• Tidak ada hasil yang ditemukan

[Draft] Laporan Pendahuluan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "[Draft] Laporan Pendahuluan"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

BALAI WILAYAH SUNGAI MALUKU

POKJA III ULP BALAI WILAYAH SUNGAI MALUKU

Jl.Mr. Ch. Soplanit, Rumah Tiga – Ambon Telp. (0911) 382-5019, Fax (0911) 382-5022

2014

[ T

Y P E T H E C O M P A N Y A D D R E S S

]

LAPORAN PENDAHULUAN

BTN Kebun Cengkih Blok D1/07 - AMBON

(2)

i

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas terselesaikannya dokumen LAPORAN PENDAHULUAN sebagai dokumen awal bagi kegiatan Penyusunan UKL/UPL Pengaman Pantai Talake Untuk Christian Centre Kota Ambon.

LAPORAN PENDAHULUAN ini secara umum merupakan sebuah laporan awal dari keseluruhan rangkaian kegiatan yang akan dilaksanakan selama kurang lebih 6 (enam bulan) pekerjaan, di mana di dalam dokumen ini kurang lebih berisikan mengenai.

PENDAHULUAN, di mana di dalamnya akan dibahas terkait latar belakang kegiatan, maksud dan tujuan, ruang lingkup serta dasar hukum kegiatan Penyusunan UKL/UPL Pengaman Pantai Talake Untuk Christian Centre Kota Ambon ini.

TINJAUAN PUSTAKA, di mana di dalamnya akan dibahas mengenai tinjauan pustaka terkait pelaksanaan UKL/UPL, dalam hal ini meliputi peraturan perundangan, proses penyusunan dan tata pelaksanaan UKL/UPL (beserta AMDAL) di masyarakat

APRESIASI WILAYAH STUDI, di mana di dalamnya akan dibahas mengenai kondisi umum kawasan studi dalam hal ini adalah Kota Ambon dan kawasan Pantai Talake yang terletak di Kelurahan Waihaong.

PENDEKATAN DAN METODOLOGI, di mana di dalamnya berisikan mengenai pendekatan-pendekatan dan metodologi yang dilakukan terkait dengan kondisi eksisting di lapangan sebagai dasar bagi penyusunan dokumen dan kegiatan selanjutnya

RENCANA KERJA, di mana di dalamnya berisikan informasi tentang struktur dan komposisi tenaga ahli yang terlibat dalam kegiatan Penyusunan UKL/UPL Pengaman Pantai Talake ini beserta dengan jadwal dan rencana kerja selama berlangsungnya kegiatan ini

PENUTUP DAN LAMPIRAN-LAMPIRAN, merupakan sebuah bab pelengkap yang berisikan mengenai penutup kegiatan Penyusunan LAPORAN PENDAHULUAN dari keseluruhan rangkaian kegiatan Penyusunan UKL/UPL Pengaman Pantai Talake Untuk Christian Centre Kota Ambon ini.

(3)

ii

Dalam penyusunan LAPORAN PENDAHULUAN ini, pihak konsultan menyadari kemungkinan masih adanya kekurangan dan kesalahan, untuk itu pihak konsultan mengharapkan adanya kritik dan masukan yang konstruktif dari berbagai pihak terkait sehingga dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi bagi kegiatan selanjutnya (yaitu penyusunan LAPORAN ANTARA dan PENYUSUNAN LAPORAN AKHIR) sebagai keseluruhan rangkaian kegiatan yang akan dilakukan.

Pada akhirnya tim konsultan mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak terkait yang telah membantu dalam penyusunan dan penyelesaian pekerjaan ini

Ambon, Juni 2014

Penyusun

(4)

iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ... I-1 1.2 Maksud dan Tujuan ... I-2 1.2.1 Maksud Kegiatan ... I-2 1.2.2 Tujuan Kegiatan ... I-2 1.3 Ruang Lingkup ... I-3 1.3.1 Ruang Lingkup Wilayah Kajian ... I-3 1.3.2 Ruang Lingkup Kegiatan ... I-3 1.3.2.1 Pelingkupan ... I-3 1.3.2.2 Wilayah Studi ... I-3 1.3.2.3 Keterkaitan dengan Kegiatan Proyek lain ... I-4 1.4 Dasar Hukum ... I-4 1.5 Keluaran Pekerjaan ... I-5 1.6 Sistematika Pelaporan ... I-5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pembangunan Berwawasan Lingkungan ... II-1 2.2 Peraturan Perundangan Mengenai Amdal dan Ukl Upl ... II-3 2.3 Proses Dan Prosedur Penyusunan AMDAL dan UKL UPL ... II-4 2.3.1 Pengertian Tentang AMDAL dan UKL UPL ... II-4 2.3.2 Tujuan Penyusunan AMDAL dan UKL UPL ... II-6 2.3.3 Prosedur Penyusunan AMDAL dan UKL UPL ... II-7 2.4 Keterlibatan Masyarakat Dalam Penyusunan AMDAL dan UKL UPL ... II-12

BAB III PENDEKATAN DAN METODOLOGI

3.1 PENDEKATAN ... III-1 3.1.1 Pendekatan Normatif ... III-1 3.1.2 Pendekatan Partisipatif dan Fasilitatif ... III-1 3.2 Metodologi ... III-3 3.2.1 Tahap Persiapan ... III-3 3.2.2 Tahap Eksplorasi Data ... III-3 3.2.2.1 Studi Literatur ... III-4 3.2.2.2 Survey ... III-4 3.2.2.3 Kompilasi Data ... III-5 3.2.3 Tahap Analisis ... III-5 3.2.3.1 Analisis Permintaan (Demand) ... III-6 3.2.3.2 Analisis Sarana dan Prasarana Transportasi (Aksesibilitas) .... III-7 3.2.3.3 Analisis Sosial Budaya ... III-9

(5)

iv

3.2.3.4 Analisis SDM dan Kelembagaan ... III-9 3.2.3.5 Analisis Promosi dan Pemasaran ... III-9 3.3 MODEL ANALISA YANG DIGUNAKAN ... III-10

3.3.1 Analisa SWOT ... III-10 3.3.1.1 Strategi Inti (Core Strategy) ... III-11 3.3.1.2 Strategi konsekuensi (Consequence strategy) ... III-12 3.3.1.3 Strategi pelanggan (customer strategy) ... III-12 3.3.1.4 Strategi pengendalian (control strategy) ... III-12 3.3.1.5 Strategi Budaya (culture strategy) ... III-12 3.3.2 Analisa Finansial ... III-12

3.3.2.1 Tahapan Penilaian Kelayakan Investasi Pembangunan

Kawasan Bisnis: ... III-13 3.3.2.2 Teknik Pengolahan dan Analisis Data Studi Kelayakan ... III-14 3.3.2.3 Metode Penilaian Kelayakan ... III-16 3.3.3 Analisa Kapasitas Pelayanan Fasilitas Perdagangan/

Kawasan Bisnis ... III-19 3.3.3.1 Warung ... III-19 3.3.3.2 Pertokoan ... III-19 3.3.3.3 Pusat Perbelanjaan Kawasan 30.000 Penduduk ... III-20 3.3.3.4 Pusat Perbelanjaan dan Niaga

Kawasan 120.000 Penduduk ... III-20 3.3.3.5 Pusat Perbelanjaan dan Niaga

Kawasan 480.000 Penduduk ... III-21

BAB IV APRESIASI WILAYAH STUDI

4.1 Gambaran Umum Wilayah Kota Ambon ... IV-1 4.1.1 Historis ... IV-1 4.1.2 Posisi Strategis Ambon ... IV-2 4.1.3 Morfologi Kota ... IV-2 4.1.4 Adminsitrasi ... IV-4 4.2 Kondisi Fisik Alami ... IV-5 4.2.1 Letak dan Geografis ... IV-5 4.2.2 Curah Hujan dan Klimatologi ... IV-6 4.2.3 Hidrologi dan Geologi ... IV-8 4.2.3.1 Hidrologi... IV-8 4.2.3.2 Geologi ... IV-10 4.2.4 Topografi dan Jenis Tanah ... IV-10 4.2.5 Arus Laut, Gelombang dan Pasang Surut ... IV-12 4.2.5.1 Arus Laut ... IV-12 4.2.5.2 Pasang Surut ... IV-13 4.2.5.3 Gelombang ... IV-13 4.2.6 Bathimetri ... IV-14 4.2.7 Ekosistem Pesisir ... IV-15 4.2.7.1 Ekosistem Mangrove ... IV-15

(6)

v

4.2.7.2 Ekosistem Padang Lamun ... IV-16 4.2.7.3 Ekosistem Terumbuh Karang ... IV-17 4.2.8 Daerah Rawan Bencana ... IV-18 4.2.8.1 Erosi, Abrasi, Akreasi dan Sedimentasi ... IV-18 4.2.8.2 Banjir dan Longsoran Tanah ... IV-21 4.2.8.3 Tsunami ... IV-22 4.3 Kondisi Fisik Buatan ... IV-22 4.3.1 Penggunaan Lahan dan Pola Permukiman ... IV-22 4.3.2 Prasarana dan Sarana ... IV-24 4.3.2.1 Sarana Pendidikan ... IV-24 4.3.2.2 Sarana Kesehatan ... IV-24 4.3.2.3 Sarana Keagamaan/ Peribadatan ... IV-25 4.3.3 Sirkulasi dan Transportasi ... IV-26 4.3.4 Penyebaran Fasilitas Sosial Ekonomi dan

Bangunan Pengaman Pantai ... IV-27 4.4 Sosial, Budaya dan Ekonomi Masyarakat ... IV-28 4.4.1 Sosial Budaya dan Kependudukan ... IV-30 4.4.2 Kegiatan Ekonomi Penduduk ... IV-33 4.4.3 Ekonomi Perkotaan ... IV-33

BAB V RENCANA KERJA

5.1 Rencana Kerja ... V-1 5.1.1 Pekerjaan Teknis ... V-2 5.1.2 Keluaran Pekerjaan ... V-3 5.1.3 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan ... V-6 5.2 Struktur Organisasi Pelaksana Pekerjaan ... V-6 5.2.1 Uraian Tugas Personil ... V-6 5.2.2 Jadwal Penugasan Personil ... V-7

(7)

vi

Tabel 3.1 Matrik Analisis SWOT ... III-11 Tabel 3.2 Kriteria Penilaian Kelayakan ... III-16

Tabel 4.1 Luas Desa dan Kelurahan di Kota Ambon ... IV-5 Tabel 4.2 Letak dan Batas Wilayah Kota Ambon ... IV-6 Tabel 4.3 Curah Hujan Dan Hari Hujan Di Kota Ambon Tahun 2006 – 10 ... IV-7 Tabel 4.4 Sebaran Wilayah Dataran Di Kota Ambon ... IV-11 Tabel 4.5 Jumlah Fasilitas Pendidikan di Kota Ambon ... IV-24 Tabel 4.6 Jumlah Fasilitas Kesehatan di Kota Ambon ... IV-25 Tabel 4.7 Jumlah Fasilitas Keagamaan/Peribadatan di Kota Ambon ... IV-25 Tabel 4.8 Jumlah Penduduk Kota Ambon Tahun 2010... IV-31 Tabel 4.9 Jumlah Penduduk Kota Ambon tiap Desa thn 2010 ... IV-31

Tabel 5.1 Jadwal Kegiatan ... V-6 Tabel 5.2 Jadwal Penugasan Personil ... V-8

(8)

vii

Gambar 2.1 Pengendalian Dampak Lingkungan dengan Pendekatan Teknis ... II-7 Gambar 2.2 Pengendalian Dampak Lingkungan dengan Pendekatan Limbah ... II-8 Gambar 2.3 Prosedur Penyusunan AMDAL dan UKL/UPL ... II-11

Gambar 3.1 Keterkaitan antara Analisis SWOT dengan strategi 5 C ... III-11 Gambar 3.2 Tahapan Studi Kelayakan ... III-14

Gambar 4.1 Gerbang Laut Fort Victoria dan Kantor Walikota Ambon ... IV-2 Gambar 4.2 Kedudukan Kawasan Kota Pantai ... IV-2 Gambar 4.3 Taman Kota Ambon ... IV-4 Gambar 4.4 Kenampakan abrasi di pantai Eri dan penimbunan lahan pasut

di daerah pantai Benteng Teluk Ambon Luar ... IV-20 Gambar 4.5 Kenampakan sedimentasi pada muara sungai Wai Ruhu (galala) ... IV-21 Gambar 4.6 Terminal Mardika ... IV-26 Gambar 4.7 Pelabuhan Galala ... IV-27 Gambar 4.8 Kondisi Bangunan Pengaman Pantai ... IV-28

(9)

I-1

1.1 LATAR BELAKANG

Kota Ambon sebagaimana kota-kota lainnya memiliki tingkat pertumbuhan kota yang relatif sangat cepat. Hal ini di dukung pula dengan posisi kota Ambon yang cukup startegis. Paling tidak, ada beberapa faktor pendukung dari pertumbuhan Kota Ambon yang sedemikian pesat, yaitu kota ini dilalui sistem transportasi lintas pulau, denganjalur perjalanan darat, laut dan udara yang sangat padat, dan keberadaan Pelabuhan di Kota Ambon dengan kegiatan bongkar muat barang jasa dan industri serta kegiatan perikanan. Pertumbuhan Kota Ambon yang pesat ini ditandai dengan adanya peningkatan perkembangan kegiatan fisik dan non fisik yang tentunya akan menimbulkan berbagai dampak baik positif maupun negatif bagi kotanya. Perkembangan kegiatan ini akan mempengaruhi kebutuhan terhadap lahan perkotaan guna pembangunan perumahan, sarana dan prasarana kota berikut utilitasnya, sementara ketersediaan lahan di perkotaan sangat terbatas.

Perkembangan fisik kota Ambon pada saat ini dapat dikategorikan relatif cepat. Fenomena ini dapat terlihat dari pembangunan pergudangan perdagangan, dan industri serta sarana dan prasarana kota yang setiap tahunnya terus meningkat. Ditahun mendatang, diperkirakan perkembangan ini tidak akan berhenti, namun akan terus berlanjut sesuai dengan karakteristik suatu kota sebagai makhluk hidup, yang selalu tumbuh dan berkembang. Untuk itu dalam upaya memenuhi kebutuhan aktivitas perkotaan tersebut perlu adanya upaya pengaturan, penataan, pengelolaan dan pengendalian peruntukan tata gunalahan sehingga dapat mengakomodasi seluruh kebutuhan lahan secara terpadu, efisien dan efektif serta komprehensif. Hal tersebut dapat dilakukan dengan penyusunan rencana kota. Hal ini dilakukan agar tersedia suatu rencana kota yang mantap, yangbersifat operasional dan mengikat, baik bagi Pemerintah Daerah termasuk instansivertikal, maupun bagi warganya untuk dapat di sikapi dan dipatuhi (Keputusan MenteriDalam Negeri Nomor 59 Tahun 1988 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 1987).

Sedangkan tujuan dari perencanaan kota adalah meningkatkan kualitas lingkungan kehidupan dan penghidupan warga kota, tercipta suasana aman, tertib, lancar, dan sehat bagi warga masyarakat kotanya. Sebagaimana tercantum dalam Undang-undang No. 26 tahun

(10)

I-2

2007 Tentang PenataanRuang dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 16 Tahun 2009 Tentang RencanaDetail Tata Ruang, jenis dan hirarki Rencana Kota adalah Rencana Struktur Tata RuangKawasan Tata Ruang Wilayah Kota, Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan, danZona Regulation. Penyusunan ketiga jenis rencana wilayah tersebut harus merupakansuatu kesatuan perencanaan yang hirarkhis dimana rencana yang satu harus salingmenunjang rencana yang lain.

Untuk pengembangan Kota Ambon maka di pantai ada sebagian yang berkompetensi untuk menjadi waterfront city.Untuk menentukan hal tersebut perlu dilakukan reklamasi pantai sesuai peruntukan waterfrontcity.Tujuan utama dari reklamasi adalah untuk menambah luas daratan guna suatu aktivitas yang sesuai dengan kebutuhan wilayah tersebut. Dengan kondisi diatas, maka sinergitas perencanaan wilayah dengan memperhatikanpengelolaan sumber daya air yang seimbang pada pemanfaatan ruang perlu mendapatperhatian yang serius semua pihak. Tentunya langkah kongkrit menjadi prioritas adalahtelah dilakukan kegiatan perencanaan berupa “UKL/UPL Pengaman Pantai Talake Untuk Christian Centre”. Kini untukmerealisasikan program waterfront city di kota Ambon pada tahap konstruksi, perlu dilakukan “UKL/UPL Pengaman Pantai Talake Untuk Christian Centre” tersebut.

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN 1.2.1 Maksud Kegiatan

Maksud dari adanya kegiatan Penyusunan Dokumen UKL/UPL Pengaman Pantai Talake Untuk Christian Centre ini secara umum adalah untuk menilai sejauh mana daya dukung lahan dan kelayakan pengembangan sebagian kawasan pantai yang dapat dilakukan terkait adanya upaya pengembangan kawasan Christian Centre di Kota Ambon sebagai salah satu wadah dan fasilitas kegiatan nasional PESPARAWI yang akan diselenggarakan tahun 2015 mendatang. Selain itu juga dilakukan sebagai bahan awal dalam melakukan kajian-kajian lingkungan yang lebih mendalam ke depannya (terkait keberadaan Christian Centre ke depan bagi lingkungan sekitar).

1.2.2 Tujuan Kegiatan

Tujuan dilakukannya penyusunan dokumen UKL/UPL Pengaman Pantai Talake Untuk Christian Centre antara lain adalah

1. Mengidentifikasi komponen kegiatan pada tahap pra-konstruksi, konstruksi danpasca konstruksi pembangunan Christian Centre yang diperkirakanmenimbulkan dampak terhadap lingkungan.

(11)

I-3

2. Mengidentifikasi komponen-komponen lingkungan yang terkena dampak penting yaitu, refisik, kimia, biologi, sosial ekonomi dan sosial budaya.

3. Memperkirakan dengan mengevaluasi besar dan tingkat pentingnya dampaklingkungan yang terjadi karena kegiatan proyek terhadap komponen lingkunganyang akan terkena dampak.

4. Menemukan saran tindak lanjut (follow up) yang dapat dilaksanakan pemerkasa atauinstansi yang terkait untuk meningkat dampak positif yang timbul.

1.3 RUANG LINGKUP

1.3.1 Ruang Lingkup Wilayah Kajian

Ruang lingkup wilayah kajian dari kegiatan Penyusunan Dokumen UKL/UPL Pengaman Pantai Talake Untuk Christian Centre Kota Ambon adalah kawasan Pantai Talake yang terletak di Kelurahan Waihaong Kota Ambon Provinsi Maluku.

1.3.2 Ruang Lingkup Kegiatan

1.3.2.1 Pelingkupan

1. Lingkungan Proyek

Garis besar rencana kegiatan proyek yang mencakup keseluruhan wilayah proyek 2. Lingkup Kegiatan yang di telaah

Rencana kegiatan pembangunan Christian Centre yang di telaah dampaknyaadalah rencana kegiatan yang diperkirakan akan menjadi sumber dampak pentingpada/untuk tahap pra konstruksi, konstruksi dan pasca konstruksi

3. Lingkup Rona Lingkungan yang di telaah a. Fisik Kimia

b. Biologi

c. Sosial Ekonomi dan Sosial Budaya

1.3.2.2 Wilayah Studi

Wilayah kajian akan dibatasi oleh beberapa elemen deliniasi kawasan antara lain, 1. Batas Proyek

2. Batas Administrasi 3. Batas Ekologis 4. Batas Sosial

(12)

I-4 1.3.2.3 Keterkaitan dengan Kegiatan Proyek lain

Pekerjaan penyusunan UKL/UPL Pengaman Pantai Talake Untuk Christian Centre Kota Ambon merupakan salah satu dokumen pendukung dari dokumen perencanaan Christian Centre yang dilakukan secara terpisah (dilelang secara terpisah). Dokumen UKL/UPL ini akan menjadi salah satu dokumen awal bersama dengan dokumen SID (Studi Inventarisasi Desain) untuk memberikan gambaran bagi dokumen selanjutnya terkait simulasi perencanaan kawasan (dalam hal ini adalah pembangunan Christian Centre) agar sesuai dengan daya dukung kawasan itu sendiri.

1.4 DASAR HUKUM

Beberapa dasar hukum yang dijadikan sebagai acuan dalam keseluruhan rangkaian pekerjaan Penyusunan UKL/UPL Pengaman Pantai Talake Untuk Christian Centre antara lain adalah sebagai berikut

1. Undang-undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air

2. Undang-undang Nomor 5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria 3. Peraturan Pmerintah No. 27 tahun 2012 tentang Izin Lingkungan

4. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2012 Tentang PerubahanKedua Atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang PengadaanBarang/Jasa Pemerintah

5. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 11 tahun 2006 tentang JenisRencana Usaha Dan/Atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi Dengan Analisa MengenaiDampak Lingkungan Hidup.

6. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 296/KPTS/1996 tentang PetunjukTeknis Penyusunan UKL dan UPL Proyek Bidang Pekerjaan Umum

7. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 377/KPTS/1996 tentang TatalaksanaStudi Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)

8. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 481/KPTS/1996 tentang PenetapanJenis Kegiatan Bidang Pekerjaan Umum yang wajib dilengkapi dengan Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)

9. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 12/MENLHJ3/1994, tentang PedomanUmum Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)

(13)

I-5

1.5 KELUARAN PEKERJAAN

Adapun untuk keluaran pekerjaan dari kegiatan penyusunan dokumen UKL/UPL Pengaman Pantai Talake Untuk Christian Centre Kota Ambon sebagaimana yang telah disepakati di dalam dokumen Kerangka Acuan Kerja (KAK) antara lain adalah sebagai berikut

1. Laporan Mutu Kontrak (RMK) sebanyak 10 (sepuluh) set 2. Laporan Pendahuluan sebanyak 10 (sepuluh) set

3. Laporan Interim sebanyak 10 (sepuluh) set

4. Konsep Laporan Akhir (Draft Final Report) sebanyak 10 (sepuluh) set 5. Laporan Akhir (Final Report) sebanyak 10 (sepuluh) set

a. Executive Summary (10 Set)

Laporan ini berisi ringkasan seluruh hasil pekerjaan dan diserahkan kepada pemberi tugas paling lambat pada akhir pekerjaan.

b. Laporan Utama

Merupakan perbaikan dari Draft Laporan Akhir yang berisikan seluruh hasil penyusunan yang telah disempurnakan dan disetujui oleh peserta diskusi/pemberi tugas/direksi sesuai dengan kerangka acuan kerja, paling lambat 180 hari kalender terhitung mulai tanggal ditetapkannya SPMK.

c. Laporan Pendukung

i. Laporan Analisis Lingkungan. ii. Laporan Penyelidikan Biologi. iii. Laporan Penyelidikan Pertanian. iv. Laporan Penyelidikan Hidrologi v. Laporan Analisis Kimia

vi. Laporan Analisis Ekonomi dan Sosial Budaya d. Gambar dan Foto

Berisi kumpulan dokumentasi.

e. Dan menyerahkan master softcopy laporan akhir dalam bentuk eksternal hardisk kapasitas 1 TB sebanyak 1 buah

1.6 SISTEMATIKA PELAPORAN

Sistematika pelaporan dari dokumen Laporan Pendahuluan UKL/UPL Pengaman Pantai Talake Untuk Christian Centre Kota Ambon terdiri dari beberapa bab pembahasan, yaitu meliputi

(14)

I-6

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisikan mengenai latar belakang kegiatan, maksud dan tujuan, ruang lingkup, dasar hukung, dan keluaran pekerjaan yang kesemuanya disesuaikan dengan substansi yang telah disepakati di dalam dokumen Kerangka Acuan Kerja (KAK)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan mengenai tinjauan pustaka terkait pelaksanaan UKL/UPL, dalam hal ini meliputi peraturan perundangan, proses penyusunan dan tata pelaksanaan UKL/UPL (beserta AMDAL) di masyarakat

BAB III PENDEKATAN DAN METODOLOGI

Bab ini berisikan mengenai pendekatan dan metodologi yang dilakukan dalam keseluruhan kegiatan penyusunan UKL/UPL Pengaman Pantai Talake Untuk Christian Centre di Kota Ambon.

BAB IV APRESIASI WILAYAH STUDI

Bab ini berisikan mengenai kajian umum kawasan studi, yaitu lingkup Kota Ambon secara umum dan kawasan Pantai Talake sebagai tahap awal identifikasi potensi dan permasalahan yang ada sebagai dasar penentuan analisa bagi penyusunan UKL/UPL Pengaman Pantai Talake Untuk Christian Centre di Kota Ambon dan sebagai dasar pengambilan rekomendasi bagi dokumen-dokumen lain yang berkaitan.

BAB V RENCANA KERJA

Bab ini berisikan rencana penyelesaian pekerjaan dan susunan tenaga ahli yang bertanggung jawab dalam kegiatan UKL/UPL Pengaman Pantai Talake Untuk Christian Centre di Kota Ambon

BAB VI PENUTUP

(15)

II-1

2.1 Pembangunan Berwawasan Lingkungan

Pembangunan berwawasan lingkungan mengandung pengertian bahwa upaya peningkatan kesejahteraan dan mutu hidup rakyat dilakukan sekaligus dengan melestarikan kemampuan lingkungan agar dapat tetap menunjang pembangunan secara berkesinambungan. Hal ini berarti bahwa pelaksanaan suatu kegiatan wajib diikuti dengan upaya mencegah dan menanggulangi pencemaran dan atau perusakan lingkungan hidup. Gagasan pembangunan berkelanjutan dikenal juga dengan pembangunan berwawasan lingkungan, secara bertahap mulai dimasukkkan dalam kebijakan perencanaan dan pembangunan nasional. Hal tersebut terdapat dalam Undang – Undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan – Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup yang selanjutnya direvisi dengan Undang – Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.

Emil Salim (1990) dan Hadi (2001) mengemukakan beberapa konsep pembangunan berkelanjutan yang diterapkan negara berkembang yaitu:

1. Pembangunan berkelanjutan menghendaki penerapan perencanaan tata ruang Pembangunan sumber daya alam harus memperhatikan daya dukung lingkungan. Segala kegiatan yang memanfaatkan sumber daya alam harus memperhatikan kapasitas lingkungan.

2. Perencanaan pembangunan menghendaki adanya standar lingkungan Hal tersebut dimaksudkan agar kualitas lingkungan dapat terjaga, misal : adanya standar baku mutu air limbah, baku mutu udara dan sebagainya

3. Penerapan AMDAL pada setiap kegiatan Setiap rencana usaha dan atau kegiatan yang diperkirakan menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan harus dilengkapi dengan Amdal atau UKL UPL. Setelah dampak penting tersebut diidentifikasi, dipekirakan dan dievaluasi maka langkah selanjutnya dalah bagaiman dampak tersebut dikelola. Pengelolaan tersebut tertuang dalam RKL RPL.

(16)

II-2

4. Rehabilitasi kerusakan lingkungan didaerah kritis, missal sungai sebagai tempat pembuangan. Langkah yang diambil adalah dengan adanya program kali bersih atau terkenal dengan sebutan prokasih.

5. Usaha memasukkan pertimbangan lingkungan kedalam perhitungan ekonomi sebagai dasar untuk kebijakan ekonomi lingkungan.

Sony Keraf (2002) menjelaskan konsep pembangunan berkelanjutan dimaksudkan untuk mensinkronkan dan memberi bobot yang sama bagi 3 aspek utama pembangunan yaitu aspek ekonomi, aspek sosial budaya dan aspek lingkungan hidup. Gagasan tersebut mengandung maksud bahwa pembangunan ekonomi, sosial budaya dan lingkungan hidup harus terkait satu sama lain, sehingga unsur dari kesatuan yang saling terkait ini tidak boleh dipisahkan dan dipertentangkan satu sama lain.

Sejalan dengan hal tersebut, konsep yang mengkaitkan antara kepentingan ekonomi, sosial budaya dan lingkungan hidup sering menjadi bahan pembicaraan bersama, yang dikenal dengan istilah corporate social responsibility (CSR). Sejak awal tahun 2000, banyak perusahaan swasta yang mengembangkan program CSR tersebut. CSR merupakan integrasi antara bisnis dan nilai – nilai dimana kepentingan stake holder , customer, pegawai, investor dan lingkungan tercermin dalam kebijakan dan tindakan perusahaan.

Beberapa hal yang berkaitan dengan CSR, yaitu bahwa CSR merupakan tindakan sukarela yang bertujuan mendekatkan perusahaan dengan persoalan nyata di masyarakat sehingga dapat ditawarkan solusi yang harus dilakukan perusahaan. Adapun bentuk- bentuk CSR antara lain pengelolaan lingkungan kerja secara baik, membentuk kemitraan perusahaan bersangkutan dengan masyarakat lokal melalui berbagai kegiatan yang bersifat pemberdayaan. Selain itu wujud CSR bisa berbentuk community development (pemberdayaan masyarakat) dengan mempersiapkan kemampuan masyarakat lokal setelah perusahaan beroperasi atau membantu peningkatan kesejahteraan masyarakat lokal. Berkaitan dengan lingkungan, CSR bisa dimulai dari lingkungan perusahaan itu sendiri yang antara lain mencakup penanganan limbah, pengelolaan industri yang tidak mencemari lingkungan.

Konsep CSR (corporate social responsibility) menuntut perusahaan tidak hanya mengembangkan keuntungan bagi dirinya tetapi juga ikut bertanggung jawab terhadap peningkatan kualitas dan masyarakat disekitarnya. CSR juga bukan hanya kegiatan amal yang dilakukan kepada masyarakat sekitar, tetapi lebih pada pengembangan masyarakat. Suatu perusahaan seharusnya tidak hanya mengeruk keuntungan sebanyak mungkin, tetapi juga mempunyai etika dalam bertindak menggunakan sumberdaya manusia dan lingkungan guna turut mewujudkan pembangunan berkelanjutan.

(17)

II-3

Menurut Ashoke K Roy (2006), CSR mencakup 2 konsep utama yang sejalan dengan pembangunan berkelanjutan yaitu accountabilitas dan transparacy. Stakeholder diharapkan tidak hanya memikirkan keuangan, tetapi pelaksanaan yang baik ditunjukkan dengan pehatian pada isu hak asasi manusia, etika bisnis, kebijakan lingkungan, kontribusi perusahaan, pengembangan masyarakat dan masalah pada tempat kerja. Perusahaan mengkomunikasikan kebijakan dan tindakan mengenai dampak yang akan diterima masyarakat, pekerja dan lingkungan secara trasparan.

2.3. PERATURAN PERUNDANGAN MENGENAI AMDAL DAN UKL UPL

Adapun peraturan perundangan yang berhubungan dengan pengelolaan lingkungan hidup adalah:

1. Undang Undang Nomor 23 th 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup Pada Undang – Undang tersebut berisi :

a. Setiap orang mempunyai hak yang sama atas lingkungan hidup yang baik dan sehat, setiap orang berhak dan berkewajiban untuk berperan serta dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup serta berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta mencegah dan menanggulangi pencemaran dan perusakan lingkungan hidup.

b. Pada pasal 15, setiap usaha dan atau kegiatan yang kemungkinan dapat menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup, wajib memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). Analisis Mengenai Dampak Lingkungan hidup termasuk dalam kajian kelayakan suatu kegiatan/usaha, jadi termasuk dalam tahap perencanaan

c. Menetapkan ketentuan pidana dan denda bagi pihak yang dengan sengaja ataupun akibat kelalaiannya melakukan perbuatan yang mengakibatkan pencemaran dan atau perusakan terhadap lingkungan hidup.

2. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, secara garis besar berisi :

a. Pasal 1, AMDAL adalah kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaan usaha dan atau kegiatan.

b. Pasal 3, Bagi rencana usaha dan atau kegiatan yang tidak menyusun AMDAL, wajib untuk melakukan upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup

(18)

II-4

yang pembinaanya berada pada instansi yang membidangi usaha dan atau kegiatan tersebut

c. Pasal 32, Pemrakarsa usaha dan atau kegiatan wajib menyampaikan laporan pelaksanaa rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup kepada instansi yang membidangi usaha dan atau kegiatan yang bersangkutan. Instansi tersebut yang ditugasi mengendalikan dampak lingkungan melakukan :

i. pengawasan dan pengevaluasian penerapan peraturan perundangan dibidang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

ii. pengujian laporan yang disampaikan oleh pemrakarasa

iii. penyampaian laporan pengawasan dan evaluasi hasilnya kepada menteri secara berkala, sekurang-kurangnya 2 kali dalam setahun.

3. Pelaksanaan peraturan pemerintah tentang AMDAL dituangkan dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup maupun kepala Bappedal yaitu:

a. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup nomor 11 tahun 2006 tentang jenis rencana dan atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan AMDAL 8 tahun 2000 tentang keterlibatan masyarakat dan keterbukaan informasi dalam proses AMDAL

b. Keputusan Kepala Bappedal no 9 tahun 2000 tentang pedoman penyusunan AMDAL

4. Pelaksanan pengelolaan lingkungan untuk kegiatan yang tidak wajib AMDAL tertuang dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup no 86 tahun 2002 tentang pedoman penyusunan UKL UPL

2.3 PROSES DAN PROSEDUR PENYUSUNAN AMDAL DAN UKL UPL

Penyusunan AMDAL dan UKL UPL melalui prosedur dan proses yang telah ditentukan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan dan keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup serta peraturan lainnya.

2.3.1 Pengertian Tentang AMDAL Dan UKL UPL

Dalam peraturan pemerintah nomor 27 tahun1999 tentang AMDAL pasal 1 ada beberapa pengertian yang harus dipahami adalah sebagai berikut:

1. AMDAL adalah kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan atau kegiatan yang diakibatkan oleh suatu rencana dan atau kegiatan.

(19)

II-5

2. Dampak besar dan penting yang dimaksud adalah perubahan lingkungan hidup yang sangat mendasar yang diakibatkan oleh suatu usaha dan atau kegiatan. Pedoman mengenai ukuran dampak besar dan penting sesuai dengan Keputusan Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor 56 Tahun 1994 tentang Pedoman Mengenai Dampak Penting adalah sebagai berikut:

a. Jumlah manusia yang terkena dampak

Jumlah manusia yang terkena dampak menjadi penting bila manusia di wilayah studi ANDAL yang terkena dampak lingkungan tetapi tidak menikmati manfaat dari usaha atau kegiatan, jumlahnya sama atau lebih besar dari jumlah manusia yang menikmati manfaat dari usaha atau kegiatan di wilayah tersebut. b. Luas wilayah persebaran dampak

Suatu rencana usaha atau kegiatan bersifat penting bila mengakibatkan adanya wilayah yang mengalami perubahan mendasar dari segi intensitas dampak, tidak berbaliknya dampak, kumulatif dampak.

c. Lamanya dampak berlangsung

Dikatakan penting bila rencana usaha atau kegiatan mengakibatkan timbulnya perubahan mendasar dari segi intensitas dampak atau tidak berbaliknya dampak, atau segi kumulatif dampak yang berlangsung hanya pada satu atau lebih tahapan kegiatan.

d. Intensitas dampak

Perubahan lingkungan yang timbul bersifat hebat, atau drastic, berlangsung diarea yang relative luas, dalam kurun waktu yang relative singkat.

e. Banyaknya komponen lingkungan lain yang akan terkena dampak

Rencana usaha atua kegiatan menimbulkan dampak sekunder dan dampak lanjutan lainnya yang jumlah komponennya lebih atau sama dengan dengan komponen lingkungan yang terkena dampak primer.

f. Sifat komulatif dampak

Komulatif mengandung pengertian bersifat bertambah, bertumpuk atau bertimbun. Dampak suatu usaha atau kegiatan dikatakan bersifat kumulatif bila pada awalnya dampak tersebut tidak tampak atau tidak dianggap penting., tetapi karena aktivitas tersebut bekerja berulang kali atau terus menerus, maka lama kelamaan dampaknya bersifat kumulatif.

g. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak

(20)

II-6

Perubahan yang akan dialami oleh suatu komponen lingkungan tidak dapat dipulihkan kembali walaupun dengan intervensi manusia.

3. Sehubungan dengan judul Efektivitas Pelaksanaan AMDAL dan UKL UPL Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup Di Kabupaten Kudus, maka ada istilah yang perlu dipahami yaitu efektivitas. Efektivitas dalam kamus besar Bahasa Indonesia (1990) berasal dari kata efektif yang berarti ada efeknya (pengaruhnya), akibatnya, kesannya, manjur, mujarab, dapat membawa hasil. Menurut Komaruddin (1994) efektivitas adalah suatu keadaan yang menunjukkan tingkat keberhasilan atau kegagalan kegiatan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Dalam efektivitas pelaksanaan AMDAL dan UKL UPL merupakan tanggung jawab semua pihak sesuai dengan fungsi dan kewenangannya masing-masing.

AMDAL harus dilakukan sebagai bagian dari studi kelayakan dan AMDAL harus diintegrasikan dengan pemberian ijin usaha kegiatan yang terkait dengan operasi usaha dan atau kegiatan. Pelaksanaan AMDAL dan UKL UPL yang efektif dan efisien diharapkan dapat mewujudkan pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.

2.3.2 Tujuan Penyusunan AMDAL Dan UKL UPL

Tujuan pengelolaan lingkungan hidup adalah terlaksananya pembangunan berwawasan lingkungan dan terkendalinya pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana. Agar tujuan tersebut dapat tercapai maka sejak awal perencanaan sudah harus memperkirakan perubahan kondisi lingkungan baik yang positif maupun yang negatif, dengan demikian dapat dipersiapkan langkah-langkah pengelolaannya, cara untuk mengkaji perubahan kondisi tersebut melalui studi AMDAL. Dalam suatu kegiatan pembangunan, studi kelayakan umumnya meliputi analisis dari aspek teknis dan ekonomis. Bagi usaha atau kegiatan yang menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup harus ditambahkan dengan studi kelayakan lingkungan. Oleh karena itu AMDAL sudah harus disusun dan mendapatkan persetujuan sebelum kegiatan konstruksi/pembangunan dilaksanakan. AMDAL bertujuan untuk mengkaji kemungkinankemungkinan perubahan kondisi lingkungan baik dari aspek geologi fisika kimia, biologi maupun sosial ekonomi budaya kesehatan masyarakat akibat adanya suatu kegiatan pembangunan.

(21)

II-7

2.5.3 Prosedur Penyusunan AMDAL dan UKL UPL

Studi kelayakan lingkungan diperlukan bagi kegiatan usaha yang akan mulai melaksanakan pembangunan, sehingga dapat diketahui dampak yang akan timbul dan bagaimana cara pengelolaanya. Pembangunan disini bukan hanya pembangunan fisik tetapi mulai dari perencanaan, proses pembangunan sampai pembangunan tersebut berhenti dan kegiatan operasional berjalan. Jadi AMDAL lebih ditekankan pada akibat dari aktifitas dari suatu kegiatan. Kajian kelayakan lingkungan adalah salah satu syarat untuk mendapatkan perijinan yang diperlukan bagi suatu kegiatan/usaha, seharusnya dilaksanakan secara bersama-sama dengan kelayakan teknis dan ekonomi. Dengan demikian ketiga kajian kelayakan tersebut dapat sama-sama memberikan masukan sehingga dapat dilakukan optimasi untuk mendapatkan keadaan yang optimum bagi proyek tersebut, terutama dampak lingkungan dapat dikendalikan melalui pendekatan teknis atau dapat disebut sebagai penekanan dampak negatif dengan engineering approach, pendekatan ini biasanya akan menghasilkan biaya pengelolaan dampak yang murah. Hubungan tersebut tersaji dalam gambar berikut.

Gambar 2.1 Pengendalian Dampak Lingkungan dengan Pendekatan Teknis

(22)

II-8

Kenyataan yang biasanya terjadi adalah bahwa studi kelayakan lingkungan tidak dapat mempengaruhi atau menghasilkan penyesuaian didalam studi kelayakan teknis maupun ekonomis. Keadaan ini dapat dikatakan usaha pengendalian dampaknya disebut sebagai pendekatan limbah atau waste approach dan biasanya akan tidak mudah dan mahal. Pendekatan ini terlihat pada gambar berikut.

Gambar 2.2 Pengendalian Dampak Lingkungan dengan Pendekatan Limbah

Secara umum proses penyusunan kelayakan lingkungan dimulai dari proses penapisan untuk menentukan studi yang akan dilaksanakan menurut jenis kegiatannya, menyusun AMDAL atau UKL UPL. Proses penapisan ini mengacu pada Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2006 tentang Jenis Usaha dan atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi Dengan AMDAL. Jika usaha dan atau kegiatan tersebut tidak termasuk dalam daftar wajib AMDAL maka harus menyusun dokumen UKL UPL. Bila kegiatan termasuk wajib AMDAL , maka ada beberapa prosedur penyusunan AMDAL yaitu :

1. Kerangka acuan ANDAL (KA ANDAL)

KA ANDAL merupakan ruang lingkup studi ANDAL yang disepakati bersama antara semua pihak terkait yaitu pemrakarsa, penyusun AMDAL, masyarakat maupun instansi pemerintah yang bertanggung jawab mengenai kegiatan tersebut. KA ANDAL ini menjadi pegangan bagi semua pihak, baik dalam penyusunan ANDAL maupun evaluasi dokumen studi tersebut. KA ANDAL merupakan hasil akhir dari proses pelingkupan yang memuat berbagai kegiatan penting dari suatu rencana usaha atau

(23)

II-9

kegiatan yang dapat menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan, berbagai parameter yang akan terkena dampak tersebut, lingkup wilayah studi maupun lingkup waktu.

2. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL)

Dalam proses penyusunan ANDAL langkah-langkah penting yang harus dilaksanakan oleh penyusun AMDAL yaitu :

a. Pengumpulan data dan informasi tentang rencana kegiatan dan rona lingkungan awal.

Data ini harus sesuai dengan yang tercantum dalam KA ANDAL.

b. Proyeksi perubahan rona lingkungan awal sebagai akibat adanya rencana kegiatan.

Seperti diketahui, bahwa kondisi atau kualitas lingkungan tanpa adanya proyek akan mengalami perubahan menurut waktu dan ruang. Demikian juga kondisi atau kualitas lingkungan tersebut akan mengalami perubahan yang lebih besar dengan adanya aktivitas suatu kegiatan menurut ruang dan waktu. Perbedaan besarnya perubahan antara “dengan proyek” dan “tanpa proyek” inilah yang disebut dampak lingkungan.

c. Penentuan dampak penting terhadap lingkungan akibat rencana kegiatan. Berdasarkan hasil perkiraan dampak yang dilakukan dari dampak ke dua tersebut diatas, dapat diketahui berbagai dampak penting yang perlu dievaluasi d. Evaluasi dampak penting terhadap ingkungan.

Dampak penting dievaluasi dari segi sebab akibat dampak tersebut terjadi, ciri dan karakteristik dampaknya, maupun pola dan luas persebaran dampak. Hasil evaluasi ini yang menjadi dasar penentuan langkah-langkah pengelolaan dan pemantauan lingkungan nantinya.

3. Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL)

Pengelolaan lingkungan meliputi upaya pencegahan, pengendalian, penanggulangan dan pemulihan kerusakan dan atau pencemaran lingkungan. Menurut Soeryo Adiwibowo (2000), prinsip - prinsip pokok pengelolaan lingkungan yaitu :

a. Upaya pencegahan dampak penting yang sekaligus meningkatkan efisiensi usaha dan mengurangi resiko terhadap manusia dan lingkungan harus merupakan prioritas utama.

(24)

II-10

b. Upaya pengelolaan lingkungan harus merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem manajemen organisasi keseluruhan dan harus terus menerus diintegrasikan ke dalam proses produksi, produk maupun jasa.

c. Upaya pengelolaan lingkungan harus merupakan tanggung jawab seluruh manajemen dan karyawan organisasi sesuai tugas dan fungsi masingmasing d. Upaya pengelolaan ligkungan harus membuka ruang yang cukup bagi

masyarakat sekitar untuk terlibat dalam pengelolaan lingkungan. Pengelolaan lingkungan dengan melibatkan masyarakat harus berorientasi pada pengelolaan lingkungan sekaligus kebutuhan masyarakat serta dalam merencanakan, melaksanakan, mengawasi dan mengevaluasi program yang akan dilaksanakan bersama-sama dengan masyarakat.

4. Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL)

Pemantauan lingkungan merupakan upaya sistematis dan terencana untuk memperoleh data kondisi lingkungan hidup secara periodik diruang tertentu berikut perubahannya menurut waktu. Dokumen ini memuat rencana pemantauan terhadap berbagai komponen lingkungan hidup yang sumber dampaknya telah dikelola. Menurut Soeryo Adiwibowo (2000), pemantauan lingkungan harus didesain sedemikian rupa agar memberikan masukan atau informasi periodik mengenai hal-hal berikut:

a. Efektivitas upaya pencegahan dampak penting negatif b. Perubahan efeisiensi usaha

c. Antisipasi sejak dini resiko lingkungan yang akan timbul d. Efektivitas sistem manajemen yang dibangun

e. Mutu lingkungan

Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan yang diajukan kepada instansi yang bertanggung jawab mengendalikan dampak lingkungan untuk mendapat persetujuan, selanjutnya kerangka acuan ini menjadi dasar penyusunan ANDAL dan RKL RPL yang kemudian dipresentasikan di Komisi AMDAL.

Hasil penilaian Komisi terhadap dokumen ada tiga kemungkinan : 1. Hasil penilaian bahwa dokumen tidak lengkap sehingga harus diperbaiki

2. Hasil penilaian bahwa dokumen ditolak karena tidak ada teknologi untuk pengelolaan lingkungannya

3. Hasil dokumen disetujui yang berarti kegiatan dapat dilaksanakan.

Setelah itu dilakukan penyusunan ANDAL, RKL dan RPL kemudian dipresentasikan lagi dihadapan tim komisi penilai Amdal. Setelah disetujui maka dikeluarkan SK kelayakan

(25)

II-11

lingkungan bagi usaha atau kegiatan tersebut dan kegiatan pembangunan maupun konstruksi dapat dimulai.

Kegiatan yang tidak menimbulkan dampak besar dan penting diwajibkan menyusun Upaya Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan (UKL UPL), prosedur penyusunannya yaitu pemrakarsa melakukan studi kelayakan lingkungan sesuai dengan format yang berlaku selanjutnya dikonsultasikan dan diajukan kepada instansi yang bertanggung jawab mengendalikan dampak lingkungan untuk mendapat persetujuan. Untuk Kabupaten Kudus UKL UPL akan dipresentasikan dihadapan tim pengarah sebagai Dinas / Instansi Pembina untuk mendapatkan arahan dan masukan sebelum adanya persetujuan dari Dinas Lingkungan Hidup ataupun instansi lain yang berwenang terkait AMDAL dan UKL/UPL di Kota Ambon. Proses penyusunan dokumen UKL dan UPL lebih sederhana dibandingkan dengan penyusunan AMDAL, karena cakupan kegiatan baik dampak, luasan yang lebih kecil dibandingkan dengan kegiatan yang wajib AMDAL. Untuk lebih jelasnya pada lampiran dibelakang disertakan gambar prosedur penilaian dokumen AMDAL atau UKL UPL yang ada di Kota Ambon.

Gambar 2.3 Prosedur Penyusunan AMDAL dan UKL/UPL

(26)

II-12

2.4 KETERLIBATAN MASYARAKAT DALAM PENYUSUNAN AMDAL DAN UKL UPL

Keterlibatan masyarakat dalam proses AMDAL adalah keikutsertaan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan tentang AMDAL. Dalam proses ini masyarakat menyampaikan aspirasi, kebutuhan dan nilai-nilai yang dimiliki masyarakat, serta usulan penyelesaian masalah dari masyarakat yang berkepentingan dengan tujuan memperoleh keputusan yang terbaik.

Tata cara keterlibatan masyarakat dalam proses AMDAL ada 4 tahapan yaitu: 1. Tahap persiapan penyusunan AMDAL

Pada tahap persiapan, pemrakarsa wajib mengumumkan rencana kegiatannya secara jelas dan lengkap. Pada pengumuman tersebut warga masyarakat diberikan kesempatan untuk menyampaikan saran, pendapat dan tanggapan sampai batas waktu yang telah ditentukan yaitu 30 (tiga puluh hari) sejak pengumuman dilaksanakan. 2. Tahap penyusunan KA ANDAL

Pada saat penyusunan KA ANDAL, pemrakarsa wajib melakukan konsultasi kepada warga masyarakat yang berkepentingan. Hasil dari konsultasi kepada warga masyarakat wajib digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan pelingkupan. Pemrakarsa harus mendokumentasikan semua berkas yang berkaitan dengan pelaksanaan konsultasi dan membuat rangkuman hasilnya untuk diserahkan kepada komisi penilai AMDAL sebagai lampiran dokumen KA ANDAL.

3. Tahap penilaian KA ANDAL

Pada tahap penilaian KA ANDAL warga masyarakat yang terkena dampak berhak duduk sebagai komisi penilai AMDAL melalui wakil masyarakat yang telah ditentukan. Warga masyarakat dapat menyampaikan saran pendapat, tanggapan sesuai denga ketentuan dalam persidangan.

4. Tahap penilaian ANDAL, RKL RPL

Pada tahap penilaian ANDAL, RKL RPL warga masyarakat yang terkena dampak berhak duduk sebagai komisi penilai AMDAL melalui wakil masyarakat yang telah ditentukan. Warga masyarakat dapat menyampaikan saran pendapat, tanggapan sesuai denga ketentuan dalam persidangan.

(27)

III-1

3.1 PENDEKATAN

Mengacu pada Kerangka Acuan Kerja secara seksama, pihak konsultan berusaha melakukan kajian pendekatan terhadap pekerjaan yang nantinya dimungkinkan sebagai bahan acuan kami dalam melakukan proses pengerjaan kegiatan Penyusunan UKL/UPL Pengaman Pantai Talake Untuk Christian Centre Kota Ambon. Selain pendekatan, kami juga akan mengajukan metodologi yang akan kami gunakan dalam proses penyusunan kegiatan ini. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada uraian di bawah ini

3.1.1 Pendekatan Normatif

Pendekatan normatif dalam studi ini menekankan pada kegiatan menguji kelayakan terhadap pembangunan dan pengembangan Kawasan Bisnis. Pendekatan normatif digunakan untuk merumuskan suatu usulan atau rekomendasi pembangunan Kawasan Bisnis yang layak secara ekonomi, sosial, hukum dan finansial berdasarkan data dan informasi yang tersedia serta mengacu pada produk peraturan dan perundangan yang terkait dengan substansi yang dilaksanakan.

3.1.2 Pendekatan Partisipatif dan Fasilitatif

Dalam proses kajian ini, tidak terlepas dari keterlibatan Pemerintah Daerah, masyarakat dan stakeholder lainnya, sebagai pengendali, pelaksana dan pemanfaat dan sebagai pihak yang terkena dampak positif maupun negatif dari pelaksanaan rencana pembangunan Kawasan Bisnis. Oleh karena itu dalam Penyusunan UKL/UPL Pengaman Pantai Talake Untuk Christian Centre Kota Ambon ini digunakan beberapa model pelibatan para pelaku perencanaan untuk mengikut sertakan pihak-pihak yang terkait dalam pembangunan dan pengembangan Kawasan Bisnis dan Kawasan Pariwisata.

Pada dasarnya Feasibility Study (Studi Kelayakan) secara partisipatif akan melibatkan seluruh stakeholder yang terkait. Pelibatan seluruh stakeholder terkait diakomodasi melalui forum-forum diskusi dan konsultasi publik, untuk memperoleh saran, masukan dan penyepakatan terhadap kajian yang akan dilakukan. Dengan demikian selain melalui

(28)

III-2

penjaringan aspirasi, pelibatan stakeholder dalam hal ini juga dilakukan dengan melalui pembahasan-pembahasan melalui forum-forum diskusi dan konsultasi publik untuk mengkaji lebih lanjut hasil analisis dan perumusan rekomendasi yang akan menjadi usulan kelayakan. Manfaat penggunaan pendekatan tersebut adalah untuk meminimalkan konflik berbagai kepentingan yang berarti juga untuk mendapatkan hasil akhir yang menguntungkan semua pihak. Keuntungan lainnya yang akan diperoleh adalah jaminan kelancaran implementasi hasil kajian ini di kemudian hari.

Berdasarkan definisi yang dikemukakan oleh Bank Dunia (World Bank Theory of Participation, 1997), partisipasi merupakan suatu proses dimana pihak-pihak terlibat akan saling mempengaruhi dan bertukar kontrol atas inisiatif pembangunan dan keputusan serta sumberdaya yang berpengaruh terhadapnya. Selanjutnya pihak-pihak yang terlibat dalam proses partisipasi tersebut disebut sebagai stakeholder. Karenanya, pemahaman mengenai partisipasi akan selalu berkaitan dengan pemahaman mengenai stakeholder, kepentingan-kepentingannya, serta pelibatannya.

Perencanaan partisipatif di Indonesia didefinisikan sebagai upaya perencanaan yang dilakukan bersama antara unsur pemerintah dan masyarakat. Dalam hal ini, peran masyarakat ditekankan pada penentuan tingkat kebutuhan, skala prioritas, dan alokasi sumber daya masyarakat. Definisi tersebut selanjutnya dilengkapi dengan pemahaman dari UNDP, dimana perencanaan partisipatif merupakan upaya perencanaan yang melibatkan/ mengikutsertakan seluruh stakeholder yang ada. Dalam definisi tersebut, stakeholder selaku pemeran dapat terdiri dari kelompok pemerintah, swasta, dan masyarakat umum. Dengan pemahaman tersebut, perencanaan secara partisipatif sudah tentu melibatkan berbagai komunitas secara menyeluruh. Upaya perencanaan partisipatif menghadirkan proses perencanaan terstruktur yang terdiri dari aspek-aspek :

1. Kerjasama guna membangun konsensus

2. Komunikasi kelompok stakeholder yang efektif, serta

3. Proses implementasi rencana guna mengubah berbagai ide/pemikiran menjadi kegiatan yang produktif dan penyelesaiannya yang maksimal.

Dalam pelaksanaan kegiatan Penyusunan UKL/UPL Pengaman Pantai Talake Untuk Christian Centre Kota Ambon ini akan dilakukan serangkaian kegiatan diskusi dan pengumpulan data/informasi. Pendekatan perencanaan partisipatif pada intinya merupakan usaha penyelesaian persoalan yang menjadi target pekerjaan secara aktif dengan melakukan pelibatan semua stakeholder terkait, baik sektoral maupun wilayah di tingkat daerah, serta para pakar dan pihak lainnya.

(29)

III-3

3.2 METODOLOGI

Pada bagian ini akan diuraikan mengenai komponen-komponen kegiatan yang akan dilakukan sesuai dengan tahapan pelaksanaan pekerjaan. Pada kegiatan Penyusunan UKL/UPL Pengaman Pantai Talake Untuk Christian Centre Kota Ambon yang menyangkut pembangunan dan pengembangan kawasan bisnis terdiri dari beberapa tahapan seperti berikut

3.2.1 Tahap Persiapan

Untuk memperoleh hasil maksimal dalam kegiatan ini maka pada tahap persiapan perlu dilakukan, secara umum terdapat 3 (tiga) kegiatan utama di dalam tahap persiapan ini, yaitu:

1. Inisiasi studi berupa konsolidasi tim.

2. Melakukan brainstorming guna pemantapan metodologi yang akan dikembangkan, maksud dari kegiatan ini adalah:

a. Merencanakan secara detail tahap-tahap pelaksanaan kegiatan berikutnya, untuk mengefisienkan penggunaan waktu dan sumberdaya.

b. Menetapkan metoda analisis yang akan digunakan, hal ini penting untuk ditetapkan karena akan mempengaruhi kebutuhan data, penyediaan waktu analisis, dan kualitas hasil Pekerjaan secara keseluruhan.

c. Mengenal wilayah studi atau kegiatan,

d. Mengidentifikasi dan melakukan kajian terhadap landasan normatif

3. Menyatukan persepsi tentang Penyusunan UKL/UPL Pengaman Pantai Talake Untuk Christian Centre Kota Ambon yang menyangkut pembangunan dan pengembangan untuk menghasilkan :

a. Konsepsi awal tentang Penyusunan UKL/UPL Pengaman Pantai Talake Untuk Christian Centre Kota Ambon yang menyangkut pembangunan dan pengembangan kawasan bisnis dalam bentuk Kerangka pemikiran studi

b. Metode pendekatan c. Mobilisasi personil d. Jadwal pekerjaan.

3.2.2 Tahap Eksplorasi Data

Data dan informasi pendukung diperoleh dengan melakukan studi literatur, survey dan pengumpulan data, kompilasi data. Berikut penjelasannya :

(30)

III-4 2.2.2.1 Studi Literatur

Tahap ini dilakukan setelah melewati tahap persiapan. Survey ini dilakukan dalam rangka mengumpulkan data spesifik mengenai karakteristik lokasi studi. Data yang terkumpul berupa data statistik, hasil wawancara, peta, foto, dan lainya yang dibutuhkan dan berhubungan langsung dengan materi pekerjaan.

3.2.2.2 Survey

Metode ini dilakukan dengan mendatangi tempat objek kajian. Lokasi itu kita datangi dengan menggunakan beberapa instrumen penelitian seperti: pedoman observasi wawancara dan angket, dimana observasi dilakukan pada Pemerintah Daerah, juga pada masyarakat, angket, dan wawancara.

Teknik pengumpulan data disesuaikan dengan data yang akan diambil, meliputi; 1. Pengukuran; Pengukuran lapangan dilakukan untuk mengetahui data kondisi Kawasan

Perencanaan seperti: a. Topografi.

b. Karakteristik lahan.

c. Kondisi air tanah,meliputi kedalaman muka air tanah,arah aliran air tanah, d. Kualitas air tanah.

e. Kondisi air permukaan, meliputi jarak dari lokasi kawasan bisnis, level air, fluktuasi level air musim hujan dan kemarau, kualitas air sungai (BOD, COD, logam berat, chloride, sulfat, pestisida dan lain-lain).

f. Lokasi mata air (iika ada) termasuk debit.

g. Jumlah dan perkembangan penduduk yang tinggal di Sekitar Lokasi kawasan bisnis.

h. Pengumpulan peta tematik berupa peta topografi dan peta-peta pendukung lainya (peta geologi, tata guna lanah dll).

i. Mempelajari lokasi rencana dan daerah-daerah sekitarnya dari segi topografi.

2. Observasi; Pengamatan yang dilakukan secara langsung terhadap kondisi fisik alamiah di lokasi-lokasi potensial untuk kawasan bisnis dan guna lahan daerah sekitarnya, dengan melakukan sketsa dan pemetaan tematik lokasi. Teknik ini digunakan untuk mendiskripsikan secara terperinci karakteristik fisik di sekitar lokasil kawasan bisnis.

a. Wawancara;

(31)

III-5

i. Teknik wawancara non struktur, yaitu melakukan wawancara kepada Aparat Pemda terkait dengan lokasi pembangunan Kawasan Bisnis, dan ii. Focus Group Discussion, yaitu wawancara kepada kelompok

masyarakat tentang pembangunan kawasan bisnis.

b. Dokumentasi; Merupakan data sekunder yang diperoleh dari instansi terkait seperti BPS, Bappeda, Disperindag, Bapedalda, BPN, serta penelitian terdahulu yang relevan.

3.2.2.3 Kompilasi Data

Hasil dari kegiatan ini adalah tersusunnya data dan informasi yang telah diperoleh sehingga akan mempermudah pelaksanaan tahapan selanjutnya yaitu tahap analisis. Pada tahap pengumpulan data primer dilakukan survey lapangan terhadap kawasan studi. Melakukan pengumpulan data sekunder dari institusi terkait seperti pemerintah daerah, perguruan tinggi, lembaga masyarakat, maupun pihak swasta. Berikut adalah tahapan kegiatan kompilasi dan analisis data:

1. Berbagai Undang-undang dan ketentuan yang berkaitan dengan pembangunan Kawasan Bisnis,

2. Renstra, Kebijakan dan Strategi Pengembangan Daerah,

3. Masukan-masukan dari Pemerintah Daerah, dan Masyarakat luas. 4. Melakukan studi kelayakan.

5. Tahap kompilasi dan pemrosesan data

6. Tahap analisa dan justifikasi potensi dan permasalahan. 7. Tahap penyusun skenario (alternatif konsep)

8. Tahap penyusunan kesimpulan dan rekomendasi atas Feasibility Studi Kelayakan Ekonomi Pengembangan Infrastruktur Pasar Apung Mardika yang menyangkut pembangunan dan pengembangan Kawasan Bisnis tentang lokasi, ekonomi/finansial, sosial-budaya, lingkungan, arsitektural, serta teknis teknologi.

3.2.3 Tahap Analisis

Metode penelitian adalah suatu kesatuan sistem dalam penelitian yang terdiri dari prosedur dan teknik yang perlu dilakukan dalam suatu penelitian. Prosedur memberikan kepada peneliti urutan-urutan pekerjaan yang harus dilakukan dalam suatu penelitian, sedangkan teknik penelitian memberikan alatalat ukur apa yang diperlukan dalam melakukan suatu penelitian.

(32)

III-6

Tahap analisis bertujuan untuk menemukenali secara tepat potensi dan permasalahan, untuk kemudian merumusan kelayakan pengembangan kawasan bisnis. Feasibility Study (Studi Kelayakan) yang menyangkut pembangunan dan pengembangan kawasan bisnis meliputi analisis tentang, aspek permintaan (demand side), aspek aksesibilitas, aspek kelembagaan dan sumberdaya manusia, aspek lingkungan, dan aspek promosi dan pemasaran.

3.2.3.1 Analisis Permintaan (Demand)

Proyeksi jumlah pedagang/pengguna kawasan bisnis (konsumen) merupakan angka yang sifatnya indikatif dan sebagai salah satu input bagi penetapan strategi dan perumusan program pengembangan kawasan bisnis. Perhitungan proyeksi jumlah pedagang/pengguna kawasan bisnis (konsumen) yang akan menjadi prospek dalam pembangunan kawasan bisnis dilakukan untuk jangka waktu 20 tahun ke depan.

Teknik analisis yang digunakan di dalam menghitung proyeksi jumlah pedagang/pengguna kawasan bisnis (konsumen) adalah teknik analisis eksponensial. Pertimbangan menggunakan teknik analisis tersebut adalah keberadaan faktor laju pertumbuhan jumlah pedagang/pengguna kawasan bisnis (konsumen) yang setiap tahun berubah dan tidak linier. Proyeksi jumlah pedagang/pengguna kawasan bisnis (konsumen) hanya ditinjau dari sisi jumlah saja dan tidak mencakup jumlah berdasarkan jenis kegiatan usaha/bisnis atau atribut lainnya. Hal ini dilakukan karena untuk memproyeksikan jumlah pedagang/pengguna kawasan bisnis (konsumen) berdasarkan atribut-atribut tersebut, faktor ketidakpastiannya sangat besar.

Formulasi dasar dari teknik eksponensial ini adalah persamaan Nt=No.ert, dengan Nt adalah jumlah yang akan dicari pada tahun ke-t, No adalah jumlah awal, r adalah pertumbuhan pada tahun ke-t, dan t adalah tahun. Kemudian untuk lebih menyederhanakan perhitungan, maka formulasi tersebut dimodifikasi lagi menjadi Ln Nt=Ln No + rt. Dengan asumsi bahwa Ln Nt merupakan nilai proyeksi yang akan dicari, Ln No merupakan nilai awal yang akan diproyeksikan, r adalah rerata pertumbuhan yang didapat dari (Ln Nt – Ln No)/t, dan t adalah variabel waktu. Dengan demikian persamaan yang ada dapat disederhanakan menjadi Y = aX+b, dimana Y adalah identik dengan Ln Nt, a merupakan konstanta dalam hal ini adalah nilai pertumbuhan atau r, X merupakan tahun proyeksi (t), dan b merupakan konstanta (Ln No). Kemudian di dalam menghitung nilai rata-rata laju pertumbuhan jumlah pedagang/pengguna kawasan bisnis (konsumen), dicari dengan persamaan:

(33)

III-7

Dimana;

- r = nilai rata-rata pertumbuhan, - r1 = laju pertumbuhan tahun ke-1, - rn = laju pertumbuhan pada tahun ke-n.

3.2.3.2 Analisis Sarana dan Prasarana Transportasi (Aksesibilitas)

Analisis ini dilakukan dengan memperhatikan kondisi eksisting sarana dan prasarana transportasi yang ada serta kondisi geografis kawasan studi, sehingga dapat direkomendasikan upaya-upaya penyediaan, perbaikan dan peningkatan kondisi sarana dan prasarana transportasi untuk mendukung pergerakan dari dan menuju ke kawasan bisnisr. Selain itu pada analisis ini akan dikaji pula kemudahan aksesibilitas menuju kawasan bisnis yang ada ini dengan menggunakan indeks kemudahan pencapaian. Penggunaan indeks kemudahan pencapaian ini didasarkan pada pertimbangan bahwa di dalam menentukan indeks tersebut variabel yang dianalisis sudah mencakup hampir semua elemen sarana dan prasarana transportasi, dalam hal ini adalah transportasi darat adalah melihat jenis perkerasan jalan, kondisi jalan, jarak, hierarki jalan serta intensitas angkutan umum yang melewati jalan tersebut. Output dari penilaian ini adalah daftar indeks kemudahan pencapaian ke kawasan yang menjadi lokasi kawasan bisnis.

Pengkajian tingkat kemudahan pencapaian kawasan dilakukan dengan menggunakan rumus tingkat aksesibilitas suatu jalur hubungan disesuaikan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi kemudahan pencapaian ke Kawasan Bisnis atau cakupan wilayah pelayanan Kawasan Bisnis. Pengukuran tingkat kemudahan pencapaian kawasan dihitung dengan menggunakan indeks kemudahan pencapaian dengan rumus sebagai berikut (Hassan, 1981 ; 142):

Dengan

- I : Tingkat kemudahan pencapaian lokasi kawasan studi

- P : Kondisi fisik prasarana transportasi darat yang meliputi penilaian terhadap kondisi fisik dan profil melintang badan jalan

- S : Kondisi pelayanan sarana transportasi yang meliputi penilaian terhadap keamanan dan kenyamanan, frekuensi lalu lintas dan mobilitas rute pergerakan atau pilihan jenis sarana transportasi - F : Status prasarana jalan yang menghubungkan lokasi pusat pelayanan di kawasan dengan pusat

distribusi

- D : Jarak tempuh jalur lintasan.

Penilaian yang digunakan di sini dilakukan melalui pemberian nilai terhadap kondisi yang dimiliki oleh setiap faktor pada jalur lintasan menuju kawasan. Nilai yang diberikan adalah sebagai berikut:

D F S P I = × ×

r = (r

1

*r

2

*r

3

*……..r

n

)

1/n

(34)

III-8

1. Kondisi Fisik prasarana transportasi setiap jalur lintasan (P)

a. Nilai 5 : Bagi lintasan yang mempunyai hubungan jaringan transport darat dengan kondisi jaringan jalan yang baik, beraspal sehingga kendaraan dapat berjalan lancar dan nyaman

b. Nilai 3 : Bagi lintasan yang mempunyai hubungan jaringan transportasi darat dengan kondisi kurang baik, tetapi memiliki perkerasan aspal. Kondisi yang ada tersebut bisa mengurangi kelancaran lalu lintas dan kenyamanan pemakai jalan.

c. Nilai 1 : Bagi lintasan yang mempunyai prasarana jalan setapak sebagai jaringan penghubung

d. Nilai 2 dan 4 diberikan sebagai nilai penengah antara dua pertimbangan yang berdekatan.

2. Kondisi sarana angkutan umum yang melalui jalur lintasan (S)

a. Nilai 5 : Kondisi pelayanan baik dengan frekuensi pemberangkatan tinggi dan teratur, tersedia sarana lebih dari satu macam

b. Nilai 3 : Kondisi pelayanan kurang baik dengan frekuensi pemberangkatan rendah atau hanya pada waktu tertentu saja dengan hanya satu jenis sarana. c. Nilai 1 : Belum tersedia sarana perangkutan umum untuk melayani jalur

lintasan ini

d. Nilai 2 dan 4 diberikan sebagai nilai penengah antara dua pertimbangan yang berdekatan.

3. Fungsi prasarana hubungan yang ada (F)

a. Nilai 5 : Prasarana perhubungan yang ada merupakan jaringan yang mempunyai status sebagai jalan nasional yang merupakan jalan penghubung antar provinsi

b. Nilai 3 : Prasarana perhubungan merupakan jaringan yang mempunyai status sebagai jalan kabupaten yang menghubungkan antar kecamatan di dalam kabupaten tersebut

c. Nilai 1: Prasarana perhubungan merupakan jaringan yang mempunyai status sebagai jalan desa yang menghubungkan tempat dalam satu desa yang biasanya masih berupa jalan tanah atau jalan setapak

d. Nilai 2 dan 4 diberikan sebagai nilai penengah antara dua pertimbangan yang berdekatan.

(35)

III-9 3.2.3.3 Analisis Sosial Budaya

Analisis sosial budaya merupakan bagian yang sangat penting dalam proses pengembangan kegiatan komersial secara umum. Analisis ini merupakan bagian yang dilakukan untuk memperoleh gambaran karakteristik sosial budaya masyarakat beserta hasil-hasilnya pada wilayah yang terkait baik secara amatan maupun secara wilayah pelayanan kawasan bisnis.

Pada dasarnya, analisis sosial budaya ditujukan untuk mengidentifikasi pola dan nilai yang berlaku di lingkungan masyarakat untuk memahami resiko-resiko yang mungkin dimunculkan dari aktifitas kegiatan kawasan bisnis. Metode yang dipergunakan untuk mengetahui kondisi masyarakat dalam konteks pembangunan dan pengembangan Kawasan Bisnis adalah modifikasi dari metode etnografi (Spradley, 1995) dengan teknik wawancara tidak terstruktur dengan informan terpilih.

3.2.3.4 Analisis SDM dan Kelembagaan

Sebagaimana diketahui kegiatan komersial merupakan kegiatan yang bersifat multi dimensi, dimana berkaitan dengan pengembangan berbagai sektor secara terpadu. Oleh karena itu, perlu diidentifikasi, seberapa besar daya dukung SDM yang mendukung dan menunjang dalam kegiatan perdagangan khususnya aktivitas dalam sebuah kawasan bisnis secara keseluruhan. Sumber daya manusia dalam hal ini terfokus pada seluruh stakeholders kegiatan usaha/bisnis yang meliputi: pemerintah daerah, pelaku usaha (pengusaha/pedagang), dan masyarakat. Profil kualitas sumberdaya manusia yang terlibat dalam kegiatan komersial di kota didekati dari jumlah dan kualitas tenaga kerja yang bekerja di sektor jasa perdagangan/komersial serta jumlah dan kualitas personil pemerintah (Pegawai Dinas atau Instansi yang terkait dengan bidang perdagangan khususnya dalam pengelolaan kegiatan komersial).

3.2.3.5 Analisis Promosi dan Pemasaran

Analisis promosi dan pemasaran dilakukan dengan tujuan untuk melihat sampai sejauhmana upaya promosi dan pemasaran telah dilakukan oleh elemen-elemen yang terlibat dalam kegiatan pembangunan dan pengembangan kawasan komersial. Elemen yang dimaksud di sini adalah Dinas Perindag, khususnya UPTD Pengelolaan Kawasan Bisnis kota, sebagai lembaga pemerintah yang mengkoordinasikan kegiatan promosi dan pemasaran, Kadin, Koperasi Kawasan Bisnis, dan lain-lain. Pendekatan dilakukan dengan mempertimbangkan penggunaan biaya untuk promosi, tingkat sinergisitas antar elemen yang terlibat dalam

(36)

III-10

kegiatan Pembangunan Kawasan Bisnis, dan usaha yang telah dilakukan untuk mempromosikan kawasan bisnis.

Berdasarkan hasil analisis di atas kemudian akan dilakukan analisis SWOT dengan hasil akhir berupa matrik potensi, kendala, peluang, dan tantangan dalam pembangunan dan pengembangan Kawasan Bisnis.

3.3 MODEL ANALISA YANG DIGUNAKAN 3.3.1 Analisa SWOT

Metode SWOT (Strength, Weak, Opportunity, and Threatness) yaitu suatu metode untuk mengetahui potensi dan kendala yang dimiliki suatu wilayah, sehubungan dengan kegiatan pengembangan wilayah yang akan dilakukan di masa datang. Analisis ini meliputi tinjauan terhadap :

1. Kekuatan (strength) yang dimiliki kawasan bisnis, yang dapat memacu dan mendukung perkembangan wilayah, misalnya kebijaksanaan-kebijaksanaan pengembangan yang dimiliki, aspek lokasi yang strategis, dan ruang yang masih tersedia;

2. Kelemahan (weak) yang ada yang dapat menghambat pengembangan wilayah, baik hambatan dan kendala fisik kota maupun non fisik, misalnya kemampuan sumber daya manusia, aspek lokasi, keterbatasan sumber daya alam pendukung, keterbatasan/ ketidakteraturan ruang kegiatan, atau pendanaan pembangunan yang terbatas;

3. Peluang (opportunity) yang dimiliki untuk melakukan pengembangan wilayah, berupa sektor-sektor dan kawasan strategis;

4. Ancaman (threatness) yang dihadapi, misalnya kompetisi tidak sehat dalam penanaman investasi, pembangunan suatu kegiatan baru atau pertumbuhan dinamis di sekitar kawasan bisnis yang dapat mematikan kelangsungan kegiatan strategis wilayah yang telah ada.

Dalam perkembangan lebih lanjut strategi yang dihasilkan dalam analisis SWOT dipadukan dengan strategi yang dikembangkan oleh Osborn dan Plastrik (1997 : 75). Ada lima strategi dasar yang diungkapkan oleh Osborne dan Plastrik, yang masing-masing strategi mencakup beberapa pendekatan dan alat untuk metodenya yang dikategorikan sebagai pendongkrak utama perubahan yang disebut sebagai “Lima Strategi (5 C’s).” Keterkaitan antara Analisis SWOT dengan strategi 5 C dapat dilihat pada gambar Berikut :

(37)

III-11

Tabel 3.1 Matrik Analisis SWOT

Gambar 3.1 Keterkaitan antara Analisis SWOT dengan strategi 5 C

Gambar tersebut di atas dapat dilihat bahwa strategi 5 C erat kaitannya dengan analisis SWOT, karena strategi 5 C diperoleh setelah analisis SWOT yang diperoleh dari hasil tabulasi silang terhadap faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman) yang berpengaruh terhadap program dan kebijakan pembangunan wilayah.

3.3.1.1 Strategi Inti (Core Strategy)

Strategi inti menjadikan tujuan penataan ruang sebagai lever atau tuas pengungkit. Pendekatan yang dapat digunakan pada strategi inti adalah kejelasan maksud/tujuan, kejelasan peran dan kejelasan arah. Strategi ini berhubungan dengan fungsi utama pihak otoritas pembangunan yaitu fungsi mengarahkan (steering) fokus pembangunan ke arah yang diinginkan. Strengths – S 1 2 3 Weakness-W 1 2 3 Opportunities – O 1 2 3 SO Strategies

<gunakan strength untuk memanfaatkan peluang>

WO Strategies

<tanggulangi weakness dengan memanfaatkan peluang> Threats – T 1 2 3 ST Strategies

<gunakan strength untuk menghindari

threats>

WT Strategies

< minimalkan weakness dan hindari

threats>

(38)

III-12 3.3.1.2 Strategi konsekuensi (Consequence strategy)

Strategi konsekuensi mempunyai beberapa pendekatan yaitu, pengelolaan kompetisi, manajemen organisasi/kelembagaan dan manajemen kinerja.

3.3.1.3 Strategi pelanggan (customer strategy)

dalam strategi ini kepuasan pengguna (dalam arti para investor maupun masyarakat luas) menjadi hal utama yang harus dicapai.

3.3.1.4 Strategi pengendalian (control strategy)

Dalam strategi ini, sistem kendali ditekankan pada pendelegasian wewenang yang jelas dan terarah atas semua stakeholder yang terlibat dalam pengambilan keputusan pembangunan. Pendekatan yang dilakukan adalah dengan pemberdayaan organisasi/ institusi, pemberdayaan pekerja dan pemberdayaan masyarakat/ komunitas.

3.3.1.5 Strategi Budaya (culture strategy)

Stategi ini menekankan perubahan ’budaya’ dari stakeholder pembangunan.

Kelima strategi tersebut mensyaratkan pihak-pihak (stakeholder) yang berkepentingan untuk melepas hal-hal yang mereka sukai. Pembaharuan tidak sekedar menuntut pengetahuan dan teknik, namun pembaharuan membutuhkan keberanian (Osborne, David dan Peter Plastrik ; 1997 : 75).

3.3.2 Analisa Finansial

Pembangunan dan pengembangan kawasan bisnis merupakan kegiatan investasi, dalam hal ini akan dilakukan oleh pemerintah Provinsi Jambi dengan dana yang besar. Kegiatan investasi yang menggunakan dana cukup besar ini diharapkan dapat meningkatkan kegiatan perekonomian di Provinsi Jambi khususnya di wilayah Kota Jambi sekaligus dapat menjadi sumber pererimaan asli Daerah (PAD). Oleh karena itu diperlukan suatu penilaian kelayakan investasi atau studi kelayakan atau feasibility study terhadap pembangunan Kawasan Bisnis ini dari aspek finansial/keuangan. Melalui financial analisis ini akan terlihat apakah pembangunan dan pengembangan kawasan bisnis tersebut layak untuk dilaksanakan dilihat dari aspek benefit atau manfaat dan biayanya.

Penilaian kelayakan suatu investasi dapat dilakukan dengan menggunakan dua pendekatan, yaitu: (1) pendekatan analisis finansial dan (2) pendekatan analisis ekonomi.

(39)

III-13

Analisis finansial (financial analysis) menitikberatkan kepada pendekatan individu, dimana kegiatan investasi dilihat dari segi individu atau organisasi perusahaan dengan tujuan untuk memaksimalkan keuntungan individu, perusahaan atau organisasi, yang disebut dengan Private Return.

Sedangkan dalam analisis ekonomi (economic analysis) menitikberatkan kepada pendekatan masyarakat secara keseluruhan, maksudnya melihat kegiatan investasi dari segi perekonomian secara keseluruhan atau bersifat makro, atau disebut dengan The Economic Returns.

Berdasarkan kepada tujuan pembangunan kawasan bisnis, maka pendekatan yang dipergunakan dapat dilihat pada Gambar berikut ini.

PENILAIAN INVESTASI ANALISIS FINANSIAL ANALISIS EKONOMI VALUASI BENEFIT & BIAYA KRITERIA INVESTASI SHADOW PRICE ANALISYS TIME VALUE OF MONEY KEPUTUSAN INVESTASI

Gambar Pendekatan Kajian Pekerjaan

3.3.2.1 Tahapan Penilaian Kelayakan Investasi Pembangunan Kawasan Bisnis:

1. Melakukan analisis aspek-aspek kelayakan investasi

2. Melakukan perhitungan kembali setiap komponen biaya investasi dan biaya operasional atau melakukan valuasi komponen biaya dengan menggunakan pendekatan shadow price dan opportunity cost.

(40)

III-14

3. Melakukan perhitungan manfaat dari pembangunan dan pengembangan kawasan bisnis, baik manfaat langsung (direct benefit) maupun manfaat tidak langsung (indirect benefit).

4. Melakukan perhitungan dan proyeksi kebutuhan dan sumber dana 5. Melakukan perhitungan dan proyeksi arus kas (cash flow)

6. Berdasarkan kepada perhitungan dan proyeksi arus kas kemudian dilakukan perhitungan kriteria investasi.

7. Berdasarkan kepada hasil perhitungan kriteria investasi kemudian ditarik kesimpulan apakah kegiatan investasi pembangunan dan pengembangan kawasan bisnis layak untuk dilaksanakan atau tidak.

8. Menyusun laporan.

9. Untuk lebih jelasnya alur metodologi dalam kajian kelayakan investasi pembangunan dan pengembangan kawasan bisnis dapat dilihat pada Gambar berikut :

Gambar 3.2 Tahapan Studi Kelayakan

3.3.2.2 Teknik Pengolahan dan Analisis Data Studi Kelayakan

Setelah data terkumpul, maka dilakukan tabulasi, penyusunan dan pemilihan data, sehingga data yang akan dipakai untuk keperluan analisis merupakan data yang benar dan relevan. Pemilihan data dilakukan sesuai dengan jenis dan tingkat kepentingan informasi yang dibutuhkan melalui serangkaian proses pemillhan data, agar didapatkan suatu data yang valid

Gambar

Gambar 2.1 Pengendalian Dampak Lingkungan dengan Pendekatan Teknis
Gambar 2.2 Pengendalian Dampak Lingkungan  dengan Pendekatan Limbah
Gambar 2.3 Prosedur Penyusunan AMDAL dan UKL/UPL
Gambar 3.1 Keterkaitan antara Analisis SWOT dengan strategi 5 C
+7

Referensi

Dokumen terkait