MANAJEMEN HUTAN MANGROVE (Laporan Praktikum Manajemen Hutan)
Oleh : Kelompok 7
Abnes Fada Pratama 2214151077 Muhammad Naufal Hakim 2214151089
Bery Hamdan 2214151078
JURUSAN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2023
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sumberdaya alam di wilayah pesisir memiliki manfaat ekologi, sosial dan ekonomi. Sumber daya alam yang ada memenuhi kebutuhan makhluk hidup disekitar pesisir pantai. Salah satu bentk SDA di daerah pesisir ialah hutan mangrove. Menghalau abrasi dan intrusi air lau ke arah darat merupakan fungsi utama hutan mangroveSelain itu hutan mangrove juga dapat dijadikan sarana unutk meningkatkan ekonomi lokal dengan pengadaan ekowisata yang dapat membuka lapangan usaha serta kerja bagi sumber penghasilan masyarakat pesisir (Takarendehang dkk, 2018).
Hutan mangrove dapat diartikan sebagai sekumpulan pepohonan yang tumbuh di area sekitar garis pantai dan dipengaruhi oleh pasang surut air laut . Areal hutan berada pada tempat yang mengalami akumulasi bahan organik dan pelumpuran. Hutan mangrove umumnya ditemukan di wilayah pesisir pantai tropis dan sub tropis seperti rawa-rawa, laguna, muara sungai dan pantai. Lahan Hutan mangrove biasanya mengandung endapan lumpur dan lereng endapan tidak lebih dari 0,25-0,50%. Vegetasinya tersusun oleh pohon dan semak yang toleran terhadap kadar garam atau salinitas yang tinggi . Eksistensi keanekaragaman flora dan fauna yang terdapat pada hutan mangrove menjadikan ekosistem pesisir ini memiliki keunikan tersendiri dibanding bentuk ekosistem lainnya. (Eddy dkk, 2017).
Hutan mangrove mempunyai karakteristik yang unik dibandingkan dengan formasi hutan lainnya. Keunikan hutan tersebut terlihat dari habitat tempat hidupnya, juga keanekaragaman flora, yaitu: Avicennia, Rhizophora, Bruguiera, dan tumbuhan lainnya yang mampu bertahan hidup disalinitas air laut, dan fauna yaitu kepiting, ikan, jenis Molusca, dan lain-lain. Agar kelestarian dari spesies dan ekosistem pada hutan mangrove dapat terwujud, diperlukan pengelolaan atau
manajemen hutan mangrove yang baik. Manajemen hutan mangrove merupakan proses yang kompleks dan memerlukan pendekatan holistik yang memperhatikan aspek ekologis, sosial, dan ekonomi, serta melibatkan partisipasi masyarakat dan dukungan kebijakan yang kuat. Manajemen hutan mangrove mencakup beberapa aspek, antara lain pemantauan dan evaluasi kondisi hutan mangrove, pengembangan dan implementasi rencana pengelolaan hutan yang berkelanjutan, dan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan hutan mangrove. Pemantauan kondisi hutan mangrove diperlukan untuk memastikan bahwa ekosistem tersebut tetap sehat dan berkelanjutan. Dalam manajemen hutan mangrove, perlu juga diperhatikan aspek kebijakan dan peraturan yang berlaku (Davinsy, dkk., 2015).
1.2. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini sebagai berikut:
1. Mengenali jenis dan sifat manajemen hutan mangrove
2. Mengidentifikasi POAC dalam pengelolaan hutan mangrove di Indonesia dan Luar Negeri
3. Mengenali kebijakan sebagai dasar pengelolaan hutan mangrove di Indonesia 4. Mengidentifikasi bentuk dan sifat kelembagaan dalam pengelolaan hutan
mangrove di Indonesia
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Ekosistem hutan mangrove
Ekosistem merupakan penggabungan dari tiap unit biosistem yang di dalamnya mencakup hubungan timbal balik antar organisme dengan lingkungan fisik. Ekositem hutan mangrove bersifat dinamis, kompleks dan labil. Hutan mangrove dapat terus tumbuh, berkembang, mengalami suksesi serta perubahan zonasi, hal tersebut merupakan sifat dinamis ekosistem hutan mangrove..Berbagai jenis flora dan fauna menempati habitat di ekosistem hutan mangrove,menjadi sifat kompleks hutan mangrove. Sifat labil ekosistem mangrove disebabkan karena mudahnya ekosistem mengalami kerusakan dan pemulihan kembali tergolonga sulit. Tingginya laju kerusakan menjadi masalah utama yang dihadapi dunia saat ini, luas hutan mangrove terus berkurang serta terjadi disetiap negara yang memiliki hutan mangrove dan penurunan luasa hutan mangrove sudah berada pada 1-2%
pertahun (Iswahyudi dkk, 2019).
2.2. Zonasi Hutan Mangrove
Penetapan zonasi hutan mangrove dimulai dari arah laut menuju daratan.
Hutan mangrove terbagi dalam beberapa zonasi yaitu zonasi yang dekat dengan darat dan darat serta zonasi dekat dengan laut. Zona primer, merupakan zona yang terdekat dengan garis pantai dan terkena pengaruh langsung dari pasang surut. Zona ini biasanya memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi dan sangat penting untuk menjaga integritas ekosistem hutan mangrove. Zona sekunder, berada sedikit lebih jauh dari garis pantai dan menerima pengaruh pasang surut yang lebih sedikit. Zona ini biasanya digunakan untuk pengelolaan hutan mangrove yang lebih intensif seperti budidaya ikan atau tambak. Zonasi hutan mangrove dapat ditentukan juga berdasarkan tumbuhan penyusunnya. Zonasi merupakan kumpulan vegetasi yang
tidak memiliki sifat yang sama ataupun jenis yang sama walaupun tumbuh saling berdekatan dan tumbuh sisuatu tempat yang sama (Mughofar dkk, 2018).
2.3. Mangrove
Mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis yang didominasi oleh beberapa jenis pohon mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang pada daerah pasang-surut pantai berlumpur. Mangrove merupakan salah satu tumbuhan yang berperan sebagai penyeimbang ekosistem pesisir pantai. Pada dasarnya vegetasi mangrove merupakan vegetasi daratan yang mampu beradaptasi di perairan dengan kadar salinitas tertentu dan kadar oksigen yang rendah. Mangrove dapat tumbuh dengan baik di perairan yang cukup pasokan air tawarnya, adanya pengaruh pasang surut air laut secara berkala, dan pada kondisi perairan yang cukup terlindung dari gelombang (gerakan air minimal) (Anova, Y, M, A., 2013).
2.4. Jenis-jenis Mangrove
Jenis-jenis mangrove yang banyak ditemukan antara lain adalah jenis api-api (Avicennia spp.), bakau (Rhizophora spp.), tancang (Bruguiera spp.) dan bogem atau pedada (Sonneratia spp.). Jenis mangrove tersebut adalah kelompok mangrove yang menangkap, menahan endapan dan menstabilkan tanah habitatnya. Jenis api- api atau di dunia dikenal sebagai black mangrove merupakan jenis terbaik dalam proses menstabilkan tanah habitatnya. Hal ini disebabkan penyebaran benih yang mudah dan toleransi terhadap temperartur tinggi. Cepatnya pertumbuhan akar nafas (akar pasak) dan sistem perakaran di bawah yang mampu menahan endapan dengan baik juga menjadi keunggulan yang dimilikinya. Mangrove merah atau red mangrove (Rhizophora spp.) merupakan jenis kedua terbaik. Jenis-jenis tersebut dapat mengurangi dampak kerusakan terhadap arus, gelombang besar dan angin Suhardiyanto, 2018)
2.5. Konservasi
Konservasi memiliki banyak aspek, mulai dari pengelolaan lahan dan sumber daya alam, pemulihan habitat, pengendalian invasi spesies asing, dan perlindungan
terhadap spesies yang terancam punah. Selain itu, konservasi juga melibatkan peningkatan kesadaran masyarakat. Konservasi memiliki tiga makna, yakni:
pertama, preservasi (preservation) atau pelestarian sumber daya alam, kedua, pemanfaatan sumber daya alam dengan penggunaan secara nalar (intellect utilization) dan ketiga, penggunaan sumber daya alam secara bijak (wise use).
Pengelolaan sumber kehidupan masyarakat tidak terpisahkan dari konservasi.
Dukungan masyarakat lokal dalam pengegolaan sumber daya alam sangat mempengaruhi efektivitas konservasi dan mempengaruhi integritas hutan dimasa yang akan datang (Lanini, 2020)
III. METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum Manajemen Hutan mengenai Manajemen Taman Nasional dilaksanaan pada hari Rabu, 1 Maret 2023. Melalui Zoom dan berlangsung mulai pukul 13.30 hingga 14.40.
3.2. Alat dan Bahan
Alat yang akan digunakan dalam praktikum ini yaitu Laptop dan Smart Phone. Sedangkan untuk bahan yang digunakan pada prektikum ini yaitu Jurnal serta website resmi tentang manajemen hutan.
3.3. Cara Kerja
Prosedur yang diterapkan dalam praktikum sebagai berikut:
1. Peserta praktikum berbagi menjadi 4 kelompok praktikum.
2. Setiap kelompok browsing manajemen taman nasional di pulau Jaw, Sumatra, Kalimantan dan Sulawesi serta Papua.
3. Identifikasi kegiatan POAC dari setiap taman nasional tersebut.
4. Susunlah bahasan keterkaitannya dan juga kelemahan atau kekurangannya.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Hasil Praktikum yang diperoleh sebagai berikut.
Tabel 4.1.1. Analisa Zonasi dan Manajemen Taman Nasional Way Kambas.
4.2. Pembahasan
4.2.2. Perbedaan Sistem Zonasi Antar Taman Nasional
Berasarkan hasil yang telah diperoleh, dari ketiga Taman Nasional yang menjadi topik pembahasan, masing masing Taman Nasional memiliki system zonasi khusus yang hanya terdapat di masing-masing taman nasional selain dari tiga pembagian zona utama yaitu pemanfaatan, rimba dan inti.
V. KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilaksanakan dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain :
1. KPHP Register 47 Way Terusan
DAFTAR PUSTAKA
Davinsy, R., Kustanti, A., & Hilmanto, R. (2015). Kajian pengelolaan hutan mangrove di Desa Pulau Pahawang Kecamatan Marga Punduh Kabupaten Pesawaran. Jurnal Sylva Lestari, 3(3), 95-106.
Anova, Y, M, A. 2013. Keanekaragaman mangrove di pantai Kecamatan Panggungrejo Kota Pasuruan. Skripsi. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim. Malang.
Suhardiyanto. 2018. Karakteristik dan indeks kesesuaian wisata mangrove di pantai randutatah kecamatan paiton kabupaten probolinggo jawa timur. Skripsi.
Universitas Muhammadiyah. Malang.