• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PENDAHULUAN INC DAN BBL DESY

N/A
N/A
Desy

Academic year: 2025

Membagikan "LAPORAN PENDAHULUAN INC DAN BBL DESY"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PENDAHULUAN INTRANATAL CARE

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah PK Klinik Profesi Keperawatan Maternitas

Disusun Oleh : Desy Adilla Afifah

P2.06.20.6.24.009

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN DAN PROFESI NERS JURUSAN KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN KOTA TASIKMALAYA

2024

TTD CI

(2)

A. Konsep Penyakit

1. Pengertian Penyakit

Persalinan merupakan proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke dalam jalan lahir kemudian berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hampir cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu melalui jalan lahir atau bukan jalan lahir, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit. Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) kemudian berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu belum masuk tahap inpartu jika kontraksi uterus tidak mengakibatkan perubahan serviks (Mutmainnah et al., 2021).

2. Etiologi

Menurut Mutmainnah et al., (2021) penyebab terjadinya persalinan yaitu : 1. Teori Penurunan Kadar Hormon Progesteron

Hormon progesteron merupakan hormon yang mengakibatkan relaksasi pada otot-otot rahim, sedangkan hormon estrogen meningkatkan kerentanan otot rahim. Selama kehamilan, terdapat keseimbangan antara progesterone dan estrogen di dalam darah. Progesteron menghambat kontraksi selama kehamilan sehingga mencegah ekspulsi fetus. Sebaliknya, estrogen mempunyai kecenderungan meningkatkan derajat kontraktilitas uterus. Baik progesteron maupun estrogen disekresikan dalam jumlah yang secara progresif makin bertambah selama kehamilan. Namun saat kehamilan mulai masuk usia 7 bulan dan seterusnya, sekresi estrogen terus meningkat, sedangkan sekresi progesterone tetap konstan atau mungkin sedikit menurun sehingga terjadi kontraksi brakton hicks saat akhir kehamilan yang selanjutnya bertindak sebagai kontraksi persalinan.

2. Teori Oksitosin

(3)

Menjelang persalinan terjadi peningkatan reseptor okstosin dalam otot rahim sehingga mudah terangsang saat disuntikkan oksitosin dan menimbulkan kontraksi, diduga bahwa oksitosin dapat menimbulkan pembentukan prostaglandin dan persalinan dapat berlangsung.

3. Teori Prostaglandin

Prostaglandin yang dihasilkan oleh deciduas menjadi salah satu sebab permulaan persalinan. Hal ini juga disokong dengan adanya kadar prostaglandin yang tinggi, baik dalam air ketuban maupun darah perifer ibu hamil sebelum melahirkan atau selama persalinan.

4. Teori Plasenta Menjadi Tua

Plasenta yang menjadi tua seiring bertambahnya usia kehamilan menyebabkan kadar estrogen dan progesteron turun. Hal ini juga mengakibatkan kejang pada pembuluh darah sehingga akan menimbulkan kontraksi.

5. Distensi Rahim

Seperti halnya kandung kemih yang bila dindingnya meregang karena isinya, demikian pula dengan rahim. Seiring dengan bertambahnya usia kehamilan maka otot-otot rahim akan semakin meregang. Rahim yang membesar dan meregang menyebabkan iskemi otot-otot rahim sehingga mengganggu sirkulasi utero plasenter kemudian timbullah kontraksi.

6. Teori Iritasi Mekanik

Dibelakang serviks terletak ganglion servikale (Fleksus Franker Hauser). Bila ganglion ini digeser dan ditekan, misalnya oleh kepala janin maka akan timbul kontraksi.

3. Anatomi dan Fisiologi

(4)

Uterus atau rahim pada manusia hanya terdapat pada organ reproduksi perempuan. Rahim berbentuk seperti buah peer atau buah alpukat dengan ukuran panjang sekitar 7-7,5 cm dan panjang sekitar 5,25 cm dengan tebal sekitar 2,5 cm dan tebal dinding rahim sebesar 1,25 cm.

Terdapat 3 bagian utama pada rahim manusia. Bagian Fundus, Korpus dan bagian Serviks. Funuds merupakan bagian paling atas proksimal pada rahim. Pada bagian ini terdapat saluran Tuba Fallopi yang menghubungkan rahim dengan ovarium. Bagian korpus merupakan bagian rahim yang paling besar. Korpus berfungsi sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya janin di dalam rahim, yaitu di dalam rongga rahim atau Kavum Uteri. Bagian Ketiga dari rahim disebut juga dengan Serviks. Serviks berfungsi memproduksi lendir rahim, menyalurkan sperma dari vagina ke rahim ketika berhubungan seksual.

4. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala timbulnya persalinan menurut Mutmainnah et al., (2021), yaitu :

a. Terjadinya his persalinan

His adalah kontraksi rahim yang dapat diraba dan menimbulkan rasa nyeri di perut serta dapat menimbulkan pembukaan serviks kontraksi rahim, dimulai pada 2 face maker yang letaknya di dekat cornu uteri. His yang menimbulkan pembukaan serviks dengan kecepatan tertentu disebut his efektif. His efektif mempunyai sifat adanya dominan kontraksi uterus pada fundus uteri (fundal dominance), kondisi berlangsung secara sinkron dan harmonis. Kondisi ini juga menyebabkan adanya intensitas kontraksi yang maksimal di antara dua

(5)

kontraksi, irama teratur dan frekuensi yang kian sering, lama berkisar 45-60 detik.

Pengaruh his dapat menimbulkan dinding menjadi tebal pada korpus uteri, itsmus uterus menjadi teregang dan menipis, kanalis servikalis mengalami effacement dan pembukaan. His persalinan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Pinggangnya terasa sakit dan menjalar ke depan.

2. Sifat his teratur, interval semakin pendek, dan kekuatan semakin besar.

3. Terjadi perubahan pada serviks.

4. Jika pasien menambah aktivitasnya, misalnya dengan berjalan maka kekuatan hisnya akan bertambah.

b. Keluarnya lendir bercampur darah perbagian (show)

Lendir berasal dari pembukaan, yang menyebabkan lepasnya lendir berasal dari kanalis servikalis. Dengan pengeluaran darah disebabkan robeknya pembuluh darah waktu serviks membuka.

c. Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya

Sebagian ibu hamil mengeluarkan air ketuban akibat pecahnya selaput ketuban. Jika ketuban sudah pecah maka ditargetkan persalinan dapat berlangsung dalam 24 jam. Namun, apabila tidak tercapai maka persalinan harus diakhiri dengan tindakan tertentu, misalnya ekstraksi vakum atau section caesaria.

d. Dilatasi dan effacement

Dilatasi adalah terbukanya kanalis servikalis secara berangsur-angsur akibat pengaruh his. Effacement adalah pendataran atau pemendekan kanalis servikalis yang semula panjangnya 1-2 cm menjadi hilang sama sekali sehingga hanya tinggal ostium yang tipis, seperti kertas.

(6)

5. Patofisiologi (Pathway)

Kehamilan 37- 42 minggu

Proses Persalinan

Kala II Kala IV

Tanda- tanda Inpartus

Kala I Kala III

Partus Pelepasan

Plasenta

Kontraksi Uterus Post Partum

(7)

6. Pemeriksaan Diagnostik a. USG

b. Aminografi/ Fetografi c. Fetoskopi

d. Laboratorium

7. Penatalaksanaan medis

A. KALA I (Pecahnya ketuban- plasenta lahir) Primipara : 6-18 jam

Multipara : 2-10 jam 1) Montoring ibu

Fase laten : frekuensi dihitung setiap 10 menit (N) 1 kali Fase aktif : frekuensi dihitung setiap 10 menit (N) 2-3 kali Intensitas : < 20” = Lemah 20”-40”= Sedang> 40”= Kuat

Sifat : Melingkar dari punggung ke perut bagian depan, teratur, interval makin pendek, intensitas makin kuat, bertambah kuat bila dibawa jalan dan mempengaruhi pembukaan cervix

Pembukaan Cervix : Lengkap 10 cm dan Bibir portio makin pendek / rata Pembukaan cervix pada : Primipara = 1 cm tiap jam

Trauma Jaringan, laserasi Nyeri akut

Resiko Infeksi Tekanan

Mekanik Pada Presentasi

Risiko cidera pada ibu

Nyeri Akut Hipovelemia

Nyeri Akut

Keletihan

(8)

Multipara = 2 cm tiap jam Fase laten : pembukaan 0-3 cm dengan lama 7-8 jam Fase aktif :

a. Akselerasi = 3-4 cm waktu 2 jam b. Dilatasi maksimal = 4-9 cm waktu 2 jam c. Deselerasi = 9-10 cm waktu 2 jam Tanda-tanda Vital :

a. Tekanan darah meningkat : Sistolik 15 mmHg, diastolic 5-10 mHg, TD diukur tiap jam

b. Denyut nadi meningkat : >100x/ menit, Hitung tiap ⅟2 jam c. PR meningkat, hitung tiap ⅟2 jam

d. Suhu (N) : ukur tiap 3 jam

e. Pada klien dengan preeklamsi, TTV diukur tiap 10 menit 2) Menghitung DJJ

D3 dihitung 3x5 detik dikali 4 (N) = 120-160 x/menit D3 diukur sejajar punggung bayi

Bila ada gawat janin ukur / hitung D3 selama 1 menit Pemeriksaan Leopold :

Leopold 1

a. Menentukan usia kehamilan dengan melihat tinggi fundus uteri b. Menentukan bagian apa yang terdapat dalam fundus

Leopold II

a. Menentukan letak punggung anak b. Dimana letak bagian kecil janin Leopold III

Menentukan apa yang terdapat dibagian bawah Leopold IV

Menentukan bagian bawah dan seberapa masuk bagian bawah kerongga panggul.

Turunnya presentasi kebidang Hodge a. Hodge I = setinggi PAP

b. Hodge II = Setinggi pinggir bawah simfisis c. Hodge III = Setinggi spina ischiadika d. Hodge IV = Setinggi os.cocygis

(9)

3) Melakukan pemeriksaan dalam 4) Menentukan imbang fetapelvik 5) Memantau kemajuan persalinan

6) Kosongkan kandung kemih dan rectum

7) Pada kala ini ibu tidak diperbolehkan mengejan

B. KALA II (Kelahiran Bayi) 1. Pembukaan lengkap 2. Ibu dipimpin mengejan

3. Lakukan episiotomy medialis atau medialateralis bila diperlukan

4. Saat his ibu diminta menarik nafas dalam dan menutup mulut rapat-rapat kemudian mengejan pada perut dengan kekuatan penuh

5. Lahirkan kepala bayi dengan menahan perineum 6. Periksa lilitan tali pusat di leher

7. Lahirkan bahu bayi dengan cara tetap memegang kepala bayi 8. Lahirkan badan bayi dengan tetap memegang kepala bayi 9. Letakan bayi pada kain duk steril di atas perut ibu 10. Lakukan resusitasi bayi baru lahir dan nilai APGAR 11. Segera lakukan pembersihan jalan lahir

12. Jepit tali pusat dengan jarak 5 cm dari perut bayi. Jarak koher 1 dan 2 1-2 cm, tali pusat dipotong diantara kedua klem

C. KALA III (Lahirnya plasenta) Primipara : ½ jam

Multipara : ¼ jam

Menentukan lepasnya plasenta

a. Stasman : fundus diketuk tali pusat bergerak berarti plasenta belum lepas b. Kustner : diatas fundus ditekan bila tali pusat bertambah panjang dan

tidak masuk lagi berarti sudah lepas.

c. Klein : pasien disuruh mengedan bila, tali pusat keluar dan tidak masuk lagi berarti plasenta sudah keluar.

1. Observasi tanda-tanda lepasnya plasenta a. Timbulnya kontraksi uterus

b. Fundus membundar

(10)

c. Tali pusat menjulur d. Terlihat masa di introitus

e. Pendarahan sekonyong-konyong, warna gelap 2. Cara lepasnya plasenta.

a. Duchan : plasenta lahir dari pinggir perdarahan sedikit-sedikit.

b. Schultze : plasenta lepas dari tengah, perdarahan sekonyong-konyong.

Cara :

1. Tali plasenta dilitkan kepada klien. Bila tanda pelepasan, masuknya tangan, putar plasenta searah jarum jam

2. Setelah plasenta lahir suntikan methergin 1 ampul 3. Menentukan kelengkapan plasenta

a. Periksa selaput plasenta ada yang ketinggalan atau tidak

b. Periksa pinggir plasenta ada robekan atau tidak dan catat jumlah, letak dari arteri dan vena

c. Catat jumlah kotiledon normalnya : 16-22 d. Tebal 2-3 cm

e. Berat 550-600 gr

f. Panjang tali pusat 50-55 cm g. Insersi tali pusat

h. Catat waktu lahir.

4. Observasi jalan lahir

5. Eksplorasi kasa dan tampon vagina dan bethadine pada jalan lahir 6. Monitoring kontraksi uterus

a. Meraba fundus uterus, bila fundus uteri teraba keras, bila kontraksi jelek fundus uteri teraba lunak.

b. Massage bila uterus relaksasi 7. Observasi keadaan umum ibu

Observasi perdarahan, shock, tanda vital dan rupture perineum 8. Observasi perdarahan

Normal perdarahan pada ibu sekitar 400 cc, bila lebih dari 500 cc harus dilakukan transfuse.

9. Tindakan heacting.

Observasi jalan lahir, eksplorasi anus, terjahit atau tidak

(11)

D. KALA IV (2 Jam setelah lahirnya plasenta).

1. Monitoring TTV, KU, kontraksi, respon klien 2. Ukur jumlah perdarahan

3. Pemenuhan rasa nyaman, membersihkan ibu, mengganti baju ibu, memasang pembalut dan atur posisi senyaman mungkin

4. Membersihkan alat

8. Dampak penyakit Terhadap kebutuhan dasar ibu

 Konsep kebutuhan dasar menurut Maslow : Kebutuhan dasar aman dan nyaman Kebutuhan dasar aman dan nyaman tergangu karena adanya nyeri pada proses persalinan. kenyamanan sering di kaitkan dengan respons nyeri yang di rasakan pasien yang dapat memperngaruhi status kenyamanan pasien. Persepsi dari rasa nyeri yang timbul juga berbeda antar pasien dengan berbagai ragam penyebab. Sehingga dapat membutuhkan kemampuan khusus dari perawat untuk mengatasi atau meminimalkan nyeri yang di rasakan pasien (Risnah et al., 2022) .

B. Konsep Asuhan Keperawatan I. Pengkajian

Pengkajian merupakan pengumpulan informasi yang berkesinambungan, dianalisa dan diinterpretasikan serta diidentifikasi secara mendalam. Sumber data pengkajian diperoleh dari anamnesa (wawancara), pengamatan (observasi), pemeriksaan fisik, data dokumentasi (Dion dan Betan, 2013 : 64).

A. Biodata

a. Identitas klien : Nama, umur, alamat, status perkawinan, agama, suku, Pendidikan, pekerjaan, no register, diagnosa medis, tanggal masuk dan tanggal pengkajian

b. Identitas penanggung jawab : Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan pasien dan alamat

B. Alasan Masuk RS

Keluhan yang dirasakan atau dialami klien yang menyebaban klien atau keluarga mencari bantuan kesehatan/masuk rumah sakit

C. Riwayat Kesehatan Sekarang

Kronologis dari penyakit yang diderita saat ini

(12)

D. Riwayat Kesehatan Dahulu Riwayat penyaki yang dialami klien E. Riwayat Kesehatan Keluarga

Penyakit yang di derita anggota keluarga F. Riwayat Obstetri Ginekologi

Meliputi riwayat menstruasi, riwayat perkawinan, riwayat kontrasepsi dan riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu.

G. Data Biologis

Meliputi aktivitas kehidupan sehari hari klien/ aktivity daily living (ADL) dan pemeriksaan fisik yaitu inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.

H. Data Psikososial Spiritual

Untuk mengeahui hubungan sosial klien dan Untuk mengetahu spritual klien.

I. Data Penunjang

Pemeriksaan yang dapat menjadi penunjang dalam menentukan diagnosa J. Pengobatan

Terapi yang di berikan kepada klien.

II. Analisa Data

Analis Data Analisis data adalah proses pengolahan data untuk tujuan menemukan informasi yang berguna yang dapat dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan untuk memecahkan suatu masalah.

III. Diagnosa Keperawatan 1. Nyeri akut

2. Resiko infeksi 3. Hipovolemia 4. Keletihan

5. Risiko cedera pada ibu

IV. Intervensi/Perencanaan

Perencanaan tindakan keperawatan adalah salah satu tahap dari proses keperawatan dimulai dari proses keperawatan dimulai dari penentuan tujuan, penetapan standar dan kriteria serta menentukan perencanaan untuk mengatasi masalah ( Dion dan Betan, 2013 : 65). Perencanaan ditulis sesuai dengan prioritas

(13)

diagnosa berdasarkan berat ringannya masalah yang mengancam jiwa pasien adalah sebagai berikut :

NO. Diagnosa Keperawatan

(SDKI)

Tujuan (SLKI)

Intervensi (SLKI)

1. DX. 1 Tingkat nyeri (L.08066) Setelah dilakukan Tindakan keperawatan Tingkat nyeri menurun dengan kriteria hasil :

1. Keluhan nyeri menurun 2. Meringis menurun 3. Sikap protektif

menurun

4. Gelisah menurun 5. Kesulitan tidur

menurun

6. Menarik diri menurun 7. Berfokus pada diri

sendiri menurun 8. Diaforesis menurun 9. Perasaan depresi

(tertekan) menurun 10. Perasaan takut

mengalami cedera berulang menurun 11. Anoreksia menurun 12. Frekuensi nadi

membaik

13. Pola napas membaik 14. Tekanan darah

membaik

Manajemen nyeri (I.08238) Tindakan :

Observasi

1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri

2. Identifikasi skala nyeri

3. Identifikasi respon nyeri non verbal

4. Identifikasi faktor yang

memperberat dan

memperingan nyeri

5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri 6. Identifikasi pengaruh budaya

terhadap respon nyeri

7. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup

8. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan

9. Monitor efek samping penggunaan analgetik

Terapeutik

1. Berikan teknik

nonfarmakologis untuk

(14)

mengurangi rasa nyeri

2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri 3. Fasilitasi istirahat dan tidur 4. Pertimbangkan jenis dan

sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri Edukasi

1. Jelaskan penyebab periode dan pemicu nyeri

2. Jelaskan strategi meredakan nyeri

3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri

4. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat

5. Ajarkan teknik

nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

2. DX. 2. Tingkat Infeksi (L. 14137) Setelah dilakukan Tindakan keperawatan tingkat infeksi menurun dengan kriteria hasil :

1. Kebersihan tangan meningkat

2. Kebersihan badan meningkat

3. Demam menurun

Pencegahan Infeksi (I.14539) Tindakan :

Observasi

1. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik Terapeutik

2. Batasi jumlah pengunjung 3. Berikan perawatan kulit pada

area edema

4. Cuci tangan sebelum dan

(15)

4. Kemerahan menurun 5. Nyeri menurun 6. Bengkak menurun 7. Cairan berbau

busuk menurun 1.

sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan pasien

5. Pertahankan teknik aseptic pada pasien berisiko tinggi Edukasi

1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi

2. Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar

3. Ajarkan etika batuk

4. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi 5. Anjurkan meningkatkan asupan

nutrisi

6. Anjurkan meningkatkan asupan cairan

Kolaborasi

Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu

3. DX. 3. Status Cairan (L.03028) Setelah dilakukan Tindakan keperawatan status cairan membaik dengan kriteria hasil :

1. Kekuatan nadi

meningkat

2. Output urin meningkat 3. Membran mukosa

lembab meningkat 4. Ortopnea menurun 5. Dispnea menurun 6. Paroxysmal nocturnal

dyspnea (PND)

menurun

Manajemen Hipovolemia (I.03116)

Tindakan : Observasi

10. Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis: frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit, turgor kulit menurun, membran mukosa kering, volume urin

menurun, hematokrit

meningkat, haus, lemah)

11. Monitor intake dan output caira

(16)

7. Edema anasarka menurun

8. Edema perifer menurun 9. Frekuensi nadi

membaik

10. Tekanan darah membaik

11. Turgor kulit membaik 12. Jugular venous pressure

membaik

13. Hemoglobin membaik Hematokrit membaik

n Terapeutik

5. Hitung kebutuhan cairan 6. Berikan posisi modified

Trendelenburg

7. Berikan asupan cairan oral Edukasi

6. Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral

7. Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (mis: NaCL, RL) 2. Kolaborasi pemberian cairan

IV hipotonis (mis: glukosa 2,5%, NaCl 0,4%)

3. Kolaborasi pemberian cairan koloid (albumin, plasmanate) 4. Kolaborasi pemberian produk

darah

4. DX. 4. Tingkat Keletihan

(L.05046)

Setelah dilakukan Tindakan keperawatan tingkat keletihan menurun dengan kriteria hasil :

1. Verbalisasi kepulihan energi meningkat 2. Tenaga meningkat 3. Kemampuan

melakukan aktivitas rutin meningkat

4. Verbalisasi Lelah

Manajemen Energi (I.05178) Tindakan :

Observasi

1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan

2. Monitor kelelahan fisik dan emosional

3. Monitor pola dan jam tidur

4. Monitor lokasi dan

ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas

(17)

menurun 5. Lesu menurun

Terapeutik

1. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis:

cahaya, suara, kunjungan) 2. Lakukan latihan rentang gerak

pasif dan/atau aktif

3. Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan

4. Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau berjalan

Edukasi

1. Anjurkan tirah baring

2. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap

3. Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak berkurang 4. Ajarkan strategi koping untuk

mengurangi kelelahan Kolaborasi

1. Kolaborasi dengan ahli gizi

tentang cara

meningkatkan asupan makanan 5. DX. 5. Tingkat Cedera (L.14136)

Setelah dilakukan Tindakan keperawatan tingkat cedera menurun dengan kriteria hasil :

1. Kejadian cedera menurun

2. Luka/lecet menurun

Pencegahan Cedera (I.14537) Tindakan :

Observasi

1. dentifikasi kondisi umum pasien

2. Monitor tanda-tanda vital 3. Monitor kelainan tanda vital

pada ibu dan janin

4. Monitor tanda-tanda persalinan

(18)

5. Monitor denyut jantung janin 6. Identifikasi posisi janin dengan

USG

7. Identifikasi perdarahan pasca persalinan

Terapeutik

1. Sediakan peralatan yang sesuai, termasuk monitor janin, ultrasound, mesin anestesi, persediaan resusitasi neonatal, forceps, dan penghangat bayi ekstra

2. Dukung orang terdekat mendampingi pasien

3. Gunakan Tindakan pencegahan universal

4. Lakukan perineal scrub

5. Fasilitasi rotasi manual kepala janin dari oksiput posterior ke posisi anterior

6. Lakukan amniotomy selaput ketuban

7. Fasilitasi Tindakan forceps atau ekstraksi vakum, jika perlu 8. Lakukan resusitasi neonatal,

jika perlu

9. Fasilitasi ibu pulih dari anestesi, jika perlu

10. Motivasi interaksi orang tua dengan bayi baru lahir segera setelah persalinan

11. Dokumentasikan prosedur (mis: anestesi, forsep, ekstraksi vakum, tekanan suprapubic,

(19)

manuver McRobert, resusitasi neonatal)

Edukasi

1. elaskan prosedur Tindakan yang akan dilakukan

2. Jelaskan karakteristik bayi baru lahir yang terkait dengan kelahiran berisiko tinggi (mis:

memar dan tanda forceps) Kolaborasi

1. Koordinasi dengan tim untuk standby (mis: neonatologis, perawat intensif neonatal, anetesiologis)

2. Kolaborasi pemberian anestesi maternal, sesuai kebutuhan

V. Implementasi

Implementasi merupakan melaksanakan tindakan keperawatan yang sudah ditentukan sebelumnya. Dalam melaksanakan tindakan keperawatan seperti ini, perawat seharusnya tidak boleh bekerja sendiri dan melibatkan keluarga serta disiplin ilmu lain (Dion dan Betan, 2013 : 68).

VI. Evaluasi

Evaluasi bertujuan untuk melihat kemampuan keluarga dalam mencapai tujuan (Dion dan Betan, 2013 : 80).

(20)

DAFTAR PUSTAKA

Dion,Y., & Betan,Y. (2013). Asuhan Keperawatan Keluarga Konsep dan Praktik.

Yogyakarta: Nuha Medika.

Mutmainnah, A. U., SiT, S., Herni Johan, S. E., SKM, M. S., Llyod, S. S., SiT, S., & Mahakam, A. K. M.

(2021). Asuhan persalinan normal dan bayi baru lahir. Penerbit Andi.

Risnah, Musdalifah, Amal, A. A., Nurhidayah, & Rasmawati. (2022). Asuhan Keperawatan Pemenuhan Dasar Manusia Berdasarkan Referensi SDKI, SLKI dan SIKI (M.

Irwan (ed.); Cetakan pe). CV. trans Info Media.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (Definisi dan Indikator Diagnostik). Jakarta Selatan: DPP PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (Definisi dan K riteria Hasil Keperawatan). Jakarta Selatan: DPP PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (Definisi dan Tindakan Keperawatan). Jakarta Selatan: DPP PPNI

Referensi

Dokumen terkait

kebidanan komperehensif pada kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru.

Gawat janin merupakan indikator kegawatan yang berlanjut pada komplikasi-komplikasi janin dimana 36% bayi baru lahir mengalami gawat janin dalam persalinan kemudian

Persalinan adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung

PENGERTIAN PERSALINAN KALA II (PENGELUARAN BAYI ) Kala II adalah kala pengeluaran bayi ,di mulai dari pembukaan lengkap sampai bayi lahir Uterus dengan

Persalinan normal adalah pengeluaran hasil konsepsi (janin) yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar secara spontan tanpa bantuan alat

Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan 37-42 minggu, lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung 18

Cara lain yaitu pada saat persalinan, kemudian menyebabkan infeksi pada janin dapat terjadi melalui kulit bayi atau port de entre, saat bayi melewati jalan lahir yang terkontaminasi

Pengertian Persalinan • Persalinan adalah : proses pengeluaran hasil konsepsi janin & uri yg telah cukup bulan atau hidup di luar kandungan mll jalan lahir atau mll jalan lain dgn