LAPORAN PENDAHULUAN
PASIEN DENGAN PENYAKIT CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF)
NAMA : MOH LIKIABDILLAH NIM : 20010086
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS dr. SOEBANDI JEMBER 2023
PERSETUJUAN
Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan diagnosa medis Congestive Heart Failure (CHF)
Telah dibuat pada tanggal 04-juli-2023 Pada pasien di ruang melati
Jember, 04 juli 2023
Pembimbing Ruangan pembimbing akademik
(...) (...)
NIP/INK NIK
Kepala Ruangan
(...) NIP/INK
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian
Congestive Heart Failure adalah suatu keadaan ketika jantung tidak mampu mempertahankan sirkulasi yang cukup bagi kebutuhan tubuh, meskipun tekanan darah pada vena itu normal. Gagal jantung menjadi penyakit yang terus meningkat terutama pada lansia. Pada Congestive Heart Failure atau Gagal Jantung adalah ketidakmampuan jantung untuk mempertahankan curah jantung yang adekuat guna memenuhi kebutuhan metabolik dan kebutuhan oksigen pada jaringan meskipun aliran balik vena yang adekuat (Asmoro, 2017).
B. ETIOLOGI
Menurut Udjianti (2010) etoilogi gagal jantung kongestif (CHF) dikelompokkan berdasarkan faktor etiologi eksterna maupun interna, yaitu:
a. Faktor eksterna (dari luar jantung): hipertensi renal, hipertiroid, dan anemia kronis/berat.
b. Faktor interna (dari dalam jantung)
1. Disfungsi katup: Ventriculer Septum Defect (VSD), Atria Septum Defect (ASD), stenosis mitral, dan insufisiensi mitral
2. Distritmia: atrial fibrilasi, ventirkel fibrilasi, dan heart block
3. Kerusakan miokard: kardiomiopati, miokarditis, dan infark miokard 4. Infeksi: endokarditis bacterial sub-akut
C. FISIOLOGI
Jantung adalah organ yang mensirkulasi dan memompa darah teroksigenasike paru-paru untuk pertukaran gas. Sirkulasi darah di jantung ada dua yaitu peredaran darah kecil dan peredaran darah besar. Darah dari seluruh tubuhdibaw a ke jantung melalui vena kava superior dan inferior. Vena inimengalirkan darah ke atrium dekstra. Darah ini melalui katup trichuspidalis pulmonalis, darah dipompakan ke paru-paru.Setelah di paru-paru, terjadi proses
difusi, darah yang teroksigenasimengalir ke atrium kiri melalui vena purmonalis.
Kemudian dengan melalu
1. Gagal jantung kanan
Bila ventrikel kanan gagal, yang menonjol adalah kongesti visera dan jaringan perifer.Hal ini terjadi karena sisi kanan jantung tidak mampu mengosongkan volume darahdengan adekuat sehingga tidak dapat mengakomodasi semua darah yang secara normalkembali kesirkulasi vena . Manifestasi klinis yang tampak meliputi edema ekstremitas bawah (edema dependen),yang biasanya merupaka pitting edema, pertambahan berat badan, hepatomegali (pembesaran hepar), distensi vena leher, asites (penimbunan cairan didalam rongga peritoneum), anoreksia dan mual, nokturia dan lemah
2. Gagal jantung kiri
Kongesti paru menonjol pada gagal ventrikel kiri, karena ventrikel kiri tidak mampumemompakan darah yang datang dari paru. Peningkatan tekanan dalam sirkulasi parumenyebabkan cairan terdorong kejaringan paru.
Manifestasi klinis yang terjadi meliputidispnea batuk, mudah lelah, denyut jantung cepat (takikardia) dengan bunyi jantung S3 ,kecepatan dan kegelisahan.
3. Gagal jantung kanan dan kiri
Ventrikel kanan dan kiri dapat mengalami kegagalan secara terpisah.
Gagal jantungkiri paling sering mendahului gagal ventrikel kanan. Gagal ventrikel kiri murni sinonimdengan edema paru akut, karena curah jantung ventrikel berpasangan dan sinkron, makakegagalan salah satu ventrikel dapat mengakibatkan penurunan perfusi jaringan. Tetapimanifestasi kongesti dapat berbeda tergantung pada kegagalan ventrikel kanan yangterjadi.
D. PATOFISIOLOGI
Jika terjadi gagal jantung, tubuh mengalami beberapa adaptasi baik pada jantung dan secara sistemik. Jika stroke volume kdeua ventrikel berkurang oleh karena penekanan kontraktilitas atau after load yang sangat meningkat, maka volume dan tekanan pada akhir diastolik dalam kedua ruang jantung akan meningkat. Ini akan meningkatkan panjang serabut miokardium akhir diastolik, menimbulkan waktu diastolik menjadi singkat. Jika kondisi ini berlangsung lama, terjadi dilatasi ventrikel. Cardiac output pada saat istirahat masih bisa baik, tapi peningkatan tekanan diastolik yang berlangsung lama/kronik akan dijalarkan ke kedua atrium dan sirkulasi pulmoner dan sirkulasi sistemik. Akhirnya tekanan kapiler akan meningkat yang akan menyebabkan transudasi ciran dan timbul edema paru atau edema sistemik.
Volume sekuncup, jumlah darah yang dipompa pada setiap kontraksi tergantung pada tiga faktor :
1. Preload : jumlah darah yang mengisi pada jantung berbanding langsung dengan tekanan yang ditimbulkan oleh panjangnya regangan serabut jantung 2. Kontraktilitas : mengacu pada perubahan kekuatan kontraksi yang terjadi
pada tingkat sel dan berhubungan dengan perubahan panjang regangan serabut jantung
3. Afterload : mengacu pada besarnya tekanan ventrikel yang harus dihasilkan untuk memompa darah melawan perbedaan tekanan yang ditimbulkan oleh tekanan arteriole.
E. Faktor yang mempengaruhi
1.Serangan jantung. Mereka yang telah mengalami serangan jantung pasti memiliki luka pada area otot jantung. Akibatnya, kekuatan jantung untuk berkontraksi menjadi berkurang.
2.Diabetes. Penyakit ini meningkatkan risiko hipertensi dan penyakit arteri koroner.
3.Penggunaan obat diabetes. Obat yang mampu mengendalikan kadar gula dapat meningkatkan risiko gagal jantung pada sebagian orang. Namun, bukan berarti kamu harus menghentikan pengobatan yang sedang kamu lakukan, cobalah diskusikan kepada dokter akan hal ini.
4.Sleep apnea. Akibat sleep apnea , oksigen dalam darah menjadi berkurang sehingga ritme jantung bisa menjadi tidak normal. Kondisi ini dapat menjadi penyebab gagal jantung kongestif.
5.Memiliki riwayat penyakit katup jantung. Akibat terganggunya fungsi katup jantung maka darah menjadi sulit untuk dipompa dengan benar. Sehingga mereka yang mengalami gangguan penyakit katup jantung dan berisiko tinggi mengalami gagal jantung kongestif.
6.Infeksi Virus. Infeksi virus tertentu bisa menyebabkan kerusakan otot jantung yang meningkatkan risiko gagal jantung kongestif.
7.Memiliki riwayat penyakit hipertensi alias tekanan darah tinggi.
8.Memiliki berat badan berlebih atau obesitas.
9.Memiliki riwayat gangguan detak jantung. Mereka yang memiliki detak jantung yang tidak normal, terutama ketika berdetak kencang, bisa membuat otot jantung menjadi lebih lemah dan mengakibatkan CHF.
10. Kebiasaan konsumsi alkohol terlalu banyak.
11. Merokok.
F. DIAGNOSA MEDIS
Pasien yang dirawat di ruangan ICCU memiliki berbagai macam diagnosa medis yang ditemukan dan yang sering didapatkan adalah Chongestive Heart Faliure
(CHF) atau sering disebut Gagal Jantung Kongestive dengan tanda dan gejala a) Sesak napas terutama ketika sedang melakukan aktivitas atau berbaring.
b) Lemas dan mudah lelah.
c) Pergelangan kaki, tungkai, atau perut membengkak karena terjadi penumpukan cairan.
d) Detak jantung tidak teratur.
e) Batuk.
f) Mengi atau napas berbunyi
. Maka berdasarkan standar intervensi keperawatan indonesia maka penanganan pada pasien sesak adalah memposisikan pasien dengan pembuktian intervensi berdasarkan Evidance Based Practice Nurse yaitu meningkatkan saturasi oksigen dengan membandingkan perubahan posisi head up dan posisi semi fowler.
1.1. PHATWAY
(terlampir )
BAB II
ASUAHAN KEPERAWATAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA A. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas :
1) Identitas pasien :
Nama, umur, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, suku/bangsa, agama, status perkawinan, tanggal masuk rumah sakit (MRS), nomor register, dan diagnosa medik.
2) Identitas Penanggung Jawab
Meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, serta status hubungan dengan pasien
b. Keluhan utama
1) Sesak saat bekerja, dipsnea nokturnal paroksimal, ortopnea 2) Lelah, pusing
3) Nyeri dada
4) Edema ektremitas bawah
5) Nafsu makan menurun, nausea, dietensi abdomen 6) Urine menurun
c. Riwayat penyakit sekarang
Pengkajian yang mendukung keluhan utama dengan memberikan pertanyaan tentang kronologi keluhan utama. Pengkajian yang didapat dengan gejala-gejala kongesti vaskuler pulmonal, yakni munculnya dispnea, ortopnea, batuk, dan edema pulmonal akut. Tanyakan juga gajala-gejala lain yang mengganggu pasien.
d. Riwayat penyakit dahulu
Untuk mengetahui riwayat penyakit dahulu tanyakan kepada pasien apakah pasien sebelumnya menderita nyeri dada khas infark miokardium, hipertensi, DM, atau hiperlipidemia. Tanyakan juga obat-obatan yang
biasanya diminum oleh pasien pada masa lalu, yang mungkin masih relevan.
Tanyakan juga alergi yang dimiliki pasien
e. Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada keluarga pasien yang menderita penyakit jantung, dan penyakit keturunan lain seperti DM, Hipertensi.
f. Pengkajian data
1) Aktifitas dan istirahat : adanya kelelahan, insomnia, letargi, kurang istirahat, sakit dada, dipsnea pada saat istirahat atau saat beraktifitas
2) Sirkulasi : riwayat hipertensi, anemia, syok septik, asites, disaritmia, fibrilasi atrial,kontraksi ventrikel prematur, peningkatan JVP, sianosis, pucat.
3) Respirasi : dipsnea pada waktu aktifitas, takipnea, riwayat penyakit paru.
4) Pola makan dan cairan : hilang nafsu makan, mual dan muntah.
5) Eliminasi : penurunan volume urine, urin yang pekat, nokturia, diare atau konstipasi.
6) Neuorologi : pusing, penurunan kesadaran, disorientasi.
7) Interaksi sosial : aktifitas sosial berkurang
8) Rasa aman : perubahan status mental, gangguan pada kulit/dermatitis g. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan Umum : Kesadaran dan keadaan emosi, kenyamanan, distress, sikap dan tingkah laku pasien.
2. Tanda-tanda Vital :
a) Tekanan Darah Nilai normalnya : Nilai rata-rata sistolik : 110-140 mmHg Nilai rata-rata diastolik : 80-90 mmHg
b) Nadi Nilai normalnya : Frekuensi : 60-100x/menit (bradikardi atau takikkardi)
c) Pernapasan Nilai normalnya : Frekuensi : 16-20 x/menit Pada pasien : respirasi meningkat, dipsnea pada saat istirahat / aktivitas
d) Suhu Badan Metabolisme menurun, suhu menuru
3. Head to toe examination :
a) Kepala : bentuk , kesimetrisan
b) Mata: konjungtiva: anemis, ikterik atau tidak ? c) Mulut: apakah ada tanda infeksi?
d) Telinga : kotor atau tidak, ada serumen atau tidak, kesimetrisan e) Muka; ekspresi, pucat
f) Leher: apakah ada pembesaran kelenjar tiroid dan limfe g) Dada: gerakan dada, deformitas
h) Abdomen : Terdapat asites, hati teraba dibawah arkus kosta kanan i) Ekstremitas: lengan-tangan:reflex, warna dan tekstur kulit, edema,
clubbing, bandingakan arteri radialis kiri dan kanan.
j) Pemeriksaan khusus jantung :
1) Inspeksi : vena leher dengan JVP meningkat, letak ictus cordis (normal : ICS ke5)
2) Palpasi : PMI bergeser kekiri, inferior karena dilatasi atau hepertrofi ventrikel
3) Perkusi : batas jantung normal pada orang dewasa Kanan atas : SIC II Linea Para Sternalis Dextra Kanan bawah : SIC IV Linea Para Sternalis Dextra Kiri atas : SIC II Linea Para Sternalis sinistra Kiri bawah : SIC IV Linea Medio Clavicularis Sinistra 4) Auskulatsi : bunyi jantung I dan II BJ I : terjadi karena getaran
menutupnya katup atrioventrikular, yang terjadi pada saat kontraksi isimetris dari bilik pada permulaan systole BJ II : terjadi akibat getaran menutupnya katup aorta dan arteri pulmonalis pada dinding toraks. Ini terjadi kira-kira pada permulaan diastole. (BJ II normal selalu lebih lemah daripada BJ I)
4. Pemeriksaan penunjang
a) Foto thorax dapat mengungkapkan adanya pembesaran jantung, edema atau efusi pleura yang menegaskan diagnosa CHF
b) EKG dapat mengungkapkan adanya tachicardi, hipertrofi bilik jantung dan iskemi (jika disebabkan AMI), ekokardiogram
c) Pemeriksaan laboratorium : Hiponatremia, hiperkalemia pada tahap lanjut dari gagal jantung, Blood Urea Nitrogen (BUN) dan kreatinin meningkat, peninkatan bilirubin dan enzim hati.
B. ANALISA DATA
a. Data subjektif : data yang di dapat dari pasien dan keluarga pasien
b. Data objektif : data yang di ambil dari pemeriksaan, pengkajian, hasil laboratorium
C. Diagnosa keperawatan
1. Pola napas tidak efektif (D. 0005) b.d, Depresi pusat pernapasan, Hambatan upaya napas, Deformitas dinding dada., Deformitas tulang dada., Gangguan neurologis, maturitas neurologis, Penurunan energi., Obesitas, Posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru., Sindrom hipoventilasi, Kerusakan inervasi diafragma, Cedera pada medula spinalis, Efek agen farmakologis, Kecemasan. dibuktikan dengan sesak
2. Perfusi perifer tidak efektif (D.0009) b.d Hiperglikemia, Penurunan konsentrasi hemoglobin, Peningkatan tekanan darah, Kekurangan volume cairan, Penurunan aliran arteri dan/atau vena, Kurang terpapar informasi tentang faktor pemberat, Kurang terpapar informasi tentang proses penyakit, Kurang aktivitas fisik d.d Pengisian kapiler >3 detik, nadi perifer menurun atau tidak teraba, akral teraba dingin, warna kulit pucat, tugor kulit menurun.
3. Defisit nutrisi (D.0019) b.d ketidakmampuan mencerna makanan, faktor psikologis d.d Berat badan menurun minimal 10 % dibawah rentang ideal, Cepat kenyang setelah makan, kram/nyeri abdomen, nafsu makan menurun.
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
No Indikator SA ST 1. Ventilasi
semenit
2 5
2. Kapasitas vital 2 5
3. Kapasitas
thoraks anterior- posteilor
2 5
4. Tekanan
ekspirasi
2 5
5. Tekanan
inspirasi
2 5
No Indikator SA ST
1. Dispnea 2 5
2. Penggunaan alat bantu napas
2 5
3. Pemanjangan
fase ekspirasi
2 5
4. Ortopnea 2 5
5. Pernapasan purs ed-tip
2 5
6. Pernapasan cuping hidung
2 5
Diagnosa Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Pola napas tidak
efektif (D. 0005) berhubungan
dengan, Depresi pusat pernapasan,
Hambatan upaya
napas, Deformitas dinding dada., Deformitas tulang dada., Gangguan neurologis, maturitas neurologis,
Penurunan energi., Obesitas, Posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru., Sindrom
hipoventilasi,
Kerusakan inervasi diafragma, Cedera pada medula spinalis,
Efek agen
farmakologis,
Kecemasan. dibuktika n dengan sesak napas, penggunaan otot bantu pernapasan,
fase ekspirasi
memanjang, takipnea.
Definisi :
Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan
ventilasi adekuat
Gejalan dan Tanda Mayor :
Subjektif : 1. Dispnea Objektif :
1. Penggunaan otot bantu pernapasan.
2. Fase ekspirasi memanjang.
3. Pola napas
abnormal (mis.
takipnea.
bradipnea, hiperventilasi kussmau).
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam, maka Pola Napas membaik, dengan kriteria hasil:
Pola Napas (L.01004)
Keterangan 1 : menurun 2 : cukup menurun 3 : sedang
4 : cukup meningkat 5 : meningkat Keterangan 1 : meningkat 2 : cukup meningkat 3 : sedang
4 : cukup menurun 5 : menurun
No Indikator SA ST
1. Frekuensi
napas
1 4
2. Kedalaman
napas
2 4
3. Ekskursi dada 2 4
Keterangan 1 : memburuk 2 : cukup memburuk 3 : sedang
4 : cukup membaik 5 : membaik
Manajemen Jalan Napas (I.01011)
Observasi
Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
Monitor bunyi napas tambahan (misalnya:
gurgling, mengi,
wheezing, ronchi kering)
Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
Terapeutik
Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head- tilt dan chin-lift (jaw thrust jika curiga trauma fraktur servikal)
Posisikan semi-fowler atau fowler
Berikan minum hangat
Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan endotrakeal
Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsep McGill
Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak ada kontraindikasi
Ajarkan Teknik batuk
2.5 Implementasi keperawatan
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah di susun pada tahap perencanaan. Impelementasi merupakan komponen dari proses keperawatan berupa kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang di perlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang di perkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan di selesaikan.
2.6 Evaluasi keperawatan
Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai tindakan keperawatan yang telah ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan. Penilaian keberhasilan adalah tahap yang menentukan apakah tujuan tercapai.
DAFTAR PUSTAKA
MUHAMMAD AFTAH WIYANDHIKA, A. F. T. A. H. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PAIEN CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN FISIOLOGIS OKSIGENASI. Diss. Universits Kusuma Husada Surakarta, 2022.
Mugihartadi, Mei Rika Handayani. "Pemberian Terapi Oksigenasi Dalam Mengurangi Ketidakefektifan Pola Nafas Pada Pasien Congestive Heart Failure (Chf) Di Ruang Icu/Iccu Rsud Dr. Soedirman Kebumen." Nursing Science Journal (NSJ) 1.1 (2020):1-6.
https://www.halodoc.com/artikel/ini-faktor-risiko-gagal-jantung-kongestif
Kanine, Esrom, et al. "EFEKTIFITAS POSISI SEMI FOWLER DALAM MENINGKATKAN SATURASI OKSIGEN DIBANDINGKAN DENGAN POSISI HEAD UP PADA PASIEN GAGAL JANTUNG KRONIK DI RUANG ICCU RSUP PROF. Dr RD KANDOU MANADO." E-PROSIDING Seminar Nasional 2022 ISBN:978.623. 93457.1. 6. Vol. 1. No. 02. 2022.
Hidayatullah, S., & Feriani, P. (2019). Analisa Praktik Klinik Asuhan Keperawatan pada Pasien CHF dengan Intervensi Inovasi Deep Breathing Exercise dan Mobilisasi Progresif Level 1 Terhadap Perubahan Hemodinanik di Ruang ICU RSUD AW Sjahranie Samarinda Tahun 2018.