

c. Mintalah responden untuk melepas alas kaki (sepatu), asesoris yang digunakan (jam tangan, cincin, kacamata dan lain-lain yang memiliki berat) dan pakaian luar seperti jaket.

d. Saat menimbang sebaiknya responden menggunakan pakaian seringan mungkin untuk mengurangi error saat pengukuran e. Mintalah responden untuk naik ke atas timbangan, kemudian

berdiri tegak pada bagian tengah timbangan dengan pandangan lurus ke depan.

f. Pastikan responden tidak menunduk dan dalam keadaan rileks atau tidak bergerak-gerak.

g. Catat hasil pengukuran dalam satuan kilogram (kg)

(18)

14 2. Pengukuran Tinggi Badan (TB)

a. Pilih bidang vertikal yang datar (misalnya tembok/ bidang pengukuran lainnya) sebagai tempat untuk meletakkan.

b. Pasang stadiometer pada bidang tersebut dengan cara meletakkannya di dasar lantai.

c. Mintalah subjek yang akan diukur untuk melepaskan alas kaki (sepatu dan kaos kaki) dan melonggarkan ikatan rambut (bila ada).

d. Persilahkan subjek untuk berdiri membelakangi stadiometer.

e. Pastikan subjek berdiri tegap, pandangan lurus ke depan, kedua lengan berada di samping, posisi lutut tegak/tidak menekuk, dan telapak tangan menghadap ke paha (posisi siap).

f. Setelah itu pastikan pula kepala, punggung, bokong, betis dan tumit menempel pada alat pengukur dan subjek dalam keadaan rileks.

h. Turunkan penampang kepala hingga mengenai/menyentuh rambut subjek namun tidak terlalu menekan (pas dengan kepala).

i. Catat hasil pengukuran pada jendela baca dalam keadaan mata sejajar dengan jendela baca.

(19)

15 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil

1. Hasil Pengukuran Antropometri

Berikut ini merupakan tabel hasil pengukuran atropometri yang dilakukan oleh kelompok 1 pada saat praktikum di Wilayah Kerja Puskesmas Lau tepatnya Posyandu Belang-Belang Kelurahan Maccini Baji, Kecamatan Lau, Kabupaten Maros.

Tabel 4.1

Hasil pengukuran Antropometri Bayi/Balita di Posyandu Belang-Belang Kelurahan Maccini Baji

No Nama JK BB (kg) TB (cm) Umur (bln)

1. Muh. Faris L 15,1 kg 100 cm 56 bulan 2. Nurfadillah P 14 kg 94 cm 47 bulan

3. Inayah P 14,2 kg 97 cm 58 bulan

4. Naufal L 15,4 kg 102 cm 51 bulan

5. Mikaila P 10 kg 87 cm 41 bulan

Sumber : Data Primer 2024

Keterangan: * JK : Jenis Kelamin

* BB : Berat Badan

* TB : Tinggi Badan

(20)

16

Tabel 4.2

Hasil perhitungan IMT

No Nama JK IMT (kg/m2) Ket

1. Muh. Faris L 15 kg/m2 Underweight 2. Nurfadillah P 16 kg/m2 Underweight

3. Inayah P 15 kg/m2 Underweight

4. Naufal L 15 kg/m2 Underweight

5. Mikaila P 13 kg/m2 Underweight

Sumber : Data primer 2024

Keterangan: * JK : Jenis Kelamin

* IMT : Indeks Massa Tubuh 2. Perhitungan Z-Score

a. Muh. Faris anak laki-laki usia 56 bulan dengan Berat Badan 15,1 kg dan Tinggi Badan 100 cm.

1) Berat Badan menurut Umur (BB/U) Median : 17,7

+ 1 : 20,0 - 1 : 15,5

BB

U = BB - median median - (-1 SD)

=15,1 - 17,7 17,7 - 15,5

=- 2,6 1,6

= -1,62 (Berat badan normal)

(21)

17

2) Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) Median : 107,8

+ 1 : 112,3 - 1 : 103,3

TB

U = TB - median median - (-1 SD)

= 100 - 107,8 107,8 - 103,3

=- 7,8 4,5

= -1,73 (Normal)

3) Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB) Median : 15,4

+ 1 : 16,7 - 1 : 14,2

BB

TB = BB - median median - (-1 SD)

=15,1 - 15,4 15,4 - 14,2

=- 0,2 1,2

= - 1,4 Gizi baik (normal) 4) IMT

BB (kg)

TB2(m) =15,1 1 x 1

=15,1 1

(22)

18

= 15,1

= 15 kg/m2

5) IMT menurut Umur (IMT/U) Median : 17,5

+ 1 : 20,3 - 1 : 15,2 IMT

U = IMT - median median - (-1 SD)

= 15 - 17,5 17,5 - 15,2

=- 2,5 2,3

= - 1,08 Gizi baik (normal)

b. Nurfadillah anak Perempuan usia 47 bulan dengan Berat Badan 14 kg dan Tinggi Badan 94 cm.

1) Berat Badan menurut Umur (BB/U) Median : 15,9

+ 1 : 18,3 - 1 : 13,9

BB

U = BB - median median - (-1 SD)

= 14 - 15,9 15,9 - 13,9

=- 1,9 2

= - 0,95 (Berat badan normal)

(23)

19

2) Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) Median : 102,1

+ 1 : 106,4 - 1 : 97,9

TB

U = TB - median median - (-1 SD)

= 94 - 102,1 102,1 - 97,9

=- 8,1 4,2

= - 1,92 (Normal)

3) Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB) Median : 13,6

+ 1 : 14,9 - 1 : 12,5

BB

TB = BB - median (+1 SD) - median

= 14 - 13,6 14,9 - 13,6

=0,4 1,3

= 0,30 Gizi baik (normal) 4) IMT

BB (kg)

TB2(m) = 14 0,94 x 0,94

= 14 0,88

(24)

20

=15,90

=16 kg/m2

5) IMT menurut Umur (IMT/U) Median : 15,3

+ 1 : 16,8 - 1 : 14,0 IMT

U = IMT - median (+1 SD) - median

= 16 - 15,3 16,8 - 15,3

=0,7 1,5

= 0,46 Gizi baik (normal)

c. Inayah anak Perempuan usia 58 bulan dengan Berat Badan 14,2 kg dan Tinggi Badan 97 cm.

1) Berat Badan menurut Umur (BB/U) Median : 17,9

+ 1 : 20,8 - 1 : 15,5

BB

U = BB - median median - (-1 SD)

=14,2 - 17,9 17,9 - 15,5

=- 3,7 2,4

= - 1,54 (Berat badan normal)

(25)

21

2) Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) Median : 108,4

+ 1 : 113,0 - 1 : 103,7

TB

U = TB - median median - (-1 SD)

= 97 - 108,4 108,4 - 103,7

=- 11,4 4,7

= - 2,42 Gizi baik (normal)

3) Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB) Median : 14,4

+ 1 : 15,8 - 1 : 13,2

BB

TB = BB - median median - (-1 SD)

=14,2 - 14,4 14,4 - 13,2

=- 0,2 1,2

= - 0,16 Gizi baik (normal) 4) IMT

BB (kg)

TB2(m) = 14,2 0,97 x 0,97

=14,2 0,94

(26)

22

=15,10

=15 kg/m2

5) IMT menurut Umur (IMT/U) Median : 15,3

+ 1 : 16,9 - 1 : 13,9 IMT

U = IMT - median median - (-1 SD)

= 15 - 15,3 15,3 - 13,9

=- 0,3 1,4

= - 0,21 Gizi baik (normal)

d. Naufal anak laki-laki usia 51 bulan dengan Berat Badan 15,4 kg dan Tinggi Badan 102 cm.

1) Berat Badan menurut Umur (BB/U) Median : 16,8

+ 1 : 19,2 - 1 : 14,8

BB

U = BB - median median - (-1 SD)

=15,4 - 16,8 16,8 - 14,8

=- 1,4 2

= -0,7 (Berat badan normal)

(27)

23

2) Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) Median : 105,0

+ 1 : 109,3 - 1 : 100,7

TB

U = TB - median median - (-1 SD)

= 102 - 105,0 105,0 - 100,7

=- 3 4,3

= - 0,69 (Normal)

3) Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB) Median : 15,9

+ 1 : 17,3 - 1 : 14,7

BB

TB = BB - median median - (-1 SD)

=15,4 - 15,9 15,9 - 14,7

=- 0,5 1,2

= - 0,41 Gizi baik (normal) 4) IMT

BB (kg)

TB2(m) = 15,4 1,02 x 1,02

=15,4 1,04

(28)

24

= 14,80

= 15 kg/m2

5) IMT menurut Umur (IMT/U) Median : 15,3

+ 1 : 16,6 - 1 : 14,1 IMT

U = IMT - median median - (-1 SD)

= 15 - 15,3 15,3 - 14,1

=- 0,3 1,2

= - 0,25 Gizi baik (normal)

e. Mikaila anak Perempuan usia 41 bulan dengan Berat Badan 10 kg dan Tinggi Badan 87 cm.

1) Berat Badan menurut Umur (BB/U) Median : 14,8

+ 1 : 16,9 - 1 : 13,0

BB

U = BB - median median - (-1 SD)

= 10 - 14,8 14,8 - 13,0

=- 4,8 1,8

= - 2,6 (Berat badan normal)

(29)

25

2) Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) Median : 98,4

+ 1 : 102,4 - 1 : 94,4

TB

U = TB - median median - (-1 SD)

= 87 - 98,4 98,4 - 94,4

=- 11,4 4

= - 2,85 (Normal)

3) Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB) Median : 11,9

+ 1 : 13,0 - 1 : 10,9

BB

TB = BB - median median - (-1 SD)

= 10 - 11,9 11,9 - 10,9

=- 1,9 1

= - 1,9 Gizi baik (normal) 4) IMT

BB (kg)

TB2(m) = 10 0,87 x 0,87

= 10 0,75

(30)

26

=13,3

=13 kg/m2

5) IMT menurut Umur (IMT/U) Median : 15,3

+ 1 : 16,8 - 1 : 14,1 IMT

U = IMT - median median - (-1 SD)

= 13 - 15,3 15,3 - 14,1

=- 2,3 1,2

= - 1,91 Gizi baik (normal)

3. Kesesuaian Pengukuran Antropometri Dengan Penerapan SOP Tabel 4.3

Perbandingan Pengukuran Antropometri Antara Kader Posyandu dan Tenaga Kesehatan dengan Penerapan SOP

No Jenis

Pengukuran

SOP (Standard Operating Procedure)

Pengukuran Antropometri Kader Posyandu

1 Pengukuran Berat Badan

Melepaskan Sepatu atau sendal, popok serta aksesoris lain yang digunakan oleh bayi/balita.

Sudah sesuai SOP

Tekan tombol on/off pada timbangan

digital, tunggu sampai angka

Sudah sesuai SOP

(31)

27

timbangan menunjukkan angka

0.

Letakkan bayi di atas timbangan bayi

dan usahakan agar bayi tidak bergerak-

gerak.

Belum sesuai SOP dikarenakan

gerak bayi saat diletakkan di timbangan tidak

bisa dikontrol.

Petugas pengukur mencatat hasil penimbangan berat

badan bayi.

Sudah sesuai SOP

2. Pengukuran Panjang Badan

Melepaskan sepatu atau sendal bayi saat pengukuran.

Sudah sesuai SOP Letakkan bayi diatas

lenghtboard dan usahakan bayi tidak

bergerak-gerak dengan menahan

dengan pelan kepala dan lutut

bayi.

Sudah sesuai SOP

Tempelkan kaki bayi pada penampang

kaki lenghtboard dan kepala bayi pada penampang kepala lenghtboard.

Belum sesuai SOP, karena

pada saat pengukuran, kaki

bayi tidak menyentuh

(32)

28

penampang kaki Lenghtboard

dengan sempurna atau

kaki bayi tidak berdiri tegak.

Kader posyandu mencatat hasil

pengukuran Panjang badan bayi.

Sudah sesuai SOP

B. Pembahasan

1. Pengukuran Antropometri

Dari tabel 4.2 di atas dapat dilihat bahwa 5 bayi/balita yang telah dihitung IMT nya masuk dalam kategori berat badan/underweight yang artinya rata rata kategori praktikan berada dalam kategori berat badan kurang/underweight.

Pengukuran antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan mengukur beberapa parameter. Parameter yang digunakan yaitu berat badan, panjang badan/ tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada. Tinggi badan merupakan parameter yang penting bagi keadaan yang telah lalu dan keadaan sekarang, jika umur tidak diketahui dengan tepat. Di samping itu, tinggi badan merupakan ukuran kedua yang penting karena dengan menghubungkan berat badan terhadap tinggi badan. Berat badan

(33)

29

menggambarkan jumlah dari protein, lemak, air dan mineral pada tulang. Lingkar kepala terutama dihubungkan dengan ukuran otak dan tulang tengkorak. Ukuran otak meningkat secara cepat pada tahun pertama, akan tetapi besar lingkaran kepala tidak menggambarkan keadaan kesehatan dan gizi. Pengukuran lingkar dada biasanya dilakukan pada anak yang berumur antara 6 bulan dan 5 tahun, rasio lingkar kepala dan lingkar dada adalah kurang dari 1. Hal ini dikarenakan akibat kegagalan perkembangan dan pertumbuhan atau kelemahan otot dan lemak pada dinding dada.

(Azizah, 2022) 2. Perhitungan Z-Score

Dari hasil perhitungan z-score Muh. Faris, didapatkan hasil yaitu Berat Badan menurut Umur berada pada kategori Normal, Tinggi Badan menurut Umur berada pada kategori Normal, Berat Badan menurut Tinggi Badan berada pada kategori Normal, dan IMT menurut Umur berada pada kategori Normal.

Dari hasil perhitungan z-score Nurfadillah, didapatkan hasil yaitu Berat Badan menurut Umur berada pada kategori Normal, Tinggi Badan menurut Umur berada pada kategori Normal, Berat Badan menurut Tinggi Badan berada pada kategori Normal, dan IMT menurut Umur berada pada kategori Normal.

Dari hasil perhitungan z-score Inayah, didapatkan hasil yaitu Berat Badan menurut Umur berada pada kategori Normal, Tinggi

(34)

30

Badan menurut Umur berada pada kategori Normal, Berat Badan menurut Tinggi Badan berada pada kategori Normal, dan IMT menurut Umur berada pada kategori Normal.

Dari hasil perhitungan z-score Naufal, didapatkan hasil yaitu Berat Badan menurut Umur berada pada kategori Normal, Tinggi Badan menurut Umur berada pada kategori Normal, Berat Badan menurut Tinggi Badan berada pada kategori Normal, dan IMT menurut Umur berada pada kategori Normal.

Dari hasil perhitungan z-score Mikaila, didapatkan hasil yaitu Berat Badan menurut Umur berada pada kategori Normal, Tinggi Badan menurut Umur berada pada kategori Normal, Berat Badan menurut Tinggi Badan berada pada kategori Normal, dan IMT menurut Umur berada pada kategori Normal.

Dari seluruh hasil perhitungan z-score 5 bayi/balita di Posyandu Belang-Belang Kelurahan Maccini Baji, Hasil perhitungan zscore Berat Badan menurut Umur didapatkan semua bayi/balita berada pada kategori Normal. Hasil perhitungan z-score Tinggi Badan atau Panjang Badan menurut Umur didapatkan semua bayi/balita berada pada kategori Normal. Hasil perhitungan z-score Berat Badan menurut Tinggi Badan atau Panjang Badan didapatkan semua bayi/balita berada pada kategori Gizi baik (Normal). Hasil perhitungan z-score IMT menurut Umur didapatkan semua bayi/balita berada pada kategori Gizi Baik (Normal).

(35)

31

3. Kesesuaian Pengukuran Antropometri Dengan Penerapan SOP Dari hasil observasi pengukuran antropometri dengan penerapan SOP (Standard Operating Procedure) pengukuran kader posyandu dan tenaga kesehatan Posyandu Belang-Belang menunjukkan bahwa sebagian besar pengukuran antropometri oleh kader dan tenaga kesehatan sudah sesuai dengan SOP (Standard Operating Procedure). Pada pengukuran Berat Badan, hanya pada saat bayi diletakkan di alat timbangan bayi bergerak-gerak sehingga belum sesuai dengan SOP (Standard Operating Procedure). Pada pengukuran Panjang Badan, posisi kaki bayi tidak menyentuh penampang kaki lenghtboard atau belum sesuai dengan SOP (Standard Operating Procedure).

(36)

32 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengukuran pada praktikum di Posyandu Belang-Belang Kelurahan Maccini Baji Kecamatan Lau Kabupaten Maros, dapat disimpulkan bahwa:

1. Hasil observasi perbandingan pengukuran antropometri di Posyandu Belang-Belang Kelurahan Maccini Baji Kecamatan Lau Kabupaten Maros Sebagian besar sudah sesuai dengan penerapan SOP (Standard Operating Procedure)

2. Hasil perhitungan z-score pada 5 anak menunjukkan bahwa Berat Badan menurut Umur rata-rata berada dalam kategori Normal, Tinggi Badan atau Panjang Badan menurut Umur rata-rata berada dalam kategori normal, Berat Badan menurut Tinggi Badan atau Panjang Badan rata-rata berada dalam kategori Normal, IMT menurut Umur rata-rata berada dalam kategori Normal

B. Saran

Perlu dilakukan penyuluhan atau edukasi oleh Tenaga Kesehatan kepada kader, orang tua bayi/balita dan seluruh masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Lau khususnya Posyandu Belang-Belang Kelurahan Maccini Baji Kecamatan Lau Kabupaten Maros mengenai pentingnya memperhatikan asupan dan kecukupan gizi pada makanan yang dikonsumsi sehari-hari oleh bayi/balita.

(37)

33

DAFTAR PUSTAKA

Afrika, E., Amalia, R., Utama Saputra, A., & Minarti. (2022). Penyuluhan Peningkatan Pengetahuan Tentang Status Gizi Balita di Puskesmas Gardu Harapan Musi Banyuasin Tahun 2022. Jurnal Pengabdian Cendikia, 1(2), 2986–7002. https://doi.org/10.5281/zenodo.8279246 Al Faiqah, Z., & Suhartatik, S. (2022). Peran Kader Posyandu Dalam

Pemantauan Status Gizi Balita: Literature Review. Journal of Health, Education and Literacy (J-Healt), 5(1), 19–25.

https://doi.org/10.31605/j-

Asmi, N., Andriani, P., & Alvia, D. (2023). Pengukuran Antropometri Pada Bayi. PIRAMIDA : Jurnal Pengabdian Masyarakat, 2(2), 16–20.

Azizah, A. N. (2022). Pelatihan Pengukuran Antropometri Sebagai Deteksi Dini Stunting Anthropometry Measurement Training As Early Detection Of Stunting. Seminar Nasional, 4(1), 17–21.

Fathonah, A. (2019). Pengaruh Pemberian Makanan Pendamping ASI (MPASI) Padat Gizi Terhadap Status Gizi Bayi di Kecamatan Pamulihan Kabupaten Sumedang Tahun 2019. In Jurnal Sains dan

Seni ITS (Vol. 53, Issue 1).

https://www.infodesign.org.br/infodesign/article/view/355%0Ahttp://ww w.abergo.org.br/revista/index.php/ae/article/view/731%0Ahttp://www.a bergo.org.br/revista/index.php/ae/article/view/269%0Ahttp://www.aber go.org.br/revista/index.php/ae/article/view/106%0A

Harliana, H., Rusdiyan Yusron, R. D., & Machfud, I. (2022). Klasifikasi dan

(38)

34

Monitoring Status Gizi Balita Melalui Penerapan Metode Naïve Bayes Classification Berbasis GIS. Jurnal Ilmiah Intech : Information Technology Journal of UMUS, 4(02), 161–168.

https://doi.org/10.46772/intech.v4i02.869

Novela, V., & Kartika, L. (2019). Faktor-Faktor Status Gizi Kurang Pada Anak Usia Prasekolah di Wilayah Kerja Puskesmas Guguk Panjang Kota Bukittinggi. Jurnal Endurance, 4(2), 359–370.

https://doi.org/10.22216/jen.v4i2.4021

Sari, L. L., Hilinti, Y., Ayudiah, F., Br.Situmorang, R., & Herdianto, E. (2023).

Antropometri Pengukuran Status Gizi Balita Di Ra. Makfiratul Ilmi Bengkulu Selatan. Jurnal Abdi Kesehatan Dan Kedokteran, 2(1), 1–6.

https://doi.org/10.55018/jakk.v2i1.6

(39)

35 LAMPIRAN

Gambar 1.

Pengukuran Berat Badan pada Bayi/Balita

di Posyandu Belang-Belang Kelurahan Maccini Baji Kabupaten Maros

Gambar 2.

Pencatatan Hasil Pengukuran oleh Kader Posyandu

di Posyandu Belang-Belang Kelurahan Maccini Baji Kabupaten Maros

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan: Terdapat hubungan antara asupan vit A, zat besi dan status gizi anak usia 2-5 tahun di wilayah posyandu Gonilan dan tidak terdapat hubungan antara asupan zink dan

Dwi Hartati, 2010, Efektivitas Simulasi Monopoli Penilaian Status Gizi Balita Posyandu untuk Meningkatkan Kemampuan Kader di Puskesmas I Tegal Selatan Kota Tegal Tahun 2009,

Tidak adanya hubungan antara frekuensi kehadiran anak ke posyandu dengan status gizi anak usia 1-2 tahun dalam penelitian ini dapat disebabkan karena masyarakat yang datang ke

Akan mengadakan penelitian tentang “Pengaruh Kompetensi Terhadap Kinerja Tenaga Pelaksana Gizi Puskesmas Tentang Penilaian Status Gizi Anak Balita di Kabupaten Aceh Tamiang”,

Gambaran Khusus Sistem Informasi Penilaian Status Gizi Balita di Puskesmas Mijen I Kab. Hasil

Hasil penelitian menunjukkan hubungan pemberian ASI eksklusif dengan status gizi anak usia 1-2 tahun di Posyandu Pala VII Notoprajan Yogyakarta bahwa diantara

Dari hasil uji tersebut dapat diketahui adanya hubungan antara status gizi dengan perkembangan anak usia 1-3 tahun di Posyandu Tileng, Pendoworejo, Girimulyo, Kulon Progo

Adanya hubungan status gizi dengan perkembangan motorik kasar pada anak usia prasekolah di Posyandu Kalisonggo Kecamatan Dau maka yang perlu dilakukan orang tua