LAPORAN
PRAKTIKUM MODUL 3 SOURCING
Disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan penilaian mata kuliah tl250 Praktikum Logistik Dasar
Disusun oleh:
Sultan Nouval Alfaroq . B (2307189) Tubagus Satya Dwinata (2308392)
PROGRAM STUDI TEKNIK LOGISTIK
FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNIK DAN INDUSTRI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2024
ii DAFTAR ISI
DAFTAR ISI... ii
DAFTAR GAMBAR ...iii
DAFTAR TABEL ... iv
BAB I PENDAHULUAN ... 5
BAB II METODE ... 6
2. 1 Kajian teori ... 6
2. 1. 1 Sourcing ... 6
2. 1. 2 Pemilihan supplier ... 6
2. 1. 3 Analiytic Hierarchy Process (AHP) ... 7
2.2 Flowchart ... 9
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN ... 12
3. 1 Studi kasus ... 12
3. 2 Struktur Hierarki ... 14
3. 3 Perhitungan Bobot Antar Setiap Kriteria ... 15
3. 4 Perhitungan Bobot Alternatif Setiap Kriteria ... 18
3. 4. 1 Perhitungan Bobot Alternatif Terhadap Harga ... 18
3. 4. 2 perhitungan Bobot Alternatif Terhadap Kualitas ... 20
3. 4. 3 Perhitungan Bobot Alternatif Terhadap Pengiriman ... 21
3. 4. 4 Perhitungan Bobot Alternatif Terhadap Pelayanan ... 23
3. 5 Pembobotan Akhir Alternatif Dan Kriteria ... 25
BAB IV ANALISIS ... 27
BAB V KESIMPULAN ... 29
DAFTAR PUSTAKA ... 30
iii DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Sourcing Strategy Defined ... 6
Gambar 2. 2 Stukrut Hierarki AHP ... 7
Gambar 2. 3 Rumus CI ... 8
Gambar 2. 4 Rumus CR ... 8
Gambar 2. 5 Flowchart ... 9
Gambar 3. 1 Nilai Kepentingan Alternatif Supplier Pada Kriteria Kualitas .... 13
Gambar 3. 2 Nilai Kepentingan Alternatif Supplier Pada Kriteria Harga ... 13
Gambar 3. 3 Nilai Kepentingan Alternatif Supplier Pada Kriteria Layanan ... 14
Gambar 3. 4 Nilai Kepentingan Alternatif Supplier Pada Kriteria Layanan ... 14
Gambar 3. 5 Hierarki AHP (PT.SKS) ... 15
Gambar 3. 6 Rumus CI ... 17
Gambar 3. 7 Rumus CR ... 17
Gambar 3. 8 Rumus CR ... 19
Gambar 3. 9 Rumus CR ... 21
Gambar 3. 10 Rumus CR ... 23
Gambar 3. 11 Rumus CR ... 24
iv DAFTAR TABEL
Tabel 3. 1 Bobot Antar Setiap Kriteria ... 15
Tabel 3. 2 Eigen Vector Bobot Kriteria ... 16
Tabel 3. 3 Rata-Rata Eigen Vector/prioritas Bobot Kriteria ... 16
Tabel 3. 4 Eigen Value Bobot Kriteria ... 16
Tabel 3. 5 Nilai RI ... 18
Tabel 3. 6 Bobot Alternatif Terhadap Harga ... 18
Tabel 3. 7 Eigen Vector Kriteria Harga ... 19
Tabel 3. 8 Rata-Rata/ Prioritas Kriteria Harga ... 19
Tabel 3. 9 Eigen Value Kriteria Harga ... 19
Tabel 3. 10 Hasil CR Kriteria Harga ... 20
Tabel 3. 11 Bobot Alternatif Terhadap Kualitas ... 20
Tabel 3. 12 Eigen Vector Kriteria Kualitas ... 20
Tabel 3. 13 Rata-Rata/Prioritas Kriteria Kualitas ... 20
Tabel 3. 14 Eigen Value Kriteria Kualitas ... 21
Tabel 3. 15 Hasil CR Kriteria Kualitas ... 21
Tabel 3. 16 Bobot Alternatif Terhadap Kriteria Pengiriman ... 22
Tabel 3. 17 Eigen Vector Kriteria Pengiriman ... 22
Tabel 3. 18 Rata Rata/Prioritas Kriteria Pengiriman ... 22
Tabel 3. 19 Eigen Value Kriteria Pengiriman ... 22
Tabel 3. 20 Hasil CR Kriteria Pengiriman ... 23
Tabel 3. 21 Bobot Alternatif Terhadap Kriteia Pelayanan ... 23
Tabel 3. 22 Eigen Vector Kriteria Pelayanan ... 24
Tabel 3. 23 Rata-Rata/Prioritas Kriteria Pengiriman ... 24
Tabel 3. 24 Eigen Value Kriteria Pengiriman ... 24
Tabel 3. 25 Hasil CR Kriteria Pengiriman ... 25
Tabel 3. 26 Prioritas Kriteria ... 25
Tabel 3. 27 Nilai Prioritas Alternatif Terhadap Kriteria ... 25
Tabel 3. 28 Pengurutan Alternatif Terbaik ... 26
Tabel 4. 1 Prioritas Kriteria ... 27
Tabel 4. 2 Pengurutan Prioritas Alternatif ... 27
5 BAB I
PENDAHULUAN
Dalam dunia industri, biaya merupakan salah satu faktor penting yang perlu diperhatikan, perusahaan bisa dibilang efisien ketika produk yang mereka hasilkan memiliki kualitas yang baik dan tidak mengeluarkan biaya yang over atau melewati batas wajar, untuk meraih hal itu perusahaan bisa memulai dengan cara awal seperti memperhatikan bagaimana perusahaan melakukan sourcing. Perusahaan yang menerapkan strategi sourcing yang baik dan terintegrasi dengan manajemen pengadaan dapat menghemat biaya sebesar 10-20%, menurut sebuah studi oleh KPMG. Sourcing juga menjadi peran penting dalam rantai pasok, selain sourcing dapat menghemat biaya dalam perusahaan, sourcing pun memiliki dampak lainnya seperti kualitas produk, ketepatan waktu, hingga kepuasan pelanggan. Tidak hanya meningkatkan efisiensi operasional, dengan digunakannya metode sourcing yang tepat memungkinkan juga bagi perusahaan untuk terus bersaing dan menaklukkan tantangan lainnya yang ada di pasar.
Terdapat berbagai macam-macam metode dalam melakukan sourcing seperti Analiytic Hierarchy Process (AHP), Technique for Order Preference by Similarity to Ideal Solution (TOPSIS), Multi-Criteria Decision Making (MCDM), Weighted Scoring Model, dan Cost-Benefit Analysis. Pada kali ini akan difokuskan pada AHP saja karena itu merupakan metode sourcing yang paling umum untuk dijumpai dan banyak perusahaan yang cocok dengan metode tersebut. Analiytic Hierarchy Process (AHP) adalah metode yang umum digunakan untuk memberikan bobot pada kriteria dan menetapkan prioritas bagi setiap kriteria (Firdaus dkk., 2016). Analiytic Hierarchy Process (AHP) memiliki peran signifikan dalam mentransformasi pertimbangan kualitatif menjadi bentuk kuantitatif, sehingga memfasilitasi pengambil keputusan dalam menentukan pilihan terbaik.
Metode ini banyak digunakan di berbagai sektor, seperti manajemen, pengadaan, pemilihan pemasok, hingga riset operasional, karena kemampuannya dalam menangani masalah dengan banyak kriteria secara lebih terstruktur dan tepat.
Tujuan dari laporan praktikum ini dibuat adalah untuk mencari tahu apa sebenarnya sourcing dan Analiytic Hierarchy Process (AHP) dalam pemilihan supplier. Diharapkan dari pembuatan laporan ini, pembaca dapat memahami makna, fungsi, dan cara menggunakan metode Analiytic Hierarchy Process (AHP).
Dengan penggunaan metode Analiytic Hierarchy Process (AHP) dan penerapan strategi sourcing yang tepat diharapkan lagi pembaca bisa menerapkannya dalam perusahaannya atau tempat kerjanya untuk memilih supplier dengan lebih efektif.
6 BAB II
METODE 2. 1 Kajian teori
2. 1. 1 Sourcing
Sourcing adalah proses strategis yang bertujuan untuk menemukan, mengevaluasi, dan memilih pemasok atau vendor yang mampu memenuhi kebutuhan perusahaan dalam penyediaan barang atau layanan. Riset menunjukkan bahwa penerapan sourcing strategis dapat memberikan penghematan biaya yang substansial bagi perusahaan. Menurut studi yang dilakukan oleh Cousins et al.
(2008), pemilihan pemasok yang berfokus pada kualitas dapat meningkatkan kualitas keseluruhan produk akhir sebesar 15-20%. Selain itu, riset dari Handfield et al. (1999) menemukan bahwa memilih pemasok melalui proses sourcing strategis mampu meningkatkan ketepatan waktu pengiriman hingga 30-40%. Menurut IBM.
(2024) terdapat beberapa manfaat yang bisa didapat dengan digunakannya sourcing strategi yang tepat, yaitu manajemen biaya, kepuasan pelanggan, manajemen risiko, dan peningkatan keberlanjutan.
Gambar 2. 1 Sourcing Strategy Defined 2. 1. 2 Pemilihan supplier
Pemasok atau supplier adalah bagian esensial dalam rantai pasok yang berpengaruh besar terhadap profit dan kelangsungan operasional sebagian besar perusahaan. Pemilihan supplier adalah proses mengidentifikasi kemampuan pemasok untuk memberikan produk atau layanan yang tepat dengan harga dan jumlah yang tepat serta di waktu yang tepat (Indarwati, T., 2021). Dalam proses pemilihan supplier, pengambil keputusan memerlukan alat analisis yang mampu membantu menyelesaikan masalah-masalah kompleks, sehingga keputusan yang dihasilkan lebih berkualitas (Mahendra, T., 2016). Perusahaan kelas dunia menyadari bahwa kualitas produk dan layanan mereka memiliki keterkaitan langsung dengan mutu pemasok serta barang dan jasa yang disuplai oleh para
7 supplier (Wulandari, 2014). Terdapat beberapa kriteria yang mempengaruhi proses pemilihan supplier terbaik, di antaranya adalah kualitas, harga, layanan, ketepatan pengiriman, dan ketersediaan. Dengan itu, pemilihan supplier harus dilakukan secara benar-benar atau matang agar hal yang tidak diinginkan terhindarkan.
2. 1. 3 Analiytic Hierarchy Process (AHP)
Metode AHP (Analytical Hierarchy Process), yang diperkenalkan oleh Thomas L. Saaty pada sekitar tahun 1970, merupakan kerangka kerja untuk membantu pengambilan keputusan secara efektif dalam menangani masalah yang rumit. Kompleksitas dalam proses pengambilan keputusan sering kali muncul karena melibatkan berbagai tujuan dan kriteria yang harus dipertimbangkan.Proses pengambilan keputusan dapat menjadi rumit karena melibatkan berbagai tujuan dan kriteria. Beberapa isu yang dianggap kompleks meliputi perencanaan, penentuan alternatif, penyusunan prioritas, pemilihan kebijakan, alokasi sumber daya, identifikasi kebutuhan, perencanaan kebutuhan, evaluasi kinerja, optimasi, serta penyelesaian konflik (Wulandari, 2014). Penelitian yang dilakukan oleh Ervil dan Rahman (2019) di PT Gunung Naga Mas mengungkapkan bahwa metode AHP terbukti efektif dalam membantu perusahaan dalam mengevaluasi pemasok sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Dengan menggunakan AHP, perusahaan mampu menilai pemasok berdasarkan bobot prioritas yang ditentukan untuk setiap kriteria.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analiytic Hierarchy Process (AHP). Untuk penggunaannya, AHP terdapat beberapa langkah yang digunakan agar hasil analisis maksimal yaitu:
1. Menentukan Tujuan Utama
Dalam penggunaan metode AHP langkah pertama yang harus dilakukan adalah menentukan tujuan utama dari analisis yang ingin dilakukan.
2. Pembuatan Matriks Perbandingan
Proses perhitungan utama dalam AHP melibatkan pembuatan matriks perbandingan berpasangan untuk setiap kriteria dan alternatif, untuk contoh gambar matriks bisa dilihat pada gambar di bawah ini:
Gambar 2. 2 Stukrut Hierarki AHP
8 3. Melakukan Pembobotan dari setiap Kriteria dan Sub Kriteria
Pemberian bobot pada kriteria dan subkriteria dilakukan untuk menentukan nilai masing-masing, yang kemudian digunakan sebagai dasar perbandingan berpasangan, di mana setiap elemen dibandingkan satu sama lain menggunakan skala 1 hingga 9, kemudian hitung bobot prioritas setiap elemen didasarkan pada nilai eigen, yang merepresentasikan tingkat prioritas relatif dari elemen-elemen yang dibandingkan dalam matriks.
Setelah bobot diperoleh, AHP akan menghasilkan nilai akhir yang mengidentifikasi alternatif terbaik sesuai dengan tujuan pengambilan keputusan. Untuk mencari nilai eigen kita perlu tahu konsistensi dalam perbandingan berpasangan dengan alasan untuk memastikan bahwa perbandingan yang dilakukan bersifat logis dan konsisten dengan cara mengukur Consistency Index (CI) dan Consistency Ratio (CR).
Rumus Consistency Index (CI) adalah sebagai berikut:
Gambar 2. 3 Rumus CI Di mana:
• λmax adalah nilai eigen terbesar dari matriks perbandingan berpasangan,
• n adalah jumlah elemen yang dibandingkan.
Rumus Consistency Ratio (CR) adalah sebagai berikut:
Gambar 2. 4 Rumus CR Di mana :
• CI adalah Consistency Index
• RI (Random Index) adalah nilai yang bergantung pada jumlah elemen (n) dalam matriks perbandingan, yang telah ditetapkan oleh Saaty berdasarkan eksperimen.
Jika nilai CR ≤ 0,1, maka matriks perbandingan dianggap konsisten.
Namun, apabila CR > 0,1, matriks tersebut dianggap tidak konsisten, sehingga perlu dilakukan perbaikan perbandingan untuk meningkatkan konsistensinya.
9 4. Pemilihan Supplier
Memilih supplier yang terbaik bagi perusahaan berdasarkan perhitungan AHP.
2.2 Flowchart
Gambar 2. 5 Flowchart
Metode yang digunakan merupakan metode flowchart untuk mengikuti langkah- langkah yang sistematis dalam praktikum, dalam flowchart ini akan dijelaskan tahapan-tahapan yang dilakukan dalam proses praktikum Sourcing mulai dari tahap awal seperti meng-input data yang diperlukan selama proses praktikum hingga penyusunan laporan, dibawah ini merupakan penjelasan pada setiap tahap flowchart diatas:
1. Start : Pengerjaan praktikum dimulai.
2. Mengidentifikasi masalah : Mengidentifikasi masalah apa yang dimiliki dalam studi kasus.
3. Memasukkan kriteria dan alternatif : Memasukkan kriteria dan alternatif apa saja yang ingin diuji
4. Membuat struktur hierarki : Pembuatan struktur hierarki untuk
10 membandingkan kriteria dengan alternatif
5. Memberi nilai bobot pada setiap kriteria : Setiap kriteria berikan nilai bobot menggunakan skala 1 hingga 9.
6. Membuat matriks perbandingan : Dibuatnya matriks untuk membandingkan antar setiap kriteria.
7. Menghitung nilai bobot pada setiap kriteria : Dibandingkannya antar kriteria dari nilai bobot yang sudah didapat.
8. Menghitung consistency index : Menghitung nilai lambda max yang merupakan nilai eigen terbesar dari matriks perbandingan, kemudian lambda max digunakan untuk menghitung consistency index.
9. Menghitung consistency ratio : Membandingkan nilai CI dengan Random Index (RI).
10. Apakah 0 ≤ CR ≤ 0,1 : Jika CR ≤ 0,1 maka matriks perbandingan dianggap konsisten, jika sebaliknya maka dianggap tidak konsisten.
11. Memberikan nilai bobot kepentingan pada setiap alternatif untuk dibandingkan dengan kriteria : Memberikan nilai bobot pada setiap alternatif menggunakan skala 1 hingga 9.
12. Membuat matriks perbandingan alternatif dengan kriteria : Dibuatnya matriks untuk membandingkan antar alternatif dengan kriteria.
13. Menghitung bobot pada setiap alternatif : Setelah matriks perbandingan dibuat, selanjutnya membandingkan nilai bobot dari alternatif dengan setiap kriteria
14. Menghitung consistency index : Menghitung nilai lambda max yang merupakan nilai eigen terbesar dari matriks perbandingan, kemudian lambda max digunakan untuk menghitung consistency index.
15. Menghitung consistency ratio : membandingkan nilai CI dengan Random Index (RI).
16. Apakah 0 ≤ CR ≤ 0,1 : Jika CR ≤ 0,1 maka matriks perbandingan dianggap konsisten, jika sebaliknya maka dianggap tidak konsisten.
17. Menghitung nilai akhir : Menjumlahkan nilai kriteria pada setiap alternatif atau supplier
18. Dilakukan pemeringkatan : Diurutkan alternatif yang memiliki jumlah nilai
11 terbesar hingga terkecil
19. Memilih supplier yang terbaik : Dipilihnya alternatif yang memiliki nilai jumlah terbesar
20. End : Pengerjaan praktikum berakhir
12 BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN 3. 1 Studi kasus
PT. Sablon Kampus Sejahtera (SKS) adalah perusahaan yang bergerak di bidang produksi merchandise kampus dan sangat terkenal dalam hal produksi jaket himpunan mahasiswa. Jaket himpunan saat ini sangat populer di kalangan mahasiswa karena mencerminkan identitas, kebanggaan, dan solidaritas dalam kegiatan akademik maupun non-akademik. Setiap tahun, PT. SKS menerima pesanan pembuatan jaket himpunan dari berbagai fakultas dan universitas. Seiring bertambahnya volume produksi dan tawaran pasokan dari beberapa supplier, PT.SKS harus memilih supplier kain yang akan digunakan untuk memproduksi jaket himpunan mahasiswa ke depannya. Keputusan ini sangat penting karena jaket himpunan harus memiliki kualitas yang baik, tahan lama, dan nyaman. Selain itu, biaya produksi juga harus efisien agar tetap terjangkau bagi mahasiswa. Dalam proses pertimbangan supplier kain terbaik, PT. SKS mempertimbangkan tiga supplier kain berikut:
1. Supplier X 2. Supplier Y 3. Supplier Z
Setelah berdiskusi dengan tim produksi internal, PT. SKS memutuskan bahwa pemilihan supplier kain didasarkan pada empat kriteria utama:
1. Kualitas : Supplier kain yang dipilih harus memiliki kain yang memenuhi standar kualitas yang diharapkan, seperti ketahanan terhadap pencucian, tidak mudah luntur, dan nyaman dipakai oleh mahasiswa.
2. Harga : Harga kain yang ditawarkan oleh supplier harus memiliki daya saing yang baik dan kompetitif karena konsumen adalah mahasiswa.
3. Layanan : Supplier kain harus memiliki kemampuan merespons permintaan dan memberikan dukungan yang baik, seperti menyediakan sampel kain, proses pemesanan yang mudah, dan fleksibilitas dalam menyesuaikan jumlah produksi.
13 4. Pengiriman : Supplier kain harus dapat memastikan pengiriman kain ke tempat produksi dilakukan tepat waktu, mengingat kepuasan mahasiswa sebagai pelanggan terkait ketepatan waktu adalah nomor 1.
Dalam menentukan supplier terbaik dengan kriteria yang telah ditetapkan, PT. SKS memutuskan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP).
Dalam studi kasus ini praktikan berperan sebagai salah satu bagian dari tim procurement, praktikan diharapkan dapat melakukan perhitungan dan analisis sourcing dari beberapa pilihan supplier menggunakan metode AHP.
Gambar 3. 1 Nilai Kepentingan Alternatif Supplier Pada Kriteria Kualitas
Gambar 3. 2 Nilai Kepentingan Alternatif Supplier Pada Kriteria Harga
14 Gambar 3. 3 Nilai Kepentingan Alternatif Supplier Pada Kriteria Layanan
Gambar 3. 4 Nilai Kepentingan Alternatif Supplier Pada Kriteria Layanan 3. 2 Struktur Hierarki
Dalam AHP terdapat prinsip yang dinamakan Decomposition, yaitu adalah proses Pemecahan masalah yang dilakukan dengan membagi sebuah masalah yang kompleks menjadi elemen-elemen yang lebih kecil dalam bentuk hierarki proses pengambilan keputusan, di mana setiap elemen saling terhubung.
Struktur hierarki keputusan ini terbagi menjadi dua kategori: *complete*
dan *incomplete*. Suatu hierarki disebut *complete* jika setiap elemen pada satu tingkat terhubung dengan semua elemen di tingkat berikutnya. Sebaliknya, hierarki
*incomplete* tidak memiliki keterhubungan tersebut secara menyeluruh. Struktur dekomposisi ini terdiri dari:
• tingkat pertama, yaitu tujuan keputusan (goal)
• tingkat kedua, yaitu kriteria-kriteria
15
• tingkat ketiga, yaitu alternatif-alternatif.
Gambar 3. 5 Hierarki AHP (PT.SKS)
Hierarki masalah disusun untuk mendukung proses pengambilan keputusan dalam sebuah sistem dengan mempertimbangkan seluruh elemen keputusan yang terlibat.
3. 3 Perhitungan Bobot Antar Setiap Kriteria
Bobot antar kriteria didapatkan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Mayonda Mohamad Parli dan Anita Diana yang dilakukan pada Desember 2021 dengan judul “Supplier Selection Decision Support System On Clothing Convection Using AHP And SAW Methods” sehingga mendapatkan tabel sebagai berikut :
Tabel 3. 1 Bobot Antar Setiap Kriteria
Berikutnya dalam menentukan bobot antar setiap kriteria diperlukan eigen vector, untuk menghitung eigen vector dilakukan pembagian antara nilai
16 kepentingan antar kriteria dengan total nilai kepentingan antar kriteria, sehingga akan menghasilkan tabel sebagai berikut :
Tabel 3. 2 Eigen Vector Bobot Kriteria
Kemudian langkah selanjutnya adalah menentukan prioritas dengan mengurutkan rata-rata dari eigen vector dengan cara melakukan pembagian antara jumlah eigen vector dengan jumlah n (jumlah total kriteria), sehingga akan mendapatkan tabel sebagai berikut :
Tabel 3. 3 Rata-Rata Eigen Vector/prioritas Bobot Kriteria
Langkah selanjutnya adalah menentukan nilai eigen value dengan cara melakukan perkalian antara tptal nilai kepentingan antar kriteria dengan nilai rata- rata yang didapat sebelumnya, sehingga mendapatkan hasil berupa tabel sebagai berikut :
Tabel 3. 4 Eigen Value Bobot Kriteria
Dengan total nilai eigen value adalah 4,12 sehingga dapat dilakukan langkah selanjutnya yaitu menentukan apakah matriks kepentingan antar kriteria konsisten atau tidak, langkah ini penting dilakukan untuk menentukan perbandingan logis dan
17 sesuai, nilai konsistensi tidak boleh lebih dari 0,1 dan tidak boleh kurang dari 0, tingkat konsistensi diukur dengan menghitung Consistency Index (CI) dan Consistency Ratio (CR) , langkah pertama dalam menentukan tingkat konsistensi adalah menghitung λmax (lambda max), nilai λmax telah didaptkan sebelumnya dengan menjumlahkan nilai eigen value.
Langkah berikutnya adalah menghitung CI (Consistency Indeks), untuk menghitung CI digunakan rumus sebagai berikut :
Gambar 3. 6 Rumus CI Di mana:
• λmax adalah nilai eigen terbesar dari matriks perbandingan berpasangan,
• n adalah jumlah elemen yang dibandingkan.
Sehingga, dengan menggunakan rumus tersebut didapatkan hasil ci berupa 0.04, kemudian perlu dicari nilai dari CR (Consistency Ratio) dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Gambar 3. 7 Rumus CR Di mana:
• CI adalah Consistency Index
• IR adalah Indeks Random IR dalam studi kasus kali ini adalah:
18 Tabel 3. 5 Nilai RI
Dalam studi kasus kali ini jumlah elemen (n) adalah 4 sehingga nilai RI yang didapatkan adalah 0,9 sehingga dengan melakukan perhitungan dengan menggunakan rumus CR didapatkan hasil berupa 0,05, seperti yang diketahui sebelumnya batas dari konsistensi rasio adalah 0,1 dan 0, sehingga o,05 memenuhi syarat CR dan dapat dinyatakan Konsisten.
3. 4 Perhitungan Bobot Alternatif Setiap Kriteria
Dalam studi kasus kali ini memiliki 3 alternatif dan 4 kriteria, sehingga diperlukan perhitungan bobot setiap alternatif dengan seluruh kriteria
3. 4. 1 Perhitungan Bobot Alternatif Terhadap Harga
Langkah pertama adalah memasukkan seluruh data yang diperoleh dari studi kasus ke dalam tabel untuk memudahkan proses perhitungan, sehingga didapatkan tabel perbandingan bobot alternatif terhadap harga sebagai berikut :
Tabel 3. 6 Bobot Alternatif Terhadap Harga
Langkah selanjutnya adalah menghitung eigen vector dengan melakukan pembagian antara nilai kepentingan antar alternatif dengan total nilai kepentingan antar alternatif, sehingga akan dihasilkan tabel berikut :
19 Tabel 3. 7 Eigen Vector Kriteria Harga
Langkah selanjutnya adalah menentukan nilai rata-rata untuk menentukan prioritas alternatif, dengan cara melakukan perhitungan dengan pembagian antara jumlah eigen vector dengan jumlah n (jumlah total alternatif), yaitu n=3 sehingga didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 3. 8 Rata-Rata/ Prioritas Kriteria Harga
Kemudian langkah selanjutnya adalah menghitung jumlah eigen value dengan melakukan perkalian antara total nilai kepentingan antar alternatif dengan nilai rata-rata yang didapat sebelumnya, sehingga didapatkan hasil berupa tabel sebagai berikut :
Tabel 3. 9 Eigen Value Kriteria Harga
Langkah selanjutnya adalah menentukan apakah perbandingan alternatif ini konsisten atau tidak dengan melakukan perhitungan dengan rumus sebagai berikut:
Gambar 3. 8 Rumus CR
Untuk mencari CI digunakan rumusan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, sedangkan IR diambil dari tabel yang telah dijabarkan sebelumnya, dengan jumlah n=3 makan IR yang didapat adalah 0,58, maka dihasilkan tabel sebagai berikut :
20 Tabel 3. 10 Hasil CR Kriteria Harga
Hasil CR yang didapatkan adalah 0,05 sehingga memenuhi syarat CR dan dapat dinyatakan Konsisten.
3. 4. 2 perhitungan Bobot Alternatif Terhadap Kualitas
Langkah pertama adalah memasukkan seluruh data yang diperoleh dari studi kasus ke dalam tabel untuk memudahkan proses perhitungan, sehingga didapatkan tabel perbandingan bobot alternatif terhadap kualitas sebagai berikut :
Tabel 3. 11 Bobot Alternatif Terhadap Kualitas
Langkah selanjutnya adalah menghitung eigen vector dengan melakukan pembagian antara nilai kepentingan antar alternatif dengan total nilai kepentingan antar alternatif, sehingga akan dihasilkan tabel berikut :
Tabel 3. 12 Eigen Vector Kriteria Kualitas
Langkah selanjutnya adalah menentukan nilai rata-rata untuk menentukan prioritas alternatif, dengan cara melakukan perhitungan dengan pembagian antara jumlah eigen vector dengan jumlah n (jumlah total alternatif), yaitu n=3 sehingga didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 3. 13 Rata-Rata/Prioritas Kriteria Kualitas
21 Kemudian langkah selanjutnya adalah menghitung jumlah eigen value dengan melakukan perkalian antara total nilai kepentingan antar alternatif dengan nilai rata-rata yang didapat sebelumnya, sehingga didapatkan hasil berupa tabel sebagai berikut :
Tabel 3. 14 Eigen Value Kriteria Kualitas
Langkah selanjutnya adalah menentukan apakah perbandingan alternatif ini konsisten atau tidak dengan melakukan perhitungan dengan rumus sebagai berikut:
Gambar 3. 9 Rumus CR
Untuk mencari CI digunakan rumusan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, sedangkan IR diambil dari tabel yang telah dijabarkan sebelumnya, dengan jumlah n=3 makan IR yang didapat adalah 0,58, maka dihasilkan tabel sebagai berikut :
Tabel 3. 15 Hasil CR Kriteria Kualitas
Hasil CR yang didapatkan adalah 0,07 sehingga memenuhi syarat CR dan dapat dinyatakan Konsisten.
3. 4. 3 Perhitungan Bobot Alternatif Terhadap Pengiriman
Langkah pertama adalah memasukkan seluruh data yang diperoleh dari studi kasus ke dalam tabel untuk memudahkan proses perhitungan, sehingga didapatkan tabel perbandingan bobot alternatif terhadap pengiriman sebagai berikut:
22 Tabel 3. 16 Bobot Alternatif Terhadap Kriteria Pengiriman
Langkah selanjutnya adalah menghitung eigen vector dengan melakukan pembagian antara nilai kepentingan antar alternatif dengan total nilai kepentingan antar alternatif, sehingga akan dihasilkan tabel berikut :
Tabel 3. 17 Eigen Vector Kriteria Pengiriman
Langkah selanjutnya adalah menentukan nilai rata-rata untuk menentukan prioritas alternatif, dengan cara melakukan perhitungan dengan pembagian antara jumlah eigen vector dengan jumlah n (jumlah total alternatif), yaitu n=3 sehingga didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 3. 18 Rata Rata/Prioritas Kriteria Pengiriman
Kemudian langkah selanjutnya adalah menghitung jumlah eigen value dengan melakukan perkalian antara total nilai kepentingan antar alternatif dengan nilai rata-rata yang didapat sebelumnya, sehingga didapatkan hasil berupa tabel sebagai berikut :
Tabel 3. 19 Eigen Value Kriteria Pengiriman
23 Langkah selanjutnya adalah menentukan apakah perbandingan alternatif ini konsisten atau tidak dengan melakukan perhitungan dengan rumus sebagai berikut:
Gambar 3. 10 Rumus CR
Untuk mencari CI digunakan rumusan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, sedangkan IR diambil dari tabel yang telah dijabarkan sebelumnya, dengan jumlah n=3 makan IR yang didapat adalah 0,58, maka dihasilkan tabel sebagai berikut :
Tabel 3. 20 Hasil CR Kriteria Pengiriman
Hasil CR yang didapatkan adalah 0,06 sehingga memenuhi syarat CR dan dapat dinyatakan Konsisten
3. 4. 4 Perhitungan Bobot Alternatif Terhadap Pelayanan
Langkah pertama adalah memasukkan seluruh data yang diperoleh dari studi kasus ke dalam tabel untuk memudahkan proses perhitungan, sehingga didapatkan tabel perbandingan bobot alternatif terhadap pelayanan sebagai berikut:
Tabel 3. 21 Bobot Alternatif Terhadap Kriteia Pelayanan
Langkah selanjutnya adalah menghitung eigen vector dengan melakukan pembagian antara nilai kepentingan antar alternatif dengan total nilai kepentingan antar alternatif, sehingga akan dihasilkan tabel berikut :
24 Tabel 3. 22 Eigen Vector Kriteria Pelayanan
Langkah selanjutnya adalah menentukan nilai rata-rata untuk menentukan prioritas alternatif, dengan cara melakukan perhitungan dengan pembagian antara jumlah eigen vector dengan jumlah n (jumlah total alternatif), yaitu n=3 sehingga didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 3. 23 Rata-Rata/Prioritas Kriteria Pengiriman
Kemudian langkah selanjutnya adalah menghitung jumlah eigen value dengan melakukan perkalian antara total nilai kepentingan antar alternatif dengan nilai rata-rata yang didapat sebelumnya, sehingga didapatkan hasil berupa tabel sebagai berikut :
Tabel 3. 24 Eigen Value Kriteria Pengiriman
Langkah selanjutnya adalah menentukan apakah perbandingan alternatif ini konsisten atau tidak dengan melakukan perhitungan dengan rumus sebagai berikut:
Gambar 3. 11 Rumus CR
Untuk mencari CI digunakan rumusan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, sedangkan IR diambil dari tabel yang telah dijabarkan sebelumnya,
25 dengan jumlah n=3 makan IR yang didapat adalah 0,58, maka dihasilkan tabel sebagai berikut :
Tabel 3. 25 Hasil CR Kriteria Pengiriman
Hasil CR yang didapatkan adalah 0,04 sehingga memenuhi syarat CR dan dapat dinyatakan Konsisten.
3. 5 Pembobotan Akhir Alternatif Dan Kriteria
Untuk menentukan hasil akhir dari pemilihan supplier terbaik untuk PT.SKS dengan menggunakan metode AHP diperlukan tabel yang merangkum prioritas dari setiap kriteria dengan mengurutkan rata-rata dari eigen vector dari pembobotan antar kriteria dengan cara melakukan pembagian antara jumlah eigen vector dengan jumlah n (jumlah total kriteria), dalam studi kasus kali ini n=4, sehingga menghasilkan tabel berupa :
Tabel 3. 26 Prioritas Kriteria
Selanjutnya adalah merangkum hasil dari pengurutan nilai prioritas yang didapat dari rata-rata eigen vector dari setiap kriteria yang telah didapatkan sebelumnya, sehingga menghasilkan tabel sebagai berikut :
Tabel 3. 27 Nilai Prioritas Alternatif Terhadap Kriteria
Langkah selanjutnya adalah menghitung hasil akhir dengan melakukan perkalian antara bobot setiap kriteria dengan bobot prioritas rata-rata dari setiap supplier terhadap kriteria, sehingga didapatkan hasil berupa tabel sebagai berikut :
26 Tabel 3. 28 Pengurutan Alternatif Terbaik
Berikut merupakan data berupa softfile yang digunakan dalam melakukan praktikum modul 3 (sourcing)
https://docs.google.com/spreadsheets/d/1wmJ5KQuko4UAoUMxXV5jNm SvZtDWsgRSaVziMssMAyk/edit?usp=sharing
https://1drv.ms/x/c/e9d8dfd1ec1acb65/EeZAMe1G2TpDnwiYOfX96Y4B WB1PCr4Omm6tCj1mEkbMvg?e=dDCvkD
27 BAB IV
ANALISIS
Dalam bab ini akan dianalisis keseluruhan hasil dari proses sourcing yang dilakukan oleh kelompok 15 dalam menentukan supplier terbaik untuk PT.SKS dengan menggunakan metode AHP, pertama akan dianalisis terlebih dahulu pembobotan prioritas kriteria dalam bentuk tabel sebagai berikut :
Tabel 4. 1 Prioritas Kriteria
Dalam tabel ini dikatakan bahwasanya kriteria dengan prioritas tertinggi dimiliki oleh kriteria kualitas dengan nilai 0,36 yang lebih unggul dari pada kriteria lainnya, hal ini dikarenakan menurut kelompok 15 kualitas merupakan elemen terpenting dalam produksi suatu produk, dimana kualitas sangat berpengaruh terhadap produk akhir yang dihasilkan oleh PT.SKS, dikarenakan PT.SKS merupakan perusahaan yang bergerak di bidang konveksi sehingga kepuasan customer merupakan sebuah prioritas, diharapkan dengan kualitas yang baik customer menjadi loyal terhadap perusahaan, hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Sri Widiyanesti dan Retno Setyorini dengan judul “PENENTUAN KRITERIA TERPENTING DALAM PEMILIHAN SUPPLIER DI FAMILY BUSINESS DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) (Studi Kasus Pada Perusahaan Garmen PT. X)”.
Selanjutnya akan dianalisis hasil akhir dari bobot rata-rata prioritas alternatif terhadap kriteria, alternatif dari studi kasus kali ini merupakan supplier x, supplier y dan supplier z, dan kriteria yang diminta oleh PT.SKS adalah Kualitas, harga, layanan dan pengiriman, berikut akan dijabarkan tabel berupa hasil akhir dari studi kasus kali ini :
Tabel 4. 2 Pengurutan Prioritas Alternatif
28 Dalam tabel ini jumlah prioritas terbanyak dimiliki oleh supplier X dengan nilai 0,48, supplier X unggul dalam kriteria harga dan pengiriman, yang berarti supplier x memiliki harga paling kompetitif dan pengiriman yang paling tepat waktu, walaupun kualitas memiliki nilai bobot tertinggi namun supplier x unggul dalam harga dan pengiriman hingga dapat menutupi kekurangan supplier x dalam kualitas, sehingga supplier terbaik untuk memenuhi kebutuhan PT.SKS adalah supplier X yang unggul dalam Harga paling kompetitif dan Pengiriman paling tepat waktu, kemudian disusul oleh Supplier Y yang unggul dalam Kualitas terbaik dan selanjutnya disusul oleh supplier Z yang unggul dalam Pelayanan terbaik.
29 BAB V
KESIMPULAN
Sourcing merupakan hal yang penting dalam rantai pasok yang memberikan banyak manfaat kepada perusahaan seperti menghemat biaya, kualitas produk, ketepatan waktu, hingga kepuasan pelanggan. Metode sourcing yang digunakan pada studi kasus di atas adalah AHP, dikarenakan masalah yang terjadi pada studi kasus sangat cocok dengan metode AHP, terdapat 3 supplier yang dipertimbangkan oleh PT.SKS, namun mereka tidak mengetahui supplier mana yang paling terbaik untuknya, dengan itu digunakan metode AHP sebagai salah satu cara untuk mendapatkan impian tersebut.
AHP menjadi metode yang cocok karena didalamnya terdapat perbandingan dan perhitungan matriks antar kriteria hingga perbandingan antar alternatif dengan kriteria yang menghasilkan jumlah prioritas, jumlah prioritas itulah yang bisa digunakan sebagai bukti bahwa supplier tersebut merupakan supplier yang terbaik dari 2 lainnya. Setelah dilakukan perhitungan dan perbandingan antar supplier dengan supplier lainnya, supplier x pun menjadi pemenangnya dikarenakan supplier x memiliki jumlah prioritas tertinggi yaitu sebesar 0,48 mengalahkan supplier y yang memiliki jumlah prioritas sebesar 0,34 dan supplier z yang hanya memiliki jumlah prioritas sebesar 0,18.
30 DAFTAR PUSTAKA
Apa yang dimaksud dengan sourcing? | IBM. (2024, April 11). Www.ibm.com.
https://www.ibm.com/id-id/topics/sourcing
Indarwati, T. (2021). Teknik Pengambilan Keputusan pada Pemilihan Supplier: A Literature Review. Penelitian dan Aplikasi Sistem dan Teknik Industri, 14(3), 268-281.
Wulandari, N. (2014). Perancangan Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Supplier di PT. Alfindo Dengan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP). JSiI (Jurnal Sistem Informasi), 1.
Hidayat, J. T., & Diartono, D. A. (2024). Perancangan sistem pendukung keputusan pemilihan supplier dengan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) pada CV. Safina Abadi. Jurnal Indonesia: Manajemen Informatika dan Komunikasi, 5(3), 2877-2887.
Mahendra, T. S. (2019). Pemilihan Supplier Kayu Mebel Menggunakan Metode AHP (Analytical Hierarchy Process) di UD. Riyan Pasuruan. Jurnal Valtech, 2(1), 104-109.
Pradharma, P. A., Dwidasmara, I. B. G., & Kom, S. (2012). Penerapan Analytical Hierarchy Process (AHP) Untuk Penentuan Lokasi Optimal Cabang Baru Bisnis Otomotif Dalam Sistem Informasi Geografis Area Marketing. Jurnal Elektronik Ilmu Komputer Universitas Udayana, 1(1).
Firdaus, I. H., Abdillah, G., Renaldi, F., & Jl, U. J. A. Y. (2016). Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Karyawan Terbaik Menggunakan Metode Ahp Dan Topsis. Semin. Nas. Teknol. Inf. dan Komun, 2016, 2089-9815.
Widiyanesti, S. (2012). PENENTUAN KRITERIA TERPENTING DALAM PEMILIHAN SUPPLIER DI FAMILY BUSINESS DENGAN
MENGGUNAKAN PENDEKATAN ANALYTIC HIERARCHY
PROCESS (AHP) (Studi kasus pada perusahaan garmen PT. X). Image, 1(1). https://doi.org/10.17509/image.v1i1.2321
Wiguna, D. (2020). Decision Support System to Determine the Location of a Cake Shop Retail Business Using the AHP Method and Simple Additive
Weighting (SAW). SYSTEMATICS, 2(2), 79–85.
https://doi.org/10.35706/sys.v2i2.3831