MANAJEMEN HUTAN MANGROVE (Laporan Praktikum Manajemen Hutan)
Oleh
Abnes Fada Pratama 2214151077 Muhammad Naufal Hakim 2214151089
Bery Hamdan 2214151078
Kelompok 7
JURUSAN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2023
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sumberdaya alam di wilayah pesisir memiliki manfaat ekologi, sosial dan ekonomi. Sumber daya alam yang ada memenuhi kebutuhan makhluk hidup disekitar pesisir pantai. Salah satu bentk SDA di daerah pesisir ialah hutan mangrove. Menghalau abrasi dan intrusi air lau ke arah darat merupakan fungsi utama hutan mangroveSelain itu hutan mangrove juga dapat dijadikan sarana unutk meningkatkan ekonomi lokal dengan pengadaan ekowisata yang dapat membuka lapangan usaha serta kerja bagi sumber penghasilan masyarakat pesisir (Takarendehang dkk, 2018).
Hutan mangrove dapat diartikan sebagai sekumpulan pepohonan yang tumbuh di area sekitar garis pantai dan dipengaruhi oleh pasang surut air laut . Areal hutan berada pada tempat yang mengalami akumulasi bahan organik dan pelumpuran. Hutan mangrove umumnya ditemukan di wilayah pesisir pantai tropis dan sub tropis seperti rawa-rawa, laguna, muara sungai dan pantai. Lahan Hutan mangrove biasanya mengandung endapan lumpur dan lereng endapan tidak lebih dari 0,25-0,50%. Vegetasinya tersusun oleh pohon dan semak yang toleran terhadap kadar garam atau salinitas yang tinggi . Eksistensi keanekaragaman flora dan fauna yang terdapat pada hutan mangrove menjadikan ekosistem pesisir ini memiliki keunikan tersendiri dibanding bentuk ekosistem lainnya. (Eddy dkk, 2017).
Hutan mangrove mempunyai karakteristik yang unik dibandingkan dengan formasi hutan lainnya. Keunikan hutan tersebut terlihat dari habitat tempat hidupnya, juga keanekaragaman flora, yaitu: Avicennia, Rhizophora, Bruguiera, dan tumbuhan lainnya yang mampu bertahan hidup disalinitas air laut, dan fauna yaitu kepiting, ikan, jenis Molusca, dan lain-lain. Agar kelestarian dari spesies dan
ekosistem pada hutan mangrove dapat terwujud, diperlukan pengelolaan atau manajemen hutan mangrove yang baik. Manajemen hutan mangrove merupakan proses yang kompleks dan memerlukan pendekatan holistik yang memperhatikan aspek ekologis, sosial, dan ekonomi, serta melibatkan partisipasi masyarakat dan dukungan kebijakan yang kuat. Manajemen hutan mangrove mencakup beberapa aspek, antara lain pemantauan dan evaluasi kondisi hutan mangrove, pengembangan dan implementasi rencana pengelolaan hutan yang berkelanjutan, dan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan hutan mangrove. Pemantauan kondisi hutan mangrove diperlukan untuk memastikan bahwa ekosistem tersebut tetap sehat dan berkelanjutan. Dalam manajemen hutan mangrove, perlu juga diperhatikan aspek kebijakan dan peraturan yang berlaku (Davinsy, dkk., 2015).
1.2. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini sebagai berikut:
1. Mengenali jenis dan sifat manajemen hutan mangrove
2. Mengidentifikasi POAC dalam pengelolaan hutan mangrove di Indonesia dan Luar Negeri
3. Mengenali kebijakan sebagai dasar pengelolaan hutan mangrove di Indonesia 4. Mengidentifikasi bentuk dan sifat kelembagaan dalam pengelolaan hutan
mangrove di Indonesia
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Ekosistem hutan mangrove
Ekosistem merupakan penggabungan dari tiap unit biosistem yang di dalamnya mencakup hubungan timbal balik antar organisme dengan lingkungan fisik. Ekositem hutan mangrove bersifat dinamis, kompleks dan labil. Hutan mangrove dapat terus tumbuh, berkembang, mengalami suksesi serta perubahan zonasi, hal tersebut merupakan sifat dinamis ekosistem hutan mangrove..Berbagai jenis flora dan fauna menempati habitat di ekosistem hutan mangrove,menjadi sifat kompleks hutan mangrove. Sifat labil ekosistem mangrove disebabkan karena mudahnya ekosistem mengalami kerusakan dan pemulihan kembali tergolonga sulit. Tingginya laju kerusakan menjadi masalah utama yang dihadapi dunia saat ini, luas hutan mangrove terus berkurang serta terjadi disetiap negara yang memiliki hutan mangrove dan penurunan luasa hutan mangrove sudah berada pada 1-2% pertahun (Iswahyudi dkk, 2019).
2.2. Zonasi Hutan Mangrove
Penetapan zonasi hutan mangrove dimulai dari arah laut menuju daratan.
Hutan mangrove terbagi dalam beberapa zonasi yaitu zonasi yang dekat dengan darat dan darat serta zonasi dekat dengan laut. Zona primer, merupakan zona yang terdekat dengan garis pantai dan terkena pengaruh langsung dari pasang surut.
Zona ini biasanya memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi dan sangat penting untuk menjaga integritas ekosistem hutan mangrove. Zona sekunder, berada sedikit lebih jauh dari garis pantai dan menerima pengaruh pasang surut yang lebih sedikit. Zona ini biasanya digunakan untuk pengelolaan hutan mangrove yang lebih intensif seperti budidaya ikan atau tambak. Zonasi hutan
mangrove dapat ditentukan juga berdasarkan tumbuhan penyusunnya. Zonasi merupakan kumpulan vegetasi yang tidak memiliki sifat yang sama ataupun jenis yang sama walaupun tumbuh saling berdekatan dan tumbuh sisuatu tempat yang sama (Mughofar dkk, 2018).
2.3. Mangrove
Mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis yang didominasi oleh beberapa jenis pohon mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang pada daerah pasang-surut pantai berlumpur. Mangrove merupakan salah satu tumbuhan yang berperan sebagai penyeimbang ekosistem pesisir pantai. Pada dasarnya vegetasi mangrove merupakan vegetasi daratan yang mampu beradaptasi di perairan dengan kadar salinitas tertentu dan kadar oksigen yang rendah. Mangrove dapat tumbuh dengan baik di perairan yang cukup pasokan air tawarnya, adanya pengaruh pasang surut air laut secara berkala, dan pada kondisi perairan yang cukup terlindung dari gelombang (gerakan air minimal) (Anova, Y, M, A., 2013).
2.4. Jenis-Jenis Mangrove
Jenis-jenis mangrove yang banyak ditemukan antara lain adalah jenis api- api (Avicennia spp.), bakau (Rhizophora spp.), tancang (Bruguiera spp.) dan bogem atau pedada (Sonneratia spp.). Jenis mangrove tersebut adalah kelompok mangrove yang menangkap, menahan endapan dan menstabilkan tanah habitatnya. Jenis api-api atau di dunia dikenal sebagai black mangrove merupakan jenis terbaik dalam proses menstabilkan tanah habitatnya. Hal ini disebabkan penyebaran benih yang mudah dan toleransi terhadap temperartur tinggi.
Cepatnya pertumbuhan akar nafas (akar pasak) dan sistem perakaran di bawah yang mampu menahan endapan dengan baik juga menjadi keunggulan yang dimilikinya. Mangrove merah atau red mangrove (Rhizophora spp.) merupakan jenis kedua terbaik. Jenis-jenis tersebut dapat mengurangi dampak kerusakan terhadap arus, gelombang besar dan angin (Suhardiyanto, 2018)
2.5. Konservasi
Konservasi memiliki banyak aspek, mulai dari pengelolaan lahan dan sumber daya alam, pemulihan habitat, pengendalian invasi spesies asing, dan perlindungan terhadap spesies yang terancam punah. Selain itu, konservasi juga melibatkan peningkatan kesadaran masyarakat. Konservasi memiliki tiga makna, yakni: pertama, preservasi (preservation) atau pelestarian sumber daya alam, kedua, pemanfaatan sumber daya alam dengan penggunaan secara nalar (intellect utilization) dan ketiga, penggunaan sumber daya alam secara bijak (wise use).
Pengelolaan sumber kehidupan masyarakat tidak terpisahkan dari konservasi.
Dukungan masyarakat lokal dalam pengegolaan sumber daya alam sangat mempengaruhi efektivitas konservasi dan mempengaruhi integritas hutan dimasa yang akan datang (Lanini, 2020)
III. METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum Manajemen Hutan mengenai Manajemen Taman Nasional dilaksanaan pada hari Rabu, 15 Maret 2023. Di ruang ITP mulai pukul 13.15 hingga 14.40.
3.2. Alat dan Bahan
Alat yang akan digunakan dalam praktikum ini yaitu Laptop dan Smart Phone. Sedangkan untuk bahan yang digunakan pada prektikum ini yaitu Jurnal serta website resmi tentang manajemen hutan.
3.3. Cara Kerja
Prosedur yang diterapkan dalam praktikum sebagai berikut:
1. Mengenali jenis dan sifat manajemen hutan mangrove.
2. Mengidentifikasi POAC dalam pengelolaan hutan mangrove di Indonesia dan Luar Negeri.
3. Mengenali kebijakan sebagai dasar pengelolaan hutan mangrove di Indonesia.
4. Mengidentifikasi bentuk dan sifat kelembagaan dalam pengelolaan hutan mangrove di Indonesia.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Hasil Praktikum yang diperoleh sebagai berikut.
Tabel 4.1.1 Kebijakan Hutan Mangrove
No. Tingkat Kebijakan
1 Nasional 1. Undang-Undang Dasar 1945, Pasal 33 ayat 3.
2. Undang-Undang No. 5 Thn. 1960 tentang Agraria.
3. Undang-Undang No.5 Thn. 1990 tentang Konservasi.Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya.
4. Undang-Undang No. 5 Thn. 1994 tentang Konservasi Keanekaragaman Hayati.
5. Undang-Undang No. 41 Thn. 1999 tentang Hutan.
6. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 73 Tahun 2012 tentang Strategi Nasional Pengelolaan Ekosistem Mangrove.
7. Undang-Undang No.11 Thn. 2020 tentang Cipta Kerja, Pasal 18.
8. Undang-Undang No. 27 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.
9. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2022 tentang Peredaran Hasil Hutan Kayu Yang Tercantum Dalam APENDIKS Convention On Internasional Trade In Endangered Species Of Wid Fauna And Flora. 10.
10. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Republik Indonesia N0. 4 Thn. 2023 Tentang Pengelolaan Perhutanan Sosial Pada Kawasan Hutan Dengan Pengelolaan Khusus
Tabel 4.1.2 Fungsi Manajemen Hutan Mangrove
No. Hutan Mangrove Fungsi Manajemen
1 Hutan Paya Laut Matang, Malaysia
P :
1. Meningkatkan produksi kayu bakar 2. Meningkatkan produksi kayu
3. Mengkonservasi dan melindungi keanekaragaman ekosistem
4. Menciptakan ekowisata yang berkelanjutan
5. Meningkatkan edukasi masyarakat dan pengembangan penetilian
O :
Hutan Paya Laut Matang berada di bawah kepengurusan Perhutanan Negeri Perak. Hutan Paya Laut (mangrove/bakau) Matang memiliki wilayah seluas 40,528.49 ha. Kepengurusan wilayah Hutan Paya Laut Matang di ketuai oleh Pegawau Hutan Daerah-Mohd Faris Bin Sobri . Di wakili oleh seorang Penolong Pegawai Hutan Daerah-Mohd Hafiz Bin Mohd Noor. Hutan Paya Laut Matang Terbagi menjadi 5 wilayah kepengurusan yang tiap wilayah itu dipimpin oleh Penolong Pemelihara Hutan atau Pejabat Renjer Hutan. Wilayah Taiping- Khairullah Bin Abd Latif, Kuala Sepetang- Hairudin Bin Abdul Hadi, Kuala Trong- Zuraini Binti Sarudin, Sungai Sega- Abdullah Zawawi Bin Mohd Basri, Dan Sungai Kerang- Mohd Mulana Bin Supian.
A:
Hutan Paya Laut Matang dibagi menjadi 4 zona manajemen. Zona Produksi, berisikan Hutan Rhizophora, Bruguiera parviflora, dan campuran Bruguiera cylindrica.
Zona Produksi Terbatas, merupakan zona transisi antar hutan produksi dan hutan lindung. Zona Non-produksi, berisikan aeral hutan yang telah terganggu, telah ditebang, dan pemukiman. Zona Lindung, berisi areal dengan ekosistem pemting dan
Tabel 4.1.2 Lanjutan
No. Hutan Mangrove Fungsi Manajemen
rawan akan kerusakan. Hutan ini juga mengadakan konservasi bagi flora dan fauna yang ada di wilayah nya dengan pengadaan wilayah pembatas/buffer zone.
C:
1. Mengawasi kegiatan pengambilan hasil hutan berupa kayu maupun non kayu
2. Pemberdayaan masyarakat dalam pemanfaatan hasil hutan.
3. Penegakan hukum seperti penarikan pajak atau royalty
4. Mengintegrasikan kegiatan konservasi yang ada di Hutan Paya Laut Matang
2 Florida Mangrove USA
P:
Tahap perencanaan penting dalam mengelola hutan mangrove di Amerika Serikat. Perencanaan harus mempertimbangkan tujuan jangka pendek dan jangka panjang, serta strategi yang akan digunakan untuk mencapai tujuan tersebut. Misalnya, perencanaan dapat mencakup rencana pengelolaan sumber daya alam, rencana pemulihan ekosistem yang rusak, atau rencana pengembangan ekowisata.
O :
Tahap pengorganisasian penting dalam mengelola hutan mangrove di Amerika Serikat. Hal ini melibatkan pembentukan tim dan struktur organisasi untuk mengelola hutan mangrove. Pengorganisasian juga melibatkan pembentukan prosedur dan protokol untuk pengelolaan kawasan, serta koordinasi antara berbagai pihak yang terlibat dalam pengelolaan hutan mangrove.
Tabel 4.1.2 Lanjutan
No Hutan Mangrove Fungsi Manajemen
A :
Tahap pelaksanaan adalah tahap di mana rencana dan strategi yang telah disusun diimplementasikan. Hal ini melibatkan tindakan konkret, seperti penanaman mangrove baru, pemantauan kualitas air, dan pengembangan ekowisata. Pelaksanaan harus dilakukan sesuai dengan rencana dan strategi yang telah disusun sebelumnya.
kinerja pengelolaan hutan mangrove. Pengendalian dapat dilakukan dengan cara melakukan pemantauan berkala terhadap kondisi kawasan, serta melakukan evaluasi terhadap program dan kegiatan yang telah dilakukan.
C :
Tahap pengendalian penting untuk memastikan bahwa pengelolaan hutan mangrove di Amerika Serikat berjalan sesuai dengan rencana yang telah disusun. Tahap ini melibatkan pengukuran dan evaluasi terhadap kinerja pengelolaan hutan mangrove. Pengendalian dapat dilakukan dengan cara melakukan pemantauan berkala terhadap kondisi kawasan, serta melakukan evaluasi terhadap program dan kegiatan yang telah dilakukan.
3 Hutan Mangrove Kuala Gula
P: Mempromosikan dan mendukung perlindungan, pengelolaan terpadu, dan pemanfaatan hutan dan sumber daya pesisir secara berkelanjutan dengan pendekatan partisipatif untuk melestarikan keanekaragaman hayati dan memitigasi perubahan iklim.
O : Hutan Mangrove Kuala Gula berada di bawah kepengurusan Economic Global Envorment Centre. Hutan Kuala Gula terletak dalam daerah kerian, perak. Kawasan Kuala Gula berukuran 6,870.34 hektar. Kepengurusan wilayah Hutan Mangrove Kuala Gula di ketuai ketuai oleh Faiza paris, Ahli Ekologi atau Pengelola Lingkungan .
Tabel 4.1.2 Lanjutan
No Hutan Mangrove Fungsi Manajemen
A:
Mendukung inisiatif penggalangan dana GEC membantu biaya pemeliharaan pembibitan dan pembibitan dan peningkatan mata pencaharian bagi masyarakat setempat dan mendukung inisiatif penggalangan dana GEC membantu biaya pemeliharaan pembibitan dan pembibitan dan peningkatan mata pencaharian bagi masyarakat setempat.
C :
Tahap pengendalian penting untuk memastikan bahwa pengelolaan Hutan Mangrove Kuala Guala z berjalan sesuai dengan rencana yang telah disusun. Tahap ini melibatkan pengukuran dan evaluasi terhadap kinerja pengelolaan hutan mangrove. Pengendalian dapat dilakukan dengan cara melakukan pemantauan berkala terhadap kondisi kawasan, serta melakukan evaluasi terhadap program dan kegiatan yang telah dilakukan.
Tabel 4.1.3 Pokok-pokok Kegiatan Dalam Hutan Mangrove No. Hutan Mangrove Pokok Kegiatan
1 Hutan Paya Laut Matang
Ekonomi :
1. Pembudidayaan ikan dengan keramba.
2. Kegiatan pemancingan ikan oleh nelayan.
3. Pemanenan kayu Ekologi :
1. Alokasi areal penebangan.
2. Pembuatan buffer zone.
3. Perlindungan satwaliar.
4. Kegiatan silvikultur hutan mangrove.
Tabel 4.1.3 Lanjutan
No Hutan Mangrove Pokok Kegiatan Sosial :
1. Pemberdayaan masyarakat dalam kegiatan 2. pengolahan hasil hutan.
3. Pengadaan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi.
4. Pemukiman warga yang berkelanjutan.
2 Florida Mangrove USA
Ekonomi :
Hutan mangrove di Amerika Serikat memiliki nilai ekonomi yang signifikan. Beberapa contoh aktivitas ekonomi yang berkaitan dengan hutan mangrove termasuk industri perikanan, pariwisata, dan pertanian. Hutan mangrove menyediakan habitat bagi banyak spesies ikan dan udang yang sangat bernilai komersial. Selain itu, wisatawan juga tertarik untuk berkunjung ke hutan mangrove untuk menikmati keindahan alam dan kegiatan yang berkaitan dengan ekowisata. Di sisi lain, hutan mangrove juga digunakan sebagai sumber kayu bakar dan bahan bangunan.
Ekologi :
Hutan mangrove memiliki nilai ekologi yang sangat penting. Hutan mangrove menyediakan habitat yang penting bagi banyak spesies satwa liar, termasuk burung, mamalia, reptil, dan serangga. Mangrove juga merupakan habitat penting bagi spesies laut seperti kepiting, udang, dan ikan. Selain itu, hutan mangrove juga berfungsi sebagai penahan abrasi dan mitigasi bencana alam seperti tsunami dan badai.
Sosial :
Hutan mangrove juga memiliki nilai sosial yang signifikan.
Masyarakat yang tinggal di sekitar hutan mangrove sering
Tabel 4.1.3 Lanjutan
No Hutan Mangrove Pokok Kegiatan
menggantungkan hidup mereka pada sumber daya alam yang diberikan oleh hutan mangrove, seperti perikanan dan pertanian. Selain itu, hutan mangrove juga memiliki nilai budaya yang penting bagi masyarakat lokal, seperti kepercayaan adat dan tradisi. Masyarakat juga dapat mengambil manfaat dari kegiatan ekowisata yang berhubungan dengan hutan mangrove.
3 Hutan Mangrove Kuala Gula
Ekonomi :
Hutan Mnagrove Kuala Gula menyediakan khidmat ekopelancongan dan membangunkan produk berasaskan bakau untuk mempromosikan kelangsungan hidup lestari masyarakat tempatan di Kuala Gula. Mereka merupakan kumpulan komuntas pertama di Malaysia menghasilkan produk berasaskan bakau seperti kraftangan dan keropok air tangan daripada kumpulan wanita di Kuala Gula.
Ekologi :
Ekosistem Kuala Gula merangkuli berbagai habitat yaitu sungai dan kuala sungai, pulau-pulau baka dan hutan paya bakau pesisir pantai.
Sosial :
Hampir lebih dari 35% penduduk yang ada di Kuala Gula terlibat langsung dalam industri perikanan, yaitu penangkapan ikan dan udang perternakan karang serta mengusahakan industri ikan dan udang kering.
4.2. Pembahasan
Abnes Fada Pratama 2214151077
Hutan adalah suatu ekosistem yang terdiri dari komunitas tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme yang hidup di dalamnya, serta lingkungan fisik yang mempengaruhinya. Menurut Undang-Undang RI Nomor 41 Tahun 1999 hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Hutan merupakan suatu masyarakat tumbuh-tumbuhan dan hewan yang hidup dalam lapisan dan permukaan tanah, yang terletak pada suatu kawasan dan membentuk suatu ekosistem yang berada dalam keadaan keseimbangan dinamis. Dari beberapa pengertian tentang hutan maka dapat disimpulkan bahwa hutan merupakan suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan yang berisi tumbuh-tumbuhan, alam, hewan, yang hidup dalam lapisan permukaan tanah sehingga membentuk iklim mikro yang khas serta berbeda dengan area luarnya. Secara umum, fungsi hutan dapat dibagi menjadi beberapa kategori. Fungsi ekologis, yaitu berkaitan dengan lingkungan seperti hutan sebagai penghasil oksigen dan penyerap karbon dioksida dari udara. Fungsi ekonomi, yaitu menghasilkan barang bernilai jual seperti kayu dan hasil hutan bukan kayu. Fungsi Sosial Budaya, hutan menjadi tempat masyarakat menggantungkan hidupnya, tempat rekreasi, ibadah (bagi beberapa kepercayaan), dan sumber ilmu pengetahuan (Munjiyah, S., 2017).
Didasari pada habitat wilayah hutan,hutan mangrove dibedakan menjadi tiga jenis. Hutan bakau – tumbuh di lingkungan pasang surut yang kuat dan tanah yang subur. Jenis-jenis mangrove yang tumbuh di hutan bakau antara lain Rhizophora mucronata, Rhizophora stylosa, dan Rhizophora apiculata. Mangrove api-api adalah jenis mangrove yang tumbuh di daerah pasang rendah. Ciri khasnya adalah memiliki akar udara (pneumatophores) yang tumbuh ke atas untuk mengambil oksigen dari udara, serta daun yang berwarna hijau tua. Mangrove api-api biasanya tumbuh di bagian dekat pantai dan sering digunakan sebagai penyangga pantai. Mangrove gelam adalah jenis mangrove yang tumbuh di daerah pasang surut. Ciri khasnya adalah memiliki bunga yang berwarna putih dan akar udara
yang tumbuh dari dahan utama. Mangrove gelam biasanya tumbuh di bagian tengah dan dekat hutan mangrove (Rahim, S., 2017).
Pemerintah Indonesia telah menerapkan beberapa kebijakan untuk menjaga keberlangsungan hutan mangrove dan mengoptimalkan pemanfaatannya secara berkelanjutan. Kebijakan tersebut ada yang lebih mengarah pada konservasi, pengelolaan hasil hutan, atau hutan secara umum. Peraturan/kebijakan tersebut ialah Undang-Undang Dasar 1945, Pasal 33 ayat 3. Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Agraria. Undang-Undang No.5 Tahun 1990 tentang Konservasi.Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Undang-Undang No. 5 Tahun 1994 tentang Konservasi Keanekaragaman Hayati. Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Hutan. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 73 Tahun 2012 tentang Strategi Nasional Pengelolaan Ekosistem Mangrove.
Undang-Undang No.11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja, Pasal 18, atau kebijakan yang mengarah langsung pada hutan mangrove dan wilayah pesisir seperti Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 73 Tahun 2012 tentang Strategi Nasional Pengelolaan Ekosistem Mangrove dan Undang-Undang No. 27 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.
Peraturan atau kebijakan terkait hutan mangrove di Indonesia muncul sebagai respons atas berbagai masalah yang muncul dalam pengelolaan hutan mangrove. Salah satu masalah utama adalah kerusakan hutan mangrove akibat aktivitas manusia seperti penebangan, pembukaan lahan, dan eksploitasi yang tidak terkendali. Selain itu, perubahan iklim juga berdampak pada kondisi ekosistem hutan mangrove. .Penurunan luas hutan mangrove terjadi paling dominan karena kerusakan yang disebabkan oleh faktor manusia, seperti alih tata guna lahan mangrove menjadi lahan tambak, ekploitasi kayu mangrove untuk kayu bakar dan arang khususnya untuk jenis Rhizopora spp, Avicennia Marina spp, dan Bruguiera spp. Kebijakan yang telah diterapkan diharapkan dapat memberikan efek baik dari segi perlindungan dan pengelolaan yang lebih baik, serta memberi manfaat secara optimal bagi masyarakat dan lingkungan.
(Cannagia, L. R., 2019).
POAC merupakan sebuah model manajemen yang terdiri atas perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian/pengawasan kegiatan. POAC
diperlukan untukk meningkatkan efektifitas dan efisiensi suatu kegiatan dalam pencapaian tujuannya. Setiap unsur POAC memiliki arti penting yang berbeda dalam manajemen hutan. Perencanaan, merupakan visualisasi perumusan kegiatan berdasarkan data yang ada serta asumsi tentang masa depan. Perencanaan yang baik akan dapat menjawab pertanyaan terkait siapa, apa, bagaimana, mengapa, dimana, dan bilamana, selain itu efektifitas perencanaan didasarkan pada fakta dan informasi, bukan emosi dan keinginan. Pengorganisasian merupakan proses penyusunan struktur organisasi yang akan melaksanakan kegiatan yang telah direncanakan. Pengorganisasian yang baik dapat tercapai apabila SDM yang diberi wewenang memiliki kemampuan yang sesuai dengan kegiatan yang akan dilaksanakan. Pelaksanaan ialah implementasi yang dilakukan terhadap kegiatan yang direncanakan. Pelaksanaan yang baik ialah pelaksanaan yang sesuai dengan rancana dan mampu mencapai tujuan yang diinginkan. Pengendalian atau pengawasan dilakukan untuk menentukan penyimpangan dan mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan untuk menjamin terjalannya pelaksanaan kegiatan.
POAC terbaik dalam manajemen hutan ditentukan dengan evaluasi yang cermat terhadap kondisi hutan, tujuan yang ingin dicapai, serta sumber daya yang tersedia diperlukan. Dalam hal ini, POAC yang paling efektif adalah yang dapat mengoptimalkan penggunaan sumber daya, memperhatikan aspek keberlanjutan hutan, dan memberikan manfaat yang optimal bagi masyarakat dan lingkungan (Dakhi, Y., 2016).
Pokok kegiatan terkait pengelolaan hutan yang dilaksanakan pada hutan mangrove yang telah dianalisis umumnya mencakup beberapa pokok atau kategori kegiatan. Konservasi keanekaragaman hayati, hutan mangrove memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi dan sangat rentan terhadap kerusakan lingkungan. Pelaksanaan kegiatannya seperti pemantauan kondisi ekosistem dan rehabilitasi lahan. Pengelolaan SDH, terdapat berbagai SDH mangrove yang dapat dimanfaatkan dan berbilai ekonomis. Pelaksanaan kegiatannya seperti pengolahan hasil hutan baik kayu maupun bukan kayu. Pemberdayaan masyarakat dan pengembangan ilmu pengetahuan, peningkatan pemahanan terkait hutan mangrove diperlukan terutama menegnai teknik pengelolaan dan strategi konservasi. Pelaksanaan kegitannya dapat berupa penyuluhan dan pemberdayaan
masyarakat serta kegiatan penelitian ilmiah. Pariwisata juga menjadi kegiatan yang di gaungkan di Hutan Paya Laut Matang, sektor parwisata mencakup pokok kegiatan ekonomi dan sosial. Selain dari pokok-pokok diatas pengawasan dan penegakan hukum di wilayah hutan tetap diperlukan seperti penarikan pajak.
Berry Hamdan 2214151078
Planning, organizing, actuating, and controlling (POAC) adalah konsep manajemen yang dapat diterapkan dalam berbagai jenis organisasi, termasuk pengelolaan hutan mangrove di berbagai wilayah, termasuk di Amerika Serikat.
Dalam pengelolaan hutan mangrove di Amerika Serikat, konsep POAC dapat menjadi panduan penting bagi para pengelola kawasan untuk memastikan bahwa pengelolaan berjalan secara efektif dan efisien, serta tercapai tujuan yang telah ditetapkan. Beberapa contoh hutan mangrove di Amerika Serikat termasuk Great Dismal Swamp di Virginia, Everglades di Florida, dan hutan mangrove di California.
Muhammad Naufal Hakim 2214151089
Hutan merupakan wilayah yang luas dan ditumbuhi oleh berbagai jenis tumbuhan sehingga memiliki daya serap karbon dioksida yang tinggi. Hutan sendiri juga merupakan pemasok oksigen paling besar di permukaan bumi.
Tentunya oksigen yang dihasilkan oleh hutan akan sangat bermanfaat bagi manusia dan hewan untuk bernafas. Tidak heran kalau hutan mendapat julukan sebagai paru-paru dunia. Fungsi dari hutan bukan hanya untuk memasok oksigen, akan tetapi seluruh tumbuh-tumbuhan yang ada di dalamnya juga turut berperan dalam menyuburkan tanah. Lewat daun-daun yang berguguran kemudian membusuk dan terurai di atas permukaan, hutan sudah menunjukkan eksistensinya dalam menjaga dan mempertahankan kesuburan tanah. Jika tanah subur, maka kita dapat mengolahnya menjadi lahan penanaman pohon kembali (Dinas lingkungan hidup kota SemarangSemarang, 2020).
Pada ekosistem mangrove dikenal jenis-jenis tumbuhan yang dinamakan dengan mangrove sejati utama (mayor), mangrove sejati tambahan (minor), dan mangrove ikutan. Mangrove sejati utama (mayor) adalah tumbuhan yang tumbuh pada wilayah pasang surut dan membentuk tegakan murni. Mangrove jenis ini jarang bergabung dengan tanaman darat. Mangrove sejati minor (tambahan)
adalah bukan komponen penting dari mangrove dan biasanya ditemukan di daerah tepi dan jarang membentuk tegakan, sedangkan mangrove ikutan adalah tumbuhan yang tidak pernah tumbuh di komunitas mangrove sejati dan biasanya tumbuh bergabung dengan tumbuhan daratan. Pengenalan sederhana untuk dapat mengenal jenis-jenis mangrove sejati untuk tujuan rehabilitasi difokuskan pada jenis-jenis yang membentuk tegakan murni.
Kebijakan konservasi hutan mangrove muncul karena adanya penurunan luas hutan mangrove yang semakin meningkat di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Hutan mangrove merupakan ekosistem yang penting karena memberikan manfaat ekonomi, lingkungan, dan sosial bagi masyarakat, serta berfungsi sebagai tempat hidup bagi berbagai jenis flora dan fauna. Namun, penurunan luas hutan mangrove terus berlangsung akibat aktivitas manusia, seperti penebangan hutan, perambahan lahan, dan konversi lahan untuk pertanian dan pemukiman. Selain itu, adanya polusi dan perubahan iklim juga memperburuk kondisi hutan mangrove. Kondisi yang semakin memburuk ini memicu keprihatinan internasional dan nasional, sehingga berbagai negara dan organisasi internasional mulai menekankan pentingnya konservasi hutan mangrove. Pada tahun 1991, Konvensi Ramsar mengakui pentingnya kawasan hutan mangrove dan mengeluarkan panduan untuk pengelolaannya.
V. KESIMPULAN
5.1 kesimpulan.
Dari praktikum yang telah dilaksanakan dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain :
1. Hutan mangrove terletak di daerah pesisir pantai dan dipengaruhi oleh pasang surut air laut.Hutan mangrove memiliki ekosistem yang unik sehingga dapat mendukung kehidupan flora dan fauna yang ada didalamnya.
2. POAC (Planning, Organizing, Actuating, Controlling) merupakan aspek penting dalam pengelolaan hutan mangrove, di mana setiap unsur harus diidentifikasi dan dilaksanakan secara efektif untuk mencapai tujuan yang diinginkan. POAC baik di dalam dan luar negeri cenderung sama.
3. Kebijakan menjadi dasar dalam pengelolaan hutan mangrove di Indonesia.
Diperlukan pengaturan secara sistematis dan terstruktur, sehingga tercipta pengelolaan yang berkelanjutan. Contoh dari kebijakan terkait hutan mangrove ialah Perpres No.73 Thn. 2012 tentang Strategi Nasional Pengelolaan Ekosistem Mangrove dan UU No. 27 Thn. 2008 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.
4. Kepengurusan Hutan Mangrove di Indonesia dilaksanakan oleh BPDAS sebagai Unit Pelaksana Teknis Departemen Kehutanan. BPDAS bertanggung jawab mengelola, memantau, mengurus, melindungi, mensosialisasikan, dan menegakan hukum terkait wilayah hutan mangrove. Selain itu terdapat juga Pusat Rehabilitasi Mangrove dan cabang cabang nya diberbagai daerah di Indonesia.
5.2 Saran
Dari Praktikum yang telah dilaksanakan, menurut kami kegiatan yang dilaksanakan telah beralan dengan baik dan tidak ada saran yang perlu diberikan
DAFTAR PUSTAKA
Alysia, V., Aini, A. F., Yudha, A. T. R. C., & Kurniawati, E. E. 2022. Eksplorasi sumber daya alam dan ketahaan ekonomi lokal (Studi Literatur Pada Destinasi Wisata Labuan Bajo). Journal of Economics Development Issues, 5(1): 549-560.
Anova, Y, M, A. 2013. Keanekaragaman mangrove di pantai Kecamatan Panggungrejo Kota Pasuruan. Skripsi. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim. Malang.
Cannagia, L. R., Priyana, H. Y. 2019. Analisis Lahan Potensial Hutan Mangrove dengan Menggunakan Aplikasi Penginderaan Jauh di Kecamatan Pontang Tahun 2017. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Dakhi, Y. 2016. Implementasi POAC terhadap kegiatan organisasi dalam mencapai tujuan tertentu. Warta Dharmawangsa, 50
.
Davinsy, R., Kustanti, A., Hilmanto, R. 2015. Kajian pengelolaan hutan mangrove di Desa Pulau Pahawang Kecamatan Marga Punduh Kabupaten Pesawaran.
Jurnal Sylva Lestari. 3(3): 95-106.
Eddy, S., Iskandar, I., Ridho, M. R., Mulyana, A. 2017. Dampak aktivitas antropogenik terhadap degradasi hutan mangrove di Indonesia. Jurnal Lingkungan dan Pembangunan, 1(3): 240-254.
Iswahyudi, I., Kusmana, C., Hidayat, A., Noorachmat, B. P. 2019. Evaluasi kesesuaian lahan untuk rehabilitasi hutan mangrove Kota Langsa Aceh.
Jurnal Matematika Sains dan Teknologi, 20(1): 45-56.
Lanini, A., & Syafiuddin, I. 2020. Peningkatan kesadaran hukum tentang konservasi lingkungan bagi masyarakat watutela. Dinamisia: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat. 4(4): 701-707.
Mughofar, A., Masykuri, M. Setyono, P. 2018. Zonasi dan komposisi vegetasi hutan mangrove pantai Cengkrong desa Karanggandu kabupaten Trenggalek provinsi Jawa Timur. Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan , 8(1): 77-85.
Munjiyah, S. 2017. Aktivitas masyarakat dalam pemanfaatatan sumber daya hutan di desa banjaran kecamatan salem kabupaten brebes. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
Rahim, S., & Baderan, D. W. K. 2017. Hutan mangrove dan pemanfaatannya.
Deepublish. Yogyakarta.
Dlh.semarangkota.go.id. 2020. Manfaat Hutan Bagi Keberlangsungan Hidup Manusia dan Lingkungan.
https://dlh.semarangkota.go.id/manfaat-hutan-bagi-keberlangsungan-hidup- manusia-dan-lingkungan Diakses pada 28 Maret 2023.
Suhardiyanto. 2018. Karakteristik dan indeks kesesuaian wisata mangrove di pantai randutatah kecamatan paiton kabupaten probolinggo jawa timur.
Skripsi. Universitas Muhammadiyah. Malang.
Takarendehang, R., Sondak, C. F., Kaligis, E., Kumampung, D., Manembu, I. S., Rembet, U. N. 2018. Kondisi ekologi dan nilai manfaat hutan mangrove di desa Lansa, kecamatan Wori, kabupaten Minahasa Utara. Jurnal Pesisir dan Laut Tropis. 2(21): 45-52.