• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengenalan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)

N/A
N/A
ADINDA PUSPASARI

Academic year: 2024

Membagikan "Pengenalan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

LO

1. Konsep PPOK

Menurut Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD) Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit yang umum, dapat dicegah dan diobati ditandai oleh gejala sesak nafas terus- menerus dan keterbatasan aliran udara yang disebabkan oleh saluran napas dan / atau kelainan alveolar biasanya disebabkan oleh paparan yang signifikan terhadap partikel atau gas berbahaya. Keterbatasan aliran udara kronis yang merupakan karakteristik PPOK disebabkan oleh campuran beberapa penyakit misalnya bronkiolitis obstruktif dan destruksi parenkim (emfisema), relatif bervariasi dari orang ke orang (GOLD, 2017).

World Health Organization mengartikan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru-paru yang ditandai dengan obstruksi kronis aliran udara paru yang mengganggu pernapasan normal dan tidak sepenuhnya reversibel. Istilah 'bronkitis kronis' dan 'emfisema' yang lebih akrab tidak lagi digunakan, tetapi sekarang dimasukkan dalam diagnosis PPOK. PPOK bukan hanya "batuk perokok" tetapi penyakit paru yang tidak didiagnosis dan mengancam jiwa (WHO, 2018).

Faktor risiko : merokok, dr kasus Tn. P menggunakan sishaa.

Semakin bertambah usia semakin bisa terkena PPOK.

PPOK Padang paru keterbatasan aliran darahhhhh.

2. Konsep Stroke Ringan

Perubahan utama org stroke ringan itu keterbatasan aktivists.

Cara mencegah stroke : berhenti merokok, mengonsumsi makanan yang aman, mengurangi kadar gula darah, dan rutin berolahraga.

3. Dampak kurangnya pengetahuan terkait penyakit

Keluarga yang memiliki pengetahuan kurana tidak paham tag penyakit akan terlambat dalam proses perawatan penyakit.

Kurangnya dukungan dan pengawasan, kurangnya kemampuan pasien utk mengurangi risiko komplikasi dll.

Perilaku perawatan diri, jika kualitas hidup baik maka perilaku baik.

Inhouse training, kemandirian risiko jatuh, dukungn keluarga.

(2)

4. Peran anak dalam merawat lansia

Memenuhi kebutuhan, menyediakan tempat tinggal, pakaian, menjaga kesehatan, memenuhi kebutuhan psikis. (Rasa aman) mereka terbebas dr kekhawatiran apapun. Peran anak harus menciptakan suasana yang aman. Membantu lansia membutuhkan kebutuhan spiritual. Kebutuhan sosial (lingkungan berada, spt perhatian, dihormati, kasih sayang) sehingga menimbulkan rasa aman dan tenang.

Memperhatikan kendisi kesehatan, kegiatan rutin, pola tidur, kosmunikasi, dan spiritualnya.

Menurut penelitian yang berjudul “Peran Keluarga Ddalam Merawat Lansia” oleh Dewi & Nilna tahun 2022 mengemukakan bahwa merawat lansia merupakan bagian penting dalam pelayanan kesehatan dan menjadi tanggung jawab keluarga untuk melakukannya. Memang

bukan perkara mudah merawat lansia yang sudah mengala mi berbagai macam penurunan fisik dan psikis. Dibutuhkan adanya usaha yang tidak kenal lelah bagi keluarga dalam merawat lansia.

Keluarga merupakan support system bagi lansia dengan

mempertahankan kesehatannya. Peran keluarga dalam merawat dan pelayanan lansia antara lain menjaga kesehatan lansia, memenuhi nutrisi lansia, mengatur pola istirahat lansia, dan membantu aktivitas lansia agar dapat berdaya sesuai dengan kemampuannya.

Mempertahankan dan meningkatkan stasus mental, mengantisipasi perubahan social ekonomi, serta memberikan motivasi dan

memfasilitasi perubahan social ekonomi lansia.

Tujuan merawat dan memberikan pelayanan yang baik adalah untuk meningkatkan kualitas hidup para lansia. Permasalahan yang muncul pada lansia membutuhkan perhatian yang lebih focus

dibandingkan pada usia produktif. Saat lansia banyak aktivitas yang tidak bisa melakukan aktivitas sendiri sehingga dibutuhkan adanya bantuan dan dukungan dari keluarga. Keluarga membutuhkan waktu yang lebih dalam merawat lansia seperti kebutuhan dalam pemenuhan mandi, makan, berganti pakaian. Keluarga kadang mengungkapkan lansia bersikap seperti “anak kecil”. Tidak jarang juga keluarga akan bertengkar dengan lansia karena salah paham. Hal ini sering kali membuat keluarga salah dalam merespon keadaan karena tidak mengetahui bahwa ada perubahan pada lansia.

5. Tahapp perkembambangan dewasa muda dan lansia

(3)

Lansia : Kondisi lansia dijelaskan dalam tahapan perkembangan

manusia masuk ke dalam tarap akhir dari perkembangan, artinya tidak ada tahap perkembangan lain yang akan terjadi jika sudah memasuki usia lansia. Pada tarap perkembangan lanjut usia ini mulai mengalami penurunan berbagai fungsi fisik dan psikologis secara gradual.

Semakin tingginya harapan hidup untuk para lansia menimbulkan permasalahan baru terutama bagi lansia sendiri maupuan bagi keluarga dan kehidupan masyarakat, karena lansia mengalami

penurunan fungsi-fungsi tubuh baik secara fisik, psikis, social, maupun emosional, sehingga seringkali menimbulkan hambatan dan gangguan untuk menjalani aktivitas sehari-hari.

Hormat, membantu meringankan pekerjaan rumah, mengawasi ortu, etika, memperhatikan gaya hidup dan komunikasi.

*Dewasa muda*

Memperluas lingkungan keluarga terhadap anak dewasa muda, termasuk memasukkan anggota keluarga baru

Melanjutkan untuk memperbarui dan menyesuaikan kembali hubungan pernikahan

Membantu orangtua suami dan istri yang sudah menua dan sakit

*Paruh baya*

Menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan

Mempertahankan kepuasan dan hubungan yang bermakna antara orangtua yang telah menua dan anak mereka

Memperkuat hubungan pernikahan

*Lansia*

Mempertahankan kehidupan yang memuaskan

Menyesuaikan terhadap penghasilan yang berkurang Mempertahankan hubungan pernikahan

Menyesuaikan terhadap kehilangan pasangan Mempertahankan ikatan keluarga antar generasi

(4)

Melanjutkan untuk merasionalisasikan kehilangan keberadaan anggota keluarga

6. Diagnosa

Deficit pengetahuan Defisit perawatan diri Intolerance aktivitas Gangguan mobilitas fysik 7. Intervensi

⁃ Edukasi (mengedukasi keluarga dan pasiennya)

⁃ Terapi Gizi Pada lansia pada penyakit PPOK

⁃ Pendkes proses penyakit

⁃ SkortIF Edukatif edukasi

⁃ Terapi menggenggam bola

⁃ Terapi mobilitets

⁃ Terapi oksigen

⁃ Terapi senam

⁃ Terapi komplementar pengan aroma terapi peppermint 8. Pola hidup tidak sehat

Ketergantungan terhadap Aisha, kurang sosialisasi, kurang peduli antar keluarga.

Referensi

Dokumen terkait

Karya tulis akhir dengan judul “PROFIL PENDERITA PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK) DI RSUD JOMBANG PERIODE 1 JANUARI 2010 - 31 DESEMBER 2010” ini

Dimana orang yang mempunyai kebiasaan merokok lebih berisiko 7 kali terkena Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) dibandingkan dengan orang yang tidak mempunyai kebiasaan

The Global Initiative for Chronic Obstructive Pulmonary Disease (GOLD) tahun 2014 mendefinisikan Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) sebagai

Rekomendasi tindakan teknik latihan nafas dalam (deep breathing exercise) efektif untuk meningkatkan nilai saturasi oksigen pada pasien penyakit paru obstruktif

Dimana orang yang mempunyai kebiasaan merokok lebih berisiko 7 kali terkena Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) dibandingkan dengan orang yang tidak mempunyai kebiasaan

Penelitian Rohman, Fitri, & Purwono, 2021 mengenai penerapan batuk efektif terhadap pengeluaran sputum pada pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronik PPOK menunjukkan bahwa setelah diberi

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui perbedaan gambaran elektrokardiogram pada penderita Asma dan Penyakit Paru Obstruktif Kronik PPOK di Rumah Sakit

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk Mengetahui hubungan Fungsi Paru dan Abnormalitas Gambaran Elektrokardiogram pada Pasien PPOK Penyakit Paru Obstruktif Kronik di Rumah