B AB I
P ENDAHULUAN
1.1 UMUM
Danau atau yang disebut juga dengan Situ adalah bagian dari sungai yang lebar dan kedalamannya secara alamiah jauh melebihi ruas-ruas lain dari sungai yang bersangkutan. Situ mempunyai peranan penting bagi kehidupan masyarakat yaitu sebagai salah satu sumber air dan sebagai konservasi air tanah terutama sekitar situ dan situ berfungsi sebagai tampungan pengendali banjir. Maka dari itu, kelestarian dan kelangsungan fungsi harus dijaga dengan mengamankan daerah-daerah sekitarnya.
Kenyataan kondisi di lapangan, situ-situ tersebut sudah mulai terganggu fungsinya akibat aktivitas yang berkembang di sekitarnya (intervensi bangunan/okupasi lahan, sampah dan sedimentasi yang mendesak badan situ), akibat dari terganggunya ekosistim perairan tersebut dapat kita lihat pada saat sekarang seperti kualitas air yang terus menurun dan memburuk, dan banyak nya alih fungsi lahan yang membuat badan situ menjadi menyempit. Maka untuk mencegah dan mengendalikan okupasi lahan yang mungkin akan terus terjadi sehingga mengganggu fungsi situ, maka dilakukan Kajian Sempadan Situ, maksud dari Kajian Sempadan Situ-situ adalah sebagai upaya agar kegiatan konservasi, pendayagunaan, pengendalian atas sumber daya yang ada pada danau/situ dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuannya, antara lain : agar fungsi danau/situ tidak terganggu oleh aktivitas yang berkembang di sekitarnya, agar kegiatan pemanfaatan dan upaya peningkatan nilai manfaat sumber daya yang ada pada danau/situ dapat memberikan hasil secara optimal serta menjaga kelestarian fungsi danau/situ, agar daya rusak air terhadap lingkungannya dapat dibatasi dan fungsi situ sebagai tampungan alami terjaga.
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2015 tentang Garis Sempadan Situ dan Garis Sempadan Danau, Kajian dilakukan berdasarkan pola pengelolaan sumber daya air dan harus mempertimbangkan karakteristik danau/situ, kondisi social budaya masyarakat setempat dan kegiatan operasi dan pemeliharaan danau/situ.
Permen PUPR No 28 Tahun 2015 tentang Penetapan Garis Sempadan Situ Dan Garis Sempadan Danau menyatakan bahwa sempadan situ ditentukan berdasarkan garis sempadan situ. Dalam upaya
LAPORAN PENDAHULUAN | I-1
penentuan garis sempadan situ diperlukan kajian persiapan tentang hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penentuan garis sempadan situ.
Pada Tahun Anggaran 2024 ini Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat melalui Balai Besar Wilayah Situ Ciliwung Cisadane bermaksud melakukan kegiatan Kajian Sempadan Situ dalam rangka mendukung kegiatan perlindungan, penggunaan, dan pengendalian sumber daya yang ada.
Kajian ini diperlukan dikarenakan beberapa situ beralih fungsi dari “kantung air” menjadi kawasan terbangun dan juga akibat dari perubahan iklim. Masalah lain yang terjadi pada danau dikarenakan tidak adanya upaya konservasi setelah diambil manfaatnya. Selain itu, pemahaman mengenai pengaruh kegiatan di daerah tangkapan air dan informasi mengenai danau yang terbatas makin memperburuk keadaan danau. Kecenderungan tersebut harus dihentikan agar fungsi danau dan keberadaan ekosistemnya terjaga dengan dilakukannya pengelolaan danau. Dalam pengelolaan danau diperlukan keterlibatan dan keterpaduan seluruh pemilik kepentingan untuk mencapai keberhasilan.
Seluruh tahapan konservasi lahan dan air dilakukan agar berkurangnya lahan dan air dapat ditekan sehingga kinerja pengelolaan danau mengalami perbaikan.
Situ Cihuni merupakan suatu cekungan yang memiliki peran krusial dalam mengatur dan menampung suplai aliran air hujan. Selain itu, Situ Cihuni dirancang untuk meningkatkan kualitas air di badan air terkait seperti sungai dan situ. Fungsi-fungsi utama termasuk menjaga kualitas air tanah, mencegah banjir, memberikan aspek estetika, dan mendukung sistem pengairan. Situ Kelapa Dua bukan hanya sebagai tempat penampungan air hujan, tetapi juga berperan sebagai daerah tangkapan air. Fungsi ini sangat penting dalam mengendalikan suplai air dan mengurangi risiko banjir di sekitarnya. Situ ini berkontribusi secara signifikan dalam manajemen air khusunya di Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten.
Situ Cihuni memainkan peran krusial sebagai penampungan air alami di Kabupaten Tangerang, yang tidak hanya mengatur volume air selama musim hujan tetapi juga memastikan ketersediaan air selama musim kering. Selama musim hujan, situ ini efektif menampung air berlebih, berperan vital dalam mencegah banjir dengan memoderasi aliran air yang berlebih ke area yang lebih rendah, sehingga membantu mengendalikan potensi banjir dan mempertahankan kestabilan aliran sungai yang berkontribusi pada kesehatan ekosistem sungai dan area pertanian di hilir.
Di musim kering, Situ Cihuni berfungsi sebagai reservoir alami yang kritikal, menyediakan sumber air yang berkelanjutan untuk kebutuhan domestik, pertanian, dan industri. Proses slow recharge ke air tanah juga membantu dalam menjaga ketersediaan mata air dan sumur di wilayah tersebut, mendukung keberlanjutan hidrologis selama periode ketika curah hujan minim. Selain itu, keberadaan Situ Cihuni mendukung biodiversitas dengan menyediakan habitat yang stabil untuk berbagai spesies dan mempertahankan siklus air yang sehat di area lokal, yang penting untuk iklim mikro dan kondisi
LAPORAN PENDAHULUAN | I-2
lingkungan yang sehat. Ini menunjukkan bagaimana Situ Cihuni secara signifikan berkontribusi pada kehidupan sosial-ekonomi dan ekologis di Kabupaten Tangerang, menegaskan pentingnya pelestarian dan pengelolaan sumber daya air yang efektif.
Situ Cihuni berfungsi sebagai habitat bagi berbagai jenis flora dan fauna, beberapa di antaranya mungkin endemik atau penting untuk keseimbangan ekologis regional. Peranannya sebagai ekosistem air tawar mendukung diversitas biologis yang tinggi, memberikan tempat bagi berbagai spesies untuk berkembang biak, berteduh, dan mencari makan.
Kondisi Situ Cihuni saat ini mulai terganggu oleh aktivitas pembangunan dan okupasi lahan di sekitarnya. Hal ini termasuk pembuangan sampah dan proses sedimentasi yang meningkat, yang berpotensi mengurangi kapasitas dan fungsi alami situ. Dampak dari intervensi manusia telah menyebabkan penurunan kualitas air yang terus menerus, memperburuk kondisi ekologis dan mengancam keberlanjutan sumber daya air lokal.
1.2 DASAR HUKUM DAN REFERENSI
Berikut merupakan dasar hukum dan referensi terkait yang digunakan dalam penyusunan kajian penetapan sempadan :
1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi Sebagaimana diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2022 tentang Cipta Kerja yang telah ditetapkan menjadi Undang-Undang berdasarkan
2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2023 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2022 Tentang Cipta Kerja menjadi Undang-Undang;
3. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Buku III tentang Perikatan);
4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2019 tentang Sumber Daya Air;
5. Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan sebagaimana diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2022 dan telah ditetapkan menjadi Undang-Undang berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2023;
6. PP No. 22 Tahun 2020 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi sebagaimana telah diubah dengan PP No. 14 Tahun 2021;
7. Peraturan Presiden Nomor 60 Tahun 2021 tentang Penyelematan Danau Prioritas Nasional;
8. Peraturan Pemerintah Nomor 29 tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2016;
9. Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2021 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;
LAPORAN PENDAHULUAN | I-3
10. Peraturan Menteri (Permen) ATR/Kepala BPN Nomor 30 Tahun 2019 tentang Pendaftaran Tanah Setu, Danau, Embung, dan Waduk;
11. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 21 Tahun 2019 Tentang Peta Dasar Pertahanan;
12. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor 28/PRT/M/2015 tentang Penetapan Sempadan Sungai dan Sempadan Danau;
13. Peraturan Daerah (Perda) Nomor 9 Tahun 2020 tentang Perubahan atas Perda Nomor 13 tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tangerang 2011-2031.
1.3 SUMBER DATA
Berikut merupakan sumber data yang digunakan dalam penyusunan kajian penetapan sempadan :
1. Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 60 Tahun 2020 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, dan Cianjur;
2. Peraturan Daerah (PERDA) Provinsi Banten Nomor 1 Tahun 2023 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Banten Tahun 2023 – 2043;
3. Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 9 Tahun 2020 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 13 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tangerang Tahun 2011-2031;
4. Data-data sekunder:
a. Peta wilayah sungai Ciliwung Cisadane;
b. Peta Daerah Aliran Sungai di lokasi Situ;
c. Data desain/studi terdahulu;
d. Peta RBI;
e. Data tata guna lahan;
f. Data hidrologi;
g. Data geologi dan geoteknik;
h. Peta bidang tanah dan lainnya.
5. Review Detailed Desain Revitaliasasi dan Penataan Situ Cihuni Kabupaten Tangerang (Tahun Anggaran 2024);
6. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tangerang Tahun 2011 – 2031;
7. Rencana Detail Tata Ruang.
LAPORAN PENDAHULUAN | I-4
1.4 DEFINISI DAN ISTILAH
Berdasarkan Permen PUPR Nomor 28/PRT/M/2015 tentang Penerapan Sempadan Sungai dan Sempadan Danau, terdapat beberapa definisi dan istilah yang digunakan dalam penyusunan kajian penetapan sempadan :
1. Danau adalah bagian dari sungai yang lebar dan kedalamannya secara alamiah jauh melebihi ruas-ruas lain dari sungai yang bersangkutan;
2. Sempadan danau adalah luasan lahan yang mengelilingi dan berjarak tertentu dari tepi badan danau yang berfungsi sebagai kawasan pelindung danau;
3. Daerah tangkapan air danau adalah luasan lahan yang mengelilingi danau dan dibatasi oleh tepi sempadan danau sampai dengan punggung bukit pemisah aliran air;
4. Garis sempadan danau ditentukan mengelilingi danau paling sedikit berjarak 50 (lima puluh) meter dari tepi muka air tertinggi yang pernah terjadi yang menjadi batas badan danau;
5. Badan danau merupakan ruang yang berfungsi sebagai wadah air.
1.5 MAKSUD DAN TUJUAN
1.5.1 Maksud
Maksud dari pelaksanaan kegiatan kajian penetapan sempadan Situ Cihuni sangat strategis dan vital dalam konteks pelestarian dan pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan.
Kegiatan ini dirancang untuk mencapai beberapa tujuan utama yang berkaitan dengan perlindungan dan pengendalian sumber daya alam, serta untuk memastikan penggunaan lahan di sekitar Situ Cihuni yang berkelanjutan. Berikut adalah pemahaman lebih lanjut mengenai maksud dari kegiatan ini:
1. Perlindungan Sumber Daya Air
Maksud kegiatan ini termasuk perlindungan Situ Cihuni sebagai reservoir alami yang penting. Ini berarti melindungi kualitas dan kuantitas air di situ dari dampak negatif aktivitas manusia dan pengembangan lahan. Menjaga kualitas air berarti memastikan bahwa air tetap layak untuk berbagai kegunaan, seperti irigasi, kebutuhan rumah tangga, dan pelestarian kehidupan akuatik.
2. Pengendalian Penggunaan Lahan
Kegiatan ini juga bertujuan untuk mengendalikan dan mengatur penggunaan lahan di sekitar Situ Cihuni. Dengan menetapkan garis sempadan yang jelas, kegiatan ini akan membantu mencegah ekspansi lahan yang tidak terkontrol yang dapat mengancam
LAPORAN PENDAHULUAN | I-5
keberlanjutan situ tersebut. Pengendalian ini sangat penting untuk mencegah konversi lahan yang bisa mengurangi area penyerapan air dan memperburuk risiko banjir.
3. Pemanfaatan Sempadan yang Berkelanjutan
Kajian ini mendukung pengaturan pemanfaatan sempadan Situ Cihuni yang bertujuan untuk memaksimalkan manfaat ekologis dan sosial-ekonomi dari sempadan tersebut. Ini termasuk kegiatan seperti penanaman kembali vegetasi riparian, pengembangan area rekreasi yang berkelanjutan, dan kegiatan lain yang tidak merusak fungsi alami dari situ.
4. Pemeliharaan Fungsi Ekosistem
Salah satu maksud penting dari kegiatan ini adalah memelihara fungsi ekosistem Situ Cihuni, yang mencakup peranannya dalam siklus hidrologi, sebagai habitat untuk biodiversitas, dan sebagai penampungan alami dalam mengendalikan banjir. Ini memastikan bahwa ekosistem di dan sekitar Situ Cihuni tetap sehat dan berfungsi secara optimal.
5. Dukungan Terhadap Kebijakan dan Regulasi
Pelaksanaan kegiatan ini juga bertujuan untuk mendukung kebijakan dan regulasi yang ada, dengan menyediakan data ilmiah dan teknis yang dibutuhkan untuk membuat kebijakan pengelolaan sumber daya air dan lahan yang lebih efektif dan berbasis bukti.
Secara keseluruhan, maksud dari kegiatan kajian penetapan sempadan Situ Cihuni adalah untuk mengintegrasikan aspek perlindungan, pengendalian, dan pemanfaatan berkelanjutan sumber daya yang ada, sehingga fungsi vital Situ Cihuni sebagai sumber daya alam penting terjaga dan terpelihara untuk generasi saat ini dan yang akan datang.
1.5.2 Tujuan
Tujuan dari pelaksanaan kegiatan kajian dan penetapan garis sempadan Situ Cihuni sangat spesifik dan terarah, yaitu untuk menyusun dokumen kajian yang rinci serta usulan penetapan garis sempadan yang sesuai dengan regulasi yang ada. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 28 tahun 2015 tentang Penetapan Garis Sempadan Sungai dan Garis Sempadan Danau memberikan kerangka hukum dan teknis yang harus diikuti dalam kegiatan ini. Berikut adalah pemahaman lebih lanjut mengenai tujuan tersebut:
1. Menyusun Dokumen Kajian
Tujuan utama adalah menyusun dokumen kajian yang mencakup semua aspek yang berkaitan dengan penetapan garis sempadan Situ Cihuni. Dokumen ini akan mencakup:
LAPORAN PENDAHULUAN | I-6
- Analisis Kondisi Eksisting: Pemetaan dan evaluasi kondisi saat ini dari Situ Cihuni dan area sekitarnya, termasuk penggunaan lahan, kondisi ekologis, dan interaksi sosial ekonomi.
- Studi Dampak Lingkungan: Analisis potensial dampak dari penggunaan lahan saat ini dan proyeksi masa depan terhadap situ dan sekitarnya.
- Rekomendasi Teknis: Penyusunan rekomendasi teknis untuk garis sempadan berdasarkan analisis hidrologi, ekologi, dan sosial.
2. Penetapan Garis Sempadan
Kesesuaian dengan Peraturan: Usulan penetapan garis sempadan harus sesuai dengan standar dan ketentuan yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 28 tahun 2015. Ini termasuk memastikan bahwa semua parameter teknis dan lingkungan dipertimbangkan secara akurat.
- Pengajuan Dokumen Penetapan: Setelah dokumen kajian selesai, dokumen usulan penetapan garis sempadan akan disusun untuk diajukan kepada pihakpihak yang berwenang untuk mendapatkan persetujuan dan legalisasi.
3. Integrasi dengan Kebijakan dan Regulasi Lokal
- Koordinasi dengan Pemerintah Daerah: Kegiatan ini juga bertujuan untuk memastikan bahwa usulan penetapan garis sempadan terintegrasi dengan baik dengan kebijakan tata ruang dan pengelolaan sumber daya air lokal.
- Kepatuhan Terhadap Regulasi: Memastikan bahwa semua kegiatan dan rekomendasi yang diberikan melalui kajian ini selaras dengan regulasi nasional dan daerah yang ada, memperkuat hukum dan kebijakan pengelolaan lingkungan dan sumber daya alam.
1.6 RUANG LINGKUP KEGIATAN
Adapun uraian ruang lingkup pekerjaan tersebut adalah sebagai berikut:
A. Pengumpulan Data dan Melakukan Kajian Terhadap Hasil Data yang Tersedia Kegiatan ini melibatkan:
1. Persiapan administrasi dan teknis: Mengatur semua keperluan logistik dan administratif yang diperlukan untuk melancarkan kegiatan kajian.
2. Mobilisasi personil dan peralatan kantor: Memastikan semua sumber daya manusia dan peralatan teknis siap di lokasi kajian.
LAPORAN PENDAHULUAN | I-7
3. Survey pendahuluan: Melakukan survey awal untuk memahami kondisi eksisting dan mengidentifikasi area khusus yang memerlukan penelitian lebih lanjut.
4. Pengumpulan data sekunder: Meliputi data dari peta catchment area, data hidrologi, topografi, sosial ekonomi, dan lainnya yang relevan untuk analisis. B. Survey Pendahuluan ini termasuk:
• Identifikasi lokasi-lokasi strategis: Mengidentifikasi dan mendokumentasikan area- area penting di sekitar sempadan situ.
• Pengumpulan informasi tentang kejadian banjir: Validasi data historis banjir dengan wawancara masyarakat dan pengamatan langsung.
• Inventarisasi bangunan dan infrastruktur: Mendata bangunan di sekitar dan di dalam sempadan situ, termasuk kondisi fisiknya.
C. Survey Topografi
Kegiatan ini terdiri atas pengukuran dan pengecekan terhadap data topografi yang telah dilaksanakan sebelumnya. Hasil dari kegiatan ini adalah untuk dapat memetakan gambar detil situasi sekitar situ serta potongan melintang dan potongan memanjang situ yang akan ditetapkan sempadannya.
• Pengumpulan dan pengecekan data sekunder.
Pengumpulan data sekunder sebagai bahan analisa studi, antara lain Laporan Penilaian Kinerja AKNOP Situ di wilayah BBWS Ciliwung Cisadane dan datadata lain yang mendukung: Memanfaatkan data yang sudah ada menghindari duplikasi usaha dan menghemat waktu serta sumber daya yang akan dibutuhkan untuk pengumpulan data primer, Membandingkan data baru yang dikumpulkan melalui survey dan observasi dengan data sekunder untuk memvalidasi temuan dan kesimpulan.
• Pengukuran
1. Pemasangan Patok BM dan CP
- BM di pasang sebelum pengukuran dilaksanakan dengan memperhatikan rencana tanggul dan jogging track: Dengan mempertimbangkan rencana tanggul dan jogging track sebelum melakukan pengukuran untuk penetapan sempadan, proyek ini tidak hanya meningkatkan perlindungan terhadap risiko banjir tetapi juga meningkatkan kualitas rekreasi dan akses publik ke area situ.
- CP tersebut dipasang pada tempat yang aman, stabil serta mudah ditemukan, ukuran CP dan BM sesuai Standar Dan Spesifikasi Kementerian Pekerjaan Umum
LAPORAN PENDAHULUAN | I-8
dan Perumahan Rakyat: CP dan BM yang stabil memungkinkan pengukuran yang dilakukan di masa depan untuk menggunakan titik referensi yang sama, memudahkan perbandingan dan analisis perubahan seiring waktu, CP dan BM harus dipasang di lokasi yang aman dari gangguan, baik alami maupun buatan manusia, untuk memastikan bahwa mereka tidak mudah rusak atau dipindahkan.
- Patok-patok ukur dibuat dari kayu dolken dengan diameter 5-8 Cm, atau pangkal bambu yang keras, pada bagian atas patok dicat dengan warna merah dan ditandai dengan paku: Patok dibuat dari kayu dolken atau pangkal bambu yang keras, kedua material ini dipilih karena kekuatan dan ketahanannya terhadap kondisi alam, seperti hujan atau perubahan suhu, Paku ini tidak hanya berfungsi sebagai penanda tambahan tetapi juga bisa digunakan untuk menggantung peralatan pengukuran seperti tali atau plumb line, yang membantu dalam melakukan pengukuran yang lebih akurat, Diameter patok berkisar antara 5-8 cm, yang cukup besar untuk memastikan kestabilan dan visibilitas yang baik di lapangan.
- Penetapan patok benchnark mencantumkan koordinat UTM dan koordinasi global: Setiap patok benchmark dicantumkan dengan koordinat UTM, yang adalah sistem koordinat yang digunakan secara luas untuk pemetaan dan navigasi menggunakan grid dua dimensi di permukaan Bumi. Ini memungkinkan lokasi patok bisa ditentukan dengan sangat akurat dalam konteks global, Patok benchmark berfungsi sebagai titik dasar untuk pengukuran elevasi dan lokasi dalam proyek kajian. Dengan memiliki titik referensi yang tetap dan terdefinisi dengan jelas, pengukuran yang dilakukan di lapangan dapat dikalibrasi dan diuji keakuratannya.
- Sesuai yang tertuang dalam KAK Deskripsi BM beserta dimensi yang harus dipasang, seperti gambar dibawah ini:
LAPORAN PENDAHULUAN | I-9
Gambar 1.1. Deskripsi BM
- Sesuai yang tertuang dalam KAK Deskripsi CP beserta dimensi yang harus dipasang, seperti gambar dibawah ini:
Sesuai yang tertuang dalam KAK Format pelaporan deskripsi BM dan CP, seperti gambar di bawah ini:
LAPORAN PENDAHULUAN | I-10
Deskripsi CP Gambar 1.2.
Gambar 1.3. Format pelaporan deskripsi BM dan CP - Peta lokasi patok BM dan CP dengan peta dasar/ Foto udara
2. Pengukuran Kerangka dasar horisontal menggunakan alat Total Station.
- Dalam pelaksanaan pekerjaan ini menggunakan alat Total Station: Penggunaan Total Station dalam kajian penetapan sempadan situ sangat meningkatkan efisiensi dan akurasi dalam pengumpulan data. Dengan kemampuan untuk mengukur jarak dan sudut dengan sangat tepat, alat ini menjadi andalan dalam proyek-proyek yang membutuhkan presisi tinggi seperti dalam pengaturan sempadan.
- Hasil pengukuran Total Station harus dibandingkan dengan GPS geodetik dan BM pada saat pengukuran sebagai angka koreksi/pembanding dengan mengacu pada Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertahanan Nasional Nomor 21 Tahun 2019 Tentang Peta Dasar Pertahanan: Regulasi ini memberikan panduan tentang standar peta dasar dan metodologi yang harus diikuti untuk pekerjaan survei dan pemetaan di Indonesia, termasuk penggunaan dan validasi data dari Total Station, GPS, dan BM. Peraturan ini memastikan bahwa semua data geospasial yang digunakan dalam proyek-proyek pemerintah dan swasta memenuhi kriteria keakuratan dan konsistensi yang ditetapkan oleh pemerintah
LAPORAN PENDAHULUAN | I-11
3. Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal Menggunakan GPS Geodetik: GPS
Geodetik menyediakan data dengan ketelitian sangat tinggi, penting untuk proyek- proyek yang membutuhkan presisi dalam menetapkan elevasi, seperti dalam penetapan sempadan air atau pembangunan infrastruktur.
4. BM yang dipasang pada lokasi harus diikat pada referansi BM diakui nasional:
Proses pengikatan BM lokal ke referensi BM nasional melibatkan pengukuran posisi dan elevasi BM lokal dan mengkalibrasinya dengan data dari BM nasional. Ini dilakukan untuk memastikan bahwa BM lokal berada dalam sistem koordinat yang sama dan memiliki akurasi yang setara dengan sistem pengukuran nasional.
Pengikatan ini biasanya dilakukan melalui survei GPS yang canggih atau metode geodesi lainnya.
5. Pengikat titik koordinat pada setiap BM yang dipasang menggunakan alat GPS Geodetik: GPS Geodetik adalah sistem pengukuran yang menggunakan sinyal dari satelit GPS untuk mendapatkan pengukuran posisi yang sangat akurat. Berbeda dengan GPS standar, GPS Geodetik menggunakan teknik khusus dan peralatan yang lebih sensitif untuk menghasilkan data dengan tingkat ketelitian yang sangat tinggi, yang penting dalam aplikasi geodesi dan survei teknik.
6. Pengukuran harus melewati seluruh titik poligon dan benhmark maupun control point: untuk memastikan keakuratan dan kelengkapan data yang dikumpulkan, yang sangat penting dalam mendefinisikan dan memverifikasi batas-batas serta fitur geografis area kajian.
7. Pengukuran situasi lokasi, potongan memanjang dan potongan melintang dengan jarak antar profil 100 m untuk bagian yang lurus dan 50 m atau sesuai kebutuhan untuk bagian kali yang berbelok-belok: pengukuran situasi lokasi serta pembuatan potongan memanjang dan melintang adalah teknik penting untuk memetakan dan memahami karakteristik fisik dari sebuah area khususnya sekitar perairan atau sungai. Pengukuran ini memberikan gambaran detail tentang topografi serta fitur geografis lainnya yang ada di sekitar lokasi kajian. Penentuan jarak antar profil yang berbeda untuk bagian yang lurus dan yang berbelok-belok diadaptasi berdasarkan kebutuhan spesifik dan kompleksitas dari area yang diukur.
• Perhitungan
- Perhitungan terdiri dari perhitungan sementara dan perhitungan defenitif:
Menerapkan kedua jenis perhitungan ini dalam kajian penetapan sempadan situ memastikan bahwa proyek dijalankan dengan pendekatan yang terkontrol dan
LAPORAN PENDAHULUAN | I-12
berlapis, dimana kesalahan dan asumsi yang tidak tepat dapat diperbaiki sebelum menghasilkan output final.
- Perhitungan sementara dilakukan di lapangan yang berguna untuk pengecekan hasil pengukuran: Memberikan data awal yang bisa digunakan untuk membuat keputusan atau penyesuaian dalam strategi pengukuran selanjutnya, tergantung pada hasil yang diperoleh.
- Perhitungan definitif dilakukan di kantor, dari hasil perhitungan ini data lapangan siap dituangkan dalam bentuk gambar: Mengintegrasikan dan menganalisis secara mendetail semua data yang dikumpulkan untuk memproduksi hasil yang paling akurat dan terpercaya, Hasil dari perhitungan definitif ini digunakan untuk membuat gambar teknis, peta, atau dokumen lain yang akan digunakan sebagai referensi dalam proyek atau laporan
• Penggambaran
1. Penggambaran peta situasi.
- Gambar detail situasi sekitar tepi situ yang akan ditetapakn sempadannya:
pembuatan gambar yang sangat detail dari karakteristik fisik dan buatan di sekitar tepi situ, seperti vegetasi, struktur bangunan, infrastruktur, dan elemen alam lainnya.
- Kontur dibuat dengan cara interpolasi: Membuat kontur melalui interpolasi berarti mengestimasi tingkat elevasi antara dua titik yang diketahui ketinggiannya.
- Interval kontur ialah 0,25 m untuk daerah datar s.d. sangan landai 0,5 m untuk kemiringan landai s.d agak curam, 1 m untuk daerah yang curam dan 2 m untuk daerah yang sangat curam: menunjukkan perubahan ketinggian vertikal yang direpresentasikan oleh setiap garis kontur.
- Tiap lembar peta harus overlap 3 cm: Overlapping peta sebesar 3 cm antara satu lembar dengan lembar lainnya memastikan bahwa tidak ada detail yang hilang di tepi peta saat dokumen dikompilasi atau digunakan dalam aplikasi praktis.
- Pada tiap lembar peta dicantumkan keterangan detail menurut legenda yang lazim dipergunakan pada peta situasi (hitam putih): Peta hitam putih membutuhkan legenda yang sangat jelas untuk membedakan antar fitur tanpa penggunaan warna.
- Skala peta ialah 1 : 1.000: Skala ini digunakan untuk peta detail yang membutuhkan representasi yang tinggi dari fitur-fitur kecil
LAPORAN PENDAHULUAN | I-13
- Apabila disajikan dalam bentuk A3 kurang informatif, agar disajikan dalam bentuk A1: Format yang lebih besar memungkinkan lebih banyak detail ditampilkan secara jelas dan mudah untuk dianalisis.
2. Penggambaran peta petunjuk
- Penggambaran peta petunjuk dibuat untuk mengetahui keadaan daerah yang diukur secara garis besar: mencakup fitur-fitur utama seperti jalan utama, sungai besar, batas administratif, dan landmark penting lainnya yang membantu pengguna memahami layout dasar dan orientasi geografis.
- Peta petunjuk dibuat dengan skala 1 : 5.000: Skala ini dipilih karena memungkinkan cukup detail untuk memberikan orientasi yang baik terhadap area yang luas tanpa terlalu membingungkan dengan terlalu banyak detail kecil.
- Pada peta petunjuk ini digambarkan letak lembar-lembar peta situasi skala 1 : 2.000: Lembar-lembar peta situasi ini biasanya menunjukkan detail yang lebih khusus seperti topografi, vegetasi, struktur bangunan, dan fitur geografis lain yang penting untuk kajian penetapan sempadan situ.
3. Penggambaran penampang memanjang
- Penampang memanjang digambar dengan skala vertikal 1 : 200, dan skala horizontal 1 : 200: Menggunakan skala yang sama untuk vertikal dan horizontal memudahkan dalam interpretasi gambar karena proporsi antara ketinggian dan panjangnya tetap seimbang, yang ideal untuk kebanyakan aplikasi hidrologi dan teknik sipil.
- Pada gambar penampang memanjang harus digambarkan permukaan dasar sungai, permukaan air normal, permukaan air terendah, permukaan air tertinggi.
- Apabila ada bangunan silang, maka letaknya harus tercantum pada gambar penampang memanjang tersebut: Menunjukkan bangunan silang penting untuk menilai potensi pengaruhnya terhadap aliran sungai, risiko banjir, dan pertimbangan lain dalam manajemen sungai.
- Penggambaran penampang memanjang dengan interval 50 meter: Interval ini memberikan keseimbangan yang baik antara detail gambar dan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk pengumpulan data. Hal ini memungkinkan para insinyur dan perencana untuk memiliki pemahaman yang baik tentang karakteristik sungai sepanjang jalurnya.
4. Penggambaran penampang melintang
LAPORAN PENDAHULUAN | I-14
- Penampang melintang digambar dengan skala Vertikal 1 :200 dan skala horizontal 1 : 200.
- Selain permukaan tanah, pada gambar penampang melintang ini harus digambarkan pula permukaan air normal, terendah dan tertinggi.
- Bangunan-bangunan silang harus digambarkan pula penampang melintangnya.
- Penggambaran penampang melintang dengan interval 50 meter.
• Hasil pekerjaan pengukuran yang diserahkan
Hasil pekerjaan yang diserahkan kepada pemberi pekerjaan adalah:
1. Laporan survey topografi, yaitu berisi:
- Penjelasan tentang prosedur pelalksanaan pekerjaan: Laporan ini harus memuat uraian lengkap mengenai bagaimana survey topografi dilakukan, termasuk metodologi yang digunakan, peralatan yang dipakai, dan prosedur kerja standar yang diikuti. Ini memberikan transparansi dan memverifikasi bahwa semua pekerjaan dilakukan sesuai dengan standar industri yang berlaku.
- Ikhtiar petunjuk penggunaan peta: Bagian ini menjelaskan bagaimana peta yang dihasilkan bisa digunakan, termasuk interpretasi simbol dan legenda yang ada, serta cara mengintegrasikan peta tersebut ke dalam perencanaan atau kegiatan lain yang relevan.
2. Petunjuk skala 1 : 5.000: menunjukkan cakupan yang lebih luas dan memudahkan navigasi ke detail yang lebih spesifik pada peta situasi.
3. Peta situasi skala 1 : 1.000: Peta ini akan mencakup detail topografi, infrastruktur, serta elemen penting lainnya di area yang diteliti.
4. Gambar penampang memanjang: Gambar ini memberikan visualisasi dari profil memanjang area kajian, seperti lembah atau sungai, dengan skala yang memungkinkan detail vertikal dan horizontal yang sangat akurat. Ini penting untuk analisis aliran air, sedimentasi, dan aspek geografis lainnya.
- Skala Vertikal 1 : 200 - Skala Horizontal 1 : 200
5. Gambar penampang melintang: Serupa dengan penampang memanjang, gambar ini menunjukkan profil melintang dari area yang diteliti. Gambar ini sangat berguna untuk menilai kondisi geologis dan hidrologis di berbagai titik melintang area kajian - Skala Vertikal 1 : 200
- Skala Horizontal 1 : 200
LAPORAN PENDAHULUAN | I-15
6. Semua buku ukur: kumpulan catatan lapangan dari pengukuran yang dilakukan selama survey. Ini mencakup data mentah yang penting sebagai dokumen sumber yang dapat digunakan untuk verifikasi atau koreksi data di masa depan.
Peta dilengkapi dengan rincian bangunan dan status kepemilikan (lahan dan bangunan) yang terletak di dalam sempadan situ.
D.Analisa Hidrologi ( termasuk perhitungan kapasitas situ) Data-data yang dikumpulkan:
• Peta lokasi pos hidrologi: Peta ini digunakan untuk menunjukkan posisi dari stasiun atau pos hidrologi yang telah ditentukan di sekitar Situ. Stasiun-stasiun ini biasanya dilengkapi dengan peralatan untuk mengukur dan merekam data seperti tingkat air, debit air, dan kualitas air. Informasi ini sangat penting untuk memahami dinamika air di Situ dan untuk menetapkan sempadan yang akurat dan berbasis data.
• Survey Pengukuran Debit: Mengetahui berapa banyak air yang dapat ditampung dan dialirkan melalui Situ, yang penting untuk pengelolaan sumber daya air dan perencanaan infrastruktur.
• Peta catchment area daerah studi: Pada peta yang menggambarkan wilayah penangkapan air atau daerah aliran sungai (DAS) yang berkontribusi air ke Situ yang sedang diteliti. Peta ini sangat penting dalam kajian hidrologi dan pengelolaan sumber daya air karena memberikan informasi mendetail tentang daerah yang mempengaruhi dinamika air dan ekologi dari Situ Cihuni.
• Data hujan dari stasiun-stasiun hujan yang berpengaruh terhadap daerah studi: data ini memberikan informasi krusial mengenai volume dan intensitas curah hujan yang diterima di area tersebut. Data ini digunakan untuk analisis hidrologi yang mendukung proses penetapan sempadan situ.
• Data pencatatan tinggi muka air/debit dari pos pengamatan TMA atau AWLR yang berpengaruh terhadap daerah studi: Data TMA membantu dalam menganalisis perubahan ketinggian air sepanjang waktu, yang penting untuk mengerti dinamika air dan pengaruhnya terhadap sempadan situ.
• Data kejadian banjir di sekitar daerah studi: ini memberikan wawasan mendalam tentang sejarah dan pola banjir yang telah mempengaruhi area tersebut. Informasi ini sangat penting untuk menginformasikan upaya mitigasi, perencanaan infrastruktur, dan penetapan sempadan yang efektif.
LAPORAN PENDAHULUAN | I-16
• Aspek analisa hidrologi dari hasil studi terdahulu yang terkait dengan pekerjaan ini:
memberikan dasar untuk memahami kondisi hidrologi saat ini dan potensi perubahan di masa depan. Analisa hidrologi dalam konteks ini melibatkan evaluasi data dan temuan dari studi-studi sebelumnya yang telah menyelidiki bagaimana air berinteraksi dengan lingkungan fisik di dan sekitar Situ.
• Survey pengukuran debit sebagai validasi data yang sudah ada: merupakan proses penting untuk memastikan keakuratan dan keandalan data hidrologi yang telah dikumpulkan dari studi-studi sebelumnya atau dari pengukuran berkelanjutan.
Tujuannya adalah untuk memverifikasi dan memperkuat basis data yang digunakan dalam analisis hidrologi.
Memanfaatkan model hidrologi untuk mensimulasikan bagaimana air berperilaku di bawah kondisi hujan yang berbeda, berdasarkan karakteristik fisik dan hidrologi daerah aliran sungai, Analisis statistik digunakan untuk mengestimasi frekuensi kejadian hujan atau banjir ekstrem, yang penting untuk desain infrastruktur dan kebijakan pengelolaan risiko.
E.Survey Sosial Ekonomi
Survey ini bertujuan untuk mendapatkan data tentang kondisi sosial ekonomi penduduk setempat di sekitar lokasi bangunan situ, survey ini dilakukan dengan cara:
• Melakukan interview secara langsung terhadap pihak-pihak maupun instansi terkait dengan dampak-dampak yang mungkin ditimbulkan akibat fungsi bangunan situ, maupun permasalahan yang terkait kondisi situ (banjir, longsor tebing, sedimentasi, dll) yang tediri dari masyarakat setempat, aparat desa, kecamatan, Pemda, dinas-dinas terkait, dan sebagainya: untuk mengumpulkan data dan perspektif mengenai dampak yang mungkin ditimbulkan oleh infrastruktur Situ, serta masalah-masalah yang berhubungan dengan kondisi geografis dan hidrologis seperti banjir, longsor tebing, dan sedimentasi.
• Melakukan pemetaan key person/orang-orang yang berpengaruh menggerakan masyarakat di sekitar situ: Ini membantu mengidentifikasi individu yang dapat berperan sebagai fasilitator atau mediator dalam proses pengambilan keputusan dan sosialisasi proyek.
LAPORAN PENDAHULUAN | I-17
• Memetakan kelompok-kelompok masyarakat (institusi) formal dan non formal:
Menyusun strategi untuk melibatkan berbagai kelompok dalam diskusi dan keputusan terkait dengan penetapan sempadan, memastikan partisipasi yang aktif dan inklusif.
• Inventarisasi dan memetakan kepemilikan lahan dan bangunan beserta status lahan (untuk lahan besar/ industry/ perusahaan besar/ developer/ fasum serta diperlukan kontaknya): Memastikan bahwa semua pihak yang terpengaruh oleh penetapan sempadan diperlakukan secara adil dan transparan dengan memperhatikan hak dan status lahan mereka.
• Kajian ekonomi sektor informal: Mengidentifikasi kegiatan ekonomi informal yang berlangsung dalam area yang akan ditetapkan sebagai sempadan situ dan mengevaluasi kontribusi mereka terhadap ekonomi lokal.
F. Pelaksanaan Kajian Garis Sempadan Situ
Kegiatan ini mencakup aspek-aspek sebagai berikut:
• Pemetaan topografi, antara lain kegiatan pemetaan potongan melintang situ, potongan memanjang situ, dan gambar detil situasi sekitar ruas situ yang akan ditetapkan sempadannya: gambaran detail tentang fitur geografis area situ, termasuk elevasi, kontur, dan fitur lainnya yang relevan dengan pengelolaan air dan perencanaan infrastruktur, Membuat potongan melintang (cross-section) situ untuk menunjukkan profil vertikal area sepanjang garis pendek yang melewati situ, mencakup kedalaman, lebar, dan bentuk dasar situ.
• Pemetaan foto udara dan lahan BPN: Foto udara menyediakan perspektif yang luas dan komprehensif dari area studi, membantu dalam mengidentifikasi fiturfitur geografis, infrastruktur, dan pola penggunaan lahan, Data kepemilikan yang akurat dapat membantu menyelesaikan perselisihan atau konflik lahan dengan menyediakan bukti dokumentasi yang jelas.
• Pemetaan bathimetri, berupa kegiatan pemetaan kedalaman dan bentuk dasar situ:
Paling umum digunakan adalah echosounder atau sonar, yang mengirimkan gelombang suara ke dasar situ dan mengukur waktu yang diperlukan untuk pantulan kembali ke permukaan, Menggabungkan data sonar dengan GPS untuk menghasilkan pemetaan posisi yang akurat dari pengukuran kedalaman, Data yang dikumpulkan diolah dengan perangkat lunak khusus untuk menciptakan model topografi dasar situ, sering kali dalam bentuk peta kontur atau model 3D.
LAPORAN PENDAHULUAN | I-18
• Intarisasi data karakteristik situ, antara lain:
1. Data fisik situ, antara lain lokasi/posisi situ, aliran inflow dan outflow situ, volume tampungan situ, data tipe situ berdasar kejadian dan sumber airnya, luas situ dan luas daerah tangkapan air situ, serta elevasi muka air situ: Mengetahui posisi geografis tepat dari situ memudahkan koordinasi kegiatan manajemen dan pemetaan serta memungkinkan identifikasi area pengaruhnya, Luas situ diukur secara langsung atau dari citra satelit, sedangkan daerah tangkapan air ditentukan melalui analisis topografi dan hidrologi.
2. Data penutup lahan dan kecenderungan perubahan penutup lahan sekitar situ:
Data ini menunjukkan jenis-jenis penutup lahan seperti hutan, area pertanian, permukiman, atau area industri. Pemahaman tentang jenis penutup lahan membantu dalam analisis pengaruhnya terhadap situ, termasuk run-off permukaan, infiltrasi air, dan potensi polusi, Mengamati bagaimana penutup lahan telah berubah sepanjang waktu memberikan wawasan tentang tren pengembangan, degradasi lingkungan, dan tekanan manusia pada sumber daya alam.
3. Laju sedimentasi pada danau: edimentasi yang cepat dapat mengurangi kapasitas dan kedalaman danau, mempengaruhi penggunaan air untuk irigasi, pasokan air, dan kegiatan rekreasi, Memantau perubahan laju sedimentasi sebagai bagian dari pengelolaan berkelanjutan danau untuk menilai efektivitas tindakan pengelolaan yang diterapkan.
• Inventarisasi data kondisi sosial budaya masyarakat setempat: Melakukan survei dan wawancara mendalam dengan penduduk setempat untuk mengumpulkan informasi tentang kebiasaan, praktik, dan kepercayaan mereka yang berkaitan dengan situ, Mengidentifikasi nilai-nilai sosial dan budaya yang penting bagi masyarakat setempat, serta kebutuhan mereka yang berkaitan dengan penggunaan dan pengelolaan situ.
• Inventarisasi data jalan akses: Menentukan seberapa mudah situ dapat diakses oleh masyarakat, petugas pengelolaan, dan tim darurat, yang penting untuk operasi sehari- hari dan respons cepat dalam keadaan darurat seperti banjir, Mengumpulkan umpan balik dari pengguna jalan, seperti penduduk lokal, pengelola situ, dan petugas darurat, untuk mendapatkan informasi tentang masalah atau kebutuhan terkait akses.
• Inventarisasi data rinci jumlah dan jenis bangunan yang terdapat dalam sempadan (jumlah bangunan dan jenis bangunan): Mengetahui bangunan apa saja yang berada
LAPORAN PENDAHULUAN | I-19
dalam atau dekat dengan area sempadan, yang dapat terpengaruh oleh regulasi atau kebijakan yang berkaitan dengan pengelolaan sumber daya air, Memastikan bahwa bangunan dan infrastruktur dalam sempadan aman dari risiko alam dan mendukung kesehatan masyarakat.
• Penentuan batas tepi situ, batas daerah tangkapan air, dan zona littoral: yaitu area di sepanjang tepi situ di mana air cukup dangkal bagi tumbuhan air tumbuh. Zona ini adalah habitat kunci untuk banyak spesies akuatik dan berperan penting dalam dinamika ekologis situ, Penilaian ekologis dan hidrologis untuk menentukan sejauh mana tumbuhan akuatik dapat tumbuh yang sering didasarkan pada kedalaman air, kejernihan, dan karakteristik dasar situ.
• Penentuan garis sempadan situ sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 28 Tahun 2015.
G.Penyusunan Laporan Kajian Garis Sempadan Situ
• Laporan ini berisi kajian sempadan situ sesuai dengan amanat Permen PU PR No. 28 Tahun 2015 tentang Garis Sempadan Sungai dan Danau sehingga dapat menjadi bahan Tim Kajian Penetapan Sempadan dalam memberikan usulan kepada Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dalam menetapkan garis sempadan Situ.
Dokumentasi dan pelaporan: Menyusun laporan lengkap dari hasil kajian yang akan diserahkan ke pengguna jasa dan otoritas terkait.
H.Penetapan Sempadan Situ
Kegiatan penetapan sempadan situ terdiri dari:
• Kegiatan ini bertujuan untuk mensosialisasikan kegiatan kajian dan penetapan sempadan situ untuk memberikan pemahaman kepada Tim Teknis Kajian Penetapan Garis Sempadan Situ yang telah ditetapkan melalui Surat Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat sebelum dilaksanan kegiatakan pematokan:
Memastikan bahwa semua anggota Tim
Teknis memahami tujuan dan prosedur penetapan sempadan, termasuk dasar hukum, metode teknis, dan dampak sosial ekonomi yang mungkin timbul, Penyajian Materi Menggunakan presentasi, dokumen, dan materi visual untuk menjelaskan aspek teknis dan hukum dari penetapan sempadan, Mengadakan sesi tanya jawab untuk mengatasi pertanyaan atau kekhawatiran dari anggota tim, membantu mengklarifikasi aspek yang mungkin ambigu atau kompleks.
LAPORAN PENDAHULUAN | I-20
• Sosialisasi dilaksanakan di kelurahan/ kecamatan yang berada di sepanjang lokasi pekerjaaan: Menyampaikan informasi tentang tujuan, manfaat, dan proses kajian serta penetapan sempadan situ kepada masyarakat yang terdampak langsung, Mengadakan pertemuan di lokasi yang mudah diakses oleh warga setempat, seperti balai desa atau fasilitas umum lainnya, untuk membahas rincian proyek, Menyediakan materi yang mudah dipahami, seperti brosur, peta, atau presentasi multimedia, yang menjelaskan aspek teknis dan sosial dari penetapan sempadan.
• Kegiatan ini dilaksanakan bersama Tim Teknis Kajian Penetapan Garis Sempadan Situ yang telah ditetapkan melalui Surat Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat: Tim Teknis dibentuk untuk memastikan bahwa kegiatan penetapan sempadan situ dilaksanakan secara efisien, sesuai dengan regulasi yang berlaku, dan berlandaskan pada data serta analisis teknis yang tepat, Tim ini biasanya terdiri dari para ahli di berbagai bidang seperti hidrologi, geologi, lingkungan, dan planologi, yang bertugas untuk memberikan masukan teknis, mengawasi pelaksanaan lapangan, dan menilai hasil kajian.
• Tim Teknis Kajian Sempadan Situ Cihuni terdiri atas :
1. Tim Teknis Kajian Sempadan Situ Pamulang yang terdiri atas 1 (satu) orang Ketua, 1 (satu) orang Pengarah dan 20 (dua puluh) orang Anggota:
• Moderator, Narasumber, dan Peserta. Pembayaran TimTeknis, Moderator, Narasumber, dan Peserta mengacukepada Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia tentang Standar Biaya Masukan terbaru, Rincian Tim Teknis, Moderator, Narasumber, dan Peserta adalah sebagai berikut :
1. Tim Teknis Situ Cihuni, terdiri dari:
-1 (satu) orang Ketua selama 3 (tiga) bulan;
-1 (satu) orang Pengarah selama 3 (tiga) bulan; - 20 (dua puluh) orang Anggota selama 3 (tiga) bulan.
2. Moderator sebanyak 1 (satu) orang per 2 kali sesi per kegiatan sosialisasi di tiap kelurahan/kecamatan (2Orang Kali),
3. Narasumber, terdiri dari:
-Narasumber Eselon II sebanyak 1 (satu) orang per jam per kegiatan di tiap kelurahan/kecamatan;
-Narasumber Eselon III sebanyak 1 (satu) orang per - jam per kegiatan di tiap kelurahan/kecamatan.
LAPORAN PENDAHULUAN | I-21
4. Peserta dari kegiatan sosialisasi adalah kecamatan, kelurahan, RT, RW, dan masyarakat yang telah terdata memiliki tanah/bangunan pada sempadan sungai.
Pembayaran peserta sosialisasi mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia tentang Standar Biaya Masukan terbaru: Memberikan informasi kepada masyarakat tentang tujuan, proses, dan dampak dari penetapan sempadan situ. Ini juga termasuk mendiskusikan hak dan kewajiban pemilik tanah atau bangunan yang terdampak, Kegiatan sosialisasi harus diorganisir dengan mempertimbangkan keadilan dan transparansi, memastikan semua pihak mendapatkan informasi yang sama dan memiliki kesempatan untuk berpartisipasi secara aktif.
I. Pelaksanaan Pematokan Sempadan Situ
Menetapkan batas fisik secara jelas di lapangan yang menunjukkan garis sempadan situ berdasarkan hasil kajian. Ini penting untuk visualisasi sempadan dan sebagai referensi untuk pengelolaan dan perencanaan lahan, Mencegah aktivitas yang tidak sah atau pembangunan di dalam zona yang telah ditetapkan sebagai sempadan situ, yang dapat mengganggu keseimbangan ekologis atau menambah risiko seperti banjir, Patok Kayu Sementara, yang digunakan sebagai solusi awal sebelum pemasangan patok permanen.
Ini sering digunakan karena mudah dipasang dan cukup efektif untuk keperluan sementara, Dilaksanakan di sepanjang garis sempadan yang telah diidentifikasi melalui kajian teknis. Posisi pasti dari patok diukur dan ditandai dengan akurat.
Terbitnya Surat Keputusan Menteri Ini adalah persetujuan resmi yang memungkinkan tim untuk mulai bekerja. SK ini menandai pembentukan resmi Tim Kajian Penetapan Sempadan Situ, yang berwenang untuk melakukan kegiatan terkait penetapan sempadan, ika SK belum terbit hingga akhir tahun anggaran, maka kegiatan pematokan yang seharusnya dilaksanakan terpaksa ditunda. Ini dapat mempengaruhi jadwal keseluruhan proyek dan menghambat kemajuan kegiatan pengelolaan situ, Penundaan dalam pematokan bisa mengakibatkan penumpukan tugas di akhir tahun anggaran, yang bisa menimbulkan tekanan pada manajemen waktu dan alokasi sumber daya.
LAPORAN PENDAHULUAN | I-22
B AB II
M ETODOLOGI
Berdasarkan lampiran B Peraturan Menteri PUPR Nomor 28 Tahun 2015, penentuan prioritas penempatan sempadan ditetapkan dengan mengidentifikasi ciri spesifik dan kondisi pada tiap danau.
Berikut merupakan ciri danau yang harus segera ditetapkan sempadannya : 1. Danau kritis
Danau kritis merupakan danau yang kondisinya sudah tidak optimal dengan pemicu utamanya yaitu sedimentasi, berikut merupakan kriterianya :
a. Tingkat sedimentasi sudah tinggi.
b. Kualitas air sudah menurun.
c. Kerusakan pada daerah tangkapan air danau sudah kritis.
d. Terjadi okupasi sempadan atau menggunakan sempadan untuk kepentingan tertentu dengan berlebihan.
2. Danau yang berdekatan dengan atau di dalam kawasan yang berkembang
Sempadan danau di kawasan yang berkembang menjadi kawasan perkotaan mengalami alih fungsi pemakaian lahan sempadan menjadi permukiman atau penggunaan lainnya baik legal maupun ilegal.
Untuk mencegah adanya masalah dikemudian hari, penetapan batas sempadan perlu dilakukan dengan segera. Pada kasus tertentu dapat terjadi keraguan dalam menilai apakah lokasi tersebut termasuk di dalam kawasan perkotaan atau pedesaan. jika situasi tersebut terjadi maka penentuan kawasan perkotaan dan pedesaan ditentukan dengan dilakukannya kesepakatan antar anggota tim kajian dengan mengacu pada beberapa hal berikut :
a. Ciri-ciri perkotaan
1) Ciri fisik perkotaan, terdapat :
Gedung-gedung instansi dinas (pemerintahan),
Pasar/supermarket,
LAPORAN PENDAHULUAN | II-1
Lapangan parkir,
Alun-alun,
Gedung olah raga,
Prasarana rekreasi.
2) Ciri sosial perkotaan, terkait kondisi masyarakat :
Masyarakatnya heterogen,
Terdapat perbedaan dan spesialisasi berbagai jenis
pekerjaan,
Hubungan kekerabatan memudar,
Masyarakatnya berpikir rasional cenderung individualistis,
Kehidupannya non agraris,
Mulai terjadi kesenjangan sosial (kaya dan miskin).
b. Ciri-ciri pedesaan
Jika ciri-ciri perkotaan tidak terpenuhi maka kawasan tersebut merupakan kawasan pedesaan.
3. Danau yang tinggal menyisakan sedikit flora dan fauna spesifik
Jika pada danau tertentu terdapat jenis flora atau fauna spesifik yang menurut peraturan perundang- undangan atau menurut aspirasi masyarakat termasuk jenis yang harus dilindungi, maka danau tersebut harus diprioritaskan penetapan sempadannya. Hal ini untuk mencegah punahnya spesies flora atau fauna spesifik/langka yang sangat penting bagi keseimbangan ekosistem.
4. Danau yang memiliki keanekaragaman hayati tinggi
Keanekaragaman hayati adalah keanekaragaman makhluk hidup yang menunjukkan keseluruhan variasi gen (keanekaragaman individu dalam satu jenis), variasi spesies (keanekaragaman makhluk hidup antar jenis) dan variasi ekosistem (keanekaragaman habitat komunitas biotik dan abiotik) di suatu daerah. Keanekaragaman hayati tidak terdistribusi merata di bumi, wilayah tropis memiliki keanekaragaman hayati yang lebih tinggi, jumlah keanekaragaman hayati makin menurun jika semakin jauh dari ekuator. Danau yang memiliki keanekaragaman hayati tinggi perlu dijaga dan dilindungi agar jumlahnya tidak mengalami penurunan ataupun kepunahan.
LAPORAN PENDAHULUAN | II-2
Gambar 2-1 Tahapan Penentuan Prioritas Penempatan Sempadan
Dalam penanganan pekerjaan untuk mencapai sasaran yang diinginkan, dapat dipertanggungjawabkan secara teknis, tepat guna dan tepat waktu maka perlu disusun suatu metode pelaksanaan pekerjaan berdasarkan tahapan kegiatan yang sistematis supaya dapat berjalan dengan lancar, efesien dan terarah. Tahapan kegiatan meliputi :
A. Persiapan dan Pengumpulan data 1. Persiapan administrasi dan teknis;
2. Mobilisasi personil dan peralatan kantor;
3. Survey pendahuluan/orientasi lapangan;
4. Pengumpulan data sekunder.
B. Identifikasi dan Inventarisasi
1. Identifikasi lokasi-lokasi di sekitar sempadan situ;
2. Identifikasi tinggi muka air banjir tertinggi;
3. Inventarisasi bangunan yang berada di sempadan maupun di badan situ;
LAPORAN PENDAHULUAN | II-3
4. Membuat dokumentasi photo mapping hasil identifikasi dan inventarisasi.
C. Survey topografi
1. Pengumpulan dan pengecekkan data sekuder;
2. Pengukuran topografi;
3. Perhitungan dan analisa data ukur;
4. Penggambaran topografi;
5. Pelaporan topografi. D. Analisa Hidrologi D. Survey Sosial Ekonomi
E. Pelaksanaan Kajian Garis Sempadan Situ
F. Penyusunan Laporan Kajian Garis Sempadan Situ G. Sosialisasi Hasil Kajian Garis Sempadan Situ
H. Pelaksanaan Pematokan Sementara Batas Sempadan Situ
2.1. IDENTIFIKASI
Dalam konteks kegiatan kajian penetapan sempadan Situ, seperti pada Situ Cihuni, identifikasi lokasi- lokasi di sekitar sempadan situ adalah langkah penting untuk memahami karakteristik area dan potensi dampak kegiatan di sekitarnya. Berikut adalah beberapa aspek yang biasanya dijelaskan dan dipertimbangkan dalam proses identifikasi lokasi sekitar sempadan situ:
1. Pemetaan Fisik
Pengukuran Topografi: Mengukur dan memetakan bentuk lahan dan fitur topografis di sekitar sempadan situ, seperti elevasi, lereng, dan fitur lainnya yang mempengaruhi aliran air dan pengelolaan sumber daya air.
2. Pengamatan Ekosistem
• Flora dan Fauna: Mendokumentasikan jenis tumbuhan dan hewan yang ada di area tersebut, yang bisa terpengaruh oleh perubahan sempadan atau kondisi air.
• Kondisi Hidrologi: Menganalisis sumber air, aliran masuk dan keluar, dan dinamika air di Situ Cihuni, termasuk pengaruhnya terhadap area sempadan.
3. Penggunaan Lahan
LAPORAN PENDAHULUAN | II-4
• Analisis Penggunaan Saat Ini: Menilai bagaimana lahan di sekitar situ digunakan, termasuk penggunaan residensial, komersial, pertanian, atau industri.
• Pemilikan dan Pengelolaan Lahan: Mengidentifikasi siapa pemilik lahan dan bagaimana pengelolaannya, yang akan mempengaruhi proses penetapan sempadan dan kegiatan manajemen di masa depan.
4.Identifikasi Struktur Buatan
• Infrastruktur dan Bangunan: Mendata infrastruktur penting seperti jalan, jembatan, bangunan, dan fasilitas lain yang terletak di dekat sempadan situ.
• Konstruksi dan Pengembangan: Meninjau rencana pengembangan masa depan yang mungkin mempengaruhi atau terpengaruh oleh penetapan sempadan.
5. Analisis Sosial dan Budaya
• Komunitas Lokal: Mengidentifikasi komunitas yang tinggal atau beraktivitas di sekitar sempadan situ, termasuk praktik sosial dan ekonomi mereka.
• Pentingnya Budaya dan Sejarah: Menilai lokasi-lokasi penting dari segi sosial, budaya, atau sejarah yang bisa dipengaruhi oleh kegiatan di sempadan situ.
6. Kondisi Lingkungan
• Sensitivitas Lingkungan: Menentukan area yang sensitif secara ekologis atau rentan terhadap erosi, pencemaran, atau masalah lingkungan lainnya.
7. Risiko dan Ancaman
• Identifikasi Risiko: Menganalisis potensi risiko alam seperti banjir, longsor, atau perubahan iklim yang bisa mempengaruhi atau dipengaruhi oleh sempadan situ.
Proses identifikasi ini membantu para stakeholder dalam mengambil keputusan yang berinformasi tentang bagaimana mengelola dan melindungi Situ Cihuni serta menentukan kebijakan yang efektif untuk pemeliharaan sumber daya air dan ekosistem di sekitarnya. Data dan analisis yang dihasilkan merupakan fondasi untuk kegiatan-kegiatan lanjutan seperti perencanaan, pengelolaan, dan konservasi area sempadan situ.
2.2. ANALISA HIDROLOGI
1. Siklus hidrologi
Gerakan air dari permukaan laut dan daratan ke udara disusul oleh jatuhnya hujan atau bentuk presipitasi lain di atas bumi yang kemudian terkumpul dalam aliran di atas/di bawah permukaan tanah
LAPORAN PENDAHULUAN | II-5
yang mengalir kembali ke laut atau cekungan lain di daratan dinamakan siklus hidrologi atau daur hidrologi.
Air menguap (evaporasi) ke udara dari permukaan laut dan daratan karena adanya radiasi matahari, uap-uap air berubah menjadi awan sesudah melalui beberapa proses, awan yang terjadi bergerak di atas daratan karena desakan angin. Presipitasi dalam bentuk hujan, embun atau salju jatuh ke daratan membentuk aliran yang mengalir kembali ke laut.
Beberapa diantara air yang jatuh ke daratan akan masuk ke dalam tanah (infiltrasi) dan bergerak terus ke bawah (perkolasi) ke dalam daerah jenuh (saturated zone) di bawah muka air tanah atau permukaan phreatik. Air dalam daerah ini bergerak perlahan-lahan melewati akuifer masuk ke sungai atau kadang- kadang langsung mengalir ke laut. Air yang berinfiltrasi memberi hidup bagi tumbuh-tumbuhan dan beberapa diantaranya naik ke atas lewat tumbuh-tumbuhan dan terjadilah transpirasi, yaitu evaporasi lewat tumbuh-tumbuhan melalui permukaan bawah dari daun.
Air yang tinggal di permukaan sebagian diuapkan (evaporasi) dan sebagian besar mengalir sebagai limpasan permukaan (surface run off) masuk ke dalam alur-alur sungai atau cekungan lainnya.
Permukaan sungai dan danau juga mengalami penguapan sehingga masih ada lagi air yang dipindahkan menjadi uap
(evaporasi). Air yang tidak mengalami infiltrasi dan evaporasi akan kembali ke laut melalui alur-alur sungai. Aliran air tanah yang menuju ke alur sungai ataupun yang menuju ke pantai dan merembes ke laut, mengalir lebih lambat dibandingkan limpasan permukaan. Demikianlah akhirnya siklus hidrologi atau daur hidrologi tersebut di atas akan senantiasa berulang kembali.
1. Karakteristik daerah pengaliran air hujan (catchment area)
Daerah pengaliran suatu sungai/saluran adalah daerah tempat presipitasi (hujan) mengkonsentrasi (mengumpul) ke sungai/saluran. Garis-garis batas daerahdaerah aliran yang berdampingan disebut batas daerah pengaliran (batas catchment area). Batas daerah pengaliran yang diperlukan untuk mengetahui luas daerah pengaliran dapat ditentukan oleh dua hal, yaitu : kondisi topografi yang membentuk batas-batas alami atau ditentukan oleh bentuk bangunan-bangunan buatan manusia seperti misalnya tanggul, jalan, dan lain sebagainya.
Luas daerah pengaliran diperkirakan dengan pengukuran daerah itu pada peta topografi dengan menggunakan planimeter atau alat ukur lainnya. Daerah pengaliran yang dibatasi oleh kondisi topografi alami, umumnya terdiri dari tiga corak/bentuk, yaitu : bentuk bulu burung, bentuk menyebar dan bentuk sejajar.
(1) Daerah pengaliran berbentuk bulu burung
LAPORAN PENDAHULUAN | II-6
Jalur daerah di kanan kiri sungai utama dimana anak-anak sungai mengalir ke sungai utama disebut daerah pengaliran bulu burung. Daerah pengaliran yang berbentuk demikian mempunyai debit banjir yang kecil, karena waktu tiba banjir dari anak-anak sungainya berbeda-beda. Tetapi banjirnya berlangsung agak lama.
(2) Daerah pengaliran berbentuk menyebar (radial)
Daerah pengaliran yang berbentuk kipas atau lingkaran dimana anak-anak sungainya mengkonsentrasi ke suatu titik secara radial disebut daerah pengaliran radial. Daerah pengaliran yang berbentuk demikian mempunyai debit banjir yang besar di dekat titik pertemuan anak-anak sungai.
(3) Daerah pengaliran berbentuk sejajar (paralel)
Bentuk ini mempunyai corak dimana dua jalur daerah pengaliran bersatu di daerah pengaliran bagian hilir. Banjir yang cukup besar akan terjadi di sebelah hilir titik pertemuan sungai-sungai.
Faktor-faktor utama daerah pengaliran yang mempengaruhi koefisien run off, yaitu suatu angka pendekatan yang menunjukkan perbandingan antara jumlah air yang mengalir di atas permukaan tanah dengan curah hujannya yang mana hal itu berpengaruh besar terhadap besarnya volume aliran permukaan (surface run off) pada suatu kawasan, adalah : topografi, geologi, tata guna lahan.
(1) Topografi
Corak, elevasi dan kemiringan suatu daerah pengaliran sangat besar pengaruhnya terhadap waktu mengalirnya air permukaan, waktu konsentrasi dan besarnya debit banjir. Pada daerah pengaliran yang permukaan tanahnya miring akan terjadi aliran yang deras dan besar, terlebih kalau tanahnya keras dan rapat. Kemiringan rata-rata daerah pengaliran sangat besar pengaruhnya terhadap kecepatan meningkatnya banjir. Sedangkan banyaknya cekungan/danau di daerah pengaliran akan mengurangi besarnya banjir.
(2) Geologi
Sifat-sifat tanah di daerah pengaliran memiliki pengaruh yang besar terhadap infiltrasi. Makin besar permiabilitas tanah maka akan semakin besar pula infiltrasi, dan hal ini akan mengurangi besarnya aliran permukaan.
(3) Tata guna lahan
Aktifitas manusia pada suatu daerah pengaliran dapat merubah karakteristik limpasan air permukaan.
Daerah hutan yang tertutup tumbuh-tumbuhan lebat akan mengakibatkan limpasan permukaan yang sangat kecil mengingat kapasitas infiltrasinya sangat besar. Tetapi jika di daerah tersebut dibangun
LAPORAN PENDAHULUAN | II-7
suatu permukiman atau pembangunan lainnya atau terdapat penebangan hutan, maka kapasitas infiltrasinya akan turun karena terjadinya pemampatan permukaan tanah.
2. Karakteristik meteorologi
Elemen-elemen meteorologi yang erat kaitannya dengan siklus hidrologi adalah meliputi beberapa elemen sebagai berikut : presipitasi (hujan), evaporasi (penguapan), temperatur (suhu), kelembaban, angin, tekanan atmosfir, penyinaran matahari.
(1) Presipitasi
Presipitasi adalah nama umum dari uap yang mengkondensasi dan jatuh ke tanah dalam rangkaian proses siklus hidrologi. Pada daerah tropis, presipitasi umumnya jatuh dalam bentuk curah hujan.
Jumlah presipitasi dinyatakan dengan dalamnya presipitasi (milimeter atau disingkat mm).
Derajat curah hujan biasanya dinyatakan oleh jumlah curah hujan dalam suatu satuan waktu dan disebut intensitas curah hujan. Biasanya satuan yang digunakan adalah mm/jam. Jadi intensitas curah hujan berarti jumlah presipitasi/curah hujan dalam waktu yang relatif singkat (biasanya 2 jam).
Intensitas curah hujan dapat diketahui/dibaca dari kemiringan kurva (tangens kurva) yang dicatat oleh alat ukur hujan otomatis.
(2) Evaporasi
Peristiwa air atau es menjadi uap dan naik ke udara disebut penguapan dan berlangsung tiada henti dari permukaan air, permukaan tanah, padang rumput, persawahan, hutan, dan lain sebagainya.
Penguapan ini terjadi pada tiap keadaan suhu, sampai udara di atas permukaan menjadi jenuh dengan uap. Kecepatan dan jumlah penguapan dipengaruhi oleh suhu, kelembaban, kecepatan angin dan tekanan atmosfir.
(3) Temperatur
Jumlah energi yang dipancarkan dari matahari disebut jumlah radiasi matahari. Sebagian terbesar mencapai permukaan tanah. Sebagian dari radiasi yang mencapai permukaan tanah dipantulkan ke udara yang meningkatkan temperatur udara dan sisanya diserap ke dalam tanah untuk meningkatkan temperatur tanah.
(4) Kelembaban
Massa uap yang terdapat dalam 1 m3 udara atau kerapatan uap disebut kelembaban mutlak (absolut).
Kemampuan udara untuk menampung uap adalah berbeda-beda tergantung temperatur, makin tinggi temperatur maka makin banyak pula uap yang dapat ditampung.
LAPORAN PENDAHULUAN | II-8
Oleh karenanya, tingkat kekeringan dan kebasahan udara tidak dapat dinyatakan oleh kelembaban mutlak saja. Kelembaban relatif adalah perbandingan antara massa uap dalam suatu satuan volume dengan massa uap yang jenuh dalam satuan volume itu pada suhu yang sama. Kelembaban relatif ini yang biasa disebut sebagai kelembaban.
(5) Angin
Peristiwa bergeraknya udara karena adanya perbedaan tekanan disebut angin. Sedangkan yang disebut arah angin adalah arah dari mana angin bertiup. Arah dan kecepatan angin berpengaruh terhadap berlangsungnya siklus hidrologi. Untuk penunjuk arah angin dapat digunakan sebuah panah dengan pelat pengarah yang dihubungkan ke lingkaran arah angin sehingga pergerakan arah angin dapat diikuti. Sedangkan kecepatan angin dapat diukur dengan anemoneter Robinson.
(6) Tekanan atmosfir
Tekanan udara satuan adalah tekanan gaya 1.000 dyne pada bidang seluas 1 cm2 dan disebut 1 milibar (mb). Tekanan 1 atmosfir adalah sama dengan 760 mm Hg, atau sama dengan 1.013 mb. Tekanan udara tersebut akan berkurang menurut ketinggian (elevasi) tempat.
(7) Penyinaran matahari
Jumlah jam selama matahari bersinar disebut jam penyinaran matahari yang dapat diukur dengan berbagai alat, antara lain alat ukur sinar matahari Jordan. Jumlah jam penyinaran yang dapat terjadi dalam sehari adalah tetap tergantung pada musim dan jarak lintang ke kutub. Perbandingan antara jumlah jam penyinaran yang terjadi dengan jumlah jam penyinaran yang dapat terjadi itu disebut laju radiasi matahari. Makin besar nilai laju radiasi matahari, maka semakin baik pula keadaan cuaca (cerah)
2. Pengumpulan data hidrologi
Tahap pengumpulan data hidrologi adalah langkah awal yang krusial dalam analisis hidrologi untuk Kajian Penetapan Sempadan Situ Cihuni. Metodologi ini melibatkan serangkaian proses terstruktur untuk mengumpulkan data historis dan terkini yang relevan dengan kondisi hidrologis situ. Berikut adalah rincian metodologi yang akan digunakan:
1). Identifikasi Sumber Data
Mengidentifikasi dan mengakses arsip data dari stasiun hidrologi lokal, badan pengelola air, dan lembaga penelitian yang memiliki catatan historis tentang curah hujan, tingkat air, dan debit aliran di dan sekitar Situ Cihuni.
2). Pengumpulan Data Historis
LAPORAN PENDAHULUAN | II-9
- Mengumpulkan data curah hujan dari stasiun cuaca terdekat atau dari data satelit untuk mendapatkan gambaran tentang pola presipitasi di area tersebut.
- Mengakses data dari stasiun pengukuran yang ada di sungai atau aliran yang mengalir ke atau dari Situ Cihuni untuk mengetahui historis aliran dan tinggi muka air.
- Selain data curah hujan, diperlukan pula data koordinat stasiun hujan, data morfologi sungai (seperti panjang dan lebar penampang sungai), dan data luas daerah aliran sungai (das). Apabila dijumpai stasiun hujan yang tidak memiliki koordinat, maka bisa dilakukan pendekatan dengan menentukan lokasi stasiun hujan berdasarkan nama stasiun hujan dan nama desa didaerah setempat. Panjang sungai bisa didapatkan dari survei lapangan atau didapatkan dari data sekunder. Data sekunder morfologi sungai didapatkan dari badan/instansi terkait, bisa juga dengan software.
- Koordinat stasiun hujan akan sangat membantu dalam perhitungan hujan wilayah. Hujan wilayah dapat dihitung dengan bermacam-macam metode, dan metode yang digunakan menyesuaikan ketersediaan data koordinat stasiun hujan. Sedangkan data luas daerah aliran sungai (das) akan sangat membantu dalam menghitung hujan wilayah dan debit banjir rencana.
- Daerah aliran sungai (das) sangat membantu dalam menghitung hujan wilayah dan debit banjir rencana. Luasan das adalah hal utama yang harus diketahui dalam analisis hidrologi. Luasan ini digunakan sebagai salah satu parameter perhitungan hujan wilayah dan debit banjir rencana.
Luasan das dapat dianalisis menggunakan software arc-gis atau google earth. 3). Survey dan Pengumpulan Data Lapangan
- Menggunakan flow meter atau metode pengukuran debit lainnya untuk mengumpulkan data debit aliran air pada titik-titik aliran masuk dan keluar dari situ.
3). Dokumentasi dan Penyimpanan Data
- Mencatat semua data yang dikumpulkan dengan rinci, termasuk tanggal, waktu, dan kondisi pengambilan data.
- Menyimpan data secara sistematis dalam basis data digital untuk memudahkan akses dan analisis lebih lanjut. 5). Verifikasi dan Validasi Data
- Memeriksa kesesuaian dan keakuratan data yang dikumpulkan dengan membandingkannya dengan sumber data lain atau dengan observasi langsung.
- Memeriksa dan kalibrasi alat ukur secara rutin untuk memastikan data yang dikumpulkan akurat dan reliabel.
LAPORAN PENDAHULUAN | II-10
3. Uji Validitas Data
Perubahan lokasi stasiun hujan atau perubahan metode pengukuran hujan dapat memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap jumlah hujan yang terukur, sehingga hal ini dapat menyebabkan kesalahan ataupun menyebabkan data hujan yang ditinjau menjadi tidak konsisten. Uji validitas (validity) data dilakukan untuk mengetahui apakah data hujan yang akan kita gunakan konsisten terhadap data hujan terdahulu atau tidak. Validitas data hujan juga bisa dicek dari stasiun hujan lainnya yang berada disekitarnya. Terdapat banyak sekali metode untuk mengecek validitas data hujan, sebagai berikut:
1). Metode Kurva Massa Ganda
Bila tersedia 3 atau lebih stasiun hujan, maka bisa digunakan metode kurva massa ganda. Metode kurva massa ganda adalah metode untuk mengecek validitas data hujan dengan cara membandingkan hujan tahunan kumulatif suatu stasiun terhadap stasiun lain (stasiun referensi). Stasiun referensi tersebut biasanya adalah nilai rerata dari beberapa stasiun didekatnya.
Nilai kumulatif ini nantinya akan di gambarkan pada sistem koordinat kartesian x-y, apabila kurva yang terbentuk merupakan garis lurus berarti pencatatan di stasiun tersebut bisa dikatakan konsisten.
Apabila kurva yang terbentuk merupakan garis patah, berarti pencatatan distasiun tersebut tidak konsisten dan perlu koreksi. Koreksi dilakukan dengan mengalikan data setelah kurva berubah dengan perbandingan kemiringan setelah dan sebelum kurva patah. Hasil analisis dengan metode lengkung massa ganda disajikan dalam Gambar sebagai berikut :
Gambar 2.2. Grafik metode Kurva Massa Ganda
LAPORAN PENDAHULUAN | II-11
2). Metode Raps
Cara ini dilakukan dengan cara menghitung nilai kumulatif penyimpangannya terhadap nilai rata-rata (mean). Bila Q/ n yang didapat lebih kecil dari nilai kritik untuk tahun dan confidence level yang sesuai, maka data dinyatakan panggah (Soewarno, 1995).
Langkah-langkah perhitungan uji validitas data dengan Metode Raps adalah sebagai berikut:
1. Menghitung hujan tahunan;
2. Menghitung rerata hujan tahunan;
𝑋̅ = ∑ 𝑋𝑖 𝑛 dengan :
𝑋̅ = rerata hujan tahunan
𝑋𝑖 = total hujan tahunan 𝑛 = jumlah data
Menghitung sk*
2.3. SURVEY SOSIAL EKONOMI
Survey sosial ekonomi adalah komponen penting dalam kajian penetapan sempadan Situ Cihuni, bertujuan untuk memahami dampak sosial dan ekonomi dari penetapan sempadan terhadap masyarakat lokal. Berikut adalah metodologi yang diusulkan untuk melaksanakan survey sosial ekonomi:
1. Persiapan Survey
▪ Definisi Tujuan dan Ruang Lingkup: Menentukan tujuan spesifik survey dan menetapkan ruang lingkup pertanyaan yang akan ditanyakan, berfokus pada pengaruh penetapan sempadan terhadap kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat di sekitar Situ Cihuni.
▪ Pengembangan Instrumen Survey: Merancang kuesioner yang akan mencakup pertanyaan- pertanyaan tentang penggunaan lahan, akses ke sumber daya air, dan dampak ekonomi terkait perubahan sempadan situ.
▪ Seleksi Sampel: Menentukan metode sampling yang tepat, yang mungkin melibatkan stratifikasi berdasarkan karakteristik demografis atau geografis daerah penelitian.
LAPORAN PENDAHULUAN | II-12