• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan: Imbibisi pada Biji

N/A
N/A
ernita

Academic year: 2025

Membagikan "Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan: Imbibisi pada Biji"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN PERISTIWA IMBIBISI PADA BIJI

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Praktikum Fisiologi Tumbuhan

Dosen Pengampu:

Hadiansah, M.Pd

Oleh:

Kelompok 2/5E

Regina Arfarines 1222060095 Septiani Ernita 1222060101

Shiddiq Ihza 1222060103 Yusmi Dinan D 1222060116

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI

BANDUNG 2024

(2)

A. Landasan Teori

Imbibisi adalah peristiwa penyerapan air oleh permukaan zat-zat yang hidrofilik seperti protein Pati selulosa gelatin dan lainnya yang menyebabkan zat tersebut dapat mengembang setelah menyerap air. Kemampuan untuk menyerap air misalnya pada biji biasa disebut dengan potensial imbibisi dan prosesnya disebut imbibisi. Banyak sedikitnya air dapat diisi oleh zat yang sangat bergantung pada nilai potensial air di sekitarnya (Siregar, 2023).

Pada dasarnya proses imbibisi yang terjadi di dalam biji tumbuhan meliputi dua proses yang berjalan bersama-sama yaitu proses difusi dan osmosis. Pada imbibisi tidak ada keterlibatan membran imbibisi terjadi karena permukaan struktur struktur mikroskopis dalam sel tumbuhan seperti selulosa Pati dan bahan lainnya menarik dan memegang molekul-molekul air dengan gaya tarik antar molekul. Dengan kata lain imbibisi terjadi oleh potensial matriks. Pada proses imbibisi juga dipengaruhi oleh kadar atau konsentrasi larutan gula (Lestari, 2018).

Air yang berisi besi menyebabkan biji mengembang dan memecahkan kulit pembungkus dan juga memicu perubahan metabolik pada embrio yang menyebabkan biji tersebut melanjutkan pertumbuhanpertumbuhan (campbell, 2002)

Air yang masuk tersebut akan mengaktifkan enzim-enzim yang telah ada pada biji dan membantu proses pembentukan enzim yang telah disalurkan ke bagian embrionik untuk membantu proses terjadinya perkecambahan pada biji. Penyerapan air yang terjadi pada biji ini akan terhidrasi membentuk enzim termasuk di dalamnya hormon auksin dan sitokinin (Ferdiawan, 2019) .

B. Alat dan Bahan

Tabel 1. Alat percobaan peristiwa imbibisi pada biji.

No Alat Jumlah

1 Tabung reaksi 5 buah

2 Penangas air (40°C dan 60°C) 2 buah

3 Timbangan 1 buah

(3)

Tabel 2. Bahan percobaan peristiwa imbibisi pada biji.\

No Bahan Jumlah

1 Biji kacang tanah 50 buah

2 Aquades Secukupnya

3 Larutan sukrosa 1M Secukupnya

C. Langkah Kerja

Disediakan 5 buah tabung reaksi dan dibuat menjadi 2

kelompok masing-masing terdiri dari 2 dan 3 buah tabung reaksi. Pada kelompok pertama diisi dengan aquades

dan kelompok kedua diisi dengan larutan sukrosa 1M

Dari setiap tabung reaksi, satu tabung reaksi ditempatkan pada suhu kamar, satu tabung

reaksi ditempatkan pada penangas air bersuhu 40°C,

dan satu lagi ditempatkan pada penangas air bersuhu

60°C

5 kelompok biji dimasukkan ke dalam 5 tabung reaksi berbeda.

Biji direndam selama 40 menit pada masing-masing

suhu. Kemudian ditimbang kembali seluruh kelompok biji

dan dicatat hasilnya serta dimasukkan pada tabel.

Dipilih 50 biji kacang hijau utuh, kemudian dibuat menjadi 5 kelompok dan ditimbang setiap kelompok untuk dicatat berat sebelum.

(4)

D. Hasil Pengamatan dan Pembahasan

Larutan Suhu Massa Awal (gram)

Massa Akhir (gram)

Massa Akhir – Masaa Awal

Kecepatan Imbibisi (V) (gram/detik)

Aquades Ruangan 2.439 3.024 0.585 0.00024

Sukrosa 1m Ruangan 2.548 2.700 0.152 0.000063

Sukrosa 1m Suhu 40ͦ 2.057 2.287 0.023 0.000095

Sukrosa 1m Suhu 60ͦ 1.997 2.247 0.025 0.000010

Dokumentasi Hasil Pengamatan

No. Larutan Suhu Sebelum direndam Setelah direndam 1. Aquades Ruangan

2. Sukrosa 1m Ruangan

(5)

3. Sukrosa 1m Suhu 40ͦ

4. Sukrosa 1m Suhu 60ͦ

Pada kacang hijau yang direndam dalam larutan aquades dengan menggunakan suhu ruang , memiliki massa awal 2.439 gram. Setelah direndam , kacang hijau mengalami peristiwa imbibisi sehingga mengalami penaikan massa menjadi 3.024 gram. Setelah dikalkulasikan, maka pada tabung ini memiliki selisih massa yakni 0,585 gram dengan kecepatan imbibisinya 0,00024 gram/ detik.

Pada kacang hijau yang direndam dalam larutan sukrosa 1m dengan menggunakan suhu ruang , memiliki massa awal 2.548 gram. Setelah direndam , kacang hijau mengalami peristiwa imbibisi sehingga mengalami penaikan massa menjadi 2.700. Setelah dikalkulasikan, maka pada tabung ini memiliki selisih massa yakni 0,585 gram dengan kecepatan imbibisinya 0,000063 gram/ detik.

Pada kacang hijau yang direndam dalam larutan Sukrosa 1m dengan menggunakan suhu 40°C , memiliki massa awal 2.057 gram. Setelah direndam , kacang hijau mengalami peristiwa imbibisi sehingga mengalami penaikan massa menjadi 2.287 gram. Setelah dikalkulasikan, maka pada tabung ini memiliki selisih massa yakni 0,023 gram dengan kecepatan imbibisinya 0,000095 gram/ detik.

Pada kacang hijau yang direndam dalam larutan Sukrosa 1m dengan menggunakan suhu 60°C , memiliki massa awal 1.997 gram. Setelah direndam , kacang hijau mengalami

(6)

peristiwa imbibisi sehingga mengalami penaikan massa menjadi 2.247 gram. Setelah dikalkulasikan, maka pada tabung ini memiliki selisih massa yakni 0,023 gram dengan kecepatan imbibisinya 0,000010 gram/ detik.

Penambahan penambahan berat disebabkan disebabkan sudah tidak adalagi gaya tarik oleh senyawa higroskopik (amilum dan protein) yang ada di dalam biji tersebut karena sudah penuh dengan air yang tadinya diserap. Hal ini terjadi karena adanya titik jenuh biji pada proses penyerapan. Ketika volume air dalam membran biji telah sampai pada batas tertentu, akan timbul tekanan hidrostatik yang mendorong ke luar biji, sehingga sehingga kecepatan kecepatan penyerapan penyerapan air menurun. Berdasarkan hal inilah sehingga dapat diketahui bahwa semakin lama proses perendaman biji perendaman biji di dalam di dalam air, semakin air, semakin besar kecepatan penyerapan airnya. Begitupula sebaliknya, semakin sedikit waktu perendaman, perendaman, semakin semakin lambat kecepatan kecepatan penyerapan air.

E. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan didapatkan hasil yang berbeda- beda kecepatan kecepatan peyerapan penyerapan air pada setiap jenis biji. Kecepatan Kecepatan penyerapan penyerapan air pada Kacang Hijau Hal ini disebabkan oleh kondisi dari jenis bijinya yang berbeda. Kecepatan peyerapan peyerapan air pada jenis biji sangat berbeda berbeda karena pada setiap biji mempunyai mempunyai tekanan atau potensial air yang berbeda, selain itu daya serap air oleh masing-masing biji juga berbeda, berbeda, dan struktur struktur dari masing- masingmasing biji juga tidak sama. Penambahan berat tersebut tersebut disebakan disebakan karena masuknya masuknya air ke dalam biji pada saat perendaman. Faktor yang mempengaruhi penyerapan air yaitu permeabilitas kulit atau membran biji, konsentrasi konsentrasi air, suhu air, tekanan tekanan hidrostatik, luas permukaan biji yang kontak dengan air, spesies dan varietas, tingkat kemasakan, komposisi kimia dan umur.

F. Daftar Pustaka

campbell, N. (2002). Biologi Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Ferdiawan, N. (2019). Pertumbuhan Benih. Jurnal Teknologi Pangan, 349–354.

Lestari, S. (2018). Pengaruh Perlakuan Perendaman Air Panas dan Dingin Terhadap

Perkecambahan Benih Karet ( Hevea brasilliensis Muell.Arg ). Jurnal Pendidikan .

(7)

Siregar, K. (2023). Uji Perkecambahan Benih Kedelai (Glycine Max L. Merril) Pada Berbagai Media Kertas Menggunakan Alat Pengecambah Benih F&F Manual Germinator. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Agroekoteknologi.

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini terjadi karena pada tanaman tersebut terjadi laju transpirasi yang tinggi sehingga banyak uap air yang dikeluarkan oleh tanaman melalui daun. Oleh

PENGARUH EKSTRAK DAGING BUAH TEMBESU ( Fragraea fragrans ) TERHADAP PERKECAMBAHAN BIJI KACANG HIJAU ( Vigna radiata ). Oleh:

Pada perlakuan menggunakan daun singkong menujukkan bahwa daun singkong tanpa dibungkus menunjukkan indikasi memiliki kadar pati tertinggi setelah ditetesi kalium

Toples C juga diberi perlakuan yang berbeda dengan penambahan larutan hara Ca dimana jika kekurangan tumbuhan akan mengalami gejala menyebabkan terjadinya

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan air kelapa terhadap pematahan dormansi biji jarak pagar ( Jatropha curcas ), hasil pematahan dormansi biji

- Transpiransi, yaitu bagian yang paling utama dari kehilangan air ini. Dalam daun air akan diuapkan dari dinding sel ke ruang antar sel. Dari sini didifusikan ke luar ke udara

Perbedaan hasil praktikum dengan literatur dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang mana Yuwanta (2004) menjelaskan bahwa faktor yang mempengaruhi respirasi pada

Dari grafik di atas, dapat dilihat bahwa pertumbuhan jumlah akar pada tanaman Piper betle dengan perlakuan direndam dalam larutan IAA 0,1 ppm, tanaman di tempat