• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemilihan Supplier dengan metode AHP

N/A
N/A
Dwi Nurfahrizal

Academic year: 2023

Membagikan "Pemilihan Supplier dengan metode AHP"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

PEMILIHAN SUPPLIER DENGAN METODE AHP DAN TOPSIS PADA PT. BUSANA REMAJA

AGRACIPTA, YOGYAKARTA

Studi Kasus pada PT Busana Remaja Agracipta

TUGAS AKHIR

DWI NURFAHRIZAL 5180611042

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS TEKNOLOGI YOGYAKARTA

2022

(2)

PEMILIHAN SUPPLIER DENGAN METODE AHP DAN TOPSIS PADA PT. BUSANA REMAJA

AGRACIPTA, YOGYAKARTA

Studi Kasus pada PT Busana Remaja Agracipta

TUGAS AKHIR

DWI NURFAHRIZAL 5180611042

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS TEKNOLOGI YOGYAKARTA

2022

(3)

HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR

PEMILIHAN SUPPLIER DENGAN METODE AHP DAN TOPSIS PADA PT. BUSANA REMAJA AGRACIPTA, YOGYAKARTA

(Studi Kasus Pada PT Busana Remaja Agracipta)

Disusun Oleh :

Dwi Nurfahrizal

5180611042

Telah dipertahankan di depan Penguji Pada Januari 2023

Nama Jabatan Tanda tangan Tanggal

Widya Setiafindari, S.T., M.Sc Penguji 1 ... ...

Andung Jati Nugroho, S.T., M.Sc. Penguji 2 ... ...

Suseno, S.T.P., M.T. Pembimbing ... ...

Yogyakarta, Januari 2023 Ketua Program Studi Teknik Industri

Ferida Yuamita, S.T., M.Sc.

NIK. 110810054

(4)

PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :

Nama : Dwi Nurfahrizal

NIM : 5180611042

Program Studi : Teknik Industri Fakultas : Sains dan Teknologi

Menyatakan bahwa laporan Tugas Akhir dengan judul “ Pemilihan Supplier dengan Metode AHP dan TOPSIS Pada PT Busana Remaja Agracipta, Yogyakarta“ ini adalah hasil karya sendiri, tidak mengandung plagiat dan semua sumber baik yang di kutip maupun yang dirujuk telah saya nyatakan dengan mengikuti tata cara dan etika karya ilmiah yang benar. Segala sesuatu yang berkaitan dengan pelanggaran seperti yang dinyatakan di atas, sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis.

Yogyakarta, 10 Januari 2023

Dwi Nurfahrizal NIM 580611042

(5)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT berkat rahmat, hidayah, serta karunia-Nya, saya dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini.

Laporan ini saya persembahkan kepada:

1. Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, yang telah memberikan Rahmat, Hidayah, serta Karunia-Nya.

2. Kedua Orang Tua, terimakasih untuk doa, kasih sayang, motivasi dan dukungannya yang diberikan sehingga dapat sampai ketahap ini.

3. Bapak Suseno, S.T.P., M.T. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan saran sehingga saya mampu menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini.

4. Semua karyawan di perusahaan yang telah membantu saya dalam melakukan penelitian Tugas Akhir ini.

5. Teman-teman Teknik Industri UTY Angkatan 2018, atas segala bantuan dan ilmu yang diberikan.

(6)

MOTTO

“HADAPI APA YANG ADA DI DEPANMU, LARI TIDAK AKAN MENYELESAIKANYA”

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas segala berkat, rahmat dan hidayah hidyah yang diberikan-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini tepat waktu. Laporan Tugas Akhir dengan judul “ Pemilihan Supplier dengan Metode AHP dan TOPSIS Pada PT Busana Remaja Agracipta, Yogyakarta“ ini ditujukkan guna memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar S-1 jurusan Teknik Industri di Universitas Teknologi Yogyakarta.

Penyusun menyadari bahwa tanpa adanya bimbingan dan arahan dari Bapak Suseno, S.T.P., M.T. selaku dosen pembimbing maka Laporan Tugas Akhir ini tidak akan dapat diselesaikan tepat waktu. Oleh sebab itu, penyusun ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses pengerjaan Laporan Tugas Akhir, yaitu kepada:

1. Bapak Dr. Bambang Moertono Setiawan, MM., Akt., CA, selaku Rektor Universitas Teknologi Yogyakarta.

2. Ibu Ferida Yuamita, S.T., M.Sc. selaku Dekan Program Studi Teknik Industri Universitas Teknologi Yogyakarta.

3. Bapak Suseno, S.T.P., M.T. selaku Dosen Pembimbing.

4. Ibu Hera Setiyani selaku Kepala Quality Control PT Busana Remaja Agracipta yang telah membantu saya dalam pelaksanaan observasi kerja praktek.

5. Segenap Direksi dan Karyawan di perusahaan yang telah membantu dan memberikan ilmunya selama penelitian Tugas Akhir.

6. Kedua Orang Tua yang selalau mendoakan, mendukung dan menyemangati, sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini.

7. Teman-teman yang telah memberi dukungan dan membantu dalam penyelesaian Laporan Tugas Akhir ini.

(8)

8. Pihak-pihak yang ikut membantu dalam pembuatan Laporan Tugas Akhir yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penyusun menyadari bahwa dalam penulisan Laporan Tugas Akhir ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi penyempurnaan laporan ini. Harapan penyusun, semoga laporan ini nantinya dapat menambah informasi dan wawasan bagi para pembacanya.

Yogyakarta, Januari 2023

Dwi Nurfahrizal 5180611042

(9)

ABSTRAK

PT Busana Remaja Agracipta (BRA) merupakan produsen pakaian dalam wanita yang memproduksi 24 juta pcs garment per tahun dan memproduksi merk-merk dunia seperti H&M, Triumph, Wacoal, JC-Penney. Produk PT Busana Remaja Agracipta sudah diekspor ke 39 negara dengan 30 merek dengan revenue sekitar Rp 680 miliar. Bahan baku utama pakaian dalam wanita tersebut adalah kain jenis Microfiber yang saat ini dipasok oleh 3 supplier. Proses memilih supplier yang dilakukan perusahaan saat ini berdasarkan harga terendah. Pemilihan supplier perlu dilakukan dengan menggunakan metode yang tepat sesuai dengan standar perusahaan sehingga supplier dapat memahami dasar pemilihan tersebut secara lebih obyektif. Salah satu metode yang dapat menyelesaikan pemilihan supplier dengan kriteria-kriteria adalah metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dan Techicque for Order Preference by Similarity to Ideal Solution (TOPSIS). Dari penentuan bobot sub kriteria, lima urutan tertinggi adalah Serat bahan dengan bobot 0,226, Kenyamanan bahan dengan bobot 0,126, Harga bahan baku dengan bobot 0,121, ketepatan waktu dengan bobot 0,081 dan ketepatan jumlah yang dikirim dengan bobot 0,071. Urutan berikutnya adalah Fleksibel dengan bobot 0,067, Shipment term dengan bobot 0,066, Payment term dengan bobot 0,064, Kemudahan proses klaim dengan bobot 0,056, Ketahanan warna dengan bobot 0,053, Jaminan barang diterima dalam kondisi yang baik dengan bobot 0,037, dan urutan terakhir Batas waktu komplain dengan bobot 0,033.

Berdasarkan hasil penetapan nilai kriteria dan perhitungan dengan metode TOPSIS maka supplier kain Microfiber yang terpilih adalah Best Pacific dengan nilai V 0,563.

Kata Kunci : Analytical Hierarchy Process (AHP) dan Techicque for Order Preference by Similarity to Ideal Solution (TOPSIS).

(10)

ABSTRACT

PT Busana Remaja Agracipta (BRA) is a women's underwear manufacturer that produces 24 million pieces of garment per year and produces world brands such as H&M, Triumph, Wacoal, JC-Penney. PT Busana Remaja Agracipta's products have been exported to 39 countries with 30 brands with revenue of around Rp 680 billion. The main raw material for women's underwear is Microfiber cloth, which is currently being supplied by 3 suppliers. The process of selecting suppliers by the company at this time is based on the lowest price. Supplier selection needs to be done using the right method in accordance with company standards so that suppliers can understand the basis of the selection more objectively. One method that can complete the selection of suppliers with these criteria is the Analytical Hierarchy Process (AHP) and Techicque for Order Preference by Similarity to Ideal Solution (TOPSIS) methods. From the determination of sub-criteria weights, the five highest orders are fiber materials with a weight of 0.226, convenience of materials with a weight of 0.126, price of raw materials with a weight of 0.121, timeliness with a weight of 0.081 and accuracy of the amount sent with a weight of 0.071. The next sequence is Flexible with a weight of 0.067, Shipment term with a weight of 0.066, Payment terms with a weight of 0.064, Ease of claim process with a weight of 0.056, Color resistance with a weight of 0.053, Guarantee of goods received in good condition with a weight of 0.037, and last order Complaint deadline with a weight of 0.033. Based on the results of determining the criteria values and calculations using the TOPSIS method, the selected Microfiber fabric supplier was Best Pacific with a V value of 0.563.

Keywords: Analytical Hierarchy Process (AHP) and Techicque for Order Preference by Similarity to Ideal Solution (TOPSIS).

(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...………..…………... i

HALAMAN PENGESAHAN…..………... ii

PERNYATAAN KEASLIAN SURAT……..………. iii

HALAMAN PERSEMBAHAN…………..……… iv

MOTTO………...………. v

KATA PENGANTAR………...………...vi

ABSTRAK………...………. viii

DAFTAR ISI………..….……….… x

DAFTAR TABEL ………..………... xii

DAFTAR GAMBAR………..………..…………... xiii

DAFTAR RUMUS……...……… xiv

BAB I PENDAHULUAN……….15

1.1 Latar Belakang………... 15

1.2 Rumusan Masalah………..16

1.3 Batasan Masalah……… 16

1.4 Tujuan……… 16

1.5 Manfaat……….. 17

BAB II TINJAUAN PUSTAKA………. 18

2.1 Penelitian Terdahulu……….. 18

2.2 Definisi AHP (Analytical Hierarchy Process)……….. 21

2.3 Definisi TOPSIS (Technique for Order Preference by Similarity to Ideal Solution)………... 23

BAB III METODE PENELITIAN……….26

3.1 Subjek Penelitian………26

3.2 Objek Penelitian……….26

3.3 Sumber Data………..………... 26

3.4 Metode Pengumpulan Data………27

3.5 Diagram Alir……….. 28

3.6 Penjelasan Diagram Alir……… 29

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA………. 30

4.1 Pengumpulan data……….. 30

4.1.1 Penentuan Kriteria………. 31

4.1.2 Analisa Bobot Prioritas Kriteria……….33

4.2 Pengolahan Data……… 35

4.2.1 Melakukan pengolahan menggunakan metode AHP……….. 41

4.2.1.1 Membuat Matriks Perbandingan Berpasangan…….. 41

4.2.1.2 Normalisasi dan Priority Weight…………..………… 45

4.2.1.1 Analisa Bobot Prioritas Kriteria………. 46

4.2.1.2 Bobot Prioritas Sub-Kriteria Quality…….………….. 48

4.2.1.3 Bobot Prioritas Sub-Kriteria Price………..……. 49

4.2.1.4 Bobot Prioritas Sub-Kriteria Delivery………...……... 50

4.2.1.5 Bobot Prioritas Sub-Kriteria Warranty…….……….. 51

4.3 Analisa Technicque for Order Preference by Similarity to Ideal Solution (TOPSIS)……….. 54

4.3.1 Membuat Matriks Keputusan yang ternormalisasi…………... 54

4.3.2 Membuat Matriks Keputusan yang ternormalisasi bobot..….. 56

(12)

4.3.3 Menentukan jarak antara nilai setiap alternative dengan matriks solusi ideal positif dan matriks solusi ideal

negative……… 59

4.3.4 Menentukan nilai preferensi untuk setiap alternatif…..……... 61

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN……… 62

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN……….……… 63

6.1 Kesimpulan……… 63

6.2 Saran………...63

DAFTAR PUSTAKA……….………. 64

LAMPIRAN………. 67

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Lokasi PT Busana Remaja Agracipta……… 26 Gambar 3.2 Diagram Alir Penelitian………. 28 Gambar 4.1 Kriteria Pemilihan Supplier………....

31

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Data Hasil Laporan perbandingan kriteria Supplier………. 15

Tabel 4.1 Skala Perbandingan Berpasangan………... 33

Tabel 4.2 Tabel Nama Koresponden……….. 33

Tabel 4.2. Hasil Kuisioner Perbandingan Berpasangan Setiap Kriteria…..34

Tabel 4.3. Hasil Kuisioner Perbandingan Berpasangan Setiap Sub-Kriteria Quality………... 35 Tabel 4.4. Hasil Kuisioner Perbandingan Berpasangan Setiap Sub-Kriteria Price……….……. 37

Tabel 4.5. Hasil Kuisioner Perbandingan Berpasangan Setiap Sub-Kriteria Delivery……… 38

Tabel 4.6. Hasil Kuisioner Perbandingan Berpasangan Setiap Sub-Kriteria Warranty………39

Tabel 4.7 Matrik pebandingan berpasangan – Kriteria………... 41

Tabel 4.8 Matrik pebandingan berpasangan Kriteria Quality…………... 42

Tabel 4.9 Matrik pebandingan berpasangan Kriteria Price………... 43

Tabel 4.10 Matrik pebandingan berpasangan Kriteria Delivery…... 44

Tabel 4.11 Matrik pebandingan berpasangan Kriteria Delivery…... 45

Tabel 4.12 Normalisasi dan Priority Weight – Kriteria…………...……… 46 Tabel 4.13 Bobot Prioritas Setiap Kriteria………..…… 47

Tabel 4.14 Normalisasi dan Priority Weight – Kriteria Quality…….…… 48

Tabel 4.15 Bobot Prioritas Setiap Sub-Kriteria Quality………..…….. 49

Tabel 4.16 Normalisasi dan Priority Weight – Kriteria Price……….…… 50

Tabel 4.17 Bobot Prioritas Setiap Sub-Kriteria Price………..……….. 51

Tabel 4.18 Normalisasi dan Priority Weight – Kriteria Delivery………… 52

Tabel 4.19 Bobot Prioritas Setiap Sub-Kriteria Delivery…………..………. 53

Tabel 4.20 Normalisasi dan Priority Weight – Kriteria Waranty………… 54

Tabel 4.21 Bobot Prioritas Setiap Sub-Kriteria Warranty……….…... 55

Tabel 4.22 Bobot Prioritas Kriteria dan Sub-Kriteria………..…... 56

Tabel 4.22 Skala Penilaian Harga Bahan Baku………..……… 57

Tabel 4.23 Skala Penilaian Shipment Term………..………… 57

Tabel 4.24 Skala Penilaian Payment Term……….……. 57

Tabel 4.25 Skala Penilaian Batas Waktu Komplain……….….… 57

Tabel 5.11 Rekapitulasi nilai kriteria setiap supplier………. 58

Tabel 5.12 Matriks Keputusan yang ternormalisasi……… 59

(15)

DAFTAR RUMUS

Rumus 4.1 Matriks Keputusan ternormalisasi………... 56

Rumus 4.2 Matriks Keputusan ternormalisasi bobot……….57

Rumus 4.3 Matriks Solusi ideal positif………..…….. 58

Rumus 4.4 Matriks Solusi ideal negatif……….58

Rumus 4.5 Menentukan jarak solusi ideal positif………..59

Rumus 4.6 Menentukan jarak solusi ideal negative……….. 59

Rumus 4.7 Menentukan nilai preferensi alternative……….. 61

(16)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pemilihan supplier sangat penting dilakukan oleh perusahaan untuk dapat meningkatkan rantai pasok yang baik dan mendapatkan kualitas mutu produk yang baik pula. Permasalahan pada pihak supplier selama ini adalah semua supplier belum mampu memenuhi semua kriteria yang ditetapkan pihak perusahaan. Adakalanya supplier mempunyai kinerja yang baik hanya dalam satu sisi kriteria sedangkan di sisi lain belum memenuhi dan kurang dalam hal sisi lainnya. Di sisi lain perusahaan dan industri manufaktur selalu menginginkan performansi kriteria supplier dapat memenuhi standar nilai kriteria yang ditargetkan perusahaan tersebut. Standar nilai tersebut dibutuhkan sehingga terjadi keseimbangan rantai pasok yang diharapkan menjadi mitra bisnis yang saling menguntungkan dan terjadi secara terus-menerus.

Kegiatan memilih supplier bisa memakan waktu dan sumber daya yang tidak sedikit apalagi supplier yang dimaksud adalah supplier kunci.

(Lukmandono et al 2019) melakukan penelitian Pemilihan Supplier Industri Manufaktur dengan Pendekatan AHP dan TOPSIS, dengan penelitian ini diketahui Hasil perhitungan performansi supplier dengan menggunakan metode AHP dan metode TOPSIS didapatkan hasil supplier terbaik untuk bahan baku utama leather yaitu PT. B dengan nilai sebesar 0,710 dan supplier terbaik pada bahan baku pendukung heels yaitu PT. G dengan nilai 0,537. Dengan demikian PT. KBP dapat memprioritaskan PT. B sebagai supplier utamanya.

(Rachman 2019) melakukan penelitian Penerapan Metode AHP Untuk Menentukan Kualitas Pakaian, dengan penelitian ini diketahui Sistem penunjang Keputusan untuk menentukan kualitas pakaian jadi di insustri garment sudah dapat melakukan perhitungan dengan metode AHP (Analytic Hierarchy Process) lebih cepat dibandingkan perhitungan secara manual sehingga bisa lebih efesien dan tingkat keakuratannya data baik.

PT Busana Remaja Agracipta (BRA) merupakan produsen pakaian dalam wanita yang memproduksi 24 juta pcs garment per tahun dan memproduksi merk-merk dunia seperti H&M, Triumph, Wacoal, JC-Penney. Produk PT Busana Remaja Agracipta sudah diekspor ke 39 negara dengan 30 merek dengan revenue sekitar Rp 680 miliar.

(17)

Bahan baku utama pakaian dalam wanita tersebut adalah kain jenis Microfiber yang saat ini dipasok oleh 3 supplier. Proses memilih supplier yang dilakukan perusahaan saat ini berdasarkan harga terendah. Kesulitan yang dihadapi perusahaan saat ini dalam memilih supplier adalah ketidak konsistenan supplier dalam menyediakan bahan baku yang berkualitas dikarenakan sering terdapat beberapa bahan baku yang tidak sesuai dengan standar perusahaan, keterlambatan bahan baku sampai di gudang yang menyebabkan pihak produksi harus berhenti dan menyebabkan perusahaan tidak dapat memenuhi target produksi ±120.000/minggu, harga yang ditawarkan beberapa supplier berbeda sehingga menjadi pertimbangan perusahaan, adanya supplier yang sulit dihubungi oleh perusahaan ketika terdapat perubahan jumlah pesanan, beberapa supplier tidak dapat memenuhi permintaan bahan baku sewaktu-waktu karena ketersediaan bahan baku di gudang supplier sehingga perusahaan harus mencari alternatif lain, jarak supplier dengan perusahaan sehingga biaya pengiriman menjadi tinggi maupun kemudahan negosiasi dan sistem pembayaran.

Berdasarkan data pada data wawancara yang dilakukan pada manajer quality control diketahui nilai – nilai dari masing – masing kriteria pemilihan supplier diketahui seperti yang ada pada tabel nilai kriteria supplier.

Tabel 1.1, Tabel Nilai kriteria penilaian supplier bahan baku microfiber

(Sumber PT Busana Remaja Agracipta)

Pemilihan supplier perlu dilakukan dengan menggunakan metode yang tepat sesuai dengan standar perusahaan sehingga supplier dapat memahami dasar pemilihan tersebut secara lebih obyektif. Salah satu metode yang dapat menyelesaikan pemilihan supplier dengan kriteria-kriteria adalah metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dan Techicque for Order Preference by Similarity to Ideal Solution (TOPSIS). Metode AHP digunakan dalam masalah pengambilan keputusan sedangkan metode TOPSIS didasarkan pada konsep dimana alternatif terpilih yang terbaik tidak hanya memiliki jarak terpendek dari solusi ideal positif, namun juga memiliki jarak terpanjang dari

(18)

solusi ideal negatif. Konsep ini banyak digunakan pada beberapa model MADM untuk menyelesaikan masalah keputusan secara praktis.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun masalah yang di identifikasi pada penelitian ini adalah :

1. Mengidentifikasi kriteria-kriteria yang akan digunakan dan menentukan bobot masing-masing kriteria supplier bahan baku pada PT Busana Remaja Agracipta.

2. Mengidentifikasi bobot masing – masing sub kriteria pemilihan supplier.

3. Mengidentifikasi supplier terbaik untuk bahan baku produksi PT Busana Remaja Agracipta.

1.3 Batasan Masalah

Batasan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Supplier bahan baku pakaian dalam wanita yang diteliti adalah kain dengan jenis Microfiber yang digunakan untuk pembuatan pakaian dalam wanita.

2. Supplier yang dianalisis sebanyak 3 supplier.

3. Kriteria yang digunakan sebanyak 4 kriteria dengan 12 Sub kriteria berdasarkan wawancara perusahaan.

1.4 Tujuan

Tujuan yang hendak dicapai di dalam penelitian ini antara lain:

1. Menganalisis kriteria-kriteria yang akan digunakan dan menentukan bobot masing-masing kriteria supplier dengan AHP.

2. Menganalisis bobot masing – masing sub kriteria pemilihan supplier 3. Menentukan supplier terbaik dengan menggunakan metode TOPSIS.

1.5 Manfaat

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini antara lain:

1. Memberikan pengetahuan dan referensi dalam pemilihan supplier pada suatu studi kasus.

2. Memberikan informasi kepada perusahaan mengenai metode alternatif yang dapat digunakan dalam memilih supplier secara objektif serta memberikan masukan mengenai performansi dari supplier.

\

(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dan Techicque for Order Preference by Similarity to Ideal Solution (TOPSIS).

Berikut ini adalah penelitian terdahulu tentang metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dan Techicque for Order Preference by Similarity to Ideal Solution (TOPSIS) yang digunakan untuk membandingkan hasil penelitian yang saat ini dilakukan.

No Nama/Tahun Metode Hasil

1 (Surahman 2018)

AHP Kegiatan proses produksi Panjers Jersey terbagi menjadi 3 bagian, bagian pertama adalah kumpulan yang menjelaskan proses

(20)

No Nama/Tahun Metode Hasil

pemesanan dari pelanggan ke Panjers, bagian kedua terdiri dari kumpulan kolaborasi antara Panjers dan masing- masing pemasok dan vendor produksi, yang menjelaskan secara rinci tentang proses produksi yang dijalankan di setiap pemasok dan vendor, dan bagian ketiga adalah tentang kumpulan yang menjelaskan proses pengiriman dari Panjers ke pelanggan

2 (Susilowati &

Hidayatulloh 2019)

AHP dan TOPSIS

Dari hasil penelitian diatas pengujian terhadap sistem yang dikembangkan menggunakan model AHP dapat disimpulkan bahwa sistem telah berjalan dengan benar, sehingga sistem ini dapat digunakan untuk menentukan sebuah lokasi industri khususnya di Kabupaten Pringsewu.

3 (Prasetyo Agung Nugroho

& Al Fatta 2018)

AHP Menunjuk pada pengujian, analisis perbandingan diterapkan dengan menggunakan

confusion matrix guna mengukur akurasi serta f-measure. Akurasi digunakan untuk melihat kedekatan output yang dihasilkan oleh sistem terhadap hasil manual data tim rekrut, sedangkan serta dan ketepatan informasi yang dihasilkan oleh sistem dengan informasi yang diinginkan oleh f- measure merupakan pengujian yang dilakukan guna menemukan kembali sebuah informasi pengguna [9]. Hasil yang diperoleh dari nilai akurasi dari ketiga metode terhadap hasil seleksi awal, didapatkan metode AHP menjadi urutan terbaik dengan rata-rata akurasi 70,22%, urutan kedua didapatkan oleh metode TOPSIS dengan rata-rata akurasi 51,29%

dan urutan ketiga didapatkan oleh metode AHP-TOPSIS dengan rata-rata 47%. Dan dari hasil uji f-measure dari ketiga metode terhadap hasil seleksi awal, didapatkan

(21)

No Nama/Tahun Metode Hasil

metode AHP menjadi urutan terbaik dengan rata-rata prosesntase 74%, urutan kedua didapatkan oleh metode TOPSIS dengan rata-rata 60,67%, dan urutan ketiga didapatkan oleh metode AHP-TOPSIS dengan rata-rata 54,67%. Maka terkait hasil pengujian ini metode AHP memperoleh rata-rata prosentase yang baik bila dibanding metode TOPSIS dan AHP- TOPSIS dan lebih direkomendasikan untuk digunakan dalam permodelan yang akan digunakan untuk seleksi awal pada PT.

XYZ.

4. (Rosiska &

Harman 2019)

AHP Hasil perhitungan menggunakan matrik perbandingan berpasangan untuk penggunaan kriteria menunjukkan bahwa prioritas yang paling utama ditunjukkan pada Kompetensi (KT) sebesar 46,82%, prioritas kedua yaitu Aspekbilitas (AB) sebesar 25,50, prioritas ketiga yaitu Integritas (IG) sebesar 13,54%, prioritas keempat yaitu Elektabilitas (EB) Sebesar 7,19%, prioritas kelima yaitu Kampanye (KP) Sebesar 4,51% dan prioritas keenam yaitu Partai Koalisi (PK) sebesar 2,42%.

Sedangkan untuk penggunaan alternatif diperoleh data yaitu bobot nilai paling tinggi yaitu pasangan calon dengan Nomor. Urut 01 (Joko Widodo dan Ma’ruf Amin) dengan nilai 85,9%. sementara pasangan calon dengan nomor urut 02 yaitu Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno mendapatkan nilai sebesar 14,1%.

3.

5. (Ilmadi 2019) AHP dan TOPSIS

Preferensi konsumen mengenai bobot prioritas kriteria dalam pemilihan perusahaan jasa pengiririman terbaik yang dianalisa dengan menggunakan metode AHP menunjukkan bahwa kriteria yang memiliki bobot prioritas terbesar secara berurutan adalah kriteria biaya kirim, waktu pengiriman, keamanan kiriman, jangkauan area, pilihan layanan, pelacakan

(22)

No Nama/Tahun Metode Hasil online dan ganti rugi.

6. (Siswanti et al 2020)

AHP dan TOPSIS

Terdapat lima kriteria dalam penentuan kenaikan atau promosi jabatan SMK Surakarta, yaitu meliputi: Sikap (C1), Absensi (C2), Feedback Siswa (C3), Prestasi Non-Akademik (C4), dan Pendidikan Terakhir (C5). Masing-masing kriteria mempunyai atribut yang berupa Benefit dan Cost. Benefit yaitu jika nilai dari satu kriteria semakin banyak, maka semakin baik pula nilainya, sedangkan Cost yaitu jika nilai dari satu kriteria semakin sedikit, maka semakin baik pula nilainya. Dalam penelitian ini, seluruh penilaian kriteria memiliki atribut Benefit.

Hasil pengujian terdapat perbedaan nilai akhir yang diberikan untuk promosi kenaikan jabatan guru, yaitu pada sistem yang sedang berjalan diberikan kepada guru terbaik dengan nilai 88,12, sedangkan hasil perhitungan dengan aplikasi ini yaitu dengan menggunakan metode AHP dan TOPSIS diberikan kepada guru terbaik dengan nilai 0,7238.

7. (Rachman 2019)

AHP Sistem penunjang Keputusan untuk menentukan kualitas pakaian jadi di insustri garment sudah dapat melakukan perhitungan dengan metode AHP ( Analytic Hierarchy Process ) lebih cepat dibandingkan perhitungan secara manual sehingga bisa lebih efesien dan tingkat keakuratannya data baik. Selanjutnya disarankan untuk peneliti yang akan datang supaya ditambahkan lagi untuk kriteria dan alternatif dan dibuatkan aplikasi SPK dengan metode AHP.

8. (Siswanto et al 2018)

AHP dan TOPSIS

Penggunaan gabungan metode AHP dan TOPSIS dapat digunakan sebagai Metode Penyelesaian dalam penelitian “Penentuan Kelayakan Kandang Sapi” dengan hasil rata-rata akurasi sebesar 84,8% dari 5 pengujian dengan uji pengaruh matriks perbandingan berpasangan.

(23)

No Nama/Tahun Metode Hasil 9. (Amalia et al

2019)

AHP dan TOPSIS

Dengan sistem pendukung keputusan menentukan lovebird unggul dalam perlombaan dengan metode AHP-TOPSIS ini telah berhasil dalam membantu juri dalam menentukan pemenang dalam suatu kagetori perlombaan secara akurat dan objektif, dibuktikan dengan hasil pengujian menunjukkan bahwa 5 data uji data rill (98%) telah menunjukkan hasil yang seimbang antara keputusan sistem dengan keputusan manual.

10. (Lukmandono et al 2019)

AHP dan TOPSIS

Hasil perhitungan performansi supplier dengan menggunakan metode AHP dan metode TOPSIS didapatkan hasil supplier terbaik untuk bahan baku utama leather yaitu PT. B dengan nilai sebesar 0,710 dan supplier terbaik pada bahan baku pendukung heels yaitu PT. G dengan nilai 0,537. Dengan demikian PT. KBP dapat memprioritaskan PT. B sebagai supplier utamanya.

2.2 Definisi AHP (Analytical Hierarchy Process)

AHP merupakan suatu model pendukung keputusan yang dikembangkan oleh Dr. Thomas L Saaty. Model pendukung keputusan ini akan menguraikan masalah multi faktor atau multi kriteria yang kompleks menjadi suatu hirarki, menurut (Saaty 1986) hirarki didefinisikan sebagai suatu representasi dari sebuah permasalahan yang kompleks dalam suatu struktur multi-level dimana level pertama adalah tujuan, yang diikuti level faktor, kriteria, sub kriteria, dan seterusnya ke bawah hingga level terakhir dari alternatif. Dengan hirarki, suatu masalah yang kompleks dapat diuraikan ke dalam kelompok-kelompoknya yang kemudian diatur menjadi suatu bentuk hirarki sehingga permasalahan akan tampak lebih terstruktur dan sistematis.

AHP sering digunakan sebagai metode pemecahan masalah dibanding dengan metode yang lain karena alasan-alasan sebagai berikut:

(24)

1. Struktur yang berhirarki, sebagai konsekuesi dari kriteria yang dipilih, sampai pada sub kriteria yang paling dalam.

2. Memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh pengambil keputusan.

3. Memperhitungkan daya tahan output analisis sensitivitas pengambilan keputusan.

Penggunaan AHP bukan hanya untuk institusi pemerintahan atau swasta namun juga dapat diaplikasikan untuk keperluan individu terutama untuk penelitian-penelitian yang berkaitan dengan kebijakan atau perumusan strategi prioritas. AHP dapat diandalkan karena dalam AHP suatu prioritas disusun dari berbagai pilihan yang dapat berupa kriteria yang sebelumnya telah didekomposisi (struktur) terlebih dahulu, sehingga penetapan prioritas didasarkan pada suatu proses yang terstruktur (hirarki) dan masuk akal. Jadi pada intinya AHP membantu memecahkan persoalan yang kompleks dengan menyusun suatu hirarki kriteria, dinilai secara subjektif oleh pihak yang berkepentingan lalu menarik berbagai pertimbangan guna mengembangkan bobot atau prioritas (kesimpulan).

Peralatan utama AHP adalah sebuah hierarki fungsional dengan input utamanya persepsi manusia. Keberadaan hierarki memungkinkan dipecahnya masalah kompleks atau tidak terstruktur dalam sub – sub masalah, lalu menyusunnya menjadi suatu bentuk hierarki.

Prosedur AHP Terdapat tiga prinsip utama dalam pemecahan masalah dalam AHP menurut Saaty, yaitu: Decomposition, Comparative Judgement, dan Logical Concistency. Secara garis besar prosedur AHP meliputi tahapan sebagai berikut : 1. Dekomposisi masalah Dekomposisi masalah adalah langkah dimana suatu tujuan

(Goal) yang telah ditetapkan selanjutnya diuraikan secara sistematis kedalam struktur yang menyusun rangkaian sistem hingga tujuan dapat dicapai secara rasional. Dengan kata lain, suatu tujuan yang utuh, didekomposisi (dipecahkan) kedalam unsur penyusunnya.

2. Penilaian/pembobotan untuk membandingkan elemen-elemen Apabila proses dekomposisi telah selasai dan hirarki telah tersusun dengan baik. Selanjutnya dilakukan penilaian perbandingan berpasangan (pembobotan) pada tiap-tiap hirarki berdasarkan tingkat kepentingan relatifnya.

(25)

3. Penyusunan matriks dan Uji Konsistensi Apabila proses pembobotan atau pengisian kuisioner telah selesai, langkah selanjutnya adalah penyusunan matriks berpasangan untuk melakukan normalisasi bobot tingkat kepentingan pada tiap-tiap elemen pada hirarkinya masingmasing. Pada tahapan ini analisis dapat dilakukan secara manual ataupun dengan menggunakan program komputer seperti Expert Choice.

4. Penetapan prioritas pada masing-masing hirarki Untuk setiap kriteria dan alternatif,perlu dilakukan perbandingan berpasangan (pairwise comparisons).

Nilai-nilai perbandingan relatif kemudian diolah untuk menentukan peringkat alternatif dari seluruh alternatif. Baik kriteria kualitatif, maupun kriteria kuantitatif, dapat dibandingkan sesuai dengan penilaian yang telah ditentukan untuk menghasilkan bobot dan proritas. Bobot atau prioritas dihitung dengan manipulasi matriks atau melalui penyelesaian persamaan matematik.

5. Sistesis dari prioritas Sistesis dari prioritas didapat dari hasil perkalian prioritas lokal dengan prioritas dari kriteria bersangkutan yang ada pada level atasnya dan menambahkannya ke masing-masing elemen dalam level yang dipengaruhi oleh kriteria. Hasilnya berupa gabungan atau lebih dikenal dengan istilah prioritas global yang kemudian dapat digunakan untuk memberikan bobot prioritas lokal dari elemen yang ada pada level terendah dalam hirarki sesuai dengan kriterianya.

6. Pengambilan/penetapan keputusan. Pengambilan keputusan adalah suatu proses dimana alternatif - alternatif yang dibuat dipilih yang terbaik berdasarkan kriterianya.

2.3 Definisi TOPSIS (Technique for Order Preference by Similarity to Ideal Solution) Menurut (Hwang 1981) Metode Penelitian adalah langkah yang dimiliki dan dilakukan oleh peneliti dalam rangka untuk mengumpulkan informasi atau data serta melakukan investigasi pada data yang telah didapatkan tersebut. Metode yang dipakai dalam pengambilan keputusan pemilihan Supplier yang tepat ini adalah Technique for Order Preference by Similarity to Ideal Solution (TOPSIS).

Menurut (Zeleny 1982) “TOPSIS menggunakan prinsip bahwa alternatif yang terpilih harus mempunyai jarak terdekat dari solusi ideal positif dan terjauh dari solusi ideal negatif dari sudut pandang geometris dengan menggunakan jarak Euclidean untuk menentukan kedekatan relatif dari suatu alternatif dengan solusi ideal.

(26)

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah TOPSIS meskipun dengan alur algoritma yang sederhana tetapi dapat menjadi bahan solusi terhadap permasalahan dalam menentukan objek lokasi”. Tahapan – tahapan dalam metode TOPSIS yaitu:

a. Membuat matriks keputusan yang ternormalisasi.

b. Membuat matriks keputusan yang ternormalisasi tebobot.

c. Menentukan matriks solusi ideal positif dan matriks solusi ideal negatif.

d. Menentukan jarak antara nilai setiap alternatif dangan matriks solusi ideal positif dan matriks solusi ideal negatif.

e. Menentukan nilai preferensi untuk setiap aternatif.

(27)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Subjek Penelitian

PT Busana Remaja Agracipta Merupakan Perusahan garment yang memproduksi pakaian dalam wanita. PT Busana Remaja beralamat di Klodran, Kadirojo, Jonggrangan, Bantul, 55711, Jl. Pemuda, Teruman, Bantul, Kec. Bantul, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Gambar 3.1 Lokasi PT Busana Remaja Agracipta (Sumber : Google Maps)

3.2 Objek Penelitian

Penelitian dilakukan dengan fokus terhadap pemilihan supplier bahan baku yang digunakan sebagai bahan baku produksi pada PT. Busana Remaja Agracipta.

3.3 Sumber Data

Data dalam penelitian kali ini adalah data yang didapat dengan cara proses wawancara dan observasi pada PT Busana Remaja Agracipta data yang di olah menggunakan

(28)

metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dan Techicque for Order Preference by Similarity to Ideal Solution (TOPSIS) adalah data primer. Data primer merupakan informasi yang berhubungan dengan objek kerja praktik yang akan diteliti dan diperoleh secara langsung dari sumber asli.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan beberapa teknik yaitu:

1. Wawancara

Metode pengumpulan informasi dengan bertanya langsung kepada pihak yang terkait dan data dapat dikumpulkan melalui pertanyaan langsung sehingga diperoleh data kualitatif, kuantitatif maupun keduanya. Wawancara dilakukan dengan staff produksi, quality control dan karyawan PT. Busana Remaja Agracipta.

2. Observasi

Pengamatan terhadap objek yang teliti adalah dengan mengadakkan pengamatan pada departemen produksi PT. Busana Remaja Agracipta Observasi yang dilakukan antara lain:

a. Mengamati secara langsung setiap proses produksi yang dilakukan.

b. Mengamati bagian quality control dan produksi yang berjalan sampai dengan produk jadi.

3.5 Diagram Alir Penelitian

(29)

Gambar 3.2 Diagram Alir Penelitian (Sumber: Olah Data 2022) 3.6 Penjelasan Diagram Alir

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah merupakan sebuah metode gabungan, yang dilakukan dengan data-data diperoleh dari lokasi penelitian. Beberapa tahap yang dilakukan dalam penelitian ini, antara lain:

1. Mulai

(30)

Hal yang pertama yang dilakukan adalah mengidentifkasi masalah yang ada, kemudian menetapkan tujuan yang ingin dicapai.

2. Identifikasi Masalah

Perumusan masalah yang dilakukan untuk menjadi sebuah landasan terhadap penelitian untuk menganalisa serta untuk menemukan cara untuk memecahkan sebuah masalah tersebut.

3. Perumusan Masalah

Setelah dilakukan pengidentifikasian masalah kemudian yang harus dilakukan ialah perumusan sebuah masalah yang nantinya akan di pecahkan dalam penelitian ini.

4. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka ini berisi tentang ringkasan-ringkasan penelitian yang terdahulu yang menjadi acuan dalam penelitian ini.

5. Pengumpulan Data

a) Pengumpulan data diperoleh dari data primer dan data skunder.

 Data primer merupakan sebuah informasi yang berhubungan dengan objek penelitian yang akan diteliti dan diperoleh secara langsung.

 Data sekunder Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung dalam bentuk file, dokumen, arsip, atau catatan perusahaan.

b) Pengolahan Data

Dari data-data yang sudah diperoleh kemudian dilakukan pengolahan data.

Langkah – langkah dalam melakukan pengolahan data adalah sebagai berikut : 1. Melakukan Pengolahan Data dengan Metode AHP (Analytical Hierarchy

Process)

 Membuat Matriks Perbandingan Berpasangan

 Normalisasi dan Priority Weight

- Normalisai dan Priority Weight – Kriteria

- Normalisai dan Priority Weight Sub-Kriteria Quality

(31)

- Normalisai dan Priority Weight Sub-Kriteria Price - Normalisai dan Priority Weight Sub-Kriteria Delivery - Normalisai dan Priority Weight Sub-Kriteria Waranty

2. Melakukan Pengolahan Data dengan Metode AHP (Analytical Hierarchy Process)

 Membuat Matriks Keputusan yang ternormalisasi

 Membuat Matriks Keputusan yang ternormalisasi bobot

 Menentukan Matriks rating bobot ternormalisasi

 Menentukan Matriks Solusi ideal positif dan Matriks solusi ideal negative

 Menentukan jarak antara nilai setiap alternative dengan matriks solusi ideal positif dan matriks solusi ideal negative

 Menentukan nilai preferensi untuk setiap alternatif 6. Analisis hasil dan pembahasan

Pada tahap ini akan dilakukanya pembahasan mengenai hasil dan pembahasan pengolahan data dari perhitungan pengendalian kualitas dengan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dan Techicque for Order Preference by Similarity to Ideal Solution (TOPSIS).

7. Kesimpulan dan Saran

Tahap kesimpulan adalah merupakan sebuah tahap akhir dari penelitian ini yang berisi tentang hasil akhir dan bagian yang dapat digunakan.

8. Selesai

Merupakan akhir dari penelitian yang dilakukan di PT Busana Remaja Agracipta dan nantinya akan dibuat sebuah laporan hasil akhir untuk mempresentasikan hasil dari penelitian ini.

(32)

BAB IV

PENGUMPULAN DATA DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan data

4.1.1 Penentuan Kriteria

Berdasarkan wawancara yang dilakukan, ditentukan 4 kriteria dengan 12 Sub-kriteria dalam pemilihan supplier. Kriteria yang akan digunakan dalam pemilihan supplier ditunjukan dalam gambar 4.1.

Gambar 4.1 Kriteria Pemilihan Supplier (Sumber PT Busana Remaja Agracipta)

Dari 12 Sub-Kriteria pada gambar 4.1, dapat didefinisikan sebagai berikut:

1. Serat Bahan

Serat bahan yang baik mendukung dari kualitas bahan baku yang baik. Misalnya dari kerapatan serat, tebal atau tipisnya bahan yang digunakan.

2. Kenyamanan Bahan

Kenyamanan bahan berpengaruh terhadap hasil akhir produk pada saat digunakan, misalnya mudah menyerap keringat, tidak panas dan tidak mudah kusut.

(33)

3. Ketahanan Warna

Ketahanan warna secara langsung berpengaruh terhadap kualitas produk.

Ketahanan warna dapat diukur melalui warna yang tidak mudah pudar dan luntur.

4. Harga Bahan Baku

Harga bahan baku yang ditawarkan supplier kepada perusahaan, menjadi salah satu faktor yang berpengaruh terhadap biaya proses produksi.

5. Shipment Term

Biaya bahan baku akan dibebankan kepada supplier atau pembeli. Apabila shipment term nya Freight in Board (FOB) artinya biaya pengiriman dibebankan kepada supplier, shipment term Ex-work artinya biaya pengiriman dibebankan kepada pembeli.

6. Payment Term

Metode pembayaran yang diterapkan adalah TT after 60 days, yang artinya adalah pembayaran akan dilakukan 60 hari setelah barang dikirim.

7. Ketepatan Jumlah yang Dikirim

Ketepatan jumlah yang dikirim sesuai dengan pesanan supplier berpengaruh terhadap kegiatan produksi.

8. Ketepatan Waktu Pengiriman

Ketepatan waktu dalam pengiriman barang berpengaruh secara langsung terhadap proses produksi, apabila terjadi keterlambatan dalam pengiriman barang dapat mengakibatkan terjadinya idle time dalam proses produksi.

9. Jaminan Barang Diterima Dalam Kondisi Baik

Jaminan barang diterima dalam kondisi baik yang diberikan oleh supplier kepada PT Busana Remaja Agracipta.

(34)

10. Batas Waktu Komplain

Batas waktu komplain yang ditentukan sesuai perjanjian dari kedua belah pihak dalam hal ini pihak PT Busana Remaja Agracipta dengan supplier dapat berdampak positif. Hal ini dikarenakan apabila terjadi komplain terhadap bahan baku yang dikirim (tidak sesuai dengan pesanan atau cacat), maka supplier akan segera mengganti bahan baku sehingga jadwal kegiatan produksi tidak akan tertunda.

11. Kemudahan Proses Klaim

Kemudahan proses klaim dapat mempermudah PT Busana Remaja Agracipta mengajukan klaim terhadap bahan baku yang dikirim apabila tidak sesuai dengan spesifikasi pemesanan.

12. Fleksibel

Jaminan bahwa komunikasi dengan supplier dapat dilakukan dengan mudah 4.1.2 Analisa Bobot Prioritas Kriteria

Berdasarkan dari kriteria yang terpilih, dilakukan perhitungan dengan menggunakan matrik perbandingan (comparison matrix), sehingga akan diperoleh bobot untuk masing-masing kriteria. Untuk pembobotan digunakan metode pairwise comparison atau skala perbanding secara berpasangan. Adapun skala yang digunakan adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1 Skala Perbandingan Berpasangan

(Sumber Olah data, 2022)

(35)

No NAMA JABATAN

1 Hera Setiyani Manajer Quality Control

2 Heru Sunarto Staff Quality Control

3 Sulistiyani Staff gudang bahan baku

(Sumber Olah data, 2022)

Setelah melakukan wawancara kepada 3 koresponden yaitu Hera Setiyani (Manajer quality control), Heru Sunarto (staff quality control), dan Sulistiyani (staff gudang bahan baku) dihasilkan data yang ditampilkan Pada tabel 4.2 ditampilkan hasil dari metode pairwise comparison, data diperoleh berdasarkan hasil wawancara dengan 3 koresponden PT Busana Remaja Agracipta.

Tabel 4.3. Hasil Kuisioner Perbandingan Berpasangan Setiap Kriteria Koresponden 1

Dari koresponden pertama diketahui bahwa kriteria quality memiliki tingkat kepentingan cukup penting dibandingkan dengan kriteria price, kriteria quality memiliki tingkat kepentingan penting dibandingkan dengan kriteria delivery, kriteria quality memiliki tingkat kepentingan cukup penting hingga sangat penting dibandingkan dengan kriteria warranty, kriteria price memiliki tingkat kepentingan cukup penting dibandingkan dengan kriteria delivery, kriteria price memiliki tingkat kepentingan sama hingga cukup penting dibandingkan dengan kriteria waranty, kriteria delivery memiliki tingkat kepentingan sama hingga cukup penting dibandingkan dengan kriteria warranty.

Koresponden 2

(36)

Dari koresponden kedua diketahui bahwa kriteria price memiliki tingkat kepentingan cukup penting dibandingkan dengan kriteria quality, kriteria quality memiliki tingkat kepentingan cukup penting dibandingkan dengan kriteria delivery, kriteria quality memiliki tingkat kepentingan sama hingga cukup penting dibandingkan dengan kriteria warranty, kriteria price memiliki tingkat kepentingan penting dibandingkan dengan kriteria delivery, kriteria price memiliki tingkat kepentingan sama hingga cukup penting dibandingkan dengan kriteria waranty, kriteria waranty memiliki tingkat kepentingan sama hingga cukup penting dibandingkan dengan kriteria delivery.

Koresponden 3

Dari koresponden ketiga diketahui bahwa kriteria quality memiliki tingkat kepentingan sama hingga cukup penting dibandingkan dengan kriteria price, kriteria delivery memiliki tingkat kepentingan cukup penting dibandingkan dengan kriteria quality, kriteria waranty memiliki tingkat kepentingan sama hingga cukup penting dibandingkan dengan kriteria quality, kriteria delivery memiliki tingkat kepentingan penting dibandingkan dengan kriteria price, kriteria waranty memiliki tingkat kepentingan sama hingga cukup penting dibandingkan dengan kriteria price, kriteria delivery memiliki tingkat kepentingan sama hingga cukup penting dibandingkan dengan kriteria waranty.

(37)

Tabel 4.4. Hasil Kuisioner Perbandingan Berpasangan Setiap Sub-Kriteria Quality Koresponden 1

Dari koresponden pertama diketahui dari setiap sub kriteria quality bahwa sub-kriteria kenyamanan bahan memiliki tingkat kepentingan sama hingga cukup penting dibandingkan dengan sub-kriteria serat bahan, sub-kriteria serat bahan memiliki tingkat kepentingan sama hingga cukup penting dibandingkan dengan sub-kriteria ketahanan warna, sub-kriteria kenyamanan bahan memiliki tingkat kepentingan cukup penting dibandingkan dengan sub-kriteria ketahanan warna.

Koresponden 2

Dari koresponden kedua diketahui dari setiap sub kriteria quality bahwa sub-kriteria serat bahan memiliki tingkat kepentingan cukup penting dibandingkan dengan sub- kriteria kenyamanan bahan, sub-kriteria serat bahan memiliki tingkat kepentingan cukup penting hingga sangat penting dibandingkan dengan sub-kriteria ketahanan warna, sub-kriteria kenyamanan bahan memiliki tingkat kepentingan sama hingga cukup penting dibandingkan dengan sub-kriteria ketahanan warna.

Koresponden 3

Dari koresponden ketiga diketahui dari setiap sub kriteria quality bahwa sub-kriteria serat bahan memiliki tingkat kepentingan penting dibandingkan dengan sub-kriteria kenyamanan bahan, sub-kriteria serat bahan memiliki tingkat kepentingan cukup

(38)

penting hingga sangat penting dibandingkan dengan sub-kriteria ketahanan warna, sub-kriteria kenyamanan bahan memiliki tingkat kepentingan cukup penting hingga sangat penting dibandingkan dengan sub-kriteria ketahanan warna.

Tabel 4.5. Hasil Kuisioner Perbandingan Berpasangan Setiap Sub-Kriteria Price Koresponden 1

Dari koresponden pertama diketahui dari setiap sub kriteria price bahwa sub-kriteria harga bahan baku memiliki tingkat kepentingan penting dibandingkan dengan sub- kriteria shipment term, sub-kriteria harga bahan baku memiliki tingkat kepentingan cukup penting dibandingkan dengan sub-kriteria payment term, sub-kriteria payment term memiliki tingkat kepentingan cukup penting dibandingkan dengan sub-kriteria shipment term.

Koresponden 2

Dari koresponden kedua diketahui dari setiap sub kriteria price bahwa sub-kriteria harga bahan baku memiliki tingkat kepentingan cukup penting hingga sangat penting dibandingkan dengan sub-kriteria shipment term, sub-kriteria harga bahan baku memiliki tingkat kepentingan sama hingga cukup penting dibandingkan dengan sub- kriteria payment term, sub-kriteria shipment term memiliki tingkat kepentingan sama hingga cukup penting dibandingkan dengan sub-kriteria payment term.

(39)

Koresponden 3

Dari koresponden ketiga diketahui dari setiap sub kriteria price bahwa sub-kriteria shipment term memiliki tingkat kepentingan cukup penting dibandingkan dengan sub- kriteria harga bahan baku, sub-kriteria payment term memiliki tingkat kepentingan sama hingga cukup penting dibandingkan dengan sub-kriteria harga bahan baku, sub- kriteria shipment term memiliki tingkat kepentingan sama hingga cukup penting dibandingkan dengan sub-kriteria payment term.

Tabel 4.6. Hasil Kuisioner Perbandingan Berpasangan Setiap Sub-Kriteria Delivery Koresponden 1

Dari koresponden pertama diketahui dari setiap sub kriteria delivery bahwa sub- kriteria ketepatan jumlah yang dikirim memiliki tingkat kepentingan sama hingga cukup penting dibandingkan dengan sub-kriteria ketepatan waktu pengiriman, sub- kriteria ketepatan jumlah yang dikirim memiliki tingkat kepentingan cukup penting dibandingkan dengan sub-kriteria jaminan barang diterima dalam kondisi yang baik, sub-kriteria ketepatan waktu pengiriman memiliki tingkat kepentingan sama hingga cukup penting dibandingkan dengan sub-kriteria jaminan barang diterima dengan kondisi baik.

Koresponden 2

(40)

Dari koresponden kedua diketahui dari setiap sub kriteria delivery bahwa sub-kriteria ketepatan waktu pengiriman memiliki tingkat kepentingan cukup penting dibandingkan dengan sub-kriteria ketepatan jumlah yang dikirim, sub-kriteria ketepatan jumlah yang dikirim memiliki tingkat kepentingan cukup penting dibandingkan dengan sub-kriteria jaminan barang diterima dalam kondisi yang baik, sub-kriteria ketepatan waktu pengiriman memiliki tingkat kepentingan cukup penting hingga sangat penting dibandingkan dengan sub-kriteria jaminan barang diterima dengan kondisi baik.

Koresponden 3

Dari koresponden ketiga diketahui dari setiap sub kriteria delivery bahwa sub-kriteria ketepatan waktu pengiriman memiliki tingkat kepentingan cukup penting dibandingkan dengan sub-kriteria ketepatan jumlah yang dikirim, sub-kriteria ketepatan jumlah yang dikirim memiliki tingkat kepentingan cukup penting dibandingkan dengan sub-kriteria jaminan barang diterima dalam kondisi yang baik, sub-kriteria ketepatan waktu pengiriman memiliki tingkat kepentingan penting dibandingkan dengan sub-kriteria jaminan barang diterima dengan kondisi baik.

Tabel 4.7. Hasil Kuisioner Perbandingan Berpasangan Setiap Sub-Kriteria Warranty Koresponden 1

(41)

Dari koresponden pertama diketahui dari setiap sub kriteria waranty bahwa sub- kriteria kemudahan proses klaim memiliki tingkat kepentingan cukup penting dibandingkan dengan sub-kriteria batas waktu komplain, sub-kriteria batas waktu komplain memiliki tingkat kepentingan sama hingga cukup penting dibandingkan dengan sub-kriteria fleksibel, sub-kriteria kemudahan proses klaim memiliki tingkat kepentingan cukup penting dibandingkan dengan sub-kriteria fleksibel.

Koresponden 2

Dari koresponden kedua diketahui dari setiap sub kriteria waranty bahwa sub-kriteria batas waktu komplain memiliki tingkat kepentingan cukup penting dibandingkan dengan sub-kriteria kemudahan proses klaim, sub-kriteria fleksibel memiliki tingkat kepentingan cukup penting dibandingkan dengan sub-kriteria batas waktu komplain, sub-kriteria fleksibel memiliki tingkat kepentingan cukup penting hingga sangat penting dibandingkan dengan sub-kriteria kemudahan proses klaim.

Koresponden 3

(42)

Dari koresponden ketiga diketahui dari setiap sub kriteria waranty bahwa sub-kriteria kemudahan proses klaim memiliki tingkat kepentingan penting dibandingkan dengan sub-kriteria batas waktu komplain, sub-kriteria fleksibel memiliki tingkat kepentingan cukup penting dibandingkan dengan sub-kriteria batas waktu komplain, sub-kriteria kemudahan proses klaim memiliki tingkat kepentingan cukup penting hingga sangat penting dibandingkan dengan sub-kriteria fleksibel.

4.2 Pengolahan Data

4.2.1 Melakukan Pengolahan Data dengan Metode AHP (Analytical Hierarchy Process)

Setelah mendapatkan data maka diperlukan pengolahan data dengan menggunakan metode AHP sebagai tahapan pengolahan data yang sudah diperoleh, adapun tahapan pengolahan data menggunakan metode AHP adalah sebagai berikut : 4.2.1.1 Membuat Matriks Perbandingan Berpasangan

Dari hasil data pada kuisioner perbandingan berpasangan yang telah di berikan kepada ke-3 koresponden, selanjutnya akan disusun Matrix perbandingan berpasangan.

Tabel 4.8, Matrik pebandingan berpasangan Kriteria Koresponden 1

Koresponden 2

(43)

Koresponden 3

Diperoleh dari data kuisoner perbandingan berpasangan kriteria, berisi skala perbandingan dari bentuk kuisoner perbandingan berpasangan.

Tabel 4.9, Matrik pebandingan berpasangan Sub-Kriteria quality Koresponden 1

Koresponden 2

(44)

Koresponden 3

Diperoleh dari data kuisoner perbandingan berpasangan Sub-kriteria quality, berisi skala perbandingan dari bentuk kuisoner perbandingan berpasangan.

Tabel 4.10, Matrik pebandingan berpasangan Sub-Kriteria price Koresponden 1

Koresponden 2

(45)

Koresponden 3

Diperoleh dari data kuisoner perbandingan berpasangan Sub-kriteria prrice, berisi skala perbandingan dari bentuk kuisoner perbandingan berpasangan.

Tabel 4.11, Matrik pebandingan berpasangan Sub-Kriteria delivery Koresponden 1

Koresponden 2

(46)

Koresponden 3

Diperoleh dari data kuisoner perbandingan berpasangan Sub-kriteria delivery, berisi skala perbandingan dari bentuk kuisoner perbandingan berpasangan.

Tabel 4.12, Matrik pebandingan berpasangan Sub-Kriteria waranty Koresponden 1

Koresponden 2

Koresponden 3

(47)

Diperoleh dari data kuisoner perbandingan berpasangan Sub-kriteria waranty, berisi skala perbandingan dari bentuk kuisoner perbandingan berpasangan.

4.2.1.2 Normalisasi dan Priority Weight

Setelah disusun dengan tabel matrik perbandingan maka proses selanjutnya adalah dengan melakukan normalisasi dan Priority Weight. Diperoleh dari data tabel matrik perbandingan berpasangan lalu ditambahkan dengan total weight matrix didapat dari total dari matrik, lalu eugen vector didapat dari hasil total weight matrix dibagi dengan jumlah kriteria. Dikarenaka dinormalisasi maka jumlah total di normalisasikan menjadi 1,000.

4.2.1.2.1 Normalisai dan Priority Weight – Kriteria

Tabel 4.13, Normalisasi dan Priority Weight – Kriteria Koresponden 1

Koresponden 2

(48)

Koresponden 3

Setelah melakukan normalisasi dan Priority Weight maka akan ditemukan bobot prioritas dari setiap kriteria dengan melakukan penjumlahan eugen vector dari setiap kriteria dibagi dengan jumlah koresponden.

Tabel 4.14, Tabel bobot prioritas kriteria

(Sumber Olah data, 2022)

Dari hasil tabel prioritas weight kriteria menunjukan rata-rata Priority Weight dari ke- 3 koresponden dan Kriteria adalah kualitas (Quality) memperoleh prioritas tertinggi, hal ini dikarenakan kualitas bahan baku yang baik akan sangat berpengaruhi terhadap

(49)

hasil akhir dari proses produksi PT Busana Remaja Agracipta sebagai perusahaan garmen.

4.2.1.2.2 Normalisai dan Priority Weight Sub-Kriteria Quality

Tabel 4.15, Normalisasi dan Priority Weight Sub-Kriteria quality Koresponden 1

Koresponden 2

Koresponden 3

(50)

Setelah melakukan normalisasi dan Priority Weight maka akan ditemukan bobot prioritas dari setiap sub-kriteria dengan melakukan penjumlahan eugen vector dari setiap kriteria dibagi dengan jumlah koresponden.

Tabel 4.16, Tabel bobot prioritas sub-kriteria quality

(Sumber Olah data, 2022)

Dari hasil tabel prioritas weight kriteria menunjukan rata-rata Priority Weight dari ke- 3 koresponden dan Sub-Kriteria quality adalah serat bahan memperoleh prioritas tertinggi dengan nilai bobot 0.508, di prioritas ke dua kenyamanan bahan dengan nilai bobot 0.345, dan di prioritas ketiga ketahanan warna dengan nilai bobot 0.147. Hal ini dikarenakan serat bahan sangat berpengaruhi terhadap hasil akhir dari proses produksi PT Busana Remaja Agracipta.

4.2.1.2.3 Normalisai dan Priority Weight Sub-Kriteria Price

Tabel 4.17, Normalisasi dan Priority Weight Sub-Kriteria price Koresponden 1

(51)

Koresponden 2

Koresponden 3

Setelah melakukan normalisasi dan Priority Weight maka akan ditemukan bobot prioritas dari setiap sub-kriteria dengan melakukan penjumlahan eugen vector dari setiap kriteria dibagi dengan jumlah koresponden.

Tabel 4.18, Tabel bobot prioritas sub-kriteria price

(Sumber Olah data, 2022)

(52)

Dari hasil tabel prioritas weight kriteria menunjukan rata-rata Priority Weight dari ke- 3 koresponden dan Sub-Kriteria price adalah harga bahan baku memperoleh prioritas tertinggi dengan nilai bobot 0.454 di prioritas ke dua Shipment term dengan nilai bobot 0.296, dan di prioritas ketiga payment term dengan nilai bobot 0.250. Hal ini dikarenakan harga bahan baku sangat berpengaruhi terhadap biaya proses produksi sehingga harga jual dari produk PT Busana Remaja Agracipta dapat ditekan. Dengan harga yang murah maka PT Busana Remaja Agracipta dapat meraih keunggulan bersaing dengan strategi low cost.

4.2.1.2.4 Normalisai dan Priority Weight Sub-Kriteria Delivery

Tabel 4.19, Normalisasi dan Priority Weight Sub-Kriteria delivery Koresponden 1

Koresponden 2

Koresponden 3

(53)

Setelah melakukan normalisasi dan Priority Weight maka akan ditemukan bobot prioritas dari setiap sub-kriteria dengan melakukan penjumlahan eugen vector dari setiap kriteria dibagi dengan jumlah koresponden.

Tabel 4.20, Tabel bobot prioritas sub-kriteria delivery

(Sumber Olah data, 2022)

Dari hasil tabel prioritas weight kriteria menunjukan rata-rata Priority Weight dari ke- 3 koresponden dan Sub-Kriteria delivery adalah ketepatan waktu pengiriman memperoleh prioritas tertinggi dengan nilai bobot 0.513 di prioritas ke dua ketepatan waktu pengiriman dengan nilai bobot 0.357, dan di prioritas ketiga jaminan barang diterima dalam kondisi yang baik dengan nilai bobot 0.130. Hal ini sangat berpengaruh terhadap proses produksi. Karena dengan tepatnya waktu pengiriman oleh supplier, maka proses produksi akan berjalan sesuai dengan master requirement planning.

4.2.1.2.5 Normalisai dan Priority Weight Sub-Kriteria Waranty

Tabel 4.21, Normalisasi dan Priority Weight Sub-Kriteria warranty Koresponden 1

(54)

\ Koresponden 2

Koresponden 3

Setelah melakukan normalisasi dan Priority Weight maka akan ditemukan bobot prioritas dari setiap sub-kriteria dengan melakukan penjumlahan eugen vector dari setiap kriteria dibagi dengan jumlah koresponden.

Tabel 4.22, Tabel bobot prioritas sub-kriteria delivery

(Sumber Olah data. 2022)

Dari hasil tabel prioritas weight kriteria menunjukan rata-rata Priority Weight dari ke- 3 koresponden dan Sub-Kriteria waranty adalah kemudahan proses klaim memperoleh

(55)

prioritas tertinggi dengan nilai bobot 0.447, di prioritas ke dua fleksibel dengan nilai bobot 0.342, dan di prioritas ketiga batas waktu komplaindengan nilai bobot 0.210.

Setelah melalui semua proses pengolahan data menggunakan metode AHP maka akan diketahui bobot dari masing-masing kriteria dan sub-kriteria, maka didapatkan kesimpulan bahwa yang menjadi prioritas terpenting untuk kriteria pemilihan supplier dalam family business adalah Kualitas. Sedangkan kriteria kedua adalah delivery, kriteria harga menjadi prioritas ketiga, kriteria warranty menjadi kriteria keempat.

Tabel 4.23 Bobot Prioritas Kriteria dan Sub-Kriteria

(Sumber Olah data, 2022)

Dari data ini diketahui bobot global dari masing - masing sub-kriteria yang di dapat dengan mengkalikan bobot parsial dari kriteria dengan bobot parsial dari sub-kriteria yang nantinya menjadi data yang dapat diolah dengan metode analis menggunakan TOPSIS.

4.2.2 Melakukan Pengolahan Data dengan Metode AHP (Analytical Hierarchy Process)

4.2.2.1 Membuat Matriks Keputusan yang ternormalisasi

(56)

Setelah diperoleh bobot kepentingan dari masing-masing sub-kriteria, langkah selanjutnya adalah mencari nilai masing-masing subkriteria dari ketiga pemasok dengan menggunakan metode TOPSIS. Untuk penilaian subkriteria Serat bahan, Kenyamanan bahan, Ketahanan warna, Ketepatan jumlah yang dikirim, Ketepatan waktu pengiriman, Jaminan barang diterima dalam kondisi yang baik, Kemudahan proses klaim, dan fleksibilitas dinilai dari percentage data history perusahaan. Untuk penilaian Harga bahan baku dilakukan penilaian sesuai dengan standard harga yang sudah disepakati dengan skala 1 sampai 3 seperti yang diperlihatkan pada tabel berikut.

Tabel 4.24, Skala Penilaian Harga Bahan Baku

(Sumber PT Busana Remaja Agracipta)

Penilaian shipment term dilakukan sesuai dengan kesepakatan apakah biaya pengiriman ditanggung oleh pembeli atau supplier dengan skala 1 dan 2 yang ditunjukan pada tabel berikut.

Tabel 4.25, Tabel Skala Penilaian Shipment Term

(Sumber PT Busana Remaja Agracipta)

Penilaian payment term dilakukan berdasarkan metode pembayaran yang dilakukan oleh pembeli kepada supplier dengan skala 1 sampai 3 yang ditunjukan pada tabel berikut.

Tabel 4.26, Tabel Penilaian Payment term

(57)

(Sumber PT Busana Remaja Agracipta)

Penilaian Batas waktu komplain dilakukan berdasarkan batas komplain dari barang diterima dengan skala 1 sampai 3 yang ditunjukan pada tabel berikut.

Tabel 4.27, Tabel Skala Penilaian Batas waktu complain

(Sumber PT Busana Remaja Agracipta)

Hasil rekapitulasi penilaian seluruh supplier diperoleh dari data penelitian yang didapatkan dari manajer quality control dengan menambahkan bobot dari hasil pengolahan data menggunakan metode AHP. Hasil rekapitulasi penilaian seluruh supplier dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.28, Tabel Hasil Rekapitulasi Penilaian seluruh Supplier

(Sumber Olah data, 2022) 4.2.2.2 Membuat Matriks Keputusan yang ternormalisasi bobot

Referensi

Dokumen terkait

“Analisa Pemilihan Supplier dengan AHP”, Jurnal Ilmiah Teknik Industri, Universitas Islam Negeri Yogyakarta.. Supply Chain

Untuk memilih supplier biasanya ada berbagai kriteria, oleh karena itu masalah pemilihan supplier suku cadang pada penelitian kali ini akan menggunakan metode

Untuk itu perusahaan perlu melakukan pemilihan supplier dari supplier yang ada untuk dijadikan sebagai supplier kontrak supaya TBS yang dipasok jumlahnya tetap kontinu.. Metode

Pemilihan supplier ini harus dianalisis menggunakan penelitian ilmiah sehingga perusahaan mengetahui secara kuantitatif bagaimana kinerja supplier yang selama ini member

Alternatif lain, perusahaan bisa menggunakan supplier Y yang juga unggul pada kriteria quality dan cost, namun kinerja supplier Y tidak sesuai pada kriteria delivery sehingga

Untuk memilih supplier biasanya ada berbagai kriteria, oleh karena itu masalah pemilihan supplier suku cadang pada penelitian kali ini akan menggunakan metode

Dengan mengalikan bobot setiap sub-kriteria dengan bobot setiap supplier untuk masing-masing kriteria, maka didapat bobot total masing-masing supplier , dinyatakan dalam

AIM Safety Indonesia mudah dalam melakukan pemilihan supplier.[4] Penelitian yang dilakukan oleh Suci Oktri Viarani dan Hilma Raimona Zadry 2016, menghasilkan sebuah perhitungan