• Tidak ada hasil yang ditemukan

Arus Laut, Gelombang dan Pasang Surut

Dalam dokumen [Draft] Laporan Pendahuluan (Halaman 59-62)

D. Kawasan Pelabuhan

4.2 KONDISI FISIK ALAMI .1 Letak dan Geografis

4.2.5 Arus Laut, Gelombang dan Pasang Surut

Daerah perencanaan adalah daerah pantai Pada Teluk Ambon Luar (TAL), yakni daerah Airsalobar sampai Galala dan daerah Teluk Ambon Dalam (TAD) yakni daerah Galala sampai Poka maka kondisi arus laut, pasang surut dan gelombang laut dijabarkan sebagai berikut.

4.2.5.1 Arus Laut

Karakteristik arus di perairan Teluk Ambon Dalam (TAD) merupakan arus pasang surut yang sedikit dipengaruhi arus dari laut Banda. Arus non-pasut yang terdeteksi juga mempengaruhi pola arus pasut di perairan TAD, tetapi kecepatannya cukup kecil yakni 11,02 cm/detik pada tepi luar ambang. Galala-Poka dan 3,58 cm/detik di perairan Teluk Dalam yang mengarah ke Selatan. Di sekitar perairan Galala kecepatan arus berkisar antara 10 – 50 cm/det dan di sekitar ambang galala poka berkisar dari 30,5 cm/detik saat surut hingga 31,8 cm/det saat pasang. Di sekitar Waiheru dan Lateri 3, kecepatan arus permukaan dan dekat dasar sangat kecil (< 2 cm/det) dan arahnya sangat bervariasi.

Arus yang berkembang di perairan Teluk Ambon Luar (TAL) bukan arus pasut murni tetapi sedikit dipengaruhi oleh arus yang terjadi akibat pertukaran massa air antara Teluk Ambon dengan massa air Laut Banda atau disebut dengan arus kiriman dari Laut Banda. Lokasi pertukaran massa air ini tampak terjadi pada ambang Galala-Poka. Kecepatan arus kiriman berkisar 11.02 – 11,73 cm/det pada tepi luar Ambang dan 3,58 cm/det di Teluk Dalam. Kecepatan arus di perairan sekitar Ambang Galala – Poka sangat bervariasi. Kecepatan rata-rata arus mencapai 30,5 cm/det saat periode surut dan 31,8 cm/det saat periode pasang. Pada kolom perairan 0 – 30 meter terjadi variasi kecepatan yang sangat besar pada perairan desa Eri, desa Amahusu, desa Wayame dan Tawiri.

IV-13

Berdasarkan kondisi fisiografi Teluk Baguala, dapat diduga bahwa ada pengaruh arus pasut dan non pasut dari laut Banda yang sama-sama berkembang di perairan ini selama satu siklus pasut. Kecepatan pada arus permukaan laut dan kedalaman 20 – 30 meter cukup bervariasi. Di dekat pantai Passo - Batugong kecepatan arus lebih kecil dan arahnya tidak menentu. Kecepatan arus permukaan di daerah pantai Toisapu hingga Tanjung Hutumuri umumnya tinggi saat surut dusuk hingga pasang. Dengan kecepatan terbesar 42 cm/det dan pada kedalaman 10 meter kecepatannya mencapai 14 cm/det.

Kecepatan arus terbesar di perairan Selatan Kota Ambon ditemukan di depan pantai Rupang – Mahia yakni 31 cm.detik (arah 200°, selatan daya) dan depan tanjung Hatiari (Pintu Kota) 24 cm/detik ( arah 100° , Timur – Tenggara ), dan kecepatan terkecil pada depan Latuhalat – Tanjung Nusaniwe yakni 2 cm/det dengan arah 55° – 60° (Timur Laut) .

4.2.5.2 Pasang Surut

Type pasang surut (pasut) di perairan Kota Ambon adalah pasut harian ganda, karena terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari dengan tinggi pasng dan surut bervariasi dalam 1 siklus pasut. Tinggi air pasang terbesar yang dapat terjadi saat pasang purnama setiap bulan yang bervariasi 19 – 22 dm. Pola ini terjadi dalam bulan April – Juni dan Nopember – Desember, dengan jangkauan pasang 1 – 2 meter. Berdasarkan data pasang surut yang diperoleh dari Dishidros AL tahun 1995 − 2005 menunjukan dinamika beda pasang surut. Misalnya dalam tahun 1996 surut terendah tercatat tepat 11 dm dan pasang tertinggi 9 dm dari nilai rata-rata permukaan air laut (MSL) sebesar 11 dm. Tahun 2001 nilai surut terendah mencapai > 11 dm, dan pasang terbesar mencapai 10 dm dari MSL. Pada tahun 2005 nilai surut terendah mencapai 12 dm dan pasang tertinggi 10 dm dari MSL.

4.2.5.3 Gelombang

Gelombang di perairan Teluk Ambon Dalam (TAD) adalah merupakan gelombang yang terutama disebabkan oleh angin (variasi antara Sea dan Swell) dimana angin sebagai pembangkit utama, terutama angin Barat - Barat daya dan Utara. Gelombang pecah menyebar kemana-mana (spilling) dengan pergerakan gelombang yang naik turun (surging). Gelombang yang memasuki perairan TAD dan TAL telah mengalami reduksi akibat refraksi pada dasar perairan sekitar ambang Galala-Poka yang relatif dangkal sehingga kekuatan energi gelombang yang mencapai TAD cukup kecil. Pereduksian nilai energi gelombang dipengaruhi juga oleh bentuk topografi dasar perairan dan bentuk wilayah teluk semi tertutup. Hal tersebut menyebabkan perairan ini relatif tenang dan selalu terlindung dari pengaruh gelombang badai.

IV-14

Suatu keunikan pada perairan TAD adalah sangat dinamik ketika bertiup angin Utara − Barat Laut terutama dalam musim Barat (Desember − Pebruari). Kuatnya angin dari utara akan mempengaruhi perairan TAD sehingga dapat menyebabkan perairan sangat berombak dengan banyak turbulensi.

Pada Perairan Teluk Ambon Luar (TAL), energi gelombang rata- rata dalam bulan Juli – Agustus (musim Timur) berkisar dari 0.014 Joule - 0.035 Joule (Tinggi gelombang 0.317 m – 0.515 m). Pada musim Pancaroba 2 (Oktober – Nopember), energi gelombang berkisar dari 0 – 0.026 Joule (tinggi gelombang 0 – 0.445 meter) sedangkan pada musim Barat ( Desember) energi gelombang berkisar dari 0 – 0.027 Joule ( tinggi gelombang 0 – 0.446 meter). Lokasi-lokasi sebagai pusat konsentrasi gelombang adalah pantai Tantui, Galala, Rumah Tiga, Hative kecil, Benteng hingga pantai Silale. Faktor penyebabnya adalah letak lokasi yang relatif terbuka terhadap arah angin dan rambatan gelombang dari Laut Banda.

Gelombang yang mendominasi perairan Teluk Baguala adalah tipe gelombang angin. Gelombang pecah type spilling mendominasi lokasi-lokasi perairan sepanjang pantai Batugong – Waitatiri karena lereng pantai lebih datar (terjadi proses deposisi sedimen) dan zona pasang surutnya lebih lebar. Sedangkan pada lokasi lainnya didominasi oleh gelombang plunging dan surging yang memiliki energi tinggi yang mampu menghancurkan material penahan pantai. Tinggi gelombang signifikan maksimum dapat diprediksi berdasarkan kekuatan angin yang bertiup di periran ini untuk musim Barat, bulan Desember–Pebruari berkisar 0,9 – 1,1 m. Dalam musim pancaroba pertama (Maret – Mei) berkisar antara 1,0 – 1.4. Sedangkan dalam musim Timur (Juni–Agustus) 0,9 – 1,1 meter. Musim pancaroba kedua (September – Nopember ) 0.6 – 1.0 meter.

4.2.6 Bathimetri

Kondisi Bathimetri juga dijabarkan untuk daerah Teluk Ambon Dalam (TAD) dan Teluk Ambon Luar (TAL) sebagai berikut : kedalam laut maksimum pada zona ambang sekitar 12,8 meter dengan lebar antar alur pada kedalaman 10 m pada dua sisi semenanjung sekitar Tanjung Martafons dan Galala 74,5 meter. Dimensi ini cukup kecil, sehingga diduga akan mengalami penyempitan dan pendangkalan akibat sedimentasi sejalan dengan dinamika penggunaan lahan daratan pesisir untuk berbagai tujuan pengembangan. Kedalaman maksimum Teluk Ambon Dalam (TAD) adalah 41 meter dengan posisi sekitar 444,44 meter (300 − 310°) dari dermaga ferry Galala.

Pada tampilan batimetri dan 3 dimensi dasar laut perairan Kota Ambon, jelas terlihat bahwa areal dangkal di perairan TAD berada sepanjang pesisir Lateri hingga Waiheru dan

IV-15

bagian Utara Poka. Perairan Teluk Ambon Luar (TAL) memiliki topografi dasar laut majemuk miring sampai sangat miring. Kedalaman maksimum sampai mencapai > 600 meter yang terletak antara tanjung Nusanive di sisi Timur dan tanjung Namakoli pada sisi Barat. Perairan Teluk Baguala memiliki kedalaman maksimum 200 meter dari arah barat – daya hingga Timur Laut ( sejajar tanjung Hutumuri – tanjung Tial) dan membentuk pola melengkung. Pada posisi koordinat 128° 1756 BT – 128 0818 BT dan 33846 LS – 33908 LS ditemukan saaru (reef) dengan kedalam 2,2 meter.

Perairan Selatan Kota Ambon memilki topografi bawah laut yang majemuk. Kedalaman maksimum dalam radius 4 mil laut mencapai 1.088 – 2.858 meter yang letaknya antara perairan Tanjung Nusanive dan Tanjung Hutumuri. Kontur kedalaman 20 sampai 200 meter masing – masing ditemukan pada jarak 600 dan 1400 meter kearah Selatan Tanjung Nusanive.

Dalam dokumen [Draft] Laporan Pendahuluan (Halaman 59-62)

Dokumen terkait