• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONDISI FISIK BUATAN

Dalam dokumen [Draft] Laporan Pendahuluan (Halaman 69-75)

D. Kawasan Pelabuhan

4.3 KONDISI FISIK BUATAN

4.3.1 Penggunaan Lahan dan Pola Permukiman

Secara umum, penggunaan lahan pada kawasan pesisir teluk Kota Ambon dilatarbelakangi oleh sejarah berkembangnya Kota Ambon sebagai kota pelabuhan yang dengan sendirinya menjadikan kawasan pesisir sebagai kawasan terbangun yang disertai dengan fungsi-fungsi yang menunjang aktivitas kelautan.

IV-23

Faktor lain yang turut meperngaruhi perkembangan penggunaan lahan pada kawasan pesisir teluk Kota Ambon adalah kondisi geografis Kota Ambon yang berada pada Pulau Ambon, pada dua jazirah utara (Leihitu) dan jazirah selatan (Leitimur) dengan bentangan masing-masing jazirah yang tidak begitu lebar serta disertai dengan adanya pegunungan dan perbukitan pada bagian tengah pulau maka terciptalah kondisi trimatra atau jarak antara pantai, daratan dan pegunungan yang sangat dekat satu sama lain. Dengan kondisi trimatra yang demikian serta ditunjang oleh kondisi tepian pantai atau pesisir pantai yang landai maka kawasan daratan yang dekat dengan pesisir pantai menjadi kawasan andalan untuk pengembangan kawasan terbangun.

Dari berbagai macam pola penggunaan lahan kawasan terbangun yang ada pada kawasan pesisir teluk Kota Ambon, maka kawasan hunian atau permukiman masyarakat sangat mendominasi penggunaan lahan yang diikuti oleh kawasan penunjang aktivitas kelautan seperti pelabuhan penumpang dan barang serta pelabuhan ikan baik yang dikelola secara profesional maupun yang dikelola secara individu dari tiap-tiap masyarakat yang berfungsi sebagai nelayan. Selain kawasan hunian, pola penggunaan lahan lain yang mendominasi kawasan pesisir teluk Kota Ambon adalah kawasan jasa dan niaga yang lebih banyak tersebar pada kawasan sekitar pusat Kota Ambon yang berada di wilayah Kecamatan Sirimau.

Selain kawasan terbangun, maka pada kawasan pesisir teluk Kota Ambon yang terdiri dari kawasan pesisir Teluk Dalam dan Teluk Ambon terdapat juga kawasan tak terbangun yang berupa kawasan lindung. Kawasan lindung yang terdapat pada kawasan pesisir ini adalah kawasan hutan bakau (mangrove) yang banyak tersebar pada kawasan pesisir Teluk Ambon Dalam dan kawasan sekitar mata air yang terdapat pada beberapa titik. Selain itu juga terdapat kawasan resapan air dan penyangga kawasan lindung yang saat ini telah dimanfaatkan sebagai budidaya pertanian dan perkebunan.

Perkembangan permukiman masyarakat pada kawasan pesisir teluk Kota Ambon pada umumnya menyebar dan mengumpul pada sepanjang pesisir atau daratan yang tingkat kemiringan lahannya cukup landai. Pada kawasan-kawasan tersebut permukiman masyarakat berkembang secara cepat dan menimbulkan tingkat kepadatan yang cukup tinggi, bahkan pada beberapa bagian kawasan terlah berkembang menjadi kawasan kumuh karena tingkat kepadatannya yang sangat tinggi yang disertai dengan tidak tersedianya prasarana dan sarana dasar yang cukup mewadahi dan sanggup menampung semua aktvitas masyarakat yang begitu tinggi seperti kondisi jaringan drainase yang buruk, jarak antar bangunan yang begitu dekat

IV-24

karena sudah tidak ada lagi sempadan bangunan, serta tidak adanya daerah resapan dan kawasan hijau.

4.3.2 Prasarana dan Sarana

4.3.2.1 Sarana Pendidikan

Dari data yang ada dan pola penyebaran eksisting, maka untuk sarana pendidikan dikatakan telah dapat memberikan pelayanan yang cukup maksimal terhadap masyarakat Kota Ambon khususnya pada kawasan pesisir yang jelas-jelas merupakan pusat pertumbuhan dan perkembangan kawasan hunian dan terbangun lainnya.

Tabel 4.5 Jumlah Fasilitas Pendidikan di Kota Ambon

4.3.2.2 Sarana Kesehatan

Jumlah dan pola sebaran sarana kesehatan di wilayah Kota Ambon pada saat ini dapat dikatakan telah memberikan pelayanan yang cukup efektif bagi warga kota jika ditinjau pada jumlah penduduk dan jumlah fasilitas kesehatan yang ada. Hanya pada beberapa kawasan saja yang dinilai belum dapat memberikan pelayanan yang maksimal kepada masyarakat.

IV-25

Tabel 4.6 Jumlah Fasilitas Kesehatan di Kota Ambon

Seperti halnya dengan jumlah sarana pendidikan, maka untuk sarana kesehatan di wilayah Kota Ambon penyebaran terbanyaknya terdapat di wilayah Kecamatan Sirimau bahkan dapat dikatakan menjadi pusat pelayanan kesehatan di wilayah Kota Ambon.

4.3.2.3 Sarana Keagamaan/ Peribadatan

Pola sebaran sarana peribadatan di wilayah Kota Ambon dapat dikatakan telah berjalan dengan maksimal dan efektif dalam memberikan pelayanan, juga dihubungkan dengan jumlah penduduk pemeluk agama dan jumlah masing-masing sarana peribadatan yang ada.

Tabel 4.7 Jumlah Fasilitas Keagamaan/Peribadatan di Kota Ambon

Kecamatan Jenis Fasilitas Mesjid Langgar Mushola Gereja

Protestan

Gereja Katholik

Chapel Pura Vihara Total Nusaniwe 16 5 4 89 5 5 1 1 126 Sirimau 55 4 4 78 7 6 - - 154 Teluk Ambon 30 3 3 29 4 1 - - 70 TA Baguala 34 5 5 49 9 3 1 1 107 Leitimur Selatan - - - 9 - - - - 9 Total 135 17 16 254 25 15 2 2 466 2009 135 16 11 228 25 12 2 2 431 2008 106 7 24 228 9 19 2 2 397 2007 104 7 20 220 6 2 2 2 363 2006 85 7 18 205 7 10 3 3 338

Sumber: Kecamatan Dalam Angka Tahun 2011

IV-26

4.3.3 Sirkulasi dan Transportasi

Kondisi sirkulasi dan pergerakan di Kota Ambon ditunjang oleh keberadaan jaringan jalan utama yang membentuk pola jaringan linier mengikuti garis pantai yang merupakan jalan arteri dengan status jalan nasional sepanjang 43,45 km dengan lebar 7 m. Jalan Arteri ini menghubungkan simpul-simpul transportasi yang ada di Kota Ambon seperti Pelabuhan Laut Yos Sudarso – Terminal Mardika – Penyeberangan Galala – Penyeberangan Poka-Rumah Tiga – Bandar Udara Internasional Patimura.

Selain itu untuk mendukung pergerakan penduduk dari pusat-pusat permukiman menuju pusat kegiatan seperti pusat pemerintahan, pusat perdagangan dan jasa serta pendidikan tinggi terdapat jaringan jalan lokal sepanjang 18.984 km dan jaringan jalan kolektor sepanjang 46.305 km. Moda angkutan yang digunakan dalam sirkulasi ini berupa mikrolet (12 penumpang) yang saat ini 11 trayek dalam kota dan penyeberangan ferry yang menghubungkan Galala dengan Poka – Rumah Tiga.

Pola sirkulasi moda angkutan umum di Kota Ambon adalah seperti gurita dengan satu terminal yang berada di pusat Kota Ambon seperti yang terlihat pada gambar berikut. Hal inipun berlaku bagi angkutan regional yang menempati terminal yang sama dengan terminal angkutan dalam kota, angkutan regional ini melayani pergerakan penduduk dengan tujuan atau tempat-tempat yang ada di Kabupaten Maluku Tengah dan masih berada di Pulau Ambon itu sendiri.

Gambar 4.6 Terminal Mardika

IV-27

Penyeberangan Ferry di Kota Ambon sangat mendukung aksesibilitas dan pergerakan penduduk di dalam Kota Ambon terutama bagi penduduk yang hendak bepergian dari kawasan selatan teluk ke kawasan utara teluk begitu juga sebaliknya. Dengan menggunakan penyeberangan ini, waktu yang ditempuh dapat menghemat 15 – 20 menit tanpa melewati kawasan Passo yang cukup padat aktifitas lalu-lintasnya. Aktifitas yang sering memanfaatkan penyeberangan ferry ini adalah para mahasiswa yang tinggal di kawasan selatan teluk menuju ke Kampus Universitas Pattimura dan aktifitas penduduk lainnya tanpa melewati kawasan Passo. Kapal yang melayani route penyeberangan Galala – Poka, Rumah Tiga saat ini adalah sebanyak 2 (dua) unit kapal, kegiatan penyeberangan ini memulai aktifitasnya dari pukul 9.00 sampai dengan pukul 17.00. Selain menggunakan angkutan berupa mikrolet dan kapal penyeberangan, pergerakan penduduk untuk jarak dekat penduduk di Kota Ambon juga memanfaatkan jasa angkutan berupa becak yang dapat memuat 2 (dua) penumpang. Angkutan becak ini sering ditemui di setiap jalan-jalan kecil maupun pada jalan-jalan utama. Keberadaan angkutan ini sering menimbulkan kemacetan pada ruas-ruas jalan tertentu di Kota Ambon.

4.3.4 Penyebaran Fasilitas Sosial Ekonomi dan Bangunan Pengaman Pantai

Pola penyebaran fasilitas sosial dan ekonomi pada kawasan pesisir teluk Kota Ambon pada umumnya tersebar secara merata diseluruh kawasan terbangun yang ada.

Bangunan pengaman pantai yang ada di kawasan pesisir teluk Kota Ambon baik yang ada di pesisir Teluk Ambon dan Teluk Ambon Dalam pada dasarnya hanya berupa talud penahan kawasan tepian pantai dari aktivitas abrasi gelombang dan arus laut, namun secara umum gelombang air laut yang terjadi pada kawasan pesisir teluk tidak merupakan gelombang laut dengan tingkat hempasan yang tinggi karena berada pada kawasan teluk yang terlindungi. Hal inilah yang menyebabkan pada kawasan pesisir ini banyak dijadikan sebagai kawasan pelabuhan baik pelabuhan perikanan maupun pelabuhan penumpang dan barang.

Gambar 4.7 Pelabuhan Galala

IV-28

Dengan adanya pelabuhan dan pangkalan angkatan laut pada pesisir Teluk Dalam Ambon semakin menegaskan akan betapa cocoknya kawasan pesisir teluk Ambon untuk dijadikan kawasan pelabuhan.

Dalam dokumen [Draft] Laporan Pendahuluan (Halaman 69-75)

Dokumen terkait