• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lensa Kontak untuk Astigmatisme

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Lensa Kontak untuk Astigmatisme"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN PUSAT MATA NASIONAL RUMAH SAKIT MATA CICENDO BANDUNG

Sari Kepustakaan : Lensa Kontak untuk Astigmatisme Penyaji : Nuzul Rianti

Pembimbing : dr. Susanti Natalya S, SpM(K), MKes

Telah Diperiksa dan Disetujui oleh Pembimbing

dr. Susanti Natalya S, SpM(K), MKes

Senin, 22 Oktober 2018 Pukul 08.15 WIB

(2)

I. Pendahuluan

Kelainan refraksi telah banyak terjadi di dunia, dengan jenis kelainan yang berbeda-beda, salah satunya adalah astigmatisme. Astigmatisme adalah kelainan refraksi dimana mata tidak dapat membentuk bayangan berupa satu titik fokus oleh karena terdapat kekuatan refraksi yang tidak sama pada meridian yang berbeda.

Astigmatisme umumnya dialami pada 4% hingga 30% populasi. Prevalensi astigmatisme lebih tinggi pada etnis Asia dan Amerika dibandingkan dengan kelompok etnis lainnya. Astigmatisme dapat dikoreksi dengan beberapa cara diantaranya dengan kacamata, lensa kontak, atau bedah refraktif. Kacamata paling sering digunakan untuk mengoreksi astigmatisme, akan tetapi kekurangan kacamata yaitu dapat menyebabkan distorsi spasial karena pada lensa kacamata astigmatisme dapat timbul variasi magnifikasi gambar pada tiap meridian.1-5 Lensa kontak merupakan suatu alternatif selain kacamata sebagai koreksi untuk kelainan refraksi. Lensa kontak merupakan lensa yang dipakai pada permukaan kornea atau sklera untuk tujuan korektif, terapeutik, atau kosmetik. Lensa kontak memiliki kelebihan dibandingkan kacamata karena efek magnifikasi gambar lebih minimal dan tidak menimbulkan distorsi spasial. Lensa kontak dapat diklasifikasikan menjadi beberapa golongan antara lain berdasarkan material penyusunnya, lama pemakaian dan jadwal penggantiannya, fungsi atau tujuan, dan desainnya. Ada beberapa pilihan lensa kontak untuk mengoreksi astigmatisme, sehingga diperlukan pemilihan yang tepat agar dapat memberikan hasil yang terbaik. Sari kepustakaan ini akan membahas mengenai lensa kontak untuk astigmatisme.1,3,4,6

II. Astigmatisme

Astigmatisme adalah suatu keadaan dimana cahaya tidak dibiasakan sama besar pada seluruh meridian. Hal ini terjadi karena adanya variasi bentuk kornea yang disebabkan oleh perbedaan radius meridian kelengkungan kornea. Astigmatisme memiliki beberapa tingkatan, yaitu ringan (0,5 – 1,0 D), sedang (1,0 – 2,5 D), dan berat (>2,5 D). Studi yang dilakukan Holden BA pada 20.000 mata didapatkan hasil

(3)

dari 45% mata yang dikoreksi memiliki astigmatisme lebih dari 0,75 D, dan 2%

memiliki astigmatisme lebih dari 3,0 D.1,2,7

Gambar 2.1 Astigmatisme Dikutip dari : Garg8

Astigmatisme berdasarkan bentuknya terdapat tiga tipe, yaitu astigmatisme korneal, astigmatisme lentikular, dan mixed astigmatisme. Astigmatisme korneal terbagi menjadi dua tipe, astigmatisme with-the-rule dan astigmatisme against-the- rule. Astigmatisme with-the-rule adalah meridian vertikal lebih kuat merefraksikan cahaya, sedangkan astigmatisme against-the-rule adalah meridian horizontal lebih kuat merefraksikan cahaya.2,8-10

Astigmatisme lentikular terjadi akibat kelainan pada lensa kristalina dan tidak terkait dengan kornea. Astigatisme oblik, astigmatisme reguler, astigmatisme ireguler, dan astigmatisme residu/sisa termasuk dalam mixed astigmatisme.

Astigmatisme oblik yaitu meridian utamanya tidak terletak pada, atau mendekati 90o atau 180o, tetapi berada di dekat 45o atau 135o. Astigmatisme reguler dimana meridian-meridian utamanya dipisahkan tegak lurus atau 90o, sedangkan astigmatisme ireguler dimana meridian utamanya tidak dipisahkan 90o oleh karena kelengkungan korneanya berbeda pada setiap meridian. Astigmatisme ini dapat terlihat pada scar kornea, inflamasi kornea atau bentuk kornea yang iregular.

Astigmatisme residu/sisa adalah astigmatisme yang tersisa setelah astigmatisme kornea telah dikoreksi (tersisa setelah lensa well-fitted). Umumnya, sejumlah kecil astigmatisme sisa (hingga 0,5 D) dapat diabaikan kecuali pasien mengeluh tentang

(4)

penglihatan atau ketika ketajaman visual yang dikoreksi lebih buruk daripada 20/30 - 20/40.2,8-10

III. Lensa Kontak Astigmatisme

Lensa kontak merupakan salah satu metode dalam penanganan kelainan refraksi.

Lensa kontak telah ditemukan sejak lama namun baru diketahui penggunaannya pertama kali pada tahun 1880an. Dalam tiga dekade terakhir, penggunaan lensa kontak meningkat baik di negara maju maupun berkembang. Berdasarkan sebuah riset, perkiraan jumlah pemakai lensa kontak di Amerika Serikat adalah sekitar 34 juta orang pada tahun 2000 dan rata-rata pengguna lensa kontak sekitar 128 juta orang di seluruh dunia.1,3

Lensa kontak memiliki 4 parameter seperti lensa konvensional, yaitu kurvatura permukaan posterior (base curve), kurvatura permukaan anterior (power curve), diameter dan power. Hal yang membedakan dengan lensa kacamata ialah bentuk permukaan posterior lensa kontak didesain sedemikian rupa sehingga memiliki kesesuaian dengan permukaan anterior kornea. Parameter lain yang harus dipertimbangkan saat pemilihan lensa kontak sesuai dengan kebutuhan pasien adalah nilai Dk, Dk/L, zona optik, sagittal depth, wetting angle, secondary curve, peripheral curve, dan jenis serta material lensa kontak.1,11

Penggunaan lensa kotak harus disesuaikan dengan tujuan dan indikasi pemakaian. Pemilihan bahan atau material menjadi hal yang sangat penting dalam pemakaian lensa kontak. Berdasarkan komposisi material yang digunakan, lensa kontak dapat diklasifikasikan menjadi lensa kontak keras, lensa kontak lunak, lensa kontak Rigid-Gas Permeable (RGP), dan hybrid. Setiap bahan lensa kontak mempunyai sifat yang berbeda-beda. Lensa kontak tipe keras sudah ditinggalkan karena bahan polymethylmethacrylate (PMMA) yang keras dan tidak permeabel terhadap oksigen. Lensa kontak lunak lebih sering dipilih karena proses adaptasi yang cepat dan lebih nyaman untuk pemakainya dibandingkan lensa RGP. Namun, lensa RGP memiliki keunggulan yaitu menghasilkan penglihatan yang lebih jernih dan stabil terutama dalam mengoreksi astigmatisme. Pemilihan lensa kontak yang tepat disesuaikan dengan derajat astigmatismenya.1,4,12

(5)

Tabel 3.1 Astigmatisme dan Pilihan Lensa Kontak Derajat Astigmatisme Pilihan Lensa Kontak Kurang dari 1 D

1 – 2 D 2 – 3 D Lebih dari 3 D

Lensa kontak lunak sferis atau RGP Lensa kontak lunak torik atau RGP sferis Lensa kontak lunak torik custom atau RGP sferis RGP torik atau lensa kontak lunak torik custom Dikutip dari : American Academy of Ophtalmology1

3.1 Lensa Kontak Lunak Sferis

Lensa kontak lunak sferis dapat digunakan untuk astigmatisme derajat ringan.

Jika total astigmatisme (hingga 1,0 D) tidak lebih dari 1/3 koreksi sferis, maka lensa kontak lunak sferis masih dapat digunakan. Ketika lensa kontak lunak sferis digunakan untuk mengoreksi astigmatisme, umumnya lensa dengan ketebalan yang standar lebih disukai dari pada lensa yang lebih tipis karena lensa yang lebih tebal dapat mempertahankan bentuknya dan akan mengoreksi lebih banyak silinder kornea.3,8

3.2 Lensa Kontak Torik

Lensa kontak torik adalah lensa sferosilindris yang digunakan untuk mengoreksi astigmatisme. Perbedaan lensa kontak torik dengan lensa kontak lunak sferis yaitu memiliki radius kurvatura yang berbeda pada meridian tegak lurus. Secara umum terdapat tiga tipe lensa torik, antara lain lensa torik permukaan depan, lensa torik permukaan belakang, dan lensa bitorik. Lensa torik permukaan depan memiliki perbedaan radius kurvatura pada permukaan anterior sedangkan bagian posterior sferis. Pada lensa kontak permukaan belakang memiliki bagian anterior sferis sedangkan bagian posterior terdapat perbedaan radius kurvatura. Lensa bitorik memiliki perbedaan radius kurvatura di permukaan anterior dan posterior.8,12 Lensa kontak torik dapat digunakan untuk mengoreksi astigmatisme korneal, astigmatisme lentikular, atau kombinasi keduanya. Penggunaan lensa kontak lunak torik dikontraindikasikan pada kasus astigmatisme ireguler akibat bekas luka / scar kornea dan penutupan kelopak mata abnormal seperti pada Bell’s palsy.3,8

Lensa kontak lunak torik akan menghasilkan tajam penglihatan yang lebih baik dibandingkan lensa kontak lunak sferis pada astigmatisme yang lebih dari 0,75 D.

(6)

Namun, lensa kontak lunak torik dapat memberikan tajam penglihatan yang bervariasi akibat timbulnya rotasi dari lensa pada saat pergerakan bola mata dan mengedip. Misalignment antara lensa kontak torik dan astigmatisme okular akan menghasilkan astigmatisme residu yang signifikan.1,3,13,14

Ada beberapa teknik untuk mencegah rotasi dari lensa kontak torik lunak antara lain dengan menambahkan prisma pemberat (prism ballast), pemotongan lensa kontak (truncation), lensa torik permukaan belakang, atau stabilisasi dinamik (double slab off). Prism ballast merupakan metode yang paling sering digunakan untuk menstabilkan lensa kontak torik, yaitu dengan menempatkan lensa ekstra 0,7 – 1,50 prisma diopter (PD) di bagian bawah lensa. Bagian bawah lensa yang lebih tebal dapat membuat ketidaknyamanan disepanjang kelopak bawah.3,4,8

Gambar 3.1 Prism Ballast Dikutip dari : Garg8

Teknik truncation merupakan teknik dengan memotong 0,5 – 1,5 mm bagian bawah lensa secara horizontal untuk membentuk tepi yang lurus sejajar dengan kelopak mata bawah. Selain teknik prism ballast atau truncation, lensa kontak dapat distabilkan dengan lensa kontak torik permukaan belakang untuk astigmatisme yang disebabkan torik kornea. Teknik ini direkomendasikan untuk astigmatisme dimana nilai koreksi silindris lebih besar dari pada sferis. Stabilisasi dinamik yaitu

(7)

membuat lensa dengan zona tipis di bagian atas dan bawah sehingga tekanan kelopak mata dapat menjaga lensa pada posisi yang sesuai. 3,4,8,12

Gambar 3.2 Lensa yang di potong (Truncated) Dikutip dari : Chaudhry4

Gambar 3.3 Stabilisasi Dinamik Dikutip dari : Garg8

2.2.1 Fitting Lensa Kontak Lunak Torik

Fitting lensa kontak lunak torik sama dengan fitting lensa kontak lunak lainnya, tetapi rotasi dari lensa juga harus dievaluasi. Lensa torik biasanya memiliki marker untuk menunjukkan posisi jam 6. Jika lensa terpasang dengan benar, maka berada pada posisi jam 6. Terdapat juga lensa kontak dengan marker posisi jam 3 dan 9.

Penting untuk diketahui bahwa tanda tersebut bukan menunjukkan aksis

(8)

astigmatisme, tetapi hanya digunakan untuk menentukan bahwa pemasangan lensa dalam posisi yang tepat.1,12

Gambar 3.4 Marker Lensa Kontak Torik a. Posisi jam 6, b. Posisi jam 3 dan 9 Dikutip dari : Gasson6

Metode fitting lensa kontak lunak torik ialah lakukan refraksi dalam bentuk silindris minus, kemudian lakukan keratometri. Setelah itu tentukan astigmatisme total yang merupakan penjumlahan dari astigmatisme korneal dan astigmatisme lentikular. Pilih lensa trial dengan base curve sesuai hasil dari keratometri, diameter sesuai Horizontal Visible Iris Diameter (HVID), lalu pilih axis yang silinder yang terdekat dengan hasil refraksinya. Bila silinder minus mendekati 180o, maka pilih lensa percobaan dengan aksis 180o demikian pula sebaliknya. Masukkan lensa kontak trial lalu tunggu 15 – 20 menit.4,6,8

Evaluasi physical fit dan hitung rotasi lensa. Physical fit mengukur sentrasi, pergerakan, penutupan permukaan kornea, dan kenyamanan. Pengukuran rotasi lensa dengan menggunakan prinsip LARS (Left Add, Right Subtract) atau prinsip CAAS (Clockwise Add, Anticlockwise Subtract). LARS ialah jika lensa berotasi kearah kanan maka kurangkan derajat pergerakan marker lensa kontak dengan aksis hasil refraksi sebelumnya. Bila berotasi kearah kiri maka ditambahkan 30o (ukuran 1 jam). CAAS yaitu bila marker lensa kontak berotasi mengikuti searah pergerakan jam maka tambahkan derajat pergerakan dengan aksis hasil refraksi sebelumnya, bila sebaliknya maka dikurangkan.1,4,6,8

(9)

Gambar 3.5 Evaluasi rotasi lensa pada fitting lensa kontak lunak torik menggunakan prinsip LARS (Left Add, Right Subtract)

Dikutip dari : American Academy of Ophtalmology1

Hitung kekuatan sferis dan silindris. Hasil refraksi dibuat dalam cross cylinder dan kompensasikan dengan back vertex lalu tulis ulang bentuk sferosilindrisnya.

Hasil akhir dituliskan base curve, kekuatan dan aksis, diameter, dan tipe lensa kontak. Parameter bahwa lensa kontak lunak torik sudah pas/fit adalah lensa harus terpasang baik di bagian senter kornea, pergerakan lensa tidak lebih dari 1,5 mm, rotasi aksis lensa tidak lebih dari 15o, tajam penglihatan tetap stabil/normal baik sebelum, selama dan setelah berkedip.4,6,8

(10)

2.3 Rigid-Gas Permeable Lens (RGP)

RGP menggantikan lensa kontak keras yang pemakaiannya sudah ditinggalkan karena terbuat dari bahan polymethylmethacrylate (PMMA) yang keras dan tidak permeable terhadap oksigen. Lensa kontak RGP bersifat lebih fleksibel dibandingkan PMMA dan bersifat permeabel terhadap oksigen dengan variasi nilai Dk/t 20 hingga 250. Beberapa lensa kontak RGP dapat digunakan untuk penggunaan dalam jangka waktu yang lama (overnight/ extended wear).3,4,11,12 RGP masih merupakan pilihan terbaik untuk pasien dengan astigmatisme ireguler, seperti pada keratokonus atau keratoplasti. Yunard et al menyebutkan lensa kontak RGP menghasilkan kualitas penglihatan yang lebih baik dalam mengkoreksi astigmatisme dibandingkan lensa kontak lunak torik dan kacamata.

Lensa RGP sferis mampu mengkoreksi astigmatisme kornea sampai 3,0 D, tetapi meskipun demikian astigmatisme diatas 2,0 D mulai dipertimbangkan untuk menggunakan lensa kontak RGP torik. Pemakaian lensa kontak RGP pada awalnya sering menimbulkan rasa tidak nyaman sehingga membutuhkan masa adaptasi yang lebih lama dan adanya kesulitan dalam fitting lensa kontak.1,3,7,13,15

Bila lensa RGP sferis tidak fit karena desentrasi, alignment yang buruk, atau terdapat ketidaknyamanan, maka pilihan selanjutnya adalah lensa RGP dengan permukaan torik posterior dengan permukaan depan lensa sferis. Lensa keras torik digunakan untuk mengoreksi astigmatisme korneal. Lensa kontak ini diindikasikan untuk astigmatisme derajat berat (>2,0 D torisitas kornea), jika terdapat desentrasi dari lensa RGP sferis dan astigmatisme residu menjadi jelas setelah fitting lensa kontak sferis.3,8

Pada lensa RGP bitorik, permukaan posterior berasal dari bentuk kornea sementara permukaan depan dibentuk untuk memperbaiki astigmatisme residu.

Ketika lensa fit dengan baik, lakukan overrefraksi (dicatat dalam bentuk silinder minus). Koreksi ini kemudian ditambahkan ke permukaan depan. Lensa bitorik diindikasikan untuk astigmatisme ≥2,5 D torisitas kornea, tetapi dapat juga digunakan untuk astigamtisme 1,5 D bila terdapat astigmatisme dari limbus ke limbus.3,8,16

(11)

Lensa RGP torik permukaan depan diperlukan jika setelah menggunakan lensa RGP sferis dengan well-fitted, tetapi masih terdapat astigmatisme residu yang cukup mempengaruhi penglihatan. Lensa ini memiliki kelengkungan posterior sferis dan permukaan anterior torik. Prism ballast (0,75 – 1,50 PD) ditambahkan ke bagian bawah lensa untuk menjaga agar lensa tetap stabil.3,8

IV. Simpulan

Lensa kontak merupakan salah satu metode dalam penanganan kelainan refraksi dan memiliki keunggulan dibandingkan kacamata. Terdapat beberapa pilihan untuk lensa kontak astigmatisme. Pemilihan lensa kontak yang tepat disesuaikan dengan derajat astigmatismenya, kebutuhan pasien, tujuan, dan indikasi medis. Lensa kontak lunak memberikan kenyamanan dan adapatasi yang lebih cepat, sedangkan lensa kontak RGP menghasilkan penglihatan yang lebih jernih dan permeabilitas oksigen yang lebih baik.

(12)

11 Daftar Pustaka

1. American Academy of Ophthalmology. Basic and Clinical Science Course 2016-2017, Section 3, Clinical Optics. San Fransisco: American Academy of Ophthalmology; 2016.Hlm 151-93.

2. Rosenfield M. Refractive Status of the Eye. Dalam: Benjamin WJ. Borish’s Clinical Refraction. Edisi ke-2. China: Elsevier Inc. 2006.Hlm 3-11.

3. Twa M, Moreira S. Astigmatism and Toric Contact Lenses. Dalam: Mannis MJ, Zadnik K, Coral-ghanem C, Kara-jose N. Contact Lenses in Opthalmic Practice. New York: Springer; 2004. Hlm 90-108.

4. Chaudhry M. Contact Lens Primer. New Delhi: Jaypee Brothers; 2007. Hlm 50-8, 79-80, 99-120.

5 Read SA, Vincent SJ, Collins MJ. The Visual and Functional Impacts of Astigmatism and Its Clinical Management. Ophthalmic & Physiological Optics: the Journal of the British College of Ophthalmic Opticians (Optometrists) 2014;34(3):267-94.

6. Gasson A, Morris J. The Contact Lens Manual: A Practical Guide to Fitting.

Edisi ke-3. Toronto: Butterworth Heinemann. 2003. Hlm 241-50.

7. Opacic KC. Correction of Astigmatism with Contact Lenses. Acta Clinica Croatica 2012;51(2):305-7.

8. Garg A. Toric Contact Lenses. Dalam: Agarwal S, Simon-Castellvi GL, Spinell MR, Bruce AS, editor. Textbook on Contact Lenses. Edisi ke-1. New Delhi: Jaypee Brothers; 2005. Hlm 193-203.

9. Abrams D. Myopia. Duke Elder's Practice of Refraction. Edisi ke-10. London:

Churchill Livingstone. Hlm 53-78.

10. Sloane AE, Gracia GE. Manual Refraction. Edisi ke-3. Boston: Little Brown Company; 1979. Hlm 39-59, 139-46.

11. Efron N. Contact Lens Practice. Edisi ke-3. London: Elsevier; 2018. Hlm 95- 102, 115-22.

12. Woods CA, Bruce AS. Gas-Permeable Lens Materials. Dalam: Manual of Contact Lens Prescribing and Fitting. Missouri: Butterworth Heinemann Elsevier; 2006. Hlm 203-14.

13. Yunard A, Rahayu T. Comparison of Rigid Gas Permeable and Toric Soft Lens for Correcting Astigmatism. Ophthalmol Ina 2016;42(1):21-6.

14. Sulley A, Young G, Lorenz KO, Hunt C. Clinical Evaluation of Fitting Toric Soft Contact Lenses to Current Non-users. Ophthalmic & Physiological Optics:

the Journal of the British College of Ophthalmic Opticians (Optometrists) 2013;33(2):94-103.

15. Romero-Jiménez M, Santodomingo-Rubido J, Flores-Rodríguez P, GonzálezMéijome J. Short-term Corneal Changes with Gas-Permeable Contact Lens Wear in Keratoconus Subjects: A Comparison of Two Fitting Approaches. Journal of Optometry 2015;8:48-55.

16. Bennett ES, Henry VA. Clinical Manual of Contact Lenses. Edisi ke-4.

Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2014. Hlm 344-94.

Referensi

Dokumen terkait

Bagi para pengguna lensa kontak hendaklah memahami cara pemakaian dan perawatan yang benar dalam menggunakan lensa kontak agar dapat mencegah terjadinya komplikasi antara lain

Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan mahasiswi mengenai cara pemakaian lensa kontak sudah cukup.. Dari hasil penelitian ini, dapat

Pada peneltian mempunyai tujuan umum yaitu menganalisis kelembapan ruang kuliah lama pemakaian lensa, kelembapan, dan pengetahuan tentang lensa kontak terhadap dry eyes syndrome

Pengguna lensa kontak diharapkan sering melakukan pemeriksaan mata apabila mengalami mata kering dan sebelum memutuskan untuk menggunakan lensa kontak lebih baik

Apabila menggunakan lensa kontak kaku, bentuk posterior lensa kontak kaku ( yang membentuk permukaan anterior lensa cairan ) bisa berbeda dengan permukaan anterior kornea

Simpulan pada penelitian ini adalah terdapat hubungan yang bermakna dengan derajat korelasi sedang antara lama pemakaian lensa kontak dengan sensibilitas kornea,

Fungsi ini dapat mengurangi tekanan mekanis pada kornea yang merupakan keunggulan utama dari semua jenis lensa kontak sklera.6,9,13 3.2 Indikasi Penggunaan Lensa Kontak Korneosklera

Opsi ketiga adalah penggunaan lensa kontak bifokal.1,4,5 Indikasi penggunaan lensa kontak pada pasien dengan presbiopia antara lain adalah untuk memenuhi kebutuhan tajam penglihatan