• Tidak ada hasil yang ditemukan

laporan tahunan penelitian dasar unggulan perguruan tinggi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "laporan tahunan penelitian dasar unggulan perguruan tinggi"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

Bawang merah dan cabai merupakan komoditas hortikultura yang sering menimbulkan fluktuasi harga dan mempengaruhi laju inflasi. Kabupaten Sigi yang merupakan salah satu sentra produksi bawang merah dan cabai di Sulawesi Tengah, belum mampu berkontribusi nyata dalam mengatasi kekurangan pasokan yang kerap menimbulkan keresahan di masyarakat. Salah satu penyebabnya adalah budidaya bawang merah dan cabai masih bersifat monokultur sehingga risiko gagal panen, penurunan produksi, dan kerugian petani sangat tinggi.

Penelitian ini direncanakan dengan tujuan utama untuk menemukan model atau pola budidaya terpadu antara tanaman bawang merah dan cabai pada lahan yang sama dalam waktu yang hampir bersamaan, guna mencapai efisiensi penggunaan lahan, kestabilan hasil produksi, kestabilan harga dan peningkatan jumlah petani. . 'pendapatan, guna mengatasi keresahan yang sering terjadi di masyarakat. Hal ini sejalan dengan Rencana Strategis Penelitian Universitas Tadulako yang terkait dengan pengentasan kemiskinan di pedesaan melalui pemanfaatan sumber daya lahan dan pengembangan komoditas unggulan daerah yang juga dapat mendukung program nasional dalam pengembangan komoditas pangan strategis yaitu bawang merah. dan cabai yang didorong pengembangannya di seluruh wilayah pusat.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Perkembangan cabai di Sulawesi Tengah pada tahun ini luas panen dan produksinya masih berfluktuasi dari tahun ke tahun, namun pada tahun 2016 luas panen dan produksi cabai mengalami peningkatan yang sangat besar dengan pertumbuhan sebesar 591,61%. Hal ini disebabkan oleh keberhasilan program Upaya Khusus (Upsus) peningkatan produksi bawang merah dan cabai yang dikembangkan Kementerian Pertanian dalam dua tahun terakhir, termasuk di Provinsi Sulawesi Tengah yang merupakan sentra kedua produk hortikultura tersebut. stabilitas produksi dan harga tidak dapat dijamin.

Perumusan Masalah

Rekayasa integrasi pola tanam bawang merah dan cabai untuk menjamin ketersediaan produksi sepanjang tahun sehingga mampu meredam fluktuasi harga. Kajian pola tanam untuk meningkatkan hasil dan pendapatan petani bawang merah dan cabai secara berkelanjutan. Diketahui bahwa waktu dan jarak tanam yang tepat dapat menjamin hasil yang tinggi pada pola tanam bawang merah dan cabai.

Cara/metode modifikasi lingkungan mikro terbukti dapat meningkatkan produktivitas pada pola tanaman bawang merah dan cabai. Hasil uji variasi umur panen tanaman bawang merah varietas 'Lembaga Palu' menunjukkan bahwa pola tanam bawang merah pada tanaman cabai berpengaruh nyata terhadap umur panen tanaman bawang merah. Hasil uji variasi jumlah umbi per tandan tanaman bawang merah varietas 'Lembaga Palu' menunjukkan bahwa pola tanam bawang merah antar tanaman cabai tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah umbi per tandan.

Rata-rata panjang umbi umbi bawang merah lembah palu sebesar 25,64 mm pada perlakuan P7 (pola tanam campur) diikuti perlakuan P5 (pola tanam strip 3:1) sebesar 25,17 mm, sedangkan ukuran umbi paling pendek (22,23 mm). mm) diperoleh pada perlakuan P3 (pola tanam strip 1:1). Hasil pengujian variasi kadar air umbi bawang merah varietas 'Lembaga Palu' menunjukkan bahwa pola tanam bawang merah pada tanaman cabai tidak memberikan pengaruh nyata. Hasil variasi indeks panen bawang merah menunjukkan bahwa pola tanam bawang merah antar tanaman cabai tidak berpengaruh nyata terhadap indeks panen umbi bawang merah varietas 'Lembaga Palu'.

Nilai ekuivalen lahan (NLV) dan indeks kompetensi (IK) pada pola tumpang sari bawang merah-cabai yang berbeda. Pola tanam dengan sistem tanam 1 baris bawang merah antar jenis tanaman cabai (P3) menghasilkan ukuran umbi lebih kecil, bobot segar dan bobot kering umbi per rumpun lebih rendah, bobot segar umbi dengan dan tanpa daun per hektar lebih rendah, dan total larut total lebih rendah. kandungan padatan (TPT), nilai setara lahan (NKL) dan indeks daya saing (IK) terendah. Penggunaan zat pengatur tumbuh untuk meningkatkan pertumbuhan dan hasil umbi bawang merah Lembah Palu.

Tabel 1. Rencana Target Capaian Tahunan
Tabel 1. Rencana Target Capaian Tahunan

RENSTRA DAN ROAD MAP PENELITIAN PERGURUAN

TINJAUAN PUSTAKA

  • State of The Art Penelitian
  • Syarat Agronomi dan Karakteristik Bawang Merah
  • Syarat Agronomi Tanaman Cabe
  • Pola Pertanaman Integrasi Bawang Merah dan Cabe
  • Roadmap Penelitian

Titik tolak penelitian ini adalah upaya strategis penyelesaian masalah kekurangan produksi bawang merah dan cabai secara berkelanjutan untuk mengurangi atau menghindari fluktuasi harga. Sedangkan bobot tanaman cabai merah maksimal terdapat pada sistem tumpangsari cabai merah yang ditanam bersamaan dengan bawang merah. Secara umum tanaman bawang merah dapat tumbuh dengan baik dan tumbuh subur di segala jenis tanah, baik di sawah, rawa, maupun pekarangan rumah.

2010 Kajian Standar Operasional Prosedur (SOP) Bawang Merah Lokal Palu. Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sulawesi Tengah). 2011 Pertumbuhan, hasil dan kualitas umbi bawang merah pada ketinggian dan ketinggian air tanah yang berbeda (Jurnal Agrivigor UNHAS, Volume 10, Nomor 2, 2011). 2011 Pengaruh kelembaban tanah terhadap pertumbuhan dan hasil tiga varietas bawang merah lokal pada ketinggian yang berbeda.

2013 Respon fisiologis dan hasil tanaman bawang merah (Kelompok Allium cepa L. Aggregatum) terhadap kelembaban dan ketinggian tanah pada lokasi berbeda. 2013 Modifikasi lingkungan mikro menggunakan penutup plastik dan mulsa terhadap pertumbuhan dan hasil bawang merah varietas Lembah Palu. Muhammad Ansar 2013 Kinerja Teknologi Budidaya dan Relevansinya dalam Meningkatkan Produktivitas Bawang Merah di Sulawesi Tengah.

2013 Pengaruh Lama Waktu Pemberian Air Irigasi Kincir, Pupuk Organik dan Mulsa Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Varietas Bawang Merah Di Lembah Palu. 2014 Uji pemupukan spesifik pada kondisi agroekosistem lahan kering, Pusat Pengembangan Varietas Bawang Merah 'Lembah Palu'. Uji coba teknologi pengelolaan air dan irigasi pada budidaya bawang merah varietas Lembah Palu pada lahan kering.

METODE PENELITIAN

Tahapan Penelitian

Pelaksanaan penelitian

16 Pada setiap petak percobaan diberikan pemupukan organik kotoran kambing bokashi dengan dosis 15 t/ha sebagai pupuk dasar. Pemupukan anorganik berupa NPK sebanyak 200 kg/ha diberikan pada saat tanaman berumur 1 (satu) minggu setelah tanam di petak percobaan. Pemupukan selanjutnya dilakukan pada saat tanaman bawang merah berumur 30 hari setelah tanam (HST) yang terdiri dari 100 kg ZA/Ha dan 100 kg KCl/Ha.

Untuk memperoleh pertumbuhan dan hasil bawang merah yang baik, diberikan pupuk organik cair (POC) biourin dengan takaran 20-40 ml/liter air (Muhammad Ansar dkk, 2014). Komponen pertumbuhan meliputi: (i) tinggi tanaman diukur menggunakan penggaris dan pengukuran dilakukan pada umur 40 hari setelah tanam (DAI), (ii) lebar tajuk diukur menggunakan penggaris dan pengukuran dilakukan pada saat tanaman berumur 40 hari setelah tanam. Komponen pertumbuhan yang akan diamati pada 5 (lima) tanaman sampel pada setiap plot percobaan terdiri atas: panjang daun, jumlah daun dan kehijauan daun.

Rasio Setara Lahan (NKL) atau Land Equivalent Ratio (LER) adalah suatu metode yang digunakan untuk mengukur peningkatan pertumbuhan dan produksi tanaman jagung dan kacang tanah yang ditanam dalam suatu sistem tanam dan untuk mengetahui seberapa efisien penggunaan sistem tanam ganda. pola tanam tumpangsari (tumpang sari) dibandingkan dengan tumpangsari tunggal (monokultur). Indeks kompetensi merupakan suatu cara untuk mengetahui tingkat kompetensi suatu tanaman yang ditanam secara tumpangsari dibandingkan dengan sistem penanaman monokultur. N'A dan N'B = jumlah tanaman A dan B yang dibutuhkan untuk menghasilkan hasil yang sama dengan satu unit tanaman A dan B pada sistem monokultur.

Hasilnya adalah pengetahuan baru tentang pola tanam yang tepat dan ideal yang mampu memberikan hasil tinggi dalam sistem tanam bawang merah dan cabai terpadu, yang akan dipublikasikan pada jurnal nasional terakreditasi, jurnal internasional, serta menjadi pembicara pada pertemuan ilmiah nasional.

HASIL DAN PEMBAHASAN

  • Panjang daun tanaman bawang merah
  • Jumlah daun tanaman bawang merah
  • Kehijauan daun tanaman bawang merah
  • Umur panen
  • Jumlah umbi per rumpun
  • Diameter umbi
  • Panjang umbi
  • Berat segar umbi dengan daun per rumpun
  • Berat segar umbi tanpa daun per rumpun
  • Berat segar per umbi
  • Berat kering per umbi
  • Kadar air umbi
  • Total padatan terlarut
  • Hasil umbi dengan daun per hektar
  • Hasil umbi tanpa per hektar
  • Indeks panen
  • Nisbah kesetaraan lahan
  • Indeks kompetisi

Hasil variasi jumlah daun bawang merah umur dan 50 hari setelah tanam menunjukkan bahwa pola tanam bawang merah pada tanaman cabai tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun bawang merah umur dan 50 hari setelah tanam. Hasil variasi kehijauan daun bawang merah pada umur 40 hari setelah tanam menunjukkan bahwa pola tanam bawang merah antar tanaman cabai tidak berpengaruh nyata terhadap kehijauan daun varietas tanaman bawang merah 'lembah Palu', namun rata-rata kehijauan daun paling tinggi. (99,49 unit) pada perlakuan P6 (pola tanam zigzag) dan paling sedikit (77,29 unit) pada perlakuan P1 (monokultur bawang merah). Rendahnya tingkat daun hijau pada penanaman monokultur bawang merah mungkin disebabkan oleh persaingan antar tanaman dalam mendapatkan unsur hara, air dan sinar matahari.

Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian Muhammad-Ansar (2012) bahwa umur panen bawang merah dipengaruhi oleh suhu dan kadar air tanah. Dari hasil penelitian Muhammad-Ansar (2012) diperoleh rata-rata jumlah umbi bawang merah Lembah Palu lebih banyak (10,07 buah) dibandingkan bawang merah Sumenep (6,76 buah) dan bawang merah Palasa. Hasil pengujian variasi bobot segar umbi dengan kultivar daun bawang merah 'Valley Hammer' menunjukkan bahwa pola tanam bawang merah antar tanaman cabai tidak berpengaruh nyata terhadap bobot segar umbi per tandan tanaman bawang merah; Namun.

Perbedaan bobot segar dan bobot kering umbi yang dihasilkan tanaman bawang merah sangat bergantung pada kemampuan menyalurkan hasil fotosintesis (sumber) ke hasil ekonomi (sink) yaitu umbi bawang merah. Selain ditentukan oleh kadar air umbi dan kepadatan umbi, mutu umbi juga dapat ditentukan oleh kandungan total padatan terlarut (TPS) pada umbi bawang merah. Hasil pengujian keragaman hasil umbi berdaun per hektar bawang merah varietas 'Lembaga Palu' menunjukkan bahwa pola tanam bawang merah pada tanaman cabai berpengaruh nyata terhadap hasil umbi bawang merah berdaun per hektar.

Perbedaan hasil umbi bawang merah akibat perbedaan pola tanam sangat dipengaruhi oleh tingkat persaingan yang terjadi antar tanaman pada media tanam. Hasil analisis variasi hasil umbi tak berdaun per hektar bawang merah varietas 'Lembaga Palu' menunjukkan bahwa pola tanam bawang merah pada tanaman cabai berpengaruh nyata terhadap hasil umbi bawang merah tak berdaun per hektar. Peningkatan pertumbuhan dan produksi tanaman bawang merah dan cabai yang ditanam pada pola tanam berbeda dapat diukur dengan besaran yaitu Land Equivalent Ratio (LER).

Penggunaan sistem tumpang sari dengan pola tanam bawang merah yang berbeda antar tanaman cabai menunjukkan lebih efisien dalam pemanfaatan lahan dan sumber daya lingkungan dibandingkan dengan pola tanam monokultur. Hasil perhitungan indeks kompetensi tanaman bawang merah dan cabai pada pola tanam berbeda antar tanaman (Tabel 6) menunjukkan bahwa indeks kompetensi berbeda untuk setiap pola tanam.

Tabel  2.  Panjang  daun  tanaman  bawang  merah  umur  20-50  hari  setelah  tanam  dalam  sistem tumpangsari dengan cabai
Tabel 2. Panjang daun tanaman bawang merah umur 20-50 hari setelah tanam dalam sistem tumpangsari dengan cabai

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Saran-saran

Kajian Standard Operating Procedure (SOP) bawang merah lokal Palu. Kementerian Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sulawesi Tengah). Pertumbuhan dan hasil varietas bawang merah Lembah Palu dengan orientasi dan bentuk persemaian berbeda yang ditanam di lahan kering. Pertumbuhan, hasil dan kualitas umbi bawang merah pada ketinggian dan ketinggian air tanah yang berbeda (Jurnal Agrivigor UNHAS, Vol. 10, No. 2, 2011).

Respon fisiologis dan hasil bawang merah (Kelompok Allium cepa L. Aggregatum) terhadap kelembaban dan ketinggian tanah pada lokasi berbeda. Waktu pemberian air giling, pupuk organik dan mulsa terhadap pertumbuhan dan hasil bawang merah varietas 'Lembaga Palu'. Uji Pemupukan Spesifik pada Kondisi Agroekosistem Lahan Gersang, Pusat Pengembangan Varietas Bawang Merah Lembah Palu.

Gambar 1-2. Pengadaan Bahan Tanam (Bibit Bawang merah dan cabe)
Gambar 1-2. Pengadaan Bahan Tanam (Bibit Bawang merah dan cabe)

Gambar

Tabel 1. Rencana Target Capaian Tahunan
Tabel  1.  Panjang  daun  tanaman  bawang  merah  umur  20-50  hari  setelah  tanam  dalam  sistem tumpangsari dengan cabai
Tabel  2.  Panjang  daun  tanaman  bawang  merah  umur  20-50  hari  setelah  tanam  dalam  sistem tumpangsari dengan cabai
Tabel 3. Umur panen tanaman bawang merah dalam sistem tumpangsari dengan cabai
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukan bahwa komponen hasil yang memiliki korelasi genetik dan fenotip nyata terhadap hasil adalah tinggi tanaman, panjang daun, lebar daun, jumlah daun, inisiasi

Skor warna daun ; 1 = hijau, 2 = hijau keunguan, 3 = merah keunguan Percobaan Tahap-II Jumlah Tunas, Jumlah Daun dan Tinggi Tunas Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa