• Tidak ada hasil yang ditemukan

LILIS NURINDAH SARI 1345042014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "LILIS NURINDAH SARI 1345042014"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

JURNAL

LATIHAN BINA DIRI MEMAKAI BAJU BERKANCING MURID TUNAGRAHITA KELAS DASAR III DI

SD INPRES MACCINI BARU MAKASSAR

LILIS NURINDAH SARI 1345042014

JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2017

(2)

LATIHAN BINA DIRI MEMAKAI BAJU BERKANCING MURID TUNAGRAHITA KELAS DASAR III DI

SD INPRES MACCINI BARU MAKASSAR

Lilis nurindah sari, Dr. Triyanto Pristiwaluyo, M. Si, Drs. A. Budiman, M.Kes.

PENDIDIKAN LUAR BIASA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

Email :[email protected], [email protected], [email protected],

ABSTRAK

Masalah dalam penelitian ini yaitu rendahnya kemandirian memakai baju berkancing pada murid tunagrahita sedang kelas dasar III di SD Inpres Maccini baru. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimanakah kemampuan murid tunagrahita sedang kelas dasar III di SD Inpres Maccini Baru Makassar sebelum latihan bina diri memakai baju berkancing ? (2) Bagaimanakah kemampuan murid tunagrahita sedang kelas dasar III di SD Inpres Maccini Baru Makassar sesudah latihan bina diri memakai baju berkancing? (3) Bagaimanakah peningkatan kemampuan latihan bina diri memakai baju berkancing murid tunagrahita kelas dasar III di SD Inpres Maccini Baru Makassar?. Tujuan utama dalam penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui kemampuan memakai baju berkancing sebelum latihan bina diri pada murid tunagrahita sedang kelas dasar III di SD Inpres Maccini Baru Makassar? (2) Untuk mengetahui kemampuan memakai baju berkancing setelah latihan bina diri pada murid tunagrahita sedang kelas dasar III di SD Inpres Maccini Baru Makassar? (3) Untuk memperoleh gambaran mengenai peningkatan kemampuan memakai baju berkancing murid tunagrahita sedang kelas dasar III di SD Inpres Maccini Baru Makassar?. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dan jenis penelitian deskriptif, yaitu untuk mendeskripsikan peningtan kemandirian memakai baju berkancing sebelum dan sesudah latihan bina diri pada murid tunagrahitas sedang kelas dasar III di SD Inpres Maccini Baru. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan teknik tes perbuatan. Subyek dalam penelitian ini adalah murid tunagrahita sedang kelas dasar III yang berjumlah satu orang . Teknik analisis data yang digunakan analisis deskriptif.

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa: (1) Kemampuan memakai baju berkancing murid tunagrahita sedang kelas dasar III di SD Inpres Maccini Baru Makassar sebelum penerapan latihan bina diri berada dalam kategori ”kurang mampu”. (2) Kemampuan memakai baju berkancing murid tunagrahita sedang kelas dasar III di SD Inpres Maccini Baru Makassar setelah penerapan latihan bina diri berada dalam kategori

”mampu”.(3) ada peningkatan kemampuan memakai baju berkancing melalui latihan bina diri murid tunagrahita kelas dasar III di SD Inpres Maccini Baru Makassar. Artinya anak mampu mandiri dalam memakai baju berkancing pada murid tunagrahita sedang

(3)

kelas dasar III di SD Inpres Maccini Baru setelah penerapan latihan bina diri.

Kesimpulan dari penelitian ini yaitu penerapan latihan bina diri dapat meningkatkan kemandirian memakai baju berkancing pada murid tunagrahita sedang kelas dasar III di SD Inpres Maccini Baru Makassar.

Kata kunci: Anak Tunagrahita sedang , kemampuan memakai baju berkancing, latihan bina diri

(4)

I. PENDAHULUAN

Pendidikan sesungguhnya harus memanusiakan manusia tanpa harus membedakan antara mereka yang normal maupun mereka yang memiliki hambatan (anak berkebutuhan khusus).

Paradigma pendidikan saat ini berorientasi pada pemenuhan kebutuhan pendidikan yang layak dan mampu mengembangkan setiap potensi peserta didik di dalam proses pembelajaran maupun di kehidupan bermasyarakat.

Oleh karena itu pendidikan merupakan kunci utama untuk membangun kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa dan negara yang lebih bermartabat dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan negara.

Pendidikan tidak diperuntukkan bagi anak normal saja akan tetapi bersifat menyeluruh bagi semua warga negara Indonesia termasuk anak berkebutuhan khusus bahwa tiap-tiap warga negara memiliki hak yang sama dalam mendapatkan layanan pendidikan tanpa terkecuali, baik melalui pendidikan formal,informal maupun nonformal.

Undang - undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 32 ayat (1) tentang pendidikan khusus dinyatakan bahwa (Depdiknas, 2003 : 25):

Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, social, dan atau potensi kecerdasan dan bakat istimewa.

Pendidikan khusus merupakan suatu sistem layanan pendidikan yang diperuntukkan bagi anak atau individu yang memerlukan layanan pendidikan khusus baik melalui pendidikan lanjutan, menengah, dasar dan taman kanak - kanak luar biasa. Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang membutuhkan layanan atau perlakuan khusus untuk mencapai perkembangan yang optimal sebagai akibat dari kelainan yang disandangnya.Salah satu jenis anak berkebutuhan khusus adalah anak tunagrahita yaitu anak yang memiliki kecerdasan di bawah rata-rata secara signifikan yang terjadi pada saat masa perkembangan dan

(5)

memiliki hambatan dalam perilaku adaptif.

Pembelajaran Bina Diri meliputi kemampuan merawat diri, bisa juga disebut menolong diri sendiri atau mengurus diri sendiri. “Merawat diri mempunyai pengertian yang sama dengan beberapa istilah, seperti actives of daily living yang sering disingkat dengan ADL, merawat diri self care”

Suhaeri (1992:18). Materi tersebut mempunyai arti hampir sama, yaitu pelajaran yang menyangkut kegiatan jasmaniah, yang dilakukan sehari-hari secara rutin, perbedaannya hanya terlatak pada penekanannya, kemampuan merawat diri didapatkan tidak langsung diwariskan dari orangtua. Anak tunagrahita kemampuan berpikirnya sangat terbatas, dan mereka mengalami kesulitan dalam mempelajari merawat dirinya.

Kemampuan merawat diri mencakup beberapa hal yang berkaitan dengan kepentingan anak sehari- hari antara lain; makan dan minum, kebersihan dan kerapian diri yang meliputi kebersihan badan, berpakaian, berhias diri, keselamatan diri dan adaptasi sosial atau

lingkungan. Dengan pembelajaran merawat diri sendiri atau bina diri diharapkan anak tunagrahita tersebut dapat mengurus dirinya atau merawat dirinya tanpa bergantung pada orang lain. Untuk anak tunagrahita sedang, menggunakan baju berkancing tidak mudah terutama ketika siswa harus mengancingkan baju karena ini berkaitan dengan keterampilan motorik halus.

Berkenaan dengan uraian di atas penulis memandang perlu untuk melakukan penelitian dengan penerapan latihan bina diri dalam mata pelajaran bina diri pada materi merawat diri. Karena latihan ini dianggap efisien untuk memabntu siswa, selain itu juga dengan penerapan latihan bina diri dapat menumbuhkan minat belajar merawat diri khususnya memakai baju berkancing yang dapat menumbuhkan motivasi belajar.

Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir di atas, maka pertanyaan penelitian utama dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimanakah kemampuan murid tunagrahita sedang kelas dasar III di SD Inpres Maccini Baru Makassar sebelum latihan bina diri memakai baju berkancing ?

(6)

2. Bagaimanakah kemampuan murid tunagrahita sedang kelas dasar III di SD Inpres Maccini Baru Makassar sesudah latihan bina diri memakai baju berkancing ?

3. Bagaimanakah peningkatan kemampuan latihan bina diri memakai baju berkancing murid tunagrahita sedang kelas dasar III di SD Inpres Maccini Baru Makassar?

II. KAJIAN TEORI

A. Konsep Dasar Bina Diri 1. Pengertian bina diri

Bina diri adalah suatu pembinaan dan pelatihan tentang kegiatan kehidupan sehari-hari yang diberikan pada anak berkebutuhan khusus yang bersekolah di sekolah luar biasa (SLB) maupun di sekolah inklusif/sekolah regular yang menyelenggarakan layanan pendidikan untuk anak berekebutuhan khusus. Bina diri yang dimaksud adalah kemampuan dalam kehidupan sehari- hari.

“Pembelajaran bina diri ini dibelajarkan atau dilatihkan berbeda- beda disesuaikan dengan kebutuhan dan

kemampuan yang dimiliki anak”

(Sudrajat & Rosida, 2013 : 56 ).

“Bina diri mempunyai pengertian yang sama dengan beberapa istilah, seperti actives of daily living yang sering disingkat dengan ADL, merawat diri self care” Suhaeri (1992:18).

Materi tersebut mempunyai arti hampir sama, yaitu pelajaran yang menyangkut kegiatan jasmaniah, yang dilakukan sehari-hari secara rutin, perbedaannya hanya terletak pada penekanannya.

Keragaman individu dari anak berkebutuhan khusus membawa dampak pada kebutuhan anak secara beragam pula. Salah satu kebutuhan ABK yaitu ADL atau Bina Diri.

Berdasarkan fakta di lapangan tidak semua ABK memerlukan pembelajaran atau pelatihan Bina Diri, misalnya anak tunarungu wicara dan anak tunalaras karena baik secara fisik, intelektual, juga sensomotorik tidak terganggu sehingga tidak ada hambatan bagi mereka untuk melakukan kegiatan rutin harian kecuali hambatan berkomunikasi bagi ATR dan hambatan penyesuaian sosial-emosi bagi anak tunalaras.

Tujuan bidang kajian Bina Diri secara umum adalah agar anak

(7)

berkebutuhan khusus dapat mandiri dengan tidak/kurang bergantung pada orang lain dan mempunyai rasa tanggung jawab. Sedangkan tujuan khususnya adalah: 1). Menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan ABK dalam tatalaksana pribadi (mengurus diri, menolong diri, merawat diri) 2).

Menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan ABK dalam berkomunikasi sehingga dapat mengkomunikasikan keberadaan dirinya. 3).Menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan ABK dalam hal sosialisasi.

2. Keterampilan memakai baju berkancing

Kemampuan anak tunagrahita sedang dalam memakai baju berkancing dapat dilihat dari karakteristik anak tunagrahita sedang. Menurut Yusuf (2009: 8), “Secara umum karakteristik tunagrahita Tidak dapat mengurus diri sesuai usia". Mengurus diri sendiri dalam aktifitas sehari-hari dapat dikaitkan dengan berbusana yang salah satunya adalah memakai baju berkancing. Memakai baju berkancing membutuhkan keterampilan atau kecakapan dalam motorik halus.

Kesulitan mengancingkan baju pada

anak tunagrahita merupakan dampak dari kemampuan motorik anak tunagrahita.

Menurut Susanti (2013:102),

“Kemampuan anak tunagrahita ringan dalam memakai seragam sekolah adalah suatu keterampilan atau kecakapan anak untuk dapat memakai baju dengan rapi sehingga anak mandiri tanpa harus dibantu orang lain”.

Menurut Suriadi, dkk (2013: 4), “Pada kegiatan mengenakan baju kemeja kedengarannya sangat sederhana akan tetapi bila diaplikasikan pada anak tungrahita, sebagian besar dari mereka tidak bisa melakukan sendiri tanpa diajarkan dan dilatih terlebih dahulu ini terbukti ketika guru meminta anak mengenakan kemeja sendiri tetapi anak tidak bisa”.

1. Langkah – Langkah Memakai Baju Berkancing

1. Menyiapkan baju berkancing diatas meja

2. Mengambil baju berkancing diatas meja

3. Membedakan bagian depan dan belakang baju

4. Memasukkan tangan kanan ke lubang lengan kanan baju berkancing

(8)

5. Memasukkan tangan kiri ke lubang lengan kiri baju berkancing

6. Merapikan kerah baju

7. Menyamakan ke dua ujung baju berkancing

8. Memegang kancing bagian atas dengan tangan kanan

9. Memegang lubang kancing bagian atas dengan tangan kiri 10. Memasukkan kancing baju ke

dalam lubang kancing

11. Melakukan hal yang sama dengan kancing-kancing di bawahnya

12. Merapikan baju setelah dikancing

3. Pengertian Anak Tunagrahita Istilah untuk anak tunagrahita bervariasi, dalam bahasa Indonesia dikenal dengan nama: lemah pikiran, terbelakang mental, cacat grahita dan tunagrahita. Dalam bahasa Inggris dikenal dengan nama mentally handicaped, mentally retardid. Anak tunagrahita adalah bagian dari anak luar biasa. Anak luar biasa yaitu anak yang mempunyai kekurangan, keterbatasan dari anak normal. Sedemikian rupa dari segi: fisik, intelektual, sosial, emosi atau gabungan dari hal - hal tadi, sehingga mereka membutuhkan layanan pendidikan khusus untuk mengembangkan potensinya. Sementara

Amin (1995: 16) mengemukakan bahwa

“anak tunagrahita adalah anak yang fungsi inteleknya di bawah rata-rata bersamaan dengan kekurangan dalam adaptasi tingkah laku yang terjadi pada masa perkembangan“.

Murid tunagrahita merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut murid yang memiliki kemampuan intelektual di bawah rata-rata. Keadaan ini biasanya dikenal dengan istilah mental retardation atau mentally retarted. Keseluruhan istilah tersebut pada dasarnya memiliki arti yang sama, yaitu menjelaskan kondisi seseorang yang kemampuan kecerdasannya jauh di bawah rata-rata kecerdasan rata-rata dan biasanya ditandai dengan keterbatasan intelegensi dan ketidakcakapan dalam melakukan interaksi sosial.

Anak tunagrahita terbagi dalam tiga klasifikasi yang mempunyai ciri- ciri khas dan tingkat ketunagrahitaan yang berbeda diantaranya anak tunagrahita ringan, anak tunagrahita sedang dan anak tunagrahita berat.

Adapun jenis anak tunagrahita yang akan saya teliti adalah anak tunagrahita sedang.

(9)

Anak tunagrahita sedang adalah individu yang fungsi intelektualnya 40- 54 dan adaptasi perilaku yang terjadi pada masa perkembanganya namun mereka dapat memperoleh keterampilan dalam kehidupan sehari hari baik dalam keterampilan mengurus diri maupun ketrampilan dasar akademik.

III. METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian 1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu untuk mengetahui peningkatan kemampuan memakai baju berkancing murid tunagrahita kelas dasar III di SD Inpres Maccini Baru sebelum dan sesudah penerapan latihan bina diri.

2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu untuk memperoleh gambaran kemampuan memakai baju berkancing sebelum dan sesudah penerapan latihan bina diri.

B. Variabel dan Definisi Operasional

1. Variabel penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan satu variabel yaitu kemampuan

memakai baju berkancing murid tunagrahita sedang kelas dasar III di SD Inpres Maccini Baru

2. Definisi Operasional Variabel Adapun definisi operasional variabel penelitian ini, yaitu kemampuan latihan bina diri mengancing baju.

1. Kemampuan bina diri

Bina diri adalah suatu pembinaan dan pelatihan tentang kegiatan kehidupan sehari-hari yang diberikan pada anak berkebutuhan khusus yang bersekolah di sekolah luar biasa (SLB) maupun di sekolah inklusif atau sekolah regular yang menyelenggarakan layanan pendidikan untuk anak berekebutuhan khusus. Bina diri yang dimaksud adalah kemampuan dalam kehidupan sehari- hari, kegiatan tersebut antara lain merawat, mengurus dan memelihara diri yang merupakan kegiatan rutin dan mendasar yang harus dikuasai oleh manusia.

2. Kemampuan mengancing baju Kemampuan mengancing baju dalam penelitian ini adalah hasil belajar yang dicapai murid tunagrahita sedang dalam proses mengancing baju dengan

(10)

penerapan latihan bina diri yang diperoleh setelah diberi tes oleh peneliti. Kemampuan yang dimaksud yaitu murid dapat mengancing baju sendiri tanpa bantuan orang lain dan anak mampu mempraktekkan cara menagncing baju.

C. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian adalah satu murid tunagrahita sedang di SD Inpres Maccini Baru Makassar.

D. Teknik pengumpulan data 1. Tes Perbuatan

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tes perbuatan dengan alat check list yang dilakukan oleh peneliti, bertujuan untuk mengukur kemampuan mengancing baju murid tunagrahita. Tes dilakukan sebanyak dua kali, yaitu tes awal digunakan untuk mengukur kemampuan memakai baju berkancing sebelum diberi latihan bina diri dan tes akhir digunakan untuk mengukur kemampuan mengancing baju sesudah diberi latihan bina diri.

Tes terdiri dari 12 butir, dengan demikian jika murid dapat melakukan sendiri proses kegiatan yang diinstruksikan sesuai aspek yang dinilai

tanpa bantuan, maka diberi skor 2 (dua), jika murid dapat melakukan sendiri proses kegiatan yang diinstruksikan sesuai aspek yang dinilai dengan bantuan, maka diberi skor 1 (satu) dan jika murid tidak dapat melakukan proses kegiatan yang diinstruksikan sesuai aspek yang dinilai maka di beri skor 0 (nol). Oleh karena itu, skor maksimal yang dapat dicapai murid adalah 24 dan skor minimal adalah 0.

Pengkatagorian yang ditetapkan dalam penelitian ini yaitu sangat mampu, mampu, cukup mampu, kurang mampu dan tidak mampu, adaptasi (Arikunto, 2004). Kategorisasi yang digunakan dalam penelitian kemandirian memakai baju berkancing murid tunagrahita sedang kelas dasar III di SD Inpres Maccini Baru Makassar.

E. Teknik Analisis Data

Data-data yang diperoleh diolah menggunakan analisis deskriptif kuantitatif. Analisis ini digunakan ntuk mendeskripsikan data penelitian secara sistematis dan akurat mengenai fakta- fakta yang diperoleh dengan menelaah seluruh data yang tersedia.

(11)

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk melihat sejauh mana peningkatan kemandirian memakai baju berkancing melalui latihan bina diri pada murid tunagrahita sedang kelas dasar III di SD Inpres Maccini Baru Makassar.

Penelitian ini telah dilaksanakan pada murid tunagrahita sedang kelas dasar III di SD Inpres Maccini Baru Makassar yang berjumlah satu orang.

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Oktober . Pengukuran terhadap peningkatan kemandirian memakai baju berkancing dilakukan sebanyak dua kali, yakni tes sebelum latihan bina diri untuk memperoleh gambaran kemampuan memakai baju berkancing awal murid tunagrahita sedang.

Sedangkan pengukuran kedua dilakukan setelah murid diberikan latihan bina diri. Materi tes yang diberikan berupa tes perlakuan, yaitu murid diperintahkan untuk melakukan kegiatan yang diperintahkan oleh guru .

Data hasil penelitian yang diperoleh dimaksudkan untuk menjawab permasalahan yang diajukan

dalam penelitian ini. Analisis yang digunakan terhadap data hasil penelitian yang diperoleh diolah dengan menggunakan analisis deskriptif.

kemudian disajikan dalam bentuk tabel dan diagram.

1. Deskripsi Kemampuan Memakai Baju Berkancing Sebelum latihan bina diri Pada Murid Tunagrahita Sedang Kelas Dasar III di SD Inpres Maccini Baru Makassar

2. Deskripsi Kemampuan Memakai Baju Berkancing Sesudah latihan bina diri Pada Murid Tunagrahita Sedang Kelas Dasar III di SD Inpres Maccini Baru Makassar

100 2030 4050 6070 8090 100

MA 37

interval nilai

Murid Tunagrahita Sedang Kelas dasar III di SD Inpres Maccini Baru

DIAGRAM

p…

(12)

3. Perbandingan Kemandirian Memakai Baju Berkancing Sebelum dan Sesudah latihan bina diri Pada Murid Tunagrahita Sedang Kelas Dasar III di SD Inpres Maccini Baru Makassar

Untuk mengetahui kemandirian memakai baju berkancing pada murid tunagrahita sedang kelas dasar dasar III di SD Inpres Maccini Baru Makassar sebelum dan sesudah latihan bina diri

dapat ditempuh dengan

membandingkan hasil tes awal dan tes akhir.

Adapun data hasil kemandirian memakai baju berkancing pada murid tunagrahita sedang kelas Dasar III di SD Inpres Maccini Baru Makassar sebelum dan sesudah penerapan latihan bina diri selanjutnya dituangkan dalam tabel 4.1 sebagai berikut:

4. Tabel 4.1 Data Skor Tes Sebelum dan Sesudah Penerapan latihan bina diri Murid MA

No. Perlakuan Skor Nilai Kategori

1. Sebelum 9 37

Tidak mampu

2. Sesudah 18 75 Mampu

Berdasarkan rekapitulasi pada tabel 4.1 dapat dijelaskan bahwa secara umum maupun secara individual hasil belajar merawat diri pada murid tunagrahita sedang mengalami perubahan dan diperoleh peningkatan kemandirian memakai baju berkancing pada murid tunagrahita sedang kelas dasar III di SD Inpres Maciini Baru Makassar. Hal tersebut ditegaskan pada skor sebelum diberikan perlakuan menunjukkan murid setelah dikonversikan dengan rumus dan setelah diberikan perlakukan skor perolehan murid mengalami peningkatan. Untuk lebih jelas maka akan di visualisasikan dalam diagram batang sebagai berikut:

100 3020 5040 7060 9080 100

75

interval nilai

Murid Tunagrahita Sedang Kelas dasar III di SD Inpres Maccini Baru

DIAGRAM

p…

(13)

Gambar 4.3 Visualisasi Nilai Hasil Kemandirian Memakai Baju Berkancing Sebelum dan Sesudah Penerapan latihan bina diri Murid Tunagrahita sedang kelas dasar III di SD Inpres Maccini Baru Makassar

IV. PEMBAHASAN

Pembelajaran merawat diri disebut juga pelajaran merawat diri sendiri atau bina diri yang dalam Kurikulum Pendidikan Luar Biasa masuk Mata Pelajaran Program Khusus Kemampuan Merawat Diri, Sekolah Dasar Luar Biasa Tunagrahita Sedang, Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Jakarta Tahun 1997.

Ruang lingkup kurikulum merawat diri

pada SDLB Tunagrahita menurut Depdiknas (1997:1) meliputi: “usaha membersihkan dan merapikan diri;

kebersihan lingkungan dan kesehatan;

berbusana; makan dan minum; dan menghindari bahaya”. “Merawat diri mempunyai pengertian yang sama dengan beberapa istilah, seperti actives of daily living yang sering disingkat dengan ADL, merawat diri self care”

Suhaeri (1992:18). Materi tersebut mempunyai arti hampir sama, yaitu pelajaran yang menyangkut kegiatan jasmaniah, yang dilakukan sehari-hari secara rutin, perbedaannya hanya terlatak pada penekanannya.

Salah satu upaya yang diberikan bagi murid tunagrahita sedang yang mengalami hambatan dalam kemandirian memakai baju berkancing yaitu melalui penerapan analsisi tugas yang tepat, terarah dan terstruktur, dan dapat sedikit demi sedikit meningkatkan kemandirian minimal pada murid tunagrahita sedang dalam belajar guna meningkatkan kemandirian memakai baju berkancing.

Berdasarkan hasil analisis data tersebut di atas maka diperoleh gambaran bahwa kemandirian memakai

100 3020 4050 6070 80 10090

MA 37

75

interval nilai

Murid Tunagrahita Sedang Kelas dasar III di SD INpres Maccini

Baru

DIAGRAM

p…

(14)

baju berkancing pada murid tunagrahita sedang kelas dasar III di SD Inpres Maccini Baru setelah dilakukan dua tes, sebelum dan setelah penerapan latihan bina diri. Pada tes awal (prestest) atau sebelum latihan bina diri diperoleh nilai tiga puluh tujuh (37). Tes akhir (posttest) atau setelah penggunaan pendektan pembelajaran murid memperoleh nilai, yaitu tujuh puluh lima (75). jumlah nilai yang diperoleh murid tunagrahita sedang kelas dasar III di Sd Inpres Maccini Baru adalah tujuh puluh lima (75).

Selanjutnya berdasarkan perbandingan hasil tes awal dengan hasil tes akhir maka dapat diperoleh gambaran bahwa ada peningkatan kemandirian memakai baju berkancing pada murid tunagrahita sedang kelas dasar III di SD Inpres Maccini Baru setelah diberikan pembelajaran memakai baju berkancing melalui penerapan latihan bina diri. Hal tersebut ditunjukkan dengan hasil perbandingan antara nilai yang diperoleh murid pada tes awal dengan nilai yang diperoleh pada tes akhir, yakni murid tunagrahita sedang kelas dasar III di SD Inpres Maccini Baru Makassar memperoleh

nilai yang lebih tinggi pada tes akhir dari pada nilai yang diperoleh pada tes awal. Atau dengan kata lain murid tunagrahita sedang kelas dasar III di SD Inpres Maccini Baru Makassar memperoleh nilai yang lebih rendah pada tes awal dari pada nilai diperoleh pada tes akhir.

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan data hasil penelitian ini, peniliti memperoleh kesimpulan bahwa penerapan latihan bina diri dalam peningkatan kemandirian memakai baju berkancing murid tunagrahita sedang kelas dasar III di SD Inpres Maccini Baru Makassar rmengalami peningkatan.

1. Kemampuan memakai baju berkancing murid tunagrahita sedang kelas dasar III di SD Inpres Maccini Baru Makassar sebelum penerapan latihan bina diri berada dalam kategori ”tidak mampu”.

2. Kemampuan memakai baju berkancing murid tunagrahita sedang kelas dasar III di SD Inpres Maccini Baru Makassar setelah penerapan latihan bina

(15)

diri berada dalam kategori

”mampu”.

3. Terdapat peningkatan kemampuan memakai baju berkancing melalui latihan bina diri murid tunagrahita kelas dasar III di SD Inpres Maccini Baru Makassar

B. Saran

Sehubungan dengan kesimpulan penelitian tersebut diatas, maka penulis mengajukan saran - saran sebagai berikut :

a. Bagi guru , kiranya dapat memilih dan menggunakan media yang relevan dengan materi pembelajaran yang diberikan agar dapat meningkatkan kemampuan bina diri murid tungarhita sedang.

b. Bagi peneliti selanjutnya,

diharapkan dapat

mengembangkan permasalahan penelitian ini dengan meneliti peubah atau variabel lain yang terkait dengan kemampuan merawat diri murid tunagrahita sedang.

DAFTAR PUSTAKA

Alsa, A. 2003. Pendekatan Kualitatif dan Pendekatan Kuantitatif Dalam Penelitian. Psikolog.

Jakarta : Pustaka Belajar.

Amin. 1995. Ortopedagogik Anak Tunagrahita. Bandung:

Depdikbud Dikti. Proyek Pendidikan Tenaga Guru.

Arikunto, S. 1997. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek.

Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Direktorat Ketenagaan.

Astati, (2010). Bina Diri Untuk Anak Tunagrahita. Bandung: Penerbit CV.Catur Karya Mandiri

Delphie, B. 2006. Pembelajaran Anak Tunagrahita. Bandung : PT Refika Adiatama

Depdikbud. 1997. Kurikulum PLB Program Khusus Kemampuan Merawat Diri.Jakarta:

Dipdikbud.

Fausi, RA. 2012. Penerapan Model Pengajaran Langsung (Directinstruction) dalam Meningkatkan Kemampuan Memakai Baju Berkancing Bagi Murid Tunagrahita Sedang Keelas Dasar 1 di SLBN PEMBINA TK. PROV SUL- SEL SENTRA PK-PLK. (skripsi tentang bina diri) diakses tanggal 14 April 2017

Hallahan & Kauffman. 2011.

Exceptional Children: An Introduction to Special Education. Boston: Pearson.

Hallahan, D.P., Kauffman, J.M., &

Pullen, P.C. 2009.

(16)

Exceeptional learners. 5 Ed Boston: Pearson Education, Inc.

Idris, A. 2006. Pengembangan Kompensatoris dan metodik Khusus Bina Diriu Bagi Anak Berkebutuhan Khusus. Pusat pengembangan dan Penataran Guru Teknologi: Malang.

Kemis & Rosnawati A. 2013.

Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Tunagarhita, Bandung : PT. Luxima Metro Media.

Mumpuniarti. 2000. Penanganan Anak Tunagrahita (Kajian dari Segi Pendidikan,Sosial-Psikologis dan Tindak Lanjut Usia Dewasa). Yogyakarta: PLB FIPUNY.

Nuraeni. (1997). Bina Diri Anak Brekebutuhan Khusus. Jakarta:

Depdikbud

Rochman N, dkk. 1996. Penelitian Bagi Guru Pendidikan Luar Biasa.

Jakarta: Depdikbud.

Sinring A dkk, 2012.Pedoman Penulisan Skripsi Program S- 1.Fakultas Ilmu Pendididkan UNM.Makassar.percetakan budi utama prima.

Soemantri. 1996. Psikologi Anak Luar Biasa. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Suhaeri. 1992. Pembelajaran Menolong Diri, Penataran Guru dan Pengajaran Khusus. SGPLB:

Bandung.

Suranto dan Soedarini. (2002).

Kemampuan Merawat Diri.

Jakarta: Depdiknas.

Sudrajat, D & Rosida, L 2013.

Pendidikan bina diri bagi anak berkebutuhan khusus.Bandung: PT Luxima Metro Media.

Tasnila. 2012. Meningkatkan

kemampuan koordinasi mata dan tangan pada anak tunagrahita sedang., online http://ejournal.unp.ac.id/index.p hp/jupekh(skripsi tentang motorik halus). Diakses tanggal 14 April 2017

Wantah. (2007). Pengembangan

Kemandirian Anak Tunagrahita Mampu Latih. Jakarta: Dikti Zurroh, Irmatuz (2012) Efektifitas

pemberian Keterampilan Kolase

Dalam Meningkatkan

Kemampuan Motorik Halus Pada Jari-Jari Tangan Anak Tunagrahita Sedang Di SLB Siswa Bhudi Surabaya.,online http://www.google.co.id/ search kemampuan motorik halus anak tunagrahita sedang. Diakses tanggal 14 April 2017

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan metode visual support terhadap peningkatan kemampuan bina diri memakai baju pada anak tunagrahita kelas

Penggunaan Media Kantung Pintar Untuk Meningkatkan Kemampuan Memakai Kemeja Berkancing Anak Tunagrahita Sedang Kelas VII.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Penggunaan Media Kantung Pintar Untuk Meningkatkan Kemampuan Memakai Kemeja Berkancing Anak Tunagrahita Sedang Kelas VII.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Penggunaan Media Kantung Pintar Untuk Meningkatkan Kemampuan Memakai Kemeja Berkancing Anak Tunagrahita Sedang Kelas VII.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan bina diri (memakai baju seragam sekolah) anak tunagrahita ringan. DEFINISI OPERASIONAL Pendekatan

Dari hasil analisis regresi sederhana antara minat belajar pendidikan jasmani dengan kemampuan dasar bermain sepakbola murid SD Inpres Maccini Sombala Kota Makassar diperoleh nilai

Visualisasi Nilai Hasil Kemampuan Memakai Sepatu bertali Sebelum dan Setelah Penerapan Task analisys pada Murid Tunagrahita sedang kelas dasar II di SLB Negeri Makassar PEMBAHASAN

Tujuan penelitian ini adalah untuk 1 mengetahui kemampuan membaca pada murid autis kelas III di SD Inpres Maccini Baru pada kondisi Baseline 1 A1, 2 mengetahui kemampuan membaca pada