• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PENDAHULUAN HERNIA NUKLEUS PULPOSUS

N/A
N/A
Eka Yuliana

Academic year: 2023

Membagikan "LAPORAN PENDAHULUAN HERNIA NUKLEUS PULPOSUS"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PENDAHULUAN HERNIA NUKLEUS PULPOSUS (HNP)

Disusun Oleh Eka Yuliana NPM. 2311515085

PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS MITRA INDONESIA

2023/2024

(2)

LAPORAN PENDAHULUAN HERNIA NUKLEUS PULPOSUS (HNP)

Definisi

Hernia adalah protrusi atau penonjolan dari sebuah organ atau jaringan melalui lubang yang abnormal. Nukleus pulposus adalah massa setengah cair yang terbuat dari serat elastis putih yang membentuk bagian tengah dari diskus intervertebralis.

HNP adalah Suatu nyeri yang disebabkan oleh proses patologik dikolumna vertebralis pada diskus intervertebralis (diskogenik). HNP adalah keadaan dimana nukleus pulposus keluar menonjol untuk kemudian menekan ke arah kanalis spinalis melalui anulus fibrosis yang robek.

Angka kejadian banyak terjadi pada usia pertengahan. Pada umumnya HNP didahului oleh aktiivtas yang berlebihan, misalnya mengangkat beban berat (terutama mendadak) dan mendorong barang berat. Biasanya laki–

laki lebih banyak dari pada wanita (Purwanto, 2016).

Etiologi

Penyebab dari Hernia Nucleus Pulposus (HNP) biasanya dengan meningkatnya usia terjadi perubahan degeneratif yang mengakibatkan kurang lentur dan tipisnya nucleus pulposus. Annulus fibrosus mengalami perubahan karena digunakan terus menerus. Akibatnya, annulus fibrosus biasanya di daerah lumbal dapat menyembul atau pecah.

Hernia nucleus pulposus (HNP) kebanyakan juga disebabkan oleh karena adanya suatu trauma derajat sedang yang berulang mengenai discus intervertebralis sehingga menimbulkan sobeknya annulus fibrosus (Anggina, 2019).

(3)

Manifestasi Klinik

Gejala utama yang muncul adalah rasa nyeri di punggung bawah disertai otot-otot sekitar lesi dan nyeri tekan. Nyeri dapat terjadi pada bagian spinal manapun seperti servikal, torakal (jarang) atau lumbal.

Gejala klinis bergantung pada lokasi, kecepatan perkembangan (akut atau kronik) dan pengaruh pada struktur disekitarnya (Purwanto, 2016).

Patofisiologi

Protrusi atau ruptur nukleus pulposus biasanya didahului dengan perubahan degeneratif yang terjadi pada proses penuaan. Kehilangan protein polisakarida dalam diskus menurunkan kandungan air nukleus pulposus. Perkembangan pecahan yang menyebar di anulus melemahkan pertahanan pada herniasi nukleus. Setelah trauma (jatuh, kecelakaan, dan stress minor berulang seperti mengangkat) kartilago dapat cedera. Pada kebanyakan pasien, gejala trauma segera bersifat khas dan singkat, dan gejala ini disebabkan oleh cedera pada diskus yang tidak terlihat selama beberapa bulan maupun tahun. Kemudian pada degenerasi pada diskus, kapsulnya mendorong ke arah medula spinalis atau mungkin ruptur dan memungkinkan nukleus pulposus terdorong terhadap sakus dural atau terhadap saraf spinal saat muncul dari kolumna spinal.Hernia nukleus pulposus ke kanalis vertebralis berarti bahwa nukleus pulposus menekan pada radiks yang bersama-sama dengan arteria radikularis berada dalam bungkusan dura. Hal ini terjadi kalau tempat herniasi di sisi lateral. Bila mana tempat herniasinya ditengah-tengah tidak ada radiks yang terkena.

Lagipula, oleh karena pada tingkat L2 dan terus kebawah sudah tidak terdapat medula spinalis lagi, maka herniasi di garis tengah tidak akan menimbulkan kompresi pada kolumna anterior. Setelah terjadi hernia nukleus pulposus sisa duktus intervertebralis mengalami lisis sehingga dua korpora vertebra bertumpang tindih tanpa ganjalan (Purwanto, 2016).

(4)
(5)

Komplikasi

Walau jarang, HNP dapat menekan cauda equine yang terletak di punggung bawah danmengakibatkan komplikasi yang serius, seperti : 1. Disfungsi pengeluaran cairan dari kandung kemih, dimana penderita

akan kesulitanmengeluarkan urine atau tinja, hingga kemandulan secara seksual.

2. Menurunnya kemampuan beraktivitas, dikarenakan kondisi ini dapat memperburukgejala, seperti nyeri hebat, otot melemah, atau kaku.

3. Anestesi sadel, dimana penderita kehilangan kemampuan merasa atau sensasi di titikseperti paha bagian dalam, tungkai belakang, dan sekitar dubur.

4. Kelumpuhan pada ekstermitas bawah.

5. Cedera medulla spinalis.

6. Radiklitis (iritasi akar saraf).

7. Parestese.

8. Disfungsi seksual.

9. Hilangnya fungsi pengosongan Vesika Urinaria dan sisa pencernaan

Pemeriksaan Penunjang 1. Foto rontgen

Foto rontgen (dari depan, samping, dan serong) untuk identifikasi ruang antar vertebra menyempit.

2. Elektroneuromiografi (ENMG)

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui radiks mana yang terkena/melihat adanya polineuropati.

3. Scan tomografi

Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat gambaran vertebra dan jaringan disekitarnya termasuk diskusi intervertebralis.

4. RO Spinal

Pemeriksaaan ini bertujuan untuk memperlihatkan perubahan degeneratif pada tulang belakang.

(6)

5. MRI (Magneting Resonance Imaging)

Pemeriksaan ini dilakukan untuk melokalisasi protrusi diskus kecil sekalipun terutama untuk penyakit spinal lumbal.

6. CT Scan dan Mielogram

Pemeriksaan ini dilakukan jika gejala klinis dan patologiknya tidak terlihat pada pemeriksaan MRI.

Asuhan Keperawatan A. Pengkajian

1. Identitas

HNP terjadi pada umur pertengahan, kebanyakan pada jenis kelamin pria dan pekerjaan atau aktivitas berat (mengangkat baran berat atau mendorong benda berat)

2. Keluhan Utama

Nyeri pada punggung bawah

P, trauma (mengangkat atau mendorong benda berat).

Q, sifat nyeri seperti ditusuk-tusuk atau seperti disayat, mendenyut, seperti kena api, nyeri tumpul atau kemeng yang terus-menerus.

Penyebaran nyeri apakah bersifat nyeri radikular atau nyeri acuan (referred fain). Nyeri tadi bersifat menetap, atau hilang timbul, makin lama makin nyeri.

R, letak atau lokasi nyeri menunjukkan nyeri dengan setepat-tepatnya sehingga letak nyeri dapat diketahui dengan cermat

S, Pengaruh posisi tubuh atau atau anggota tubuh berkaitan dengan aktivitas tubuh, posisi yang bagaimana yang dapat meredakan rasa nyeri dan memperberat nyeri. Pengaruh pada aktivitas yang menimbulkan rasa nyeri seperti berjalan, turun tangga, menyapu, gerakan yang mendesak. Obat-obatan yang sedang diminum seperti analgetik, berapa lama diminumkan.

(7)

T Sifanya akut, sub akut, perlahan-lahan atau bertahap, bersifat menetap, hilang timbul, makin lama makin nyeri.

3. Riwayat Keperawatan

a. Apakah klien pernah menderita Tb tulang, osteomilitis, keganasan (mieloma multipleks), metabolik (osteoporosis).

b. Riwayat menstruasi, adneksitis dupleks kronis, bisa menimbulkan nyeri punggung bawah.

4. Pemeriksaan

a. Pemeriksaan Umum - Keadaan umum

Pemeriksaan tanda-tanda vital, dilengkapi pemeriksaan jantung, paru-paru, perut.

1) Inspeksi

Inspeksi punggung, pantat dan tungkai dalam berbagai posisi dan gerakan untuk evalusi neurogenik

Kurvatura yang berlebihan, pendataran arkus lumbal,adanya angulus, pelvis yang miring/asimitris, muskulatur paravertebral atau pantat yang asimetris, postur tungkai yang abnormal.

Hambatan pada pegerakan punggung , pelvis dan tungkai selama begerak.

Klien dapat menegenakan pakaian secara wajar/tidak

Kemungkinan adanya atropi, faskulasi, pembengkakan, perubahan warna kulit.

(8)

2) Palpasi dan perkusi

Paplasi dan perkusi harus dikerjakan dengan hati-hati atau halus sehingga tidak membingungkan klien

Paplasi pada daerah yang ringan rasa nyerinya ke arah yang paling terasa nyeri.

Ketika meraba kolumnavertebralis dicari kemungkinan adanya deviasi ke lateral atau antero-posterior

Palpasi dan perkusi perut, distensi perut, kandung kencing penuh dll.

3) Neuorologik

4) Pemeriksaan motorik

Kekuatan fleksi dan ekstensi tungkai atas, tungkai bawah, kaki, ibu jari dan jari lainnya dengan menyuruh klien untuk melakukan gerak fleksi dan ekstensi dengan menahan gerakan.

Atropi otot pada maleolus atau kaput fibula dengan membandingkan kanan-kiri.

Fakulasi (kontraksi involunter yang bersifathalus) pada otot- otot tertentu.

5) Pemeriksan sensorik

Pemeriksaan rasa raba, rasa sakit, rasa suhu, rasa dalam dan rasa getar (vibrasi) untuk menentukan dermatom mana yang terganggu sehingga dapat ditentuakan pula radiks mana yang terganggu.

6) Pemeriksaan refleks

Refleks lutut /patela/hammer (klien bebraring.duduk dengan tungkai menjuntai), pada HNP lateral di L4-5 refleks negatif.

Refleks tumitachiles (klien dalam posisi berbaring) lutut posisi fleksi, tumit diletakkan diatas tungkai yang satunya dan ujung kaki ditahan dalam posisi dorsofleksi ringan, kemudian tendon achiles dipukul. Pada HNP lateral 4-5 refleks ini negatif.

(9)

7) Pemeriksaan range of movement (ROM)Pemeriksaan ini dapat dilakukan aktif atau pasif untuk memperkirakan derajat nyeri, functio laesa, atau untuk mememriksa ada/tidaknya penyebaran nyeri

B. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri kronis berhubungan dengan Kerusakan sistem saraf (D.0078)

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan Gangguan neuromuscular (D. 0054)

3. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan Penurunan mobilitas (D.0139)

(10)

C.Intervensi Keperawatan

NO DIAGNOSA

KEPERAWATAN KRITERIA HASIL INTERVENSI

1. Nyeri kronis berhubungan dengan Kerusakan sistem saraf (D.0078), ditandai dengan :

DS:

Mengeluh nyeri

Merasa depresi (tertekan) DO:

Tampak meringis

Gelisah

Tidak mampu

menuntaskan aktivitas

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tingkat nyeri (L. 08066) menurun. Dengan Kriteria hasil :

Keluhan nyeri menurun

Perasaan depresi menurun

Meringis menurun

Gelisah menurun

Kemampuan menuntaskan aktivitas meningkat

Manajemen nyeri (I. 08238) Observasi

Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri

Identifikasi skala nyeri

Idenfitikasi respon nyeri non verbal

Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri

Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri

Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri

Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup

Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan

Monitor efek samping penggunaan analgetik Terapeutik

Berikan Teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri (mis: TENS, hypnosis, akupresur, terapi music,

biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, Teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)

Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis:

suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)

Fasilitasi istirahat dan tidur

Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri

(11)

Edukasi

Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri

Jelaskan strategi meredakan nyeri

Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri

Anjurkan menggunakan analgesik secara tepat

Ajarkan Teknik farmakologis untuk mengurangi nyeri Kolaborasi

Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu 2. Gangguan mobilitas fisik

berhubungan dengan Gangguan neuromuscular (D. 0054), ditandai dengan:

DS:

Mengeluh sulit menggerakkan ekstremitas DO:

Kekuatan otot

menurun

Rentang gerak (ROM) menurun

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan mobilitas fisik (L. 05042) Meningkat, dengan Kriteria hasil :

Pergerakan ekstremitas meningkat

Kekuatan otot meningkat

Rentang gerak (ROM) meningkat

Dukungan Ambulansi (I.06171) Observasi

Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya

Identifikasi toleransi fisik melakukan ambulasi

Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai ambulasi

Monitor kondisi umum selama melakukan ambulasi Terapeutik

Fasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat bantu (mis:

tongkat, kruk)

Fasilitasi melakukan mobilisasi fisik, jika perlu

Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan ambulasi

Edukasi

Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi

Anjurkan melakukan ambulasi dini

Ajarkan ambulasi sederhana yang harus dilakukan (mis: berjalan dari tempat tidur ke kursi roda, berjalan dari tempat tidur ke kamar mandi, berjalan sesuai

(12)

toleransi) 3. Resiko gangguan integritas

kulit berhubungan dengan Penurunan mobilitas (D.0139)

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan integritas kulit (L. 14125) meningkat dengan kriteria hasil :

- Kerusakan jaringan menurun - Kerusakan lapisan kulit menurun

Perawatan Integritas Kulit (I. 11353) Observasi

Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit (mis:

perubahan sirkulasi, perubahan status nutrisi, penurunan kelembaban, suhu lingkungan ekstrim, penurunan mobilitas)

Terapeutik

Ubah posisi setiap 2 jam jika tirah baring

Lakukan pemijatan pada area penonjolan tulang, jika perlu

Bersihkan perineal dengan air hangat, terutama selama periode diare

Gunakan produk berbahan petroleum atau minyak pada kulit kering

Gunakan produk berbahan ringan/alami dan hipoalergik pada kulit sensitive

Hindari produk berbahan dasar alkohol pada kulit kering Edukasi

Anjurkan menggunakan pelembab (mis: lotion, serum)

Anjurkan minum air yang cukup

Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi

Anjurkan meningkatkan asupan buah dan sayur

Anjurkan menghindari terpapar suhu ekstrim

Anjurkan menggunakan tabir surya SPF minimal 30 saat berada diluar rumah

Anjurkan mandi dan menggunakan sabun secukupnya

(13)
(14)

Daftar Pustaka

Anggina, S. (2019). Hubungan Asupan Kalsium dan Fosfor pada Kejadian Hernia Nucleus Pulposus (HNP) di Klinik Saraf dr. Kolman Saragih.

Medan: Polikteknik Kesehatan Medan.

Purwanto, H. (2016). Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta Selatan:

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan:

DPP PPNI.

PPNI, T. P. (2018). Standar Interνensi Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan:

DPP PPNI.

PPNI, T. P. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan:

DPP PPNI.

Referensi

Dokumen terkait

Erosional surfaces - saline and non-saline interfluves and plains below low hills and stripped margins; - low hills, stony rises and stripped surfaces marginal to other units, short

This initial BI effort supported basic reporting about customer service and cost data to help the company understand “How was Norfolk Southern serving its customers?” and “What should