• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Praktikum Metode Pengadaan dan Analisis Harga Satuan Pekerjaan dalam Proyek Konstruksi Kehutanan

N/A
N/A
Syahbina Nur Az Zahra

Academic year: 2025

Membagikan "Laporan Praktikum Metode Pengadaan dan Analisis Harga Satuan Pekerjaan dalam Proyek Konstruksi Kehutanan"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

Laporan Praktikum

Keteknikan dan Pembukaan Wilayah Hutan

METODE PENGADAAN DAN ANALISIS HARGA SATUAN PEKERJAAN

NAMA : SYAHBINA NUR AZ ZAHRA NIM : M011231227

KELAS : KPWH C KELOMPOK : 8

ASISTEN : 1. NUR HIKMAH 2. ILDA KUMALASARI

LABORATORIUM KETEKNIKAN DAN PENGEMBANGAN WILAYAH PEMANENAN HUTAN

PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR 2025

(2)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penting dalam manajemen proyek konstruksi yang bertujuan untuk mencapai efisiensi biaya, waktu, dan mutu. Proses pengadaan menentukan bagaimana sumber daya diperoleh, sedangkan analisis harga satuan pekerjaan menyediakan dasar perhitungan biaya yang akurat untuk setiap item pekerjaan berdasarkan volume, harga bahan, upah tenaga kerja, dan alat. Kombinasi yang tepat antara metode pengadaan dan analisis biaya yang andal dapat mencegah deviasi anggaran proyek dan keterlambatan pelaksanaan. Dalam dunia konstruksi, metode pelaksanaan sangat berpengaruh terhadap hasil analisis harga satuan pekerjaan. Misalnya, pada proyek Menara BRI Gatot Subroto, perbandingan antara metode aluminium formwork dan table form menunjukkan bahwa pemilihan metode memengaruhi efisiensi biaya dan waktu.

Aluminium formwork lebih mahal secara satuan, namun unggul dalam kualitas dan durasi pengerjaan dibandingkan dengan table form (Wijaya, 2019).

Pengaruh metode pelaksanaan terhadap analisis harga satuan pekerjaan dalam proyek konstruksi tidak hanya mencakup aspek biaya langsung, tetapi juga berdampak pada efisiensi keseluruhan proyek, termasuk kecepatan pelaksanaan, kebutuhan tenaga kerja, serta kualitas hasil akhir. Hal ini menunjukkan bahwa pemilihan metode tidak dapat semata-mata didasarkan pada perhitungan biaya satuan, melainkan harus mempertimbangkan efisiensi jangka panjang dan nilai tambah yang diberikan terhadap mutu hasil konstruksi secara keseluruhan. Standar nasional juga memiliki dampak besar dalam analisis biaya. Dalam studi kasus gedung kantor Pengadilan Agama Yogyakarta, perbandingan antara SNI 2002 dan SNI 2007 memperlihatkan bahwa perubahan dalam standar analisis satuan kerja menghasilkan perbedaan biaya signifikan pada pekerjaan beton, dengan SNI 2007 lebih efisien sebesar 4,38%. Lebih lanjut, pendekatan modern seperti penggunaan beton pracetak terbukti dapat mempercepat waktu pelaksanaan proyek dan mengurangi biaya. Hal ini dibuktikan dalam proyek Terminal Bandar Udara Internasional Jawa Barat, di mana metode pracetak menghasilkan estimasi durasi kerja yang lebih singkat dan biaya pelaksanaan lebih terkendali dibanding metode konvensional (Malamassam, 2016).

Tak kalah penting juga faktor produktivitas tenaga kerja dalam analisis harga satuan. Penelitian menggunakan metode time study pada proyek ITS menunjukkan bahwa produktivitas sangat dipengaruhi oleh kondisi lokasi kerja, jumlah pekerja, jenis alat, dan bahan. Faktor-faktor ini harus diperhitungkan dalam analisis harga satuan untuk menghasilkan estimasi biaya yang realistis Dengan mempertimbangkan berbagai variabel seperti metode pelaksanaan, standar nasional, serta faktor produktivitas, maka metode pengadaan dan analisis harga satuan pekerjaan menjadi fondasi penting dalam perencanaan anggaran proyek konstruksi. Tanpa analisis yang tepat, proyek berisiko mengalami pembengkakan biaya dan penurunan mutu hasil akhir (Malamassam, 2016).

(3)

1.2 Landasan Teori

1.2.1 Pengertian Rancangan Anggaran Biaya Dan Analisis Harga Satuan Proyek (AHSP)

Rancangan Anggaran Biaya (RAB) sebagai dokumen yang berisi estimasi biaya yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu proyek konstruksi. Rancangan Anggaran Biaya (RAB)juga sebagai salah satu dokumen krusial dalam tahapan awal perencanaan proyek konstruksi yang berfungsi sebagai panduan utama dalam pengelolaan keuangan proyek. RAB mencakup berbagai komponen seperti biaya bahan, tenaga kerja, peralatan, dan biaya tidak langsung lainnya. Penyusunan RAB bertujuan untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai kebutuhan dana proyek sehingga dapat digunakan sebagai dasar dalam perencanaan dan pengendalian biaya. Analisis Harga Satuan Proyek (AHSP) adalah metode yang digunakan untuk menentukan harga satuan setiap pekerjaan dalam proyek konstruksi. AHSP mencakup perhitungan harga bahan, tenaga kerja, dan peralatan berdasarkan standar yang berlaku. Metode ini membantu dalam menyusun anggaran proyek yang lebih akurat dan realistis, serta menjadi acuan dalam proses tender dan kontrak (Mokolensang et al., 2023).

RAB tidak hanya mencakup estimasi total biaya yang dibutuhkan, tetapi juga merinci setiap komponen pengeluaran mulai dari bahan bangunan, upah tenaga kerja, biaya penyewaan atau pengadaan alat berat, hingga biaya tidak langsung seperti administrasi, pengawasan, dan kontinjensi. Keakuratan dalam penyusunan RAB sangat menentukan keberhasilan proyek karena berfungsi sebagai alat pengendali agar pelaksanaan pekerjaan tetap berada dalam batas anggaran yang telah ditetapkan.

Salah satu komponen penting dalam penyusunan RAB adalah Analisis Harga Satuan Pekerjaan (AHSP), yaitu metode sistematis yang digunakan untuk menghitung harga satuan dari setiap item pekerjaan berdasarkan data aktual atau standar yang dikeluarkan oleh pemerintah (misalnya SNI atau Permen PUPR). AHSP mempertimbangkan tiga elemen utama yaitu harga bahan, biaya tenaga kerja, dan penggunaan peralatan, serta memperhitungkan koefisien analisis teknis dari masing- masing pekerjaan. Dengan menggunakan AHSP, perencana dapat menyusun anggaran yang lebih transparan, efisien, dan kompetitif sehingga dapat digunakan sebagai dasar penawaran harga dalam proses tender, serta mempermudah proses evaluasi dan negosiasi kontrak antara pihak pemberi kerja dan kontraktor. Selain itu, RAB yang disusun dengan pendekatan AHSP juga memungkinkan dilakukannya pembaruan estimasi secara lebih mudah apabila terjadi perubahan harga pasar atau volume pekerjaan di lapangan (Mokolensang et al., 2023).

Dalam manajemen proyek konstruksi, RAB dan AHSP memiliki peran penting dalam pengendalian biaya dan alokasi sumber daya. RAB digunakan untuk menentukan total biaya proyek, sementara AHSP membantu dalam perhitungan harga satuan pekerjaan sehingga anggaran dapat disusun dengan lebih rinci. Dengan adanya kedua dokumen ini, pemangku kepentingan dapat melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap biaya proyek secara lebih efektif. Penyusunan AHSP dilakukan melalui beberapa tahapan, seperti pemahaman spesifikasi teknis, pemilihan metode perhitungan, pengumpulan data harga bahan dan tenaga kerja, serta validasi hasil

(4)

perhitungan. Metode yang digunakan dalam AHSP dapat berupa metode perbandingan langsung, metode biaya komponen, atau metode perhitungan langsung, tergantung pada kompleksitas pekerjaan dan data yang tersedia. Proses penyusunan AHSP sendiri melibatkan tahapan yang cukup kompleks, dimulai dari pemahaman menyeluruh terhadap spesifikasi teknis proyek, identifikasi jenis pekerjaan yang akan dilakukan, pemilihan metode analisis yang sesuai, hingga pengumpulan data harga bahan bangunan, upah tenaga kerja lokal, dan biaya operasional peralatan. Validasi akhir dilakukan untuk memastikan bahwa harga satuan yang dihasilkan sesuai dengan standar mutu yang diharapkan serta mencerminkan kondisi pasar aktual. Dalam praktiknya, metode yang digunakan dalam AHSP bisa bervariasi, mulai dari metode perbandingan langsung yang mengacu pada proyek sejenis sebelumnya, metode biaya komponen yang menghitung setiap elemen pekerjaan secara terpisah dan mendetail, hingga metode perhitungan langsung berdasarkan data empiris di lapangan. Pemilihan metode ini sangat bergantung pada kompleksitas proyek, ketersediaan data, dan tingkat akurasi yang diinginkan. Melalui pendekatan ini, AHSP tidak hanya menjadi alat bantu perhitungan, tetapi juga menjadi instrumen strategis untuk pengendalian biaya dan pengambilan keputusan di sepanjang siklus hidup proyek konstruksi (Fauziah, 2023).

Menurut Fauziah (2023), terdapat beberapa manfaat dari RAB, yaitu:

1. Pengendalian Biaya

RAB membantu dalam mengendalikan biaya selama pelaksanaan proyek dengan memberikan perkiraan biaya yang jelas dan terperinci.

2. Perencanaan Anggaran

RAB memungkinkan perencanaan anggaran yang lebih baik dengan mengidentifikasi dan menetapkan biaya-biaya yang diperlukan sebelumnya. 

3. Penyusunan Jadwal

RAB memberikan informasi tentang alokasi waktu dan sumber daya yang diperlukan untuk setiap pekerjaan, yang membantu dalam menyusun jadwal proyek yang realistis.

4. Dasar Negosiasi

RAB dapat digunakan sebagai dasar untuk negosiasi kontrak dengan pihak ketiga, termasuk kontraktor dan pemasok.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa penggunaan metode AHSP dalam penyusunan RAB dapat menghasilkan estimasi biaya yang lebih akurat dibandingkan dengan metode lain seperti Standar Nasional Indonesia (SNI). Studi kasus pada proyek pembangunan gedung menunjukkan bahwa perhitungan menggunakan AHSP menghasilkan estimasi biaya yang lebih tinggi dibandingkan metode SNI, namun lebih sesuai dengan kondisi pasar dan kebutuhan proyek. AHSP memberikan fleksibilitas dalam penyesuaian harga berdasarkan dinamika pasar, seperti fluktuasi harga bahan bangunan, upah tenaga kerja lokal, serta ketersediaan dan biaya operasional peralatan konstruksi. Namun, ketika digunakan metode AHSP berbasis harga aktual di lapangan, estimasi biaya cenderung lebih tinggi daripada kedua metode tersebut, meskipun dinilai lebih mencerminkan kebutuhan riil proyek. Hal ini disebabkan oleh pendekatan AHSP yang tidak hanya mengandalkan koefisien baku, tetapi juga memperhitungkan kondisi lokal, tingkat produktivitas aktual pekerja, serta efisiensi alat dan metode kerja yang

(5)

digunakan. Dengan demikian, meskipun menghasilkan angka estimasi yang lebih besar, metode AHSP justru dianggap lebih realistis dan membantu dalam meminimalkan risiko pembengkakan biaya selama tahap pelaksanaan proyek.

Pendekatan ini juga memberikan dasar yang kuat untuk negosiasi harga dalam kontrak serta menjadi alat kontrol biaya yang lebih efektif di sepanjang siklus proyek (Endom et al., 2023).

1.2.2 Komponen Dan Sumber Data Analisis Harga Satuan Pekerjaan (AHSP) Analisis Harga Satuan Pekerjaan (AHSP) merupakan metode yang digunakan dalam perencanaan anggaran proyek konstruksi untuk menentukan biaya setiap unit pekerjaan berdasarkan komponen yang terlibat. Komponen utama dalam AHSP meliputi biaya tenaga kerja, bahan, dan alat yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan. Metode ini bertujuan untuk memberikan estimasi biaya yang akurat sehingga proyek dapat berjalan sesuai dengan anggaran yang telah ditetapkan.

Sumber data dalam AHSP berasal dari berbagai referensi, termasuk standar nasional seperti SNI 2018 dan AHSP 2016 yang diterbitkan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). Selain itu, data historis dari proyek sebelumnya juga sering digunakan sebagai acuan dalam menentukan harga satuan pekerjaan. Faktor lain yang mempengaruhi harga satuan adalah inflasi, lokasi proyek, serta kebijakan pemerintah terkait harga bahan dan upah tenaga kerja (Yacub et al., 2018).

Analisis Harga Satuan Pekerjaan (AHSP) memainkan peran krusial dalam proses perencanaan dan pengendalian biaya proyek konstruksi. Dengan memecah setiap jenis pekerjaan menjadi elemen-elemen dasar seperti tenaga kerja, bahan, dan peralatan, AHSP memungkinkan perencana untuk menghitung estimasi biaya dengan tingkat akurasi yang tinggi. Setiap komponen dihitung berdasarkan kebutuhan volume dan harga satuan terkini yang relevan dengan kondisi pasar dan lokasi proyek.

Metodologi ini tidak hanya membantu dalam menyusun Rencana Anggaran Biaya (RAB), tetapi juga menjadi dasar dalam pengendalian biaya selama tahap pelaksanaan proyek, termasuk saat melakukan evaluasi terhadap perubahan desain atau kondisi lapangan. Penggunaan sumber data yang valid dan terkini sangat penting dalam penyusunan AHSP. Standar Nasional Indonesia (SNI) 2018 dan AHSP 2016 dari Kementerian PUPR menjadi referensi utama untuk memastikan keseragaman dan keandalan dalam perhitungan biaya. Namun, perencana juga harus mempertimbangkan data lokal seperti harga bahan bangunan setempat, tarif upah tenaga kerja di daerah tertentu, serta efisiensi penggunaan alat berat. Pengaruh eksternal seperti inflasi, fluktuasi harga material, serta kebijakan fiskal pemerintah juga harus diperhitungkan agar estimasi tetap relevan sepanjang siklus proyek. Dengan mempertimbangkan semua faktor ini secara komprehensif, AHSP dapat menjadi alat strategis dalam menjamin efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas dalam manajemen biaya konstruks (Yacub et al., 2018).

Dalam penerapan AHSP, metode perhitungan dapat dilakukan dengan pendekatan empiris berdasarkan data historis penawaran kontraktor. Model analisis ini mempertimbangkan indeks harga lokal dan tingkat inflasi sebagai parameter utama dalam menentukan harga satuan pekerjaan. Dengan demikian, AHSP tidak hanya berfungsi sebagai alat estimasi biaya tetapi juga sebagai dasar dalam pengambilan

(6)

keputusan terkait efisiensi dan efektivitas anggaran proyek. Penelitian mengenai AHSP terus berkembang untuk meningkatkan akurasi estimasi biaya konstruksi. Studi terbaru menunjukkan bahwa perbedaan metode perhitungan, seperti AHSP 2016 dan SNI 2018, dapat menghasilkan estimasi biaya yang berbeda. Oleh karena itu, pemilihan metode yang tepat sangat penting dalam perencanaan proyek agar dapat mencapai efisiensi biaya yang optimal. Dalam penerapan Analisis Harga Satuan Pekerjaan (AHSP), pendekatan perhitungan tidak hanya mengandalkan teori dan standar nasional, tetapi juga dapat dilakukan dengan metode empiris yang berbasis pada data historis penawaran dari kontraktor. Pendekatan ini dinilai lebih adaptif terhadap kondisi pasar lokal karena mempertimbangkan variabel-variabel dinamis seperti indeks harga lokal dan tingkat inflasi yang terjadi di wilayah proyek berlangsung. Oleh karena itu, metode empiris sering digunakan untuk proyek-proyek di daerah dengan karakteristik harga yang berbeda dari standar nasional. Data historis tersebut menjadi sumber informasi berharga dalam menyesuaikan estimasi dengan kondisi nyata di lapangan (Endom et al., 2023).

Selain ketiga komponen utama, yaitu tenaga kerja, bahan, dan alat, AHSP juga sering kali dipengaruhi oleh faktor eksternal yang tidak tercantum secara eksplisit dalam struktur perhitungan, namun memiliki dampak signifikan terhadap hasil estimasi.

Faktor-faktor tersebut mencakup lokasi proyek (yang memengaruhi biaya transportasi dan logistik), tingkat inflasi, serta kebijakan fiskal atau regulasi pemerintah yang memengaruhi harga upah dan bahan bangunan. Pemilihan metode perhitunganantara AHSP resmi dan metode berdasarkan pengalaman kontraktor berpengaruh terhadap ketepatan estimasi biaya proyek. Metode yang menggunakan pengalaman lapangan dinilai lebih fleksibel dan sesuai dengan kondisi aktual, namun metode AHSP memiliki keunggulan dalam hal standarisasi dan akuntabilitas dalam pelaporan keuangan proyek (Oktaviani et al., 2025)

Komponen utama dalam AHSP mencakup tiga elemen penting, yaitu biaya tenaga kerja, bahan, dan alat. Setiap komponen dihitung berdasarkan koefisien penggunaan dan harga satuan terkini yang diperoleh dari data pasar maupun standar nasional seperti yang tercantum dalam Peraturan Menteri PUPR perbedaan koefisien tenaga kerja, alat, dan bahan pada AHSP 2016 dan 2022 dapat menghasilkan estimasi biaya yang signifikan berbeda, sehingga penting untuk menggunakan data dan metode yang sesuai dengan kondisi lapangan actual. Sumber data dalam penyusunan AHSP dapat berasal dari berbagai referensi, termasuk dokumen perencanaan teknis, data survei harga lokal, serta regulasi pemerintah seperti Permen PUPR No. 1 Tahun 2022.

Data historis proyek-proyek sebelumnya juga menjadi acuan penting dalam menyesuaikan estimasi dengan kondisi aktual di lapangan. Pentingnya pembaruan data harga secara berkala untuk mengantisipasi fluktuasi pasar dan menjamin keakuratan dalam Rencana Anggaran Biaya (RAB). Selain itu, sumber data juga dapat diperoleh melalui observasi langsung di lokasi proyek serta wawancara dengan pelaku konstruksi untuk menyesuaikan dengan kondisi riil proyek (Oktaviani et al., 2025)

Lebih dari sekadar alat estimasi biaya, AHSP berfungsi sebagai dasar pengambilan keputusan dalam aspek efisiensi dan efektivitas penggunaan anggaran proyek. Informasi harga satuan yang akurat memungkinkan manajer proyek untuk menilai kelayakan finansial dari berbagai alternatif desain, metode kerja, hingga

(7)

pemilihan material. Hal ini sangat penting dalam konteks proyek pemerintah yang memiliki batasan anggaran ketat dan dituntut untuk memberikan output maksimal.

AHSP yang tepat dapat membantu menghindari pemborosan, mencegah terjadinya biaya tak terduga, dan mendukung transparansi dalam proses pelelangan. Penelitian dan pengembangan dalam bidang AHSP terus dilakukan untuk meningkatkan akurasi dan relevansi estimasi biaya konstruksi. Salah satu temuan penting dari studi terbaru adalah adanya perbedaan signifikan dalam hasil estimasi ketika menggunakan metode yang berbeda, seperti antara AHSP 2016 dan SNI 2018. Hal ini menunjukkan bahwa pemilihan metode perhitungan sangat menentukan dalam mencapai efisiensi biaya proyek. Faktor-faktor seperti konteks proyek, lokasi geografis, dan jenis pekerjaan konstruksi harus diperhitungkan secara cermat dalam memilih metode AHSP yang paling sesuai. Dengan demikian, pendekatan yang tepat akan memberikan hasil estimasi yang lebih realistis dan dapat diandalkan sebagai dasar pengambilan keputusan strategis dalam manajemen proyek konstruksi (Kalbuadi & Yuwono, 2023).

1.2.3 Pengertian Pengadaan Barang Dan Jasa

Pengadaan barang dan jasa merupakan proses yang dilakukan oleh organisasi, baik pemerintah maupun swasta, untuk memperoleh barang atau jasa yang dibutuhkan guna mendukung operasionalnya. Proses ini mencakup identifikasi kebutuhan, pemilihan penyedia, negosiasi harga, serta pelaksanaan kontrak. Menurut Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2018, pengadaan barang dan jasa pemerintah adalah kegiatan yang dilakukan oleh kementerian, lembaga, atau perangkat daerah dengan menggunakan dana APBN atau APBD. Dalam konteks pemerintahan, pengadaan barang dan jasa memiliki peran strategis dalam mendukung pembangunan dan pelayanan publik. Sistem pengadaan yang transparan dan akuntabel dapat meningkatkan efisiensi serta mencegah praktik korupsi. Salah satu metode yang digunakan dalam pengadaan modern adalah e-procurement, yang memungkinkan proses pengadaan dilakukan secara elektronik untuk meningkatkan transparansi dan efektivitas (Mulyono, 2020).

Pengadaan barang dan jasa juga sebagai proses penting dalam penyelenggaraan pemerintahan dan sektor swasta untuk memperoleh barang atau jasa yang dibutuhkan guna mendukung operasional dan pencapaian tujuan organisasi.

Secara umum, pengadaan barang/jasa dapat diartikan sebagai serangkaian kegiatan mulai dari perencanaan kebutuhan hingga penyelesaian semua proses untuk mendapatkan barang atau jasa yang diperlukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dalam konteks pemerintahan, proses ini harus dilakukan secara efisien, efektif, transparan, terbuka, bersaing, adil, dan akuntabel, sebagaimana diamanatkan oleh regulasi seperti Perpres No. 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Lebih lanjut, pengadaan barang dan jasa tidak hanya sebatas aktivitas administratif, tetapi juga memiliki dimensi strategis dalam mendukung pelayanan publik dan pembangunan. Pengadaan mencakup seluruh tahapan dari perencanaan hingga pemilihan penyedia, dan melibatkan struktur organisasi yang khusus seperti Unit Kerja Pengadaan Barang dan Jasa (UKPBJ). Oleh karena itu, pemahaman mendalam tentang pengertian dan proses pengadaan sangat penting untuk memastikan bahwa setiap tahapan dilaksanakan sesuai prinsip good governance, serta mampu

(8)

menghindari potensi penyalahgunaan anggaran dan praktik korupsi (Syam et al., 2018).

Pengadaan barang dan jasa merupakan proses strategis yang dapat dilakukan melalui berbagai metode, seperti lelang terbuka, pemesanan langsung, penunjukan langsung, dan kontrak jangka panjang. Setiap metode memiliki karakteristik dan ketentuan hukum yang berbeda, yang pemilihannya disesuaikan dengan nilai, jenis, serta kompleksitas kebutuhan barang atau jasa. Misalnya, lelang terbuka biasanya digunakan untuk pengadaan dengan nilai besar dan kompleks, karena memberikan ruang kompetisi yang luas dan transparan. Sementara itu, pemesanan langsung lebih tepat untuk pengadaan dengan nilai kecil atau kondisi darurat, di mana kecepatan dan kepraktisan menjadi pertimbangan utama. Dalam praktiknya, pemilihan metode pengadaan juga harus mengacu pada peraturan pemerintah yang berlaku seperti Perpres No. 16 Tahun 2018 (Qomaruddin & Kurniawan, 2021).

Agar proses pengadaan berjalan optimal, diperlukan pendekatan yang efektif, efisien, serta berlandaskan prinsip-prinsip etika, transparansi, dan akuntabilitas. Etika dalam pengadaan sangat penting untuk mencegah terjadinya konflik kepentingan, kolusi, atau tindakan korupsi yang dapat merugikan negara dan masyarakat. Selain itu, evaluasi terhadap kinerja penyedia, pengawasan internal, dan pengelolaan risiko juga menjadi bagian dari tata kelola pengadaan yang baik. Organisasi publik maupun swasta dituntut untuk terus memperkuat kapasitas lembaga pengadaan agar dapat menyesuaikan diri dengan dinamika kebutuhan dan tantangan yang ada di lapangan.

Seiring dengan perkembangan teknologi, inovasi dalam sistem pengadaan menjadi aspek krusial dalam meningkatkan efisiensi dan akuntabilitas. Salah satu inovasi penting yang telah banyak diimplementasikan adalah sistem pengadaan secara elektronik (e-procurement). Penelitian menunjukkan bahwa penerapan e-procurement dapat menurunkan biaya transaksi, mempercepat proses pengadaan, serta meningkatkan transparansi dan pengawasan publik terhadap proses pengadaan Dengan adanya sistem digital ini, pelaporan dan dokumentasi menjadi lebih rapi dan mudah ditelusuri, sehingga mendukung penerapan prinsip good governance dalam sektor pengadaan barang dan jasa (Qomaruddin & Kurniawan, 2021).

Pengadaan barang dan jasa juga dapat dilakukan melalui berbagai metode, seperti lelang terbuka, pemesanan langsung, dan kontrak jangka panjang. Pemilihan metode yang tepat bergantung pada jenis barang atau jasa yang dibutuhkan serta regulasi yang berlaku. Pengadaan harus dilakukan dengan pendekatan yang efektif dan efisien, serta mematuhi standar etika dan norma yang berlaku. Penelitian mengenai pengadaan barang dan jasa terus berkembang, terutama dalam penerapan teknologi informasi untuk meningkatkan efisiensi. Studi terbaru menunjukkan bahwa penggunaan sistem e-procurement dapat mengurangi biaya transaksi dan meningkatkan transparansi dalam proses pengadaan. Oleh karena itu, inovasi dalam sistem pengadaan menjadi faktor penting dalam meningkatkan efektivitas dan akuntabilitas organisasi (Christopher & Schooner,. 2017).

Menurut Putra et al (2024), terdapat beberapa aspek penting dalam pengadaan

(9)

barang dan jasa yang dapat diterapkan, yaitu sebagai berikut:

1. Aspek Hukum Administrasi dan Pidana

Pengadaan barang dan jasa sangat dipengaruhi oleh kerangka hukum, khususnya hukum administrasi dan hukum pidana. Hukum administrasi mengatur hubungan antara penyedia dan pengguna barang/jasa serta mencakup proses penetapan penyedia, sementara hukum pidana berperan ketika terjadi pelanggaran seperti korupsi atau penyuapan selama proses pengadaan.

2. Aspek Perencanaan dan Manajemen Risiko

Identifikasi kebutuhan dan perencanaan yang matang merupakan aspek penting dalam pengadaan untuk meminimalkan risiko dan memastikan kelancaran pelaksanaan program pemerintah. Risiko dapat dikendalikan dengan penerapan manajemen risiko yang tepat pada tahap awal perencanaan.

3. Aspek Kepemimpinan dan Kompetensi

Kualitas kepemimpinan dan kompetensi sumber daya manusia sangat menentukan kinerja pengadaan. Pemimpin yang berintegritas dan staf yang kompeten akan meningkatkan efisiensi dan akuntabilitas dalam proses pengadaan.

4. Aspek Teknologi (e-Procurement)

Pemanfaatan teknologi melalui sistem e-procurement mendukung transparansi, efisiensi, dan pengawasan dalam pengadaan. Namun, tantangan masih ada dalam hal infrastruktur dan pemahaman pengguna terhadap sistem.

5. Aspek Etika dan Pencegahan Fraud

Etika kerja, sistem pengendalian internal, dan transparansi prosedur sangat berpengaruh dalam mencegah praktik korupsi dan fraud dalam pengadaan.

Pelanggaran terhadap etika pengadaan sering menjadi sumber utama penyimpangan.

1.2.4 Prinsip Dan Metode Pengadaan Barang Dan Jasa

Pengadaan barang dan jasa merupakan salah satu aspek penting dalam administrasi publik dan sektor swasta. Proses ini bertujuan untuk memperoleh barang dan jasa dengan cara yang efisien, transparan, dan akuntabel. Prinsip-prinsip dasar dalam pengadaan barang dan jasa mencakup efisiensi, efektivitas, transparansi, persaingan sehat, serta akuntabilitas. Metode pengadaan yang digunakan dapat bervariasi tergantung pada kebutuhan dan regulasi yang berlaku. Prinsip utama dalam pengadaan barang dan jasa meliputi keterbukaan, persaingan sehat, efisiensi, efektivitas, serta akuntabilitas. Keterbukaan memastikan bahwa semua pihak memiliki akses yang sama terhadap informasi pengadaan, sementara persaingan sehat memungkinkan penyedia barang dan jasa bersaing secara adil. Efisiensi dan efektivitas bertujuan untuk mendapatkan hasil terbaik dengan biaya yang optimal, sedangkan akuntabilitas memastikan bahwa setiap keputusan dalam pengadaan dapat dipertanggungjawabkan (Hamkah et al., 2018).

Pengadaan barang dan jasa merupakan kegiatan vital dalam tata kelola pemerintahan maupun sektor swasta. Untuk menjamin pelaksanaannya yang efektif dan akuntabel, pemerintah Indonesia telah menetapkan tujuh prinsip dasar pengadaan, yaitu efisien, efektif, transparan, terbuka, bersaing, adil, dan akuntabel. Prinsip-prinsip ini menjadi fondasi dalam seluruh proses pengadaan dari perencanaan hingga evaluasi kontrak. Pelanggaran terhadap prinsip ini sering menjadi celah bagi terjadinya korupsi,

(10)

terutama dalam bentuk penggelembungan harga dan penyalahgunaan wewenang.

Metode pengadaan barang dan jasa telah berkembang seiring kemajuan teknologi informasi. Salah satu inovasi penting adalah penerapan sistem pengadaan elektronik (e-procurement), yang digunakan untuk meningkatkan transparansi dan mencegah praktik KKN (korupsi, kolusi, dan nepotisme). Studi di Kabupaten Kulon Progo menunjukkan bahwa implementasi Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) telah memenuhi tujuh prinsip dasar dan delapan etika pengadaan, menurut persepsi mayoritas responden terkait (Hamkah et al., 2018).

Metode pengadaan dapat dilakukan melalui berbagai cara, seperti tender terbuka, seleksi langsung, dan e-procurement. Tender terbuka adalah metode yang paling umum digunakan karena memberikan kesempatan bagi banyak penyedia untuk berpartisipasi. Seleksi langsung digunakan dalam kondisi tertentu, seperti pengadaan barang atau jasa yang bersifat spesifik. Beberapa tantangan utama meliputi korupsi, kurangnya transparansi, serta ketidakefisienan dalam proses administrasi. Oleh karena itu, diperlukan regulasi yang ketat serta sistem pengawasan yang efektif untuk memastikan bahwa pengadaan barang dan jasa dilakukan sesuai dengan prinsip yang telah ditetapkan. Pengadaan barang dan jasa merupakan aspek krusial dalam administrasi publik dan sektor swasta. Dengan menerapkan prinsip-prinsip dasar seperti transparansi, efisiensi, dan akuntabilitas, serta menggunakan metode yang sesuai, proses pengadaan dapat berjalan dengan optimal. Penggunaan teknologi seperti e-procurement juga dapat membantu meningkatkan efektivitas dan mengurangi risiko korupsi dalam pengadaan barang dan jasa (Mulyono, 2020).

Dalam praktiknya, penerapan prinsip Good Corporate Governance (GCG) juga terbukti meningkatkan kualitas proses pengadaan. Studi di PT Indonesia Power menunjukkan bahwa prinsip-prinsip GCG seperti transparansi, akuntabilitas, dan keadilan dapat meningkatkan kepuasan mitra vendor, sehingga mengurangi potensi konflik dalam pelaksanaan kontrak. Namun, pengadaan yang adil tidak hanya ditentukan oleh prinsip dan metode, tetapi juga oleh perangkat hukum yang memadai.

Dalam konteks sanksi blacklist terhadap penyedia yang bermasalah, studi menunjukkan bahwa prinsip keadilan belum sepenuhnya terwujud, karena ada ketimpangan dalam implementasinya yang memengaruhi kelangsungan usaha penyedia barang/jasa. Oleh karena itu, penting bagi seluruh pemangku kepentingan untuk tidak hanya memahami prinsip dan metode formal pengadaan, tetapi juga memastikan bahwa aspek etika, teknologi, dan hukum berjalan selaras. Tanpa hal tersebut, tujuan utama pengadaan, yakni pencapaian layanan publik yang berkualitas dan bebas korupsi, tidak akan tercapai secara optimal (Mulyono, 2020).

1.3 Tujuan dan Kegunaan

(11)

1.3.1 Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu :

1. Menguasai penyusunan rancangan anggaran biaya (RAB) berdasarkan analisis harga satuan proyek (AHSP).

2. Mengetahui berbagai metode pengadaan barang dan jasa.

1.3.2 Kegunaan

Adapun kegunaan dari praktikum ini yaitu :

1. Agar mahasiswa mampu menguasai penyusunan rancangan anggaran biaya (RAB) berdasarkan analisis harga satuan proyek (AHSP).

2. Agar mahasiswa mampu mengetahui berbagai metode pengadaan barang dan jasa.

BAB II

METODOLOGI PRAKTIKUM

(12)

2.1 Waktu dan Tempat

Kegiatan Praktikum Metode Pengadaan Dan Analisis Harga Satuan Pekerjaan, dilakukan pada hari Selasa, 27 Mei 2025 pada pukul 16.00 – Selesai, yang bertempat di Laboratorium Keteknikan dan Pengembangan Wilayah Pemanenan Hutan, Fakultas Kehutanan, Universitas Hasanuddin, Makassar.

2.2 Alat dan Bahan 2.2.1 Alat

Adapun alat yang digunakan dalam kegiatan praktikum ini yaitu:

1. Laptop digunakan untuk mengolah data yang berkaitan dengan analisis harga 2. Microsoft Excel digunakan untuk penyusunan tabel analisis harga satuan secara

sistematis.

3. Pulpen di gunakan untuk menulis data yang dianalisis.

2.2.2 Bahan

Adapun bahan yang digunakan dalam kegiatan praktikum ini yaitu:

1. Buku digunakan untuk mencatat hasil analisis 2.3 Prosedur Praktikum

Adapun prosedur kerja yang digunakan pada praktikum Metode Pengadaan Dan Analisis Harga Satuan Pekerjaan yaitu:

1. Menyiapkan alat dan bahan

2. Menentukan Spesifikasi Pekerjaan seperti panjang, lebar dan tebal jalan/drainase

3. Menentukan Koefisien Tenaga Kerja dan Bahan dengan menggunakan koefisien dari Analisa Harga Satuan Pekerjaan (AHSP) sesuai jenis pekerjaan.

4. Menentukan harga satuan tenaga kerja dan bahan dilakukan baik melalui survei langsung ke toko bangunan maupun melalui platform e-commerce seperti Tokopedia, Shopee, atau marketplace lainnya untuk memperoleh estimasi harga yang akurat

5. Menghitung Biaya Tenaga Kerja dan Bahan dengan mengalikan koefisien dengan harga satuan untuk masing-masing komponen, Jumlahkan biaya tenaga kerja dan bahan, Tambahkan biaya umum dan keuntungan (maksimal 15%) dan Harga satuan pekerjaan per m²

6. Catat semua perhitungan dalam tabel menggunakan Microsoft Excel.

1.4 Analisis Data

Adapun analisis data yang digunakan pada praktikum ini yaitu:

(13)

a. Koefisien Perkerjaan

Koefisien Pekerjaan= Panjang Jalan × Lebar Jalan ×

Tebal Jalan b. Total Koefisien

Total Koefisien= Koefisien Analisis × Koefisien Pekerja

c. AHS Bahan

AHS Bahan = Koefisien × Harga Satuan Bahan Keterangan:

AHS Bahan = Analisis Harga Satuan Bahan

(14)

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Rancangan Anggaran Biaya 3.1.1 Jalan Tani

Tabel 1. Rancangan Anggaran Biaya Jalan Tani

No Uraian Koefisien Satuan Harga Satuan

(Rp)

Jumlah (Rp)

I. Bahan

Air 215 Liter 2.500 24.187.500

Semen 276 KG 2.000 24.840.000

Pasir beton 826 KG 2.000 74.520.000

kerikil 1012 KG 1.000 45.540.000

II. Alat

Molen 0.35 M3 0.200 Hari 100.000 900.000

Sekop 3 Bh 185.000 24.975.000

Gerobak Dorong

2 Bh 309.000 27.810.000

Plastik Alas Beton

200 M2 51.500 46.350.000

Papan mal uk 2/18 cm – 4 m

25 Kpg 210.000 236.250.000

Kayu reng 7 Btg 157.000 49.455.000

Paku campur 2 Kg 210.000 18.900.000

III. Upah

Pekerja 20 OH 90.000 6.682.500

Tukang batu 4 OH 95.000 1.175.625

Kepala tukang 1 OH 105.000 132.300

Mandor 1 OH 115.000 429.525

Total

999,297,450.00

Sumber: Permen PUPR No 1. Tahun 2022 K125

(15)

Berdasarkan tabel analisis harga satuan pekerjaan beton mutu K-125 yang mengacu pada Permen PUPR No. 1 Tahun 2022, diketahui bahwa total kebutuhan biaya pekerjaan beton dibagi menjadi tiga komponen utama, yaitu bahan, alat, dan upah.

Pada bagian bahan, digunakan air sebanyak 215 liter, semen 276 kg, pasir beton 826 kg, dan kerikil 1.012 kg, dengan total biaya bahan mencapai angka yang cukup besar, di mana pasir beton menjadi penyumbang tertinggi. Untuk komponen alat, digunakan berbagai peralatan seperti molen 0,35 m³, sekop, gerobak dorong, plastik alas beton, papan mal ukuran 2/18 cm – 4 m, kayu reng, dan paku campur, di mana papan mal dan plastik alas beton menjadi item yang paling mahal karena volume kebutuhan dan harga satuannya yang tinggi. Sedangkan dalam komponen upah, melibatkan empat jenis tenaga kerja yaitu pekerja, tukang batu, kepala tukang, dan mandor, dengan total biaya upah yang relatif lebih kecil dibandingkan bahan dan alat. Secara keseluruhan, total biaya pekerjaan beton mutu K-125 dalam tabel ini mencapai Rp999.297.450,00, yang mencerminkan pentingnya perhitungan detail untuk memastikan efisiensi dan ketepatan dalam penyusunan anggaran pekerjaan konstruksi.

Proses penyusunan RAB membutuhkan analisis detail terhadap volume pekerjaan dan harga satuan masing-masing jenis pekerjaan. Volume diperoleh dari pembacaan gambar teknis atau gambar bestek, sementara harga satuan dihitung berdasarkan standar atau analisis biaya yang berlaku. Di Indonesia, metode yang digunakan untuk menyusun harga satuan mencakup Analisa BOW, SNI, dan AHSP.

Setiap metode memiliki pendekatan tersendiri dalam menghitung koefisien bahan, tenaga kerja, serta penggunaan alat bantu. Perbedaan metode ini akan menghasilkan nilai anggaran yang tidak selalu sama, sehingga pemilihan metode yang tepat menjadi sangat penting. Evaluasi terhadap perbedaan hasil perhitungan dari berbagai metode dapat membantu menentukan pendekatan terbaik dalam penyusunan RAB yang efisien, akurat, dan sesuai dengan kondisi lapangan (Prasetiyo et al., 2020).

332,732,201.97

(16)

3.1.2 Drainase

Tabel 2. Rancangan Anggaran Biaya Drainase

No Uraian Koefisien Satuan Harga

Satuan (Rp)

Jumlah (Rp)

I. Bahan

Pasir beton kasar 2.92 M2 117.130 117.130

Bata merah 2.92 Buah 410.000 1.197.200

Batu bata 1168 M2 116.000 136.188.800

Plastik stremin 9.344 M2 25.000 233.600

Wiremesh M3 0.9344 Lembar 149.000 139.000

Portland Cement 116.8 Zak 1.400.000 163.520.000

Pipa pvc 1 11.68 Btg 2.375.000 27.740.000

Pipa pvc 4 2.336 Btg 50.350 117.620

II. Alat

Pompa drainase 0.0584 Bh 2.100.000 122.640

Excavator std 2.336 Jam 233.663 545.836

III. Upah

Pekerja 20 OH 90.000 1.734.480

Tukang batu 4 OH 95.000 3.514.000

Tukang Gali 6 OH 95.000 6.247.480

Kepala tukang 1 OH 105.000 34.339

Mandor 1 OH 115.000 111.485

Total

332,732,201,97

Sumber: Laporan Akhir AHSP PUPR

Rancangan Anggaran Biaya Drainase memuat rincian estimasi biaya yang dibutuhkan untuk pembangunan sistem drainase berdasarkan tiga komponen utama, yaitu bahan, alat, dan upah tenaga kerja. Pada komponen bahan, terdapat beberapa jenis material dengan satuan, koefisien, harga satuan, dan total biaya. Misalnya, pasir beton kasar memiliki koefisien 2,92 m² dengan harga satuan Rp117.130 sehingga total biayanya mencapai Rp117.130. Bata merah sebanyak 2,92 buah dihargai Rp410.000 per buah, menghasilkan total biaya Rp1.197.200. Batu bata sebanyak 1168 m² dihargai Rp116.000/m², totalnya Rp136.188.800. Plastik stremin sebanyak 9,344 m² dengan harga Rp25.000/m² totalnya Rp233.600. Wiremesh M3 sebanyak 0,9344 lembar

(17)

dihargai Rp245.000/lembar dengan total Rp228.920. Semen Portland sebanyak 116,8 zak dihargai Rp1.400.000 per zak, sehingga totalnya Rp163.520.000. Pipa PVC 1 sebanyak 11,68 batang dihargai Rp2.375.000 per batang menghasilkan Rp27.740.000, sedangkan pipa PVC 4 sebanyak 2,336 batang dengan harga satuan Rp50.350 menghasilkan Rp117.620. Pada komponen alat, terdapat pompa drainase dengan koefisien 0,0584 unit seharga Rp2.100.000 per unit, menghasilkan total Rp122.640.

Excavator standar sebanyak 2,336 jam kerja dengan tarif Rp233.663 per jam menghasilkan biaya Rp545.836. Komponen terakhir adalah upah tenaga kerja, yang terdiri atas beberapa jenis pekerja dengan satuan OH (Orang-Hari). Pekerja umum sebanyak 20 OH dengan upah Rp90.000 menghasilkan Rp1.734.480. Tukang batu sebanyak 20 OH dengan upah Rp95.000 menghasilkan Rp3.514.000. Tukang gali sebanyak 6 OH dengan upah Rp95.000 menghasilkan Rp6.247.480. Kepala tukang sebanyak 1 OH dengan upah Rp105.000 menghasilkan Rp344.389. Mandor sebanyak 1 OH dengan upah Rp115.000 menghasilkan Rp111.485. Seluruh elemen dalam tabel ini jika dijumlahkan menghasilkan total biaya keseluruhan sebesar Rp332.732.201,97.

Tabel ini merujuk pada “Laporan Akhir AHSP PUPR” sebagai sumber acuan resmi dalam penyusunan anggaran yang digunakan untuk menjamin transparansi dan ketepatan biaya dalam proyek drainase.

Maka dari itu dalam dunia konstruksi, estimasi biaya bukan sekadar perhitungan angka. Proses ini menuntut pemahaman mendalam terhadap karakteristik proyek, teknologi yang digunakan, lingkungan kerja, dan kebijakan yang berlaku. Setiap proyek memiliki kompleksitas tersendiri yang mempengaruhi komponen biayanya. Misalnya, proyek pembangunan gedung bertingkat tentu memiliki kebutuhan material dan alat berat yang berbeda dibanding proyek pembangunan rumah sederhana. Di sinilah pentingnya metode estimasi yang adaptif dan detail, yang mampu menangkap dinamika kebutuhan secara spesifik dan realistis. AHSP hadir sebagai jawaban atas kebutuhan tersebut karena menyajikan satuan harga berdasarkan pekerjaan aktual yang tersusun atas komponen penyusun seperti tenaga kerja, bahan, dan peralatan.

AHSP 2022 tidak hanya memperbarui isi dari AHSP 2016, namun juga menunjukkan adanya pergeseran pendekatan dalam perencanaan konstruksi nasional (Prasetiyo et al., 2020).

(18)

3.2 Struktur Organisasi Pengadaan Barang dan Jasa

Struktur organisasi pengadaan barang dan jasa pada gambar mencerminkan pembagian tugas yang jelas dalam pelaksanaan proyek, khususnya di bidang konstruksi. Pada tingkat tertinggi terdapat Pejabat, yang berperan sebagai pengambil keputusan utama dalam proses pengadaan dan bertanggung jawab terhadap kebijakan serta persetujuan kontrak. Pejabat bekerja sama dengan Penyedia Barang dan Jasa, yaitu pihak pelaksana utama yang menyediakan kebutuhan barang maupun jasa sesuai kontrak. Penyedia ini menjadi pusat koordinasi antara pihak-pihak teknis seperti Konsultan dan Mandor. Konsultan berfungsi sebagai pengawas teknis, memastikan pekerjaan berjalan sesuai spesifikasi, serta menjadi jembatan dalam memberikan laporan dan evaluasi kepada pejabat. Hubungan antara konsultan dan penyedia bersifat fungsional dan saling mendukung demi menjamin kualitas dan kelancaran proyek.

Selanjutnya, pada tingkat pelaksana teknis di lapangan, Mandor berperan penting dalam mengelola jalannya pekerjaan sehari-hari. Ia menerima instruksi dari penyedia, lalu mengatur tugas kepada tenaga kerja seperti Kepala Tukang, Tukang Batu, dan Pekerja Harian. Kepala Tukang mengoordinasikan para tukang dalam pelaksanaan konstruksi, sedangkan Tukang Batu bertanggung jawab langsung dalam pekerjaan struktural seperti pemasangan bata dan pengecoran. Pekerja Harian membantu dalam tugas-tugas umum dan fisik yang mendukung kegiatan utama di lapangan. Hubungan kerja antara mandor dan para pekerja teknis ini berlangsung secara langsung dan berkelanjutan, sehingga struktur organisasi ini secara keseluruhan menjamin pelaksanaan proyek berjalan efektif, efisien, dan sesuai rencana.

Pejabat

Konsultan Penyedia Barang dan Jasa

Mandor

Kepala

Tukang Tukang Batu

Pekerja Harian

(19)

BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari praktikum ini yaitu:

1.

Analisis Harga Satuan Proyek (AHSP) merupakan keterampilan teknis yang sangat penting dalam perencanaan dan pengendalian proyek konstruksi. RAB adalah dokumen utama yang memuat estimasi keseluruhan biaya proyek, mencakup seluruh komponen pekerjaan mulai dari persiapan hingga penyelesaian. Untuk menghasilkan RAB yang akurat dan realistis, seseorang harus memahami dan mampu menerapkan Analisis Harga Satuan Proyek (AHSP), yaitu metode perhitungan harga satuan tiap jenis pekerjaan dengan memperhatikan tiga komponen utama:

kebutuhan bahan material, tenaga kerja, dan peralatan. Ketepatan dalam menyusun RAB berdasarkan AHSP tidak hanya mencegah pemborosan anggaran, tetapi juga memungkinkan pengendalian biaya proyek yang lebih efektif selama pelaksanaan.

2. Pengadaan yang baik memerlukan pemilihan metode yang sesuai dengan jenis, kompleksitas, dan nilai kontrak yang akan dilaksanakan. Beberapa metode yang umum digunakan antara lain tender terbuka, yang bersifat kompetitif dan transparan karena memungkinkan partisipasi luas dari berbagai penyedia; tender terbatas, yang digunakan ketika penyedia harus memenuhi kriteria khusus seperti pengalaman atau spesifikasi teknis tertentu; serta pengadaan langsung, metode yang lebih cepat dan sederhana untuk kontrak dengan nilai kecil atau kebutuhan yang mendesak. Di era digital, metode e-katalog juga semakin populer, yaitu sistem pengadaan secara elektronik di mana penyedia barang atau jasa yang telah lolos verifikasi dapat langsung dipilih dari daftar katalog yang tersedia.

4.2 Saran

4.2.1 Saran untuk lab

Menurut saya laboratorium sudah sangat nyaman baik dari segi kebersihan maupun suasananya yang sangat sejuk.

4.2.2 Saran untuk asisten

(20)

Adapun saran yang dapat diberikan untuk asisten yaitu:

1. Saya berharap asisten dapat lebih berbaur terhadap praktikan dan memberikan saran- saran tentang prantikum ini.

2. Semoga kakak bisa memberikan informasi yang lebih jelas serta selalu membimbing praktikan kedepannya.

(21)

DAFTAR PUSTAKA

Christopher, R., & Schooner, S. (2007). Procurement Process And Ethical Standards. Journal Of Public Procurement.

Endom , S.T., Saleh, L.M & Titaley, H.D. (2023). Rencana Anggaran Biaya Menggunakan Metode Ahsp 2016 Dan Sni 2018 Pada Proyek Pembangunan Gedung Madrasah Ibtidaiyah Negeri 5 Kabupaten Maluku Tengah. Jurusan Teknik Sipil, Politeknik Negeri Ambon.

Endom, S. T., Saleh, L. M., & Titaley, H. D. (2023). Rencana Anggaran Biaya Menggunakan Metode Ahsp 2016 Dan Sni 2018 Pada Proyek Pembangunan Gedung Madrasah Ibtidaiyah Negeri 5 Kabupaten Maluku Tengah. Journal Aggregate, 2(2).

Fauziah, S. (2023). Perbandingan Rencana Anggaran Biaya Antara Metode Analisa Harga Satuan Pekerjaan (Ahsp) Dan Standar Nasional Indonesia (Sni).

Academia.Edu.

Kalbuadi, F., & Yuwono, B. E. (2023). Study Of Work Unit Price Permen Pupr Number 28 Of 2016 With Permen Pupr Number 1 Year 2022 In Ju 1 River Excavation Work. Adi Journal On Recent Innovation (Ajri).

Mokolensang, V. M., Arsjad, T. T., & Malingkas, G. Y. (2023). Analisis Rencana Anggaran Biaya Pada Proyek Pembangunan Rumah Susun Papua 1 Di Distrik Muara Tami Kota Jayapura Provinsi Papua. Universitas Sam Ratulangi.

Mulyono, P. E. (2020). Analisis Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Secara Elektronik Pada Pemerintah Kabupaten Gresik. Jurnal Administrasi Dan Kebijakan Publik.

Oktaviani, R., Lusiana, L., & Rafie, R. (2025). Utilizing The Ahsp Method For Cost Estimation In Road Improvement At Jalan Parit Demang. Jurnal Teknik Sipil.

Putra, E.A., Hamdani, F., Fauziah, A. Ossita, G. & Kusumawarmi, B.A. (2024).

Aspek Hu kum Administrasi Dan Hukum Pidana Dalam Pengadaan Barang Dan Jasa: Peranannya Dalam Mewujudkan Pegadaan Barang Dan Jasa Yang Akuntabel. Lex Renaissance. Universitas Islam Indonesia (Indonesia).

Suprianto, A., Zauhar, S., & Haryono, B. S. (2019). Analisis Efektivitas Sistem E- Procurement Dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Jurnal Ilmiah Administrasi Publik (Jiap).

Syam, A. E., Budiawan, R., & Suryatiningsih. (2018). Aplikasi Pengadaan Barang/Jasa Berbasis Web (Modul: Pengadaan Barang Dengan Customer).

Yacub, V. K., Priyosulistyo, H., & Nugroho, A. S. B. (2018). Model Analisis Harga Satuan Komponen Pekerjaan Di Provinsi D.I. Yogyakarta Berdasarkan Data Historis Penawaran Kontraktor. Inersia Journal.

Hamkah, H., & Purwanto, H. (2018). Kajian Etika Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Jurnal Simetrik, 8(2), 1-10. Retrieved from .

(22)

LAMPIRAN

1. Perhitungan tabel AHSP

2. Daftar harga bahan dan upah lokal

(buat tabel Nama barang/jasa, satuan, harga, sumber, link)

3. Referensi dokumen rujukan (SNI,Perpres, dll)

(23)

4. Jurnal/karya ilmiah yang dikutip

(24)
(25)
(26)
(27)
(28)

Gambar

Tabel 1. Rancangan Anggaran Biaya Jalan Tani
Tabel 2. Rancangan Anggaran Biaya Drainase

Referensi

Dokumen terkait

Quick Cost Estimator adalah sebuah aplikasi yang berfungsi untuk memudahkan dalam analisa harga satuan pekerjaan dan pembuatan rencana anggaran biaya.. Dengan aplikasi Quick

Judul : Analisis Pengendalian Biaya dan Waktu Pekerjaan Konstruksi pada Kinerja Proyek (Studi pada Proyek Pembangunan Gedung Parkir Polda Metro Jaya) Nama : Nasha Chaerunisya..

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan ini disusun berdasarkan pada hasil penelitian Analisis Biaya Konstruksi di Pusat Litbang Permukiman 1988 – 1991. Penelitian ini dilakukan

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan ini disusun berdasarkan pada hasil penelitian Analisis Biaya Konstruksi di Pusat Litbang Permukiman 1988 – 1991. Penelitian ini dilakukan

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan ini disusun berdasarkan pada hasil penelitian Aanlisis Biaya Konstruksi di Pusat Litbang Permukiman 1988 – 1991. Penelitian ini dilakukan

Analisis Harga Satuan Pekerjaan yang selanjutnya disingkat AHSP adalah perhitungan kebutuhan biaya tenaga ke{a, bahan dan peralatan untuk mendapat}an harga satuan atau

Laporan Proyek Konstruksi Inspeksi Pekerjaan Kontraktor Lokal menyajikan evaluasi mendalam terhadap kualitas dan kemajuan pekerjaan, serta kepatuhan terhadap spesifikasi konstruksi yang disepakati dalam

Standar perhitungan harga satuan pekerjaan dinding untuk konstruksi bangunan gedung dan