LAPORAN PRAKTIKUM ENERGI DAN LISTRIK PERTANIAN
OLEH:
KELOMPOK 2 TPB A
PRAKTIKUM ENERGI DAN LITRIK PERTANIAN PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2023
LEMBAR PENGESAHAN
PEMBUATAN BIOETHANOL DARI NIRA AREN LAPORAN
OLEH:
KELOMPOK 2
Faomasi Nduru 200308004
Helpin Zanvanes Wau 200308006
Muhammad Farhan 200308012
Anggi Indri Kokoina Sihombing 200308030
Anis Dwi Silviandari 200308031
Cindy Siburian 200308034
Diaz Ananda Putra Nasution 200308035
Elizabeth Bintang Paulaean 200308036
Galuh Permat Sari 200308038
Iin Yolanda Cibro 200308040
Rakha Jabran Ochisa 200308076
TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM A
Laporan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memenuhi Komponen Penilaian di Mata Kuliah Praktikum Energi dan listrik Pertanian Program Studi Teknik
Pertanian dan Biosistem Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Disetujui Oleh:
Dosen Penanggung Jawab
(Sulastri Panggabean STP., MSi) NIP. 198504172019032009
PRAKTIKUM ENERGI DAN LITRIK PERTANIAN PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2023
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ... 3
DAFTAR LAMPIRAN ... 3
PENDAHULUAN ... 5
Latar Belakang ... 5
Tujuan ... 6
TINJAUAN PUSTAKA ... 7
METODOLOGI PRAKTIKUM ... 13
Waktu dan Tempat ... 13
Alat dan Bahan ... 13
Prosedur Praktikum ... 14
Hasil dan Pembahasan... 16
Hasil ... 16
Pembahasan ... 16
KESIMPULAN DAN SARAN ... 19
Kesimpulan ... 19
Saran ... 19
DAFTAR PUSTAKA ... 20
LAMPIRAN ... 22
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Data Gelembung Pada Bioethanol 16
Tabel 2. Data Destilasi 16
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Pengukuran urea, ragi dan air nira 23
Lampiran 2. Pengukuran kadar gula menggunakan alkoholmeter 23
Lampiran 3. Pengadukan seluruh bahan 24
Lampiran 4. Pemasukan campuran air nira, ragi dan urea ke botol aqua 24
Lampiran 5. Pelubangan dan penyambungan selang pada tutup aqua dan toples 24 Lampiran 6. Penutupan wadah biothanol 25
Lampiran 7. Pembukaan wadah bioethanol setelah 14 hari 25
Lampiran 8. Pengukuran Volume Bioethanol 26
Lampiran 9. Pemasukan bioethanol ke labu distilasi dan pembungkusan labu distilasi dengan alumunium foil 26
Lampiran 10. Distilasi sederhana Bioethanol 27
Lampiran 11. Hasil distilasi 27
Lampiran 11. Foto bersama hasil praktikum dan Asisten Laboratorium 28
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Energi saat ini menjadi perhatian khusus bagi dunia karena ketersediannya yang semakin terbatas. Proporsi minyak bumi sebagai sumber utama energi mencapai 40% dari total permintaan energi dunia, namun cadangannya terus berkurang. Krisis energi ini menimbulkan perhatian dari masyarakat untuk menemukan energi alternatif yang bukan berasal dari fosil tetapi dari biomassa (Hutasoit, dkk, 2016).
Biomassa merupakan energi terbarukan yang mempunyai potensi tinggi, yang berasal dari tumbuhan atau hewan, produk dan limbah industri budidaya yang dapat diproses menjadi bioenergi (Hutasoit, dkk, 2016). Contoh biomassa antara lain adalah tanaman, pepohonan, rumput, ubi, limbah pertanian, limbah hutan, tinja, dan kotoran ternak. Sumber energi biomassa mempunyai beberapa kelebihan antara lain merupakan sumber energi yang dapat diperbaharui (renewable) sehingga dapat menyediakan sumber energi secara berkesinambungan (sustainable) (Parinduri, dkk, 2020).
Bioetanol adalah cairan biokimia hasil proses fermentasi gula dari sumber karbohidrat dengan menggunakan bantuan mikroorganisme. Secara umum teknologi produksi bioetanol ini mencakup 4 rangkaian proses, yaitu; persiapan bahan baku, fermentasi, destilasi dan pemurnian. Bioetanol dapat diproduksi dari berbagai bahan baku yang banyak terdapat di Indonesia, sehingga berpotensial untuk diolah dan dikembangkan karena mudah diperoleh masyarakat. Tumbuhan yang potensial untuk menghasilkan bioetanol antara lain tanaman yang memiliki
kadar karbohidrat tinggi, seperti tebu, kelapa, aren, sorgum, ubi kayu, batang pisang, ubi jalar, jagung, bonggol jagung, jerami (Wijaya, dkk, 2012).
Salah satu pembuatan bioethanol berasal dari nira aren yang berasal dari pohon aren. Cairan nira yang berasal dari pohon aren selanjutnya dapat diolah menjadi bahan bakar nabati berupa bioetanol.untuk melakukan pengembangan etanol di disuatu daerah harus dilakukan pengkajian secara tekno ekonomi dari air nira aren sebagai bahan baku utama dalam pembuatan etanol berskala kecil (Luntungan, dkk, 2022).
Pembuatan bahan bakar alternatif dengan pemanfaatan nira aren menjadi etanol dengan berbagai penggunaan hidrat untuk memperoleh kadar yang lebih tinggi, dari proses destilasi yang dilakukan diperoleh nilai persentasi tertinggi pada volume nira 12 liter dengan kadar etanol 83 %, pada temperatur evaporasi antara 82-85°C (Niastiwa, dkk, 2013).
Tujuan
Tujuan secara sepsifik dari praktikum ini ialah :
1. Mahasiswa dapat memahami proses pembuatan bioethanol dari nira aren sebagai bahan bakar alternatif.
2. Mempelajari pengaruh kondisi frementasi dan distilasi terhadap kadar dan volume alkohol yang dihasillkan.
TINJAUAN PUSTAKA
Aren
Aren merupakan tanaman serbaguna yang mempunyai potensi besar dalam bahan substitusi pembuat gula maupun bioetanol, namun sampai saat ini pohon aren yang tumbuh di Indonesia sebagian besar merupakan pohon yang umumnya tumbuh secara liar. Aren (Arenga pinnata Merr) merupakan salah satu keluarga palma yang serbaguna, dapat tumbuh pada ketinggian 0- 1500 meter di atas permukaan laut. Tanaman aren juga menghasilkan biomas di atas tanah yang sangat besar satu hingga 2 ton/pohon, sehingga dapat berperan penting dalam CO2 sequestration. Setiap pohon aren bisa memproduksi nira 300-400 liter/tandan bunga. Setiap tandan bunga mampu menghasilkan nira 300-400 liter per musim bunga (selama 3-4 bulan). Jadi dalam satu pohon aren (BPTT Banten) mampu menghasilkan nira kurang lebih 900-1.600 liter/tahun (Yunus, dkk, 2020).
Pohon aren adalah tumbuhan yang sudah lama dikenal sebagai sumber gula yang terdapat dalam air sadapannya (nira). Kandungan gula nira aren yang berkisar pada 6-6 % membuat tanaman ini memiliki potensi besar untuk dapat dimanfaatkan sebagai sumber bahan baku dalam produksi etanol. Nira yang manis diperoleh dari aren dengan cara penyadapan. Jika dibiarkan begitu saja maka nira akan meragi sendiri dan berubah menjadi tuak (Lempang, Mody. 2012).
Pemanfaatan Aren Menjadi Bioetanol
Fransisca Niastiwa, dkk (2013) meneliti tentang pemanfaatan nira aren menjadi etanol sebagai bahan bakar alternatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses pembuatan etanol dari nira aren sebagai energi alternatif, dan mendapatkan bioetanol dari nira aren dengan berbagai penggunaan hidrat untuk
memperoleh kadar yang lebih tinggi. Penelitian yang telah dilakukan diperoleh bioetanol dengan pengaruh waktu dan volume nira yang telah difermentasi yang diumpankan kedalam alat destilasi, etanol yang dihasilkan dari proses destilasi dan dehidrasi diperoleh nilai persentasi tertinggi pada volume nira 12 Liter dengan kadar etanol 83 %, pada temperatur evaporasi antara 82-85°C, dengan lama pemanasan 3 jam. Diperoleh kandungan etanol sebesar 95-97 % setelah melalui proses dehidrasi dengan menggunakan saringan molekuler impor.
Ragi
Ragi adalah zat yang dapat menyebabkan terjadinya proses fermentasi.
Ragi umumnya terdiri dari beberapa jenis salah satunya Saccharomyces cereviseae.
Saccharomyces cereviseae merupakan jenis khamir yang banyak digunakan untuk memproduksi minuman beralkohol seperti anggur, bir, dan juga banyak digunakan dalam fermentasi adonan dalam pembuatan roti dan fermentasi dalam pembuatan tape. Khamir yang dipilih haruslah tumbuh dengan baik yang mempunyai toleransi yang tinggi terhadap alkohol, dan mampu menghasilkan alkohol dengan jumlah yang banyak. Ragi Saccharomyces cerevisiae digunakan untuk meningkatkan hasil yang diperoleh dari produksi bioethanol dari gula karena dalam proses tersebut tidak membutuhkan sinar matahari dalam proses pertumbuhannya dan dapat langsung digunakan untuk fermentasi bioetanol karena tidak diperlukan persiapan inokulum secara khusus (Maharani dkk, 2021).
F. Wenur1 dan Y. Waromi (2017) melakukan penelitian dengan cara fermentasi nira aren dilakukan secara alami yaitu mikroba ragi berasal dari sisa endapan nira pengolahan sebelumnya. Penyulingan berlangsung dengan suhu tinggi hingga 100 °C di atas titik didih etanol (78,4 °C).
Bioethanol/Etanol
Bioetanol merupakan suatu bentuk energi alternatif, karena dapat mengurangi ketergantungan terhadap Bahan Bakar Minyak (pengganti premium dan pertamax), sehingga pemakaiannya akan menghemat devisa dan sekaligus sebagai pemasok energi nasional. Bioetanol dapat diperoleh dari fermentasi bahan- bahan yang mengandung amilum, sukrosa, glukosa, maupun fruktosa yang dihasilkan dari tetes tebu, singkong, jagung, sorghum maupun aren, sehingga bioetanol merupakan energi yang dapat diperbaharui (Niastiwa, Fransisca, dkk, 2013).
Bioetanol merupakan etanol yang berasal dari tumbuh –tumbuhan (biomassa) seperti tebu, biji-bijian, umbi-umbian, jagung, dan lain-lain. Ethanol mengalami perubahan jika pati dan amilum direaksikan membentuk gula sederhana (glukosa dan fruktosa) proses hidrolisis, setelah itu etanol mengalami proses fermentasi alkohol yang mengubah glukosa menjadi etanol dengan menambahkan mikroorganisme atau ragi. Bioetanol (C2H5OH) adalah cairan biokimia dari proses fermentasi gula menggunakan sumber karbohidrat dengan bantuan mikroorganisme. Bioetanol disebut juga sebagai salah satu biofuel yang hadir sebagai bahan bakar alternatif yang lebih ramah lingkungan dan sifatnya terbarukan (Yuni, 2015).
Alkohol atau etanol (C2H5OH) merupakan bahan baku yang sangat penting untuk sebagai pelarut kimia di laboratorium maupun industri, di rumah sakit sebagai bahan disinfektan dan spiritus bakar untuk keperluan rumah tangga.
Etanol juga dapat dikonsumsi manusia sebagai bahan minuman beralkohol, dan sebagai bahan baku farmasi dan kosmetik (Ely Asmara, 2012).
Fermentasi
Kata fermentasi dengan Bahasa Latin “fervere” yang artinya merebus.
Fermentasi merupakan reaksi biokatalis yang biasa digunakan untuk mengonversi bahan baku substrat oleh enzim dengan bantuan mikroba menghasilkan produk yang diinginkan. Mikroba terdiri dari bakteri, jamur (mold) dan khamir (yeast).
Proses fermentasi yang terjadi mengubah glukosa menjadi etanol (alkohol) dengan menambahkan yaitu ragi tape dan ragi instan. Alkohol yang dihasilkan dari proses
fermentasi yaitu alkohol yang mengandung kadar 8-10% volume (Maharani dkk, 2021).
Fermentasi merupakan proses pemecahan senyawa organik menjadi senyawa yang lebih sederhana dengan melibatkan mikroorganisme. Fermentasi adalah suatu proses perubahan kimiawi dari senyawa-senyawa organik (karbohidrat, lemak, protein, dan bahan organik lain) baik dalam keadaan aerob maupun anaerob, melalui kerja enzim yang dihasilkan oleh mikroba. Fermentasi bahan pakan mampu mengurai senyawa kompleks menjadi sederhana sehingga siap digunakan larva. Selain itu, sejumlah mikroorganisme diketahui mampu mensintesis vitamin dan asamasam amino tertentu yang dibutuhkan oleh larva hewan akuatik.
Destilasi
Destilasi adalah cara pemisahan zat cair dari campurannya berdasarkan perbedaan titik didih atau berdasarkan kemapuan zat untuk menguap. Dimana zat cair dipanaskan hingga titik didihnya, serta mengalirkan uap ke dalam alat pendingin (kondensor) dan mengumpulkan hasil pengembunan sebagai zat cair.
Pada kondensor digunakan air yang mengalir sebagai pendingin. Destilasi dapat dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu:
1. Destilasi konvensional (sederhana), proses destilasi berlangsung jika campuran dipanaskan dan sebagian komponen volatil menguap naik dan didinginkan sampai mengembun didinding kondensor.
2. Destilasi fraksional atau destilasi bertingkat yaitu proses yang komponen- komponennya secara bertingkat diuapkan dan diembunkan. Penyulingan terfraksi berbeda dari distilasi biasa, karena ada kolom fraksinasi di mana ada proses refluks. Refluk proses penyulingan dilakukan untuk pemisahan campuran bioetanol dan air dapat terjadi dengan baik.
3. Destilasi vakum, merupakan destilasi yang dilakukan degan cara cairan diuapkan pada tekanan rendah. Tujuan utamanya adalah menurunkan titik didih cairan yang bersangkutan, dan volatilitas relatif meningkat jika tekanan diturunkan. Alat destilasi ini merupakan alat yang tidak sederhana karna memerlukan system tertutup.
4. Destilasi Uap, destilasi uap dilakukan untuk memisahkan komponen campuran pada temperatur lebih rendah dari titik didih normalnya. Dengan cara ini pemisahan dapat brlangsung tanpa merusak komponen- komponen yangakan dipisahkan. 5. Destilasi azeotrop yaitu destilasi dengan menguapkan zat cair tanpa perubahan komposisi. Jadi ada perbedaan komposisi antara fase cair dan fase uap, dan hal ini merupakan syarat utama supaya pemisahan dengan distilasi dapat dilakukan.
5. Destilasi ekstraktif, destilasi ini mirip degan destilasi azeotropik dalam hal penambahan senyawa dalam hal penambahan senyawa lain untuk
mempermudah proses pemisahan. Dalam hal ini pelarut yang melakukan ekstrasi karena senyawa yang ditargetkan dapat larut degan baik dalam pelarut yang dipilih.
METODOLOGI PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat
Adapun praktikum ini dilaksanakan pada Selasa, 14 Feb Febuari 2023 pukul 14.30 WIB sampai dengan 28 Februari 2023 pukul 17.45 di Laboratorium Biosistem Program Studi Teknik Pertanian dan Biosistem Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini ialah:
- Panci sebagai wadah untuk pencampuran bahan - Pengaduk
- Timbangan - Toples
- Aqua botol ukuran 1,5L - Selang
- Plastisin - Gunting - Cutter - Corong - Alkoholmeter
- Alat tulis untuk mencatat data - Alat destilasi yang terdiri dari :
○ Labu destilasi untuk tmpat bioethanol
○ Kondensor
○ Ember
○ Konektor/klem
○ Labu destilasi untuk tempat alkohol yang telah disuling
○ Hotplate - Gelas ukur
Bahan - bahan yang digunakan selama praktikum ialah : - Urea 1,9 gram
- Nira aren 1L - Ragi 25 gram - Air
Prosedur Praktikum
Adapun prosedur praktikum sebagai berikut:
1. Disiapkan air nira sebanyak 1 Liter
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑔𝑢𝑙𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑖𝑛𝑔𝑖𝑛𝑘𝑎𝑛 = 𝑘𝑎𝑛𝑑𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑔𝑢𝑙𝑎 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑣𝑜𝑙. 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 + 𝑣𝑜𝑙. 𝑎𝑖𝑟 2. Dihitung kadar gula air nira dengan alkoholmeter, alat tersebut
menunjukan pada angka 27%
3. Dicampurkan ragi sebanyak 25 gr ke dalam air nira 4. Diaduk hingga campuran air nira dan ragi sampai merata
5. Dimasukkan urea sebanyak 1,9 mg ke dalam campuran ragi dan air nira 𝑢𝑟𝑒𝑎 = 8
2100(𝑘𝑔 × 𝑉𝑜𝑙 𝐵𝑎ℎ𝑎𝑛) 6. Diaduk hingga merata
7. Dimasukkan larutan tersebut ke botol aqua 1,5L lalu ditutup dengan rapat 8. Dilubangi tutup lubang aqua 1,5L sebesar selang yang terubung ke toples
9. Diisi air toples sampai secukupnya
10. Dilubangi tutup toples sampai sebesar selang yang terhubung ke botol aqua
11. Biarkan selang terendam dalam air di dalam toples untuk diamati gelembung yang dihasilkan
12. Lalu diamkan fermentasi bioethanol sampai hari ke-14 dengan pengamatan gelembung pada hari ke-3, 5, 7, dan 12.
13. Didestilasi larutan bioethanol
14. Diukur kadar alkohol yang dihasilkan
Hasil dan Pembahasan
Hasil
Tabel 1. Data Gelembung Pada Bioethanol
No. Hari ke- Gelembung Keterangan
1 3 Terdapat banyak
gelembung
Mikroorganisme sedang dalam masa aktif dalam melakukan fermentasi 2 5 Tidak ada data Tidak dilakukan pengamatan karena
hari libur kuliah
3 7 Sedikit gelembung Tidak ada aktivitas mikroorganisme dalam pengamatan
4 12 Gelembung sudah
tidak ada
Mikroorgaisme total tidak aktif karena tidak terdapat gelembung yang muncul selama ±10 menit
Tabel 2. Data Destilasi Volume bioethanol sebelum distilasi
Waktu distilasi Kadar alkohol Volume bioethanol setelah distilasi
950 ml ±5 jam (11.45-
17.45)
26% 226 ml
Pembahasan
Bioethanol (𝐶2𝐻5𝑂𝐻) digunakan sebagai bahan bakar alternatif yang bertujuan untuk mengurangi pemakaian bensin (bahan bakar fosil), merupakan turunan alkohol yang berasal dari hasil fermentasi gula atau sumber karbohidrat lainnya seperti pati dengan bantuan mikroorganismePada praktikum kali ini berfokus pada mikroorganisme Saccharomyces cereviseae yang dihasilkan oleh ragi, mikroorganisme ini membantu dalam pembuatan bir, anggur, ragi roti, dan
produk etanol lainnya. Mikroorganisme ini memiliki kemampuan untuk dengan cepat mengubah selulosa yang telah diolah sebelumnya menjadi etanol. Setelah melalui proses fermentasi selanjutnya memasuki tahap destilasi.
Larutan etanol yang dihasilkan dari proses fermentasi akan diproses lebih lanjut untuk menghilangkan kandungan air di dalamnya untuk mengahsilkan etanol anhidrat atau kering. Pada umumnya penghilangan kadar air dalam etanol dapat dilakukan dengan prinsip penyulingan/destilasi, yang dilakukan dengan memanfaatkan selisih titik didih campuran dalam larutan. Ketika campuran itu dipanaskan hingga titik didih etanol (78,2 °C), etanol dalam campuran akan menguap dan terpisah dari komponen lainnya. Pada praktikum ini destilasi yang digunakan ialah destilasi secara sederhana hal tersebut disesuaikan dengan alat dan bahan yang tersedia di laboratorium, proses destilasi sederhana ini dilakukan dengan mengalirkan uap zat cair tersebut melalui kondensor lalu hasilnya ditampung dalam suatu wadah. Akan tetapi destilasi ini memiliki kelemahan yaitu hasilnya yang tidak benar - benar murni.
Destilasi secara sederhana pada pratikum ini dilakukan dengan cara pemanasan larutan bioethanol yang telah di fermentasi menggunakan pembungkusan labu destilasi dengan alumunium foil yang diletakkan di atas hotplate hingga pemanasan mencapai titik didih ethanol yaitu 78,2 °C sehingga air akan menguap. Komponen zat yang memiliki titik didih yang lebih rendah akan menguap dan uap tersebut melewati kondensor yang harus selalu dalam keadaan dingin sehingga di ember diisi dengan es atau pendingin yang mendinginkan komponen zat tersebut, hal ini bertujuan untuk merubah wujud dari uap menjadi wujud cair. Untuk menuju labu destilasi cairan alkohol yang telah disuling akan
dialirkan melalui konektor/klem yang terhubung ke kondensor sehingga dapat ditampung di labu destilat atau labu Erlenmeyer. Pengukuran suhu juga penting dilakukan selama proses destilasi untuk mengontrol suhu yang diinginkan demi mencapai destilat yang murni.
Setelah proses destilasi selesai, selanjutnya pengukuran kadar alkohol pada bioethanol yang telah disuling. Nilai kadar alkohol yang didapat dari nira aren yang telah disuling ialah sebesar 26% dimana nilai tersebut termasuk kecil atau belum murni sepenuhnya, ehingga diperlukan destilasi ulang/destilasi bertingkat hingga mencapai angka kadar alkohol yang diinginkan. Berbeda dengan nilai kadar alkohol yang dihasilkan oleh nira kelapa dengan pemanasan menggunakan panci berisi air panas yang diletakkan di hotplate untuk pemanasan labu destilasi mencapai nilai kadar alkohol 70%. Perbedaan jenis nira yang digunakan dan cara pemanasan memungkinkan perbedaan kadar alkohol yang dihasilkan, sehingga dibutuhkan pengkajian lebih lanjut mengenai hal tersebut. Parameter
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Proses pembuatan bioethanol dari nira aren sebagai bahan bakar alternatif, yaitu pencampuran air nira dengan air, ragi,urea dan diaduk hingga merata, kemudian larutan dimasukkan ke dalam wadah dan ditutup rapat dengan tutup wadah dihubungkan dengan wadah berisi air untuk mengamati gelembung dengan menggunakan selang. Fermentasi bioethanol didiamkan sampai hari ke-14 dan pengamatan gelembung dilakukan pada hari ke-3, 5, 7, dan 12.
Kemudian dilakukan destilasi dan pengukuran kadar alkohol yang dihasilkan 2. Pengaruh kondisi frementasi dan distilasi terhadap kadar dan volume alkohol
yang dihasillkan yaitu semakin lama waktu fermentasi maka kadar alkohol semakin meningkat
Saran
Pada saat melakukan praktikum, perbandingan air nira, ragi dan urea harus diperhitungkan dengan teliti agar proses fermentasi dapat berlangsung dengan baik dan dapat menghasilkan tingat kemurnian etanol yang lebih tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Aditiya, H. B., Mahlia, T. M. I., Chong, W. T., Nur, H., & Sebayang, A. H. 2016.
Second generation bioethanol production: A critical review. Renewable and Sustainable Energy Reviews, 66, 631–653.
doi:10.1016/j.rser.2016.07.015
Annual Ethanol Production, 2019. Renew. Fuels Assoc. URL https://ethanolrfa.org/statistics/annual-ethanol-production/ (accessed 05.03.23).
Asmara, Ely. 2012. Studi Eksperimen Pemanfaatan Bioetanol E20 Sebagai Bahan Bakar Pada Motor 4 Langkah Dalam Kondisi Normal. Kendari: Universitas Haluoleo.
Gusmarwani, S. R. 2017 “DISTILASI CRUDE ETANOL UNTUK MEMPEROLEH BIOETANOL FUEL GRADE”, ReTII, 00. Available at:
//journal.itny.ac.id/index.php/ReTII/article/view/384
Guo, J. Littlewood, J. Joyce, R. Murphy. 2014. The environmental profile of bioethanol produced from current and potential future poplar feedstock in the EU. Green Chem. 10.1039/c4gc01124d.
Hutasoit, J., Griyantoro, D., & Melwita, E. 2016. Pengaruh waktu fermentasi dan kadar air nira nipah dalam pembuatan bioetanol menggunakan Saccharomyces cerevisiae. Jurnal Teknik Kimia, 22(2), 46-53.
Jannah, A. M. (2010). Proses fermentasi hidrolisat jerami padi untuk menghasilkan bioetanol. Jurnal Teknik Kimia, 17(1).
Lempang, Mody. 2012. Pohon Aren Dan Manfaat Produksinya. Makasar: Balai Penelitian Kehutanan Makassar.
Luntungan, F., Siwi, H., Sirun, A., & Priyono, P. 2022. PEMBUATAN
BIOETANOL DARI NIRA AREN SEBAGAI ENERGI
ALTERNATIF. Otopro, 18-22.
Maharani, Masitho Mega. 2021. Muhammad Bakrie. dan Nurlela. Pengaruh Jenis Ragi, Massa Ragi Dan Waktu Fermentasi Pada Pembuatan Bioetanol Dari Limbah Biji Durian. Fakultas Teknik. Universitas PGRI Palembang.
Niastiwa, Fransisca., dkk. 2013. Pemanfaatan Nira Aren Menjadi Bioetanol Sebagai Bahan Bakar Alternatif. Banten: Cilegon. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
Parinduri, L., & Parinduri, T. 2020. Konversi biomassa sebagai sumber energi terbarukan. JET (Journal of Electrical Technology), 5(2), 88-92.
Van Zyl, W. H., Lynd, L. R., den Haan, R., & McBride, J. E. (2007). Consolidated Bioprocessing for Bioethanol Production Using Saccharomyces cerevisiae.
Advances in Biochemical Engineering/Biotechnology, 205–235.
doi:10.1007/10_2007_061.
Wijaya, I. M. A. S., Arthawan, I. G. K. A., & Sari, A. N. 2012. Potensi nira kelapa sebagai bahan baku bioetanol. Jurnal Bumi Lestari, 12(1), 85-92.
Yuni Fitasari. 2015. Pengaruh Variasi Temperatur Inkubasi dan Jenis Ragi dalam Pembuatan Bioetanol dari Limbah Bongol Pisang (Musa Paradiaca).
Politeknik Negeri Sriwijaya. Palembang.
Yunus, Hamsina, dan M.Tang. 2020. Produksi Bioetanol Dari Nira Aren.
Mahasiswa Program Studi Teknik Kimia, Universitas Bosowa 45 Makassar.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Pengukuran urea, ragi dan air nira
Lampiran 2. Pengukuran kadar gula menggunakan alkoholmeter
Lampiran 3. Pengadukan seluruh bahan
Lampiran 4. Pemasukan campuran air nira, ragi dan urea ke botol aqua
Lampiran 5. Pelubangan dan penyambungan selang pada tutup aqua dan toples
Lampiran 6. Penutupan wadah biothanol
Lampiran 7. Pembukaan wadahbioethanol setelah 14 hari
Lampiran 8. Pengukuran Volume Bioethanol
Lampiran 9. Pemasukan bioethanol ke labu distilasi dan pembungkusan labu distilasi dengan alumunium foil
Lampiran 10. Distilasi sederhana Bioethanol
Lampiran 11. Hasil distilasi
Lampiran 11. Foto bersama hasil praktikum dan Asisten Laboratorium