• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ekosistem Pesisir

Dalam dokumen [Draft] Laporan Pendahuluan (Halaman 62-65)

D. Kawasan Pelabuhan

4.2 KONDISI FISIK ALAMI .1 Letak dan Geografis

4.2.7 Ekosistem Pesisir

Ekosistem pesisir memiliki struktur komunitas dan tipologi yang berbeda dengan ekosistem lainnya. Ekosistem pesisir ada yang secara terus menerus tergenangi air dan ada pula yang hanya sesaat. Ekosistem pesisir dapat bersifat alamiah (natural) atau buatan (man

made). Ekosistem alami antara lain: mangrove, terumbuh karang, padang lamun, pantai

berpasir, pantai berbatu, estuari, laguna dan delta. Sedangkan Ekosistem buatan antara lain berupa tambak, sawah pasang surut, kawasan parawisata, kawasan industri dan kawasan permukiman.

4.2.7.1 Ekosistem Mangrove

Komunitas mangrove menyenangi perairan pantai yang terlindung. Karenanya komunitas tersebut hampir tidak dapat tumbuh dengan baik di perairan pantai Teluk Ambon Luar, karena kondisi perairan pantai yang langsung dipengaruhi sifat oseanis dan hampir tidak terlindung.

Perairan pantai Desa Poka (Tanjung Tiram) memilki komunitas mangrove yang terdiri atas Sonneratia Alba, Avicenia marina, Rhizopora stylosa, R mucronata, Bruguiera

gymnorrrhiza, Lumnitzera littorea, dan Ceriops tagal. Pertumbuhan mangrove pada areal ini

masih terlihat baik, hal ini ditandai dengan penyebaran sapihan, anakan dan sapihan yang cukup seimbang. Komunitas mangrove yang bertahan hidup pada perairan pantai desa Hunuth sampai waiheru, Nania, dan Negri Lama masih cukup baik walaupun kerapatan rendah pada areal yang cukup luas.

IV-16

Areal mangrove pada kawasan Desa Passo tercatat seluas 6,84 ha dengan kerapatan tinggi,terdiri atas Sonneratia Alba, Avicenia marina, Rhizopora stylosa, R mucronata,

Bruguiera gymnorrrhiza, Lumnitzera littorea, dan Ceriops tagal. Aegiceras corniculatum, Nypa fruticans dan Acanthus ilicifolius. Jenis Nypa fruticans dan Acanthus ilicifolius banyak

dijumpai pada perairan ini terutama pada daerah yang dekat dengan pemukiman penduduk. Pada perairan desa Latta dan Halong terdapat komunitas mangrove yang terdiri atas

Rhizophora stylosa, R mucronata, dan Avicenia marina. Terlihat bahwa pertumbuhan

mangrove terbatas, karena harus beradaptasi dengan substrat keras.

Mangrove yang tumbuh di perairan pantai Tawiri dan Laha terdiri atas jenis

Sonneratia alba, Avicenia marina, Rhizophora stylosa, R. Mucronata dan Bruguiera.

Sedangkan pada perairan pantai Desa Hative Besar dan Wayame, sampai ke Tanjung Nusaniwe hampir tidak ditemui komunitas mangrove. Hal ini dipengaruhi oleh sebagian besar kondisi perairan pantai yang tidak sesuai untuk tempat bertumbuh mangrove yaitu terdapat substrat keras berbatu. Komunitas mangrove juga hampir tidak dapat tumbuh dengan baik pada perairan pantai Teluk Baguala karena kondisi perairan pantainya yang langsung dipengaruhi sifat oseanis dan hampir tidak terlindung.

4.2.7.2 Ekosistem Padang Lamun

Komunitas Padang lamun yang merupakan suatu ekosistem bahari yang sangat menunjang produktivitas perairan. Lamun merupakan jenis tumbuhan yang sudah sepenuhnya beradaptasi dengan lingkungan laut, sehingga mampu melaksanakan penyerbukan dengan perantaraan air laut (hydrophilous). Sistem perakaran lamun menyebabkannya bisa tertancap dengan kuat pada dasar perairan, sehingga daun-daunnya dapat turut berperan melemahkan hempasan ombak dan gelombang yang datang menerpa pantai. Fungsi lain lamun yaitu sebagai sumberdaya perikanan yang dapat dimanfaatkan langsung oleh berbagai jenis biota laut seperti: penyu, ikan duyung (Dugong dugong), ikan samandar (Siganus spp) dan biota lain, termasuk manusia yang memanfaatkan biji lamun sebagai bahan makanan.

Seperti komunitas mangrove, komunitas lamun di perairan pantai Teluk Ambon Dalam juga memiliki penyebaran yang tidak merata, mulai dari perairan pantai Desa Rumah Tiga sampai desa Galala, pada umumnya jenis-jenis lamun pada perairan pantai tersebut terdiri atas: Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata dan Halophila

ovalis.

Pada perairan pantai Desa Wayame (bagian pantai dengan substrat yang lebih halus) masih dijumpai lamun dari jenis Thalassia hemprichii dan Cymodocea rotundata. Kedua jenis

IV-17

lamun ini masih dalam kelompok koloni yang sangat jarang. Sedangkan bagian lain dari perairan Teluk Ambon Luar seperti Desa Amahusu, Eri dan Silale masih dijumpai lamun, walaupun dengan jumlah kecil dengan jenis yang hampir seragam yaitu Thalassia

hemprichii, Enhalus acoroides dan Cymodocea rotundata jenis lamun ini dapat bertumbuh

dan beradaptasi pada berbagai jenis substrat.

Perairan Teluk Baguala hanya ditumbui lamun jenis Thalassia hemprichii dan

Syringodium isotifolium mulai dari Pantai Toisapu sampai ke Tanjung Hutumuri terdapat

perairan dengan substrat yang keras dan terjal, sehingga tumbuhan lamun hanya dapat bertahan dan hidup pada bagian datar/landai yang mengandung cukup substrat pasir.

Secara umum jenis lamun yang terdapat pada perairan bagian Selatan Kota Ambon adalah Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Halaphila ovalis, Halodule univernis,

Cymodocea rotundata dan Syringodium isoetifolium lamun yang terdapat pada perairan ini

jumlah tersebar sangat sedikit, hal ini disebabkan karena pada perairan pantai Selatan Kota Ambon didominasi oleh tebing karang yang curam sehingga lamun tidak dapat bertahan untuk hidup.

4.2.7.3 Ekosistem Terumbuh Karang

Ekosistem terumbuh karang terdapat pada wilayah pesisir Teluk Ambon Luar (TAL) karena ditunjang oleh tipe substrat dasar yang umumnya keras dan kualitas perairan yang relatif baik. Akan tetapi secara geologis, substrat dasar terumbu Teluk Ambon Luar Jazirah Leitimur lebih menunjang kehadiran dan pertumbuhan karang serta perkembangan terumbu, karena substrat dasarnya tersusun oleh material yang keras. Ekosistem terumbu karang juga ditemukan di lokasi Teluk Ambon Luar, terutama pada lokasi Tantui, Airsalobar, Batu Capeu, Eri, Silale, Rumah tiga, Hative Besar dan Laha.

Data dari berbagai kegiatan penelitian menunjukan jumlah spesies (jenis) karang di wilayah pesisir ini 176 spesies, termasuk dalam 54 general dan 18 family (suku). Suku karang dengan jumlah spesies terbanyak adalah Acroporidae, Faviidae, Fungiidae dan Poritidae. Dari bentuk tumbuh koloni, maka Acropora bercabang memiliki kelimpahan spesies tertinggi dibandingkan dengan Acropora tabulate encrusting, maupun sub-massive. Sementara untuk karang batu Non-Acropora, ternyata karang bercabang dan karang massive memiliki kelimpahan spesies tertinggi dibanding bentuk tumbuh yang lain.

Kelimpahan (keragaman) spesies (jenis) karang yang menonjol untuk Wilayah Ekologi Teluk Ambon Luar berada di perairan pesisir lokasi Eri, Seilale, Amahusu dan Hative

IV-18

Besar. Sementara kelimpahan (keragaman) spesies karang terendah ditemukan di perairan pesisir lokasi Wayame.

Terumbu Karang di Wilayah Ekologis Teluk Baguala termasuk tipe terumbu karang pantai (fringging Reef). Perairan pesisir Teluk Baguala yang baik untuk kehidupan karang adalah pada lokasi Wailiha hingga Toisapu.

Data hasil pengamatan menunjukan jumlah spesies karang di wilayah ekologis ini 78 spesies yang termasuk dalam 41 genera dan 15 family (suku). Suku karang dengan jumlah spesies terbanyak adalah Acroporidae, Faviidae, dan Poritide. Spesies karang yang umum ditemukan pada wilayah ekologis ini adalah Acropora spp., Porites spp, favia spp., dan fungia

spp. Dari bentuk tumbuh koloni, maka Acropora bercabang memiliki kelimpahan spesies

tertinggi dibandingkan dengan bentuk tumbuh Acropora yang lain. Sementara untuk karang batu Non- Acropora, ternyata karang bercabang dan karang massive memiliki kelimpahan spesies tertinggi.

Secara geologis perairan pesisir selatan Kota Ambon sangat ideal untuk kehidupan karang karena memiliki substrat dasar yang tersusun oleh material yang kompak dan keras. Selain itu kualitas air tergolong alamiah dan baik karena dipengaruhi oleh masa air laut Banda. Ditemukan sebanyak 109 spesies jenis karang dari 47 genera dan 17 family (suku) menempati dasar dan tebing-tebing terjal perairan pesisir Selatan Kota Ambon. Suku karang dengan jumlah spesies terbanyak adalah Acroporidae, Favidae dan Poritidae. Berdasarkan bentuk tumbuh koloni, maka karang batu kelompok Acropora yang memiliki jumlah spesies yang menonjol di wilayah ekologis ini adalah Acropora bercabang.

Dalam dokumen [Draft] Laporan Pendahuluan (Halaman 62-65)

Dokumen terkait