• Tidak ada hasil yang ditemukan

- Lembaga Penjamin Simpanan Syariah: Pengertian, Fungsi, dan Peran

N/A
N/A
solihin syakir

Academic year: 2024

Membagikan " - Lembaga Penjamin Simpanan Syariah: Pengertian, Fungsi, dan Peran"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)

LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN SYARIAH

M. Mujibur Rohman, MA

| 194

LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN SYARIAH

M. Mujibur Rohman, MA1

Di Dalam Perekonomian modern dewasa ini diperlukan suatu sistem penyangga ekonomi yang kokoh sehingga dapat menumbuhkan kepercayaan para pelaku ekonomi yang bertarung di bawahnya. Salah satu tiang penyangganya adalah Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Hal ini tercermin dari salah satu fungsi dari LPS yakni menjamin simpanan nasabah.

Tulisan ini akan menguraikan tentang beberapa pokok bahasan yang berkenaan dengan pelaksanaan LPS Syariah, mulai dari pengertian, tupoksi, obyek dan struktur LPS hingga premi penjaminan, kekayaan, pembiayaan dan pengelolaan serta pandangan Islam mengenai LPS.

Kata Kunci: LPS, Bank Syariah

A. PENDAHULUAN

Pada tahun 1998, krisis moneter dan perbankan yang menghantam Indonesia, yang ditandai dengan dilikuidasinya 16 bank, mengakibatkan menurunnya tingkat kepercayaan masyarakat pada sistem perbankan. Untuk mengatasi krisis yang terjadi, pemerintah mengeluarkan beberapa kebijakan diantaranya memberikan jaminan atas seluruh kewajiban pembayaran bank, termasuk simpanan masyarakat (blanket guarantee). Hal ini ditetapkan dalam Keputusan Presiden Nomor 26 Tahun 1998 tentang Jaminan Terhadap Kewajiban Pembayaran Bank Umum dan Keputusan Presiden Nomor 193 Tahun 1998 tentang Jaminan Terhadap Kewajiban Pembayaran Bank Perkreditan Rakyat.

Dalam pelaksanaannya, blanket guarantee memang dapat menumbuhkan kembali kepercayaan masyarakat terhadap industri perbankan, namun ruang lingkup penjaminan yang terlalu luas

1 Penulis adalah Dosen Fak. Syariah Dan Hukum UIN Jakarta

(5)

al Mizan, Vol. III, No. 2 Hlm. 194-205, Desember 2011, ISSN: 2085-6792

LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN SYARIAH

M. Mujibur Rohman, MA

| 195

menyebabkan timbulnya moral hazard baik dari sisi pengelola bank maupun masyarakat.

Seiring dengan berkembangnya jumlah bank syariah di Indonesia, maka sebagai salah satu lembaga keuangan yang beroperasi di Indonesia, maka simpanan di Bank Syariah juga dijamin keamanannya oleh pemerintah. Berdasarkan UU No. 24 tahun 2004 dan PP No. 39 tahun 2005, maka semua bentuk simpanan nasabah di bank syariah menjadi obyek penjaminan simpanan oleh pemerintah sebagaimana pada bank konvensional.

B. PEMBAHASAN

1. Pengertian, Fungsi, Tugas dan Wewenang LPS

Lembaga Penjamin Simpanan adalah lembaga yang independen, transparan dan akuntabel dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya dalam menjamin simpanan nasabah bank dan bertanggung jawab kepada presiden.2 LPS adalah badan hukum independen yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan (UU LPS). UU LPS diundangkan tanggal 22 September 2004 dan mulai berlaku efektif 12 bulan setelah diundangkan yaitu tanggal 22 September 2005. Dengan berlaku efektifnya UU LPS, maka LPS mulai beroperasi secara penuh sejak tanggal 22 September 2005. LPS merupakan penyempurnaan dari program penjaminan pemerintah terhadap seluruh kewajiban bank (blanket guarantee) yang berlaku di masa lalu (tahun 1998 s/d 2005).

Kebijakan blanket guarantee di satu sisi dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap perbankan, namun di sisi lain kebijakan tersebut telah membebani keuangan negara dan dapat menimbulkan moral hazard bagi pelaku perbankan dan nasabah. Dengan mempertimbangkan dampak negatif tersebut serta memperhatikan membaiknya kondisi perbankan, kebijakan blanket guarantee telah diputuskan untuk diakhiri (pada tahun 2005). Namun pemerintah menilai bahwa suatu bentuk penjaminan simpanan masih tetap diperlukan untuk memelihara kepercayaan masyarakat terhadap industri perbankan dan dapat meminimumkan risiko yang membebani anggaran negara atau

2 Undang-Undang No. 24 tahun 2004 Bab II Pasal 2

(6)

LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN SYARIAH

M. Mujibur Rohman, MA

| 196

risiko yang menimbulkan moral hazard. Berdasarkan UU LPS, penjaminan simpanan nasabah tersebut dilaksanakan oleh LPS.

Berdasarkan Undang No 24 tahun 2004 fungsi LPS adalah menjamin simpanan nasabah penyimpan dan turut aktif dalam memelihara stabilitas sistem perbankan sesuai kewenangannya. Dalam melaksanakan fungsinya ini maka LPS bertugas sebagai berikut :3

1. Merumuskan dan menetapkan kebijakan dalam rangka turut aktif memelihara stabilitas sistem perbankan

2. Merumuskan, menetapkan dan melaksanakan kebijakan penyelesaiaan Bank Gagal yang tidak berdampak sistemik, dan

3. Melaksanakan penanganan Bank Gagal yang berdampak sistemik

Berdasarkan UU Lembaga Penjamin Simpanan, fungsi penjaminan simpanan meliputi juga simpanan di bank syariah (BS), baik bank umum, unit usaha syariah maupun bank perkreditan rakyat syariah (BPRS).

Dalam rangka melaksanakan tugasnya LPS mempunyai wewenang sebagai berikut :4

a. Menetapkan dan memungut premi penjaminan

b. Menetapkan dan memungut kontribusi pada saat bank pertama kali menjadi peserta

c. Melakukan pengelolaan kekayaan dan kewajiban LPS

d. Mendapatkan data simpanan nasabah, data kesehatan bank, laporan keuangan bank, dan laporan hasil pemeriksaan bank sepanjang tidak melanggar kerahasiaan bank

e. Melaksanakan rekonsiliasi, verifikasi, dan/atau konfirmasi atas data sebagai mana dimaksud pada huruf d

f. Menetapkan syarat, tata cara, dan ketentuan pembayaran klaim

g. Menunjuk, menguaskan dan/atau menugaskan pihak lain untuk bertindak bagi kepentingan dan/atau atas nama LPS, guna melaksanakan tugas tertentu

3 Undang-Undang No. 24 tahun 2004 Bab III Pasal 4 dan Pasal 5

4 Undang-Undang No. 24 tahun 2004 Bab III Pasal 6

(7)

al Mizan, Vol. III, No. 2 Hlm. 194-205, Desember 2011, ISSN: 2085-6792

LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN SYARIAH

M. Mujibur Rohman, MA

| 197

h. Melaksanakan penyuluhan kepada bank dan masyarakat

tentang penjamin simpanan dan i. Menjatuhkan sanksi administratif

Dalam melakukan penyelesaian bank gagal maka LPS mempunyai kewenangan antara lain:

a. Mengambil alih dan menjalankan segala hak dan wewenang pemegang saham, termasuk hak dan wewenang RUPS, b. Menguasai dan mengelola aset dan kewajiban Bank Gagal

yang diselamatkan

c. Meninjau ulang, membatalkan, mengakhiri, dan/atau mengubah setiap kontrak yang mengikat Bank Gagal yang diselamatkan dengan pihak ketiga yang merugikan bank; dan d. Menjual dan/atau mengalihkan aset bank tanpa persetujuan

debitur dan/atau kewajiban tanpa persetujuan kreditur A. Obyek LPS

Pengertian bank dalam LPS adalah sesuai dengan UU tentang Perbankan yaitu Bank Umum dan BPR. Setiap Bank yang melakukan kegiatan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia wajib menjadi peserta penjaminan, kecuali Badan Kredit Desa. Setiap bank wajib menyampaikan persyaratan dan laporan yang ditetapkan oleh LPS termasuk membayar kontribusi kepesertaan dan premi penjaminan.

Apabila tidak dipenuhi, tidak menggugurkan kepesertaannya namun dikenakan sanksi administratif, denda dan pidana.

LPS Untuk Bank Konvensional meliputi meliputi giro, deposito, sertifikat deposito, tabungan, dan atau bentuk lain yang dipersamakan dengan itu.

LPS Untuk Bank Syariah meliputi:5 a. Giro berdasarkan Prinsip Wadiah;

b. Tabungan berdasarkan Prinsip Wadiah;

c. Tabungan berdasarkan Prinsip Mudharabah muthlaqah atau Prinsip Mudharabah muqayyadah yang risikonya ditanggung oleh bank;

5 Peraturan Pemerintah No 39 tahun 2005 Tentang Penjaminan Simapan Nasabah Bank Berdasarkan Prinsip Syariah, pasal 3

(8)

LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN SYARIAH

M. Mujibur Rohman, MA

| 198

d. Deposito berdasarkan Prinsip Mudharabah muthlaqah atau Prinsip Mudharabah muqayyadah yang risikonya ditanggung oleh bank; dan/atau

e. Simpanan berdasarkan Prinsip Syariah lainnya yang ditetapkan oleh LPS setelah mendapat pertimbangan LPP.

Simpanan yang dijamin merupakan simpanan yang berasal dari masyarakat, termasuk yang berasal dari bank lain. Nilai Simpanan yang dijamin LPS mencakup saldo pada tanggal pencabutan izin usaha Bank.

Saldo tersebut berupa:

a. Pokok ditambah bagi hasil yang telah menjadi hak nasabah, untuk Simpanan yang memiliki komponen bagi hasil yang timbul dari transaksi dengan prinsip syariah;

b. Pokok ditambah bunga yang telah menjadi hak nasabah, untuk Simpanan yang memiliki komponen bunga;

c. Nilai sekarang per tanggal pencabutan izin usaha dengan menggunakan tingkat diskonto yang tercatat pada bilyet, untuk Simpanan yang memiliki komponen diskonto

Berdasarkan UU No 24 tahun 2004 nilai Simpanan yg Dijamin LPS antara lain :

1. Simpanan yang dijamin adalah seluruh tabungan dan deposito yang tercatat di Bank tanpa membedakan kepemilikan, kecuali :6

a. Data simpanan tidak tercatat pada bank.

b. Milik pihak yang mendapat keuntungan tidak wajar (misalnya memperoleh hasil bunga jauh diatas tingkat pasar)

c. Milik pihak yang menyebabkan keadaan bank menjadi tidak sehat (kolaps)

2. Nilai simpanan yang dijamin untuk setiap nasabah pada satu bank paling banyak Rp.100.000.000,- (seratus juta rupiah). Pemberlakuan nilai sampanan yang dijamin tersebut adalah secara bertahap yaitu :

a. Periode 22-09-2005 s/d 21-03-2006, seluruh simpanan dijamin.

6 Undang-Undang No. 24 tahun 2004 Bab II Pasal 19

(9)

al Mizan, Vol. III, No. 2 Hlm. 194-205, Desember 2011, ISSN: 2085-6792

LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN SYARIAH

M. Mujibur Rohman, MA

| 199

b. Periode 22-03-2006 s/d 21-09-2006, simpanan yang dijamin

paling tinggi Rp.5 Milyar.

c. Periode 22-09-2006 s/d 21-03-2007, simpanan yang dijamin paling tinggi Rp.1 Milyar

d. Periode 21-03-2007 dan seterusnya, simpanan yang dijamin paling tinggi Rp.100 juta.

Saldo yang dijamin untuk setiap nasabah pada satu Bank adalah hasil penjumlahan saldo seluruh rekening Simpanan nasabah pada Bank tersebut, baik rekening tunggal maupun rekening gabungan (joint account); Untuk rekening gabungan (joint account), saldo rekening yang diperhitungkan bagi satu nasabah adalah saldo rekening gabungan tersebut yang dibagi secara prorata dengan jumlah pemilik rekening

Dalam hal nasabah memiliki rekening tunggal dan rekening gabungan (joint account), saldo rekening yang terlebih dahulu diperhitungkan adalah saldo rekening tunggal Dalam hal nasabah memiliki rekening yang dinyatakan secara tertulis diperuntukkan bagi kepentingan pihak lain (beneficiary), maka saldo rekening tersebut diperhitungkan sebagai saldo rekening pihak lain (beneficiary) yang bersangkutan Sejak 13 Oktober 2008, saldo yang dijamin untuk setiap nasabah pada satu bank adalah paling banyak sebesar Rp 2 Milyar.

kepesertaan nasabah perbankan syariah di LPS hukumnya sama dengan kepesertaan nasabah perbankan konvensional. Setiap nasabah juga dijamin maksimal sebesar Rp 2 miliar oleh LPS. LPS sendiri telah melakukan penjaminan nasabah perbankan syariah sejak tahun 2005 lalu.

Dalam peraturan pemerintah nomor 39 tahun 2005 diketahui bahwa simpanan di bank syariah yang dijamin oleh LPS adalah bentuk simpanan dengan jenis giro wadiah, tabungan wadiah, tabungan mudharabah muthlaqah atau mudharabah muqqayadah yang resikonya ditanggung oleh bank, deposito mudharabah muthlaqah atau mudharabah muqqayadah yang resikonya ditanggung bank serta simpanan berdasarkan prinsip syariah lainnya yang ditetapkan oleh LPS setelah memperoleh pertimbangan BI.

B. Premi Penjaminan

Untuk memperoleh penjaminan, maka bank harus membayar sejumlah premi kepada LPS. Besarnya premi penjaminan adalah sama untuk setiap bank yaitu sebesar 0,1 % (satu perseribu) dari rata-rata saldo bulanan total simpanan dalam setiap periode. Premi penjaminan tersebut

(10)

LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN SYARIAH

M. Mujibur Rohman, MA

| 200

dibayarkan dimuka 2 kali dalam 1 tahun yaitu periode 1 Januari sampai 30 Juni dibayarkan paling lambat tanggal 31 Januari dan periode 1 Juli sampai 31 Desember dibayarkan paling lambat 31 Juli.7

Besarnya premi penjaminan tersebut dapat diubah apabila dipenuhi sekurang-kurangnya satu kriteria berikut:

a. Terjadi perubahan nilai simpanan yang dijamin untuk setiap nasabah pada satu bank.

b. Akumulasi cadangan penjaminan telah melampaui tingkat sasaran sebesar 2,5 % dari total simpanan di setiap bank.

c. Terjadi perubahan tingkat risiko kegagalan pada industri perbankan.

Cara penetapan premi yang sama untuk setiap bank tersebut dapat diubah sehingga tingkat premi menjadi berbeda antara satu bank dan bank yang lain berdasarkan skala risiko kegagalan bank. Namun perbedaan tingkat premi yang terendah dan yang tertinggi tidak melebihi 0,5 %.

Selain membayar premi penjaminan, bank juga diwajibkan membayar kontribusi kepesertaan sebesar 0,1% (satu perseribu) dari modal sendiri (equitas) BPR pada akhir tahun fiskal sebelumnya atau dari modal disetor bagi bank baru.

Ketentuan dan proses penjaminan serta pembayaran premi sama dengan perbankan konvensional pada umumnya. Hingga akhir tahun 2009 kemarin, total premi yang masuk ke LPS dari seluruh perbankan di Indonesia mencapai Rp 3,779 trilyun yang terdiri atas Rp 3.665 trilyun dari perbankan umum konvensional, Rp 65,645 miliar perbankan umum syariah, Rp 46,45 miliar dari Bank Perkreditan Rakyat (BPR) umum dan Rp 2,277 miliar dari BPS Syariah. Jumlah tersebut naik dibandingkan tahun 2008 yang mencapai Rp 3,160 trilyun yang berasal dari premi perbankan umum konvensional Rp 3,006 trilyun, perbankan umum syariah Rp 50,358 milyar, BPR konvensional Rp 42,131 miliar dan BPR Syariah Rp 1,834 miliar. Total premi yang masuk ke LPS dari tahun 2005 hingga tahun 2009 mencapai Rp 12,599 trilyun.8

Asset LPS hingga tahun 2010 ini telah mencapai Rp 18 Trilyun, Sejak tahun 2005 hingga tahun 2009, LPS telah melakukan pencabutan ijin pada 20 perbankan bermasalah di seluruh Indonesia. Dari 20 perbankan

7 Undang-Undang No. 24 tahun 2004 Bab II Pasal 12 dan Pasal 13

8 Vivanews.com

(11)

al Mizan, Vol. III, No. 2 Hlm. 194-205, Desember 2011, ISSN: 2085-6792

LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN SYARIAH

M. Mujibur Rohman, MA

| 201

tersebut ada dua perbankan yang menerapkan sistem syariah yang juga dicabut. Perbankan yang dicabut ijinnya itu adalah, BPR Tripillar Arthajaya Yogyakarta, BPT Cimahi Bandung, BPR Mitra Banjaran Bandung, BPR Mranggen Mitraniaga, Demak, BPR Samadhana Sukabumi, BPR Gununghalu Bandung, BPR Bekasi Istnana Artha Bekasi, BPR Era Aneka Rezeki Cibinong, BPR Bangunkarya Arthasejahtera Bandung, BPR Bangbulong Garut,BPR Anugrah Arta Niaga Pati, BPR Citraloka dana Mandiri Bandung, BPR Kencana Artha Mandiri Solo, BPR Sumber Hiobaja Sukoharjo, BPR Handayani Ciptasehati Makasar, BPR Tripanca Septiadana Lampung, Bank IFI termasuk usaha syariahnya di Jakarta, BPR Syariah Babussalam Garut, BPR Sri Utama Tabanan Bali dan BPR Margot Arta Utama Depok.

C. Struktur Organisasi LPS

LPS adalah sebuah lembaga independen bentukan pemerintah yang bertanggung jawab langsung kepada presiden. Dalam UU No 24 tahun 2004 disebutkan bagan organisasi LPS terdiri dari Dewan Komisioner dan Kepala Eksekutif.9

Dewan Komisioner bertugas merumuskan dan menetapkan kebijakan serta melakukan pengawasan dalam rangka pelaksanaan tugas dan wewenang LPS sebagaimana diatur dalam Undang-Undang. Dewan komisioner ini dipimpin oleh seorang ketua dewan komisioner. Adapun jumlah dewan komisioner berjumlah 6 orang yang terdiri atas:10

a. 1 orang pejabat setingkat eselon satu Departemen keuangan yang ditunjuk oleh MenKeu

b. 1 orang unsur pimpinan LPP yang ditunjuk pimpinan LPP c. 1 orang dari unsur pimpinan Bank Indonesia yang ditunjuk

pimpinan BI

d. 3 orang anggota yang berasal dari dalam dan/atau luar LPS Semua anggota Dewan komisioner ini diangkat oleh presiden atas usul menteri Keuangan.

D. Kekayaan, Pembiayaan dan Pengelolaan

9 Undang-Undang No. 24 tahun 2004 Bab II Pasal 62-Pasal 80

10 Undang-Undang No. 24 tahun 2004 Bab II Pasal 65

(12)

LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN SYARIAH

M. Mujibur Rohman, MA

| 202

Sebagai sebuah lembaga yang menjamin simpanan nasabah bank, maka LPS harus memiliki modal yang cukup besar dalam pendiriannya.

Berdasarkan UU No 24 tahun 2004 pasal 81 dinyatakan bahwa Modal awal LPS sekurang-kurangnya Rp. 4.000. 000.000.000,- (Empat Triliun Rupiah) dan sebesar-besarnya Rp. 8.000.000.000.000,- (Delapan Triliun Rupiah). Modal pendirian ini berasal dari dana Negara yang dipisahkan dari asset Negara yang lain.

Dengan asset yang mencapai 10 triliun maka LPS dituntut untuk bisa mengelola dana penjaminan tersebut dengan baik. Dana premi penjaminan ini akan diinvestasikan oleh LPS dalam invesatsi surat berharga pemerintah sehingga tidak menjadi modal yang mengendap (idle fund). Atas pengelolaan dana ini maka LPS berkewajiban menjamin semua tabungan nasabah dari bank yang dianggap Gagal operasional dan ditutup oleh pemerintah. Hasil invesatsi LPS akan dimasukkan dalam cadangan tujuan (20%) dan cadangan penjaminan (80%). Apabila jumlah cadangan penjaminan mencapai lebih dari 2.5% dari seluruh tabungan nasabah penyimpan, maka kelebihan dananya akan masuk dalam pendapatan Negara Bukan Pajak.11

E. Lembaga PenJamin Simpanan Dalam Prespektif Hukum Islam Walaupun sudah ada PP No 39 tahun 2005 tentang Penjamin Simpanan Bagi Nasabah tabungan Bank Syariah, namun sampai saat ini belum ada satu pun Fatwa dari Dewan Syariah Nasional (DSN) mengenai LPS Syariah. Hal ini memunculkan masalah apakah dana premi bank syariah yang disetor ke LPS akan di investasikan pada surat berharga yang berprinsip syariah? Atau akad apakah yang membentuk hubungan antara Bank Syariah dengan Lembaga Penjamin Simpanan?

Walaupun belum ada fatwa DSN tentang kewajiban bank syariah menjadi peserta LPS namun sesuai hukum yang berlaku di Indonesia yang mengatur bahwa semua bank wajib menjadi peserta LPS demi kemananan dana nasabah yang disimpan di Bank. Sehingga bank syariah mau tidak mau harus ikut menjadi peserta LPS dan harus membayar premi penyertaan sebesar 0,1% (satu perseribu) setiap 6 bulan sekali.

Kepala Lembaga Penjamin Simpanan Firdaus Djaelani mengatakan, LPS menjamin aman tingkat kehalalan uang jaminan dalam perbankan syariah. Sebagai lembaga penjamin, LPS telah memisahkan

11 Undang-Undang No. 24 tahun 2004 Bab II Pasal 83

(13)

al Mizan, Vol. III, No. 2 Hlm. 194-205, Desember 2011, ISSN: 2085-6792

LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN SYARIAH

M. Mujibur Rohman, MA

| 203

antara aliran uang jaminan bank syariah dan bank konvensional. "Uang jaminan perbankan syariah di LPS pasti halal. Kami jamin itu," ujar Firdaus dalam Rapat Kerja Nasional dan Forum Pakar Masyarakat Ekonomi Syariah di Plaza Bank Mandiri, Jalan Gatot Subroto, Jakarta, Sabtu 24 Januari 2009.

Firdaus mengatakan, premi penjaminan pada 2008 mencapai Rp 3,2 triliun, Rp 50 miliar di antaranya premi perbankan syariah. Dana itu, menurut Firdaus memang kecil, karena pangsa pasar bank syariah hanya 2,7 persen. "Tapi keamanan ini kami jamin, karena kami telah membelikan sukuk Rp 500 miliar," katanya. Dana ini diperlukan jika sewaktu-waktu ada kejadian mendesak pada bank syariah. "Suku bisa dicairkan kapan saja."12

LPS syariah di Indonesia saat ini dianggap belum dibutuhkan karena pangsa pasar bank syariah baru mencapai 2,7 persen dari pangsa pasar bank secara nasional. Sehingga kalau dibuat lembaga Penjamin simpanan Syariah yang tersendiri dikhawatirkan dana premi peserta tidak akan mencukup apabila terjadi kebangkrutan atau kegagalan pada salah satu bank peserta. LPS Syariah bisa diadakan apabila pangsa pasar bank syariah minimal 15 persen dari perbankan nasional.

Dengan melihat mekanisme operasional Lembaga Penjamin Simpanan, maka dalam perspektif hukum Islam sebenarnya penjaminan simpanan dapat dilakukan melalui akad ta’min, atau kafalah dengan prinsip saling tolong menolong dan saling menanggung diantara peserta jaminan dan pemerintah sebagai pengelola dana melalui Lembaga Penjamin Simpanan sebagaimana dilakukan oleh asuransi syariah.

At Ta’min merupakan salah satu akad yang bersifat tabarru’ yaitu jaminan yang diberikan seseorang kepada orang lain untuk memenuhi kewajibannya atas tagihan hutang-piutang maupun jaminan melakukan pekerjaan.

Kafalah juga merupakan akad tabarru’ yaitu jaminan yang diberikan kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pada pihak kedua atau yang ditanggung.13

Kafalah secara etimologi berarti menggabungkan (al-dhammu), menanggung (hamalah), dan menjamin (za’amah). Kafalah adalah mempersatukan tanggungjawab dengan tanggungjawab lainnya dalam

12 . Vivanews.com

13 DSN MUI, Himpunan Fatwa DSN MUI, (Jakarta: DSN MUI, 2003), ed. Ke-2, h. 73

(14)

LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN SYARIAH

M. Mujibur Rohman, MA

| 204

hal tuntutan secara mutlak, baik berkaitan dengan jiwa, hutang, materi, maupun pekerjaan.

Kafalah adalah jaminan yang diberikan oleh penanggung (kafiil) kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung (makful’anhu, ashil)

Secara terminologi Kafalah yaitu jaminan yang diberikan oleh penanggung (kafiil) kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung (makful’anhu, ashil).(DSN Fatwa DSN No: 11/DSN-MUI/IV/2000)

kafalah adalah akad pemberian jaminan (makful alaih) yang diberikan satu pihak kepada pihak lain dimanan pemberi jaminan (kafiil) bertanggungjawab atas pembayaran kembali suatu hutang yang menjadi hak penerima jaminan (makful).

Menurut sebagain besar ulama, obyek tanggungan adalah harta.

Didasarkan kepada Hadits Nabi SAW : ‚Az Za’îmu Ghârimun‛

(Penanggung itu menanggung kerugian).

Namun kewajiban penanggung berupa harta, dapat dikategorikan menjadi tiga hal, yaitu sbb:

 Tanggungan dengan hutang, yaitu kewajiban membayar hutang yang menjadi tanggungan orang lain.

 Tanggungan dengan materi, yaitu kewajiban menyerahkan materi tertentu yang berada di tangan orang lain. Jika berbentuk bukan jaminan seperti ‘ariyah (pinjaman) atau wadi’ah (titipan), maka kafalah tidak sah.

Kafalah dengan harta, yaitu jaminan yang diberikan oleh seorang penjual kepada pembeli karena adanya risiko yang mungkin timbul dari barang yang dijual belikan

Jenis-Jenis Kafalah antara lain :

a) Kafalah bil Mal, jaminan pembayaran barang atau perlunasan utang.

b) Kafalah bin Nafs, adalah jaminan diri dari si penjamin.

c) Kafalah bit Taslim, adalah jaminan yang diberikan untuk menjamin pengembalian barang sewaan pada saat masa sewanya berakhir. Misal jaminan dengan deposito/tabungan asabah.

(15)

al Mizan, Vol. III, No. 2 Hlm. 194-205, Desember 2011, ISSN: 2085-6792

LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN SYARIAH

M. Mujibur Rohman, MA

| 205

d) Kafalah al Munjazah, adalah jaminan yang tidak dibatasi oleh kurun waktu tertentu dan untuk tujuan/kepentingan tertentu.

Misal, performance bond, “jaminan prestasi”.

e) Kafalah al Muallaqah. Bentuk kafalah ini merupakan penyederhanaan dari kafalah al Munjazah, di mana jaminan dibatasi oleh kurun waktu tertentu dan tujuan tertentu pula Sedangkan bagi hasil atas investasi yang dilakukan oleh LPS dari dana premi bank bisa dibagi antara LPS dan dana peserta Penjaminan.

Pihak LPS bisa mengambil bagian dari hasil investasi karena LPS menanggung simpanan nasabah bank apabila suatu saat dinyatakan sebagai Bank Gagal atau dilikuidasi oleh otoritas moneter.

Penutup

Lembaga Penjamin simpanan merupakan suatu bentuk apresiasi pemerintah dalam mendukung pertumbuhan perbankan di Indonesia dan memberiakan kenyamanan bagi masyarakat dalam menabung di bank. Dengan semakin berkembangnya bank syariah di Indonesia, sudah selayaknya pemerintah membuat Lembaga Penjamin Simpanan khusus bagi Bank Syariah karena adanya karakteristik yang berbeda secara mendasar antara bank syariah dengan bank konvensional. Namun dengan pertimbangan aset perbankan syariah yang belum mencapai 15 persen dari total aset perbankan nasional maka pembentukan LPS Syariah masih menunggu proses yang cukup lama sehingga mencapai tingkat keamanan dan kenyamanan dalam bertransaksi keuangan.

DAFTAR PUSTAKA

DSN MUI, Himpunan Fatwa DSN MUI, (Jakarta: DSN MUI, 2003), Cet. II Peraturan Pemerintah No 39 tahun 2005 Tentang Penjaminan Simapan

Nasabah Bank Berdasarkan Prinsip Syariah,

Perpu No 8 Tahun 2008 Tentang Perubahan UU No. 24 tahun 2004 Mengenai Lembaga Penjamin Simpanan

Undang-Undang No. 24 tahun 2004 Vivanews.com

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman masyarakat menengah Kota Medan terhadap Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), serta untuk mengetahui daerah (Kecamatan)

Kemudian di dalam rumusan masalah dapat dibagi dua yaitu bagaimana perkembangan Dana Pihak Ketiga (DPK) bank BUMN sebelum dan sesudah adanya Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)

Untuk itu diperlukan pemaparan tentang norma yuridis terhadap hubungan dan kedudukan lembaga penjamin simpanan dengan bank, tanggung jawab lembaga penjaminan simpanan

Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004 sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2009 tentang Lembaga Penjamin Simpanan (UULPS), LPS

Tugas Lembaga Penjaminan Simpanan, (1) merumuskan dan menetapkan kebijakan pelaksanaan penjaminan simpanan, (2) melaksanakan penjaminan simpanan, (3) merumuskan dan

5 Dapat menyebutkan tugas dan fungsi Lembaga Penjamin Simpanan, skema penjaminan simpanan dan mekanisme penyelesaian bank gagal Lembaga Penjamin Simpanan: ● Latar belakang LPS ●

untuk tingkat kecamatan, masyarakat menengah atas di Kecamatan Medan Polonia, Medan Johor dan Medan Baru lebih paham Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dibandingkan

Untuk itu diperlukan pemaparan tentang norma yuridis terhadap hubungan dan kedudukan lembaga penjamin simpanan dengan bank, tanggung jawab lembaga penjaminan simpanan