• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAKU MUTU LINGKUNGAN MULAI DARI BAKU MUU AIR, UDARA, TANAH, MAKANAN, PENCAHAYAAN DAN KEBISINGAN SESUAI DENGAN PERMENGKES

N/A
N/A
nurul maqfirah

Academic year: 2023

Membagikan "BAKU MUTU LINGKUNGAN MULAI DARI BAKU MUU AIR, UDARA, TANAH, MAKANAN, PENCAHAYAAN DAN KEBISINGAN SESUAI DENGAN PERMENGKES"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAKU MUTU LINGKUNGAN MULAI DARI BAKU MUU AIR, UDARA, TANAH, MAKANAN, PENCAHAYAAN DAN KEBISINGAN SESUAI DENGAN PERMENGKES

Abstrak

Peningkatan pemahaman akan pentingnya lingkungan yang sehat dan kesejahteraan manusia telah membawa perhatian yang lebih besar pada Baku Mutu Lingkungan. Lingkungan yang tercemar dapat menyebabkan dampak negatif pada kesehatan manusia, dan oleh karena itu, standar baku mutu untuk air, udara, tanah, makanan, pencahayaan, dan kebisingan diperlukan untuk melindungi kesehatan masyarakat. Paper ini bertujuan untuk menguraikan standar baku mutu yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan (Permengkes) dan pentingnya penerapannya.

BAB I : PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

Lingkungan yang sehat dan berkelanjutan adalah elemen kunci dalam menjaga kesejahteraan manusia dan keberlanjutan hidup di planet ini. Namun, perubahan cepat dalam pola kehidupan manusia dan pertumbuhan populasi telah meningkatkan tekanan terhadap lingkungan alam. Akibatnya, pencemaran air, udara, tanah, makanan, pencahayaan, dan kebisingan telah menjadi masalah serius yang mengancam kesehatan manusia dan ekosistem.

Dalam upaya menjaga kualitas lingkungan dan mencegah risiko kesehatan yang disebabkan oleh pencemaran, pemerintah dan badan terkait telah mengeluarkan standar baku mutu lingkungan yang ketat. Di Indonesia, Kementerian Kesehatan (Permengkes) memiliki peran sentral dalam merumuskan dan menegakkan standar baku mutu untuk berbagai aspek lingkungan.

Namun, masih ada kebutuhan yang besar untuk meningkatkan pemahaman masyarakat, praktisi kesehatan, dan pembuat kebijakan tentang pentingnya standar baku mutu lingkungan ini. Paparan jangka panjang terhadap lingkungan yang tercemar dapat menyebabkan berbagai penyakit, termasuk penyakit pernapasan, keracunan logam berat, dan penyakit infeksi.

Dalam konteks ini, paper ini bertujuan untuk memberikan penjelasan komprehensif mengenai standar baku mutu untuk air, udara, tanah, makanan, pencahayaan, dan kebisingan sesuai dengan peraturan Kementerian Kesehatan Indonesia (Permengkes). Kami juga akan menggambarkan dampak negatif yang dapat terjadi jika standar tersebut tidak diindahkan dan menggarisbawahi pentingnya penerapan Baku Mutu Lingkungan untuk melindungi kesehatan manusia dan lingkungan.

Dengan pemahaman yang lebih baik tentang baku mutu lingkungan dan dampaknya, diharapkan upaya kolektif dapat dilakukan untuk menjaga kualitas lingkungan yang sehat dan berkelanjutan demi kesejahteraan generasi sekarang dan yang akan datang.Memberikan pemahaman yang lebih baik tentang sumber-sumber pencemaran air, dampaknya pada manusia, serta langkah-langkah pengendalian yang diperlukan untuk menjaga kualitas air dan kesehatan manusia.

TUJUAN

1. Memberikan pemahaman yang lebih baik tentang baku mutu lingkungan, yaitu standar yang diatur oleh Kementerian Kesehatan Indonesia (Permengkes), kepada masyarakat umum, praktisi kesehatan, dan pembuat kebijakan. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya menjaga lingkungan yang bersih dan sehat untuk kesejahteraan manusia.

2. Memberikan informasi yang akurat tentang parameter baku mutu untuk air, udara, tanah, makanan, pencahayaan, dan kebisingan yang diatur oleh Permengkes, serta bagaimana parameter-parameter ini memengaruhi kualitas lingkungan dan kesehatan manusia.

(2)

RUANG LINGKUP

Ruang lingkup ini mencakup pemahaman komprehensif tentang baku mutu lingkungan, parameter- parameter yang diukur, dampaknya pada kesehatan manusia, serta regulasi yang mengaturnya

BAB II : PEMBAHASAN Baku Mutu Air

Baku mutu air adalah seperangkat standar dan batasan yang digunakan untuk mengukur dan memantau kualitas air. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa air yang digunakan oleh masyarakat aman untuk dikonsumsi, digunakan dalam proses industri, dan menjaga ekosistem air yang sehat. Baku mutu air ditetapkan oleh otoritas lingkungan dan kesehatan, seperti Kementerian Kesehatan, dan dapat berbeda berdasarkan jenis penggunaan air, seperti air minum, air permukaan, air limbah, dan sebagainya.

Parameter-parameter yang diukur dalam menentukan kualitas air mencakup beberapa faktor kunci, seperti:

1. Bau dan Rasa

Parameter ini digunakan untuk menilai apakah air memiliki bau atau rasa yang tidak biasa, yang dapat menjadi indikasi adanya kontaminan.

2. Rasa dan Bau

Parameter ini digunakan untuk menilai apakah air memiliki bau atau rasa yang tidak biasa, yang dapat menjadi indikasi adanya kontaminan.

3. Warna

Warna air adalah indikasi keberadaan zat organik atau logam dalam air.

4. Kekeruhan

Kekeruhan mengukur sejauh mana partikel-padatan tersuspensi hadir dalam air. Kekeruhan tinggi dapat mengindikasikan kontaminasi.

5. pH (Potensi Hidrogen)

pH mengukur tingkat keasaman atau kebasaan air. Air dengan pH yang ekstrem dapat menjadi tanda adanya masalah kualitas air.

6. Suhu

Suhu air dapat memengaruhi kemampuan air untuk memegang oksigen dan berperan dalam kehidupan organisme air.

7. Oksigen Terlarut

Oksigen terlarut adalah parameter penting dalam air untuk menjaga kehidupan organisme air, seperti ikan. Oksigen terlarut yang rendah dapat menjadi tanda polusi.

8. Konsentrasi Zat Kimia

Parameter ini melibatkan pengukuran konsentrasi berbagai zat kimia dalam air, seperti logam berat, pestisida, dan bahan kimia lain yang dapat menjadi kontaminan berbahaya.

9. Kuman dan Mikroorganisme

Pengukuran kuman dan mikroorganisme seperti bakteri, virus, dan protozoa penting untuk menilai keamanan air minum.

10. Zat Organik dan Nutrien

Kandungan zat organik dan nutrien seperti nitrogen dan fosfor dapat menjadi indikator pertumbuhan alga berlebihan dan polusi.

Baku mutu air dapat bervariasi berdasarkan penggunaannya, seperti air minum, air limbah, atau air untuk keperluan industri. Standar baku mutu ini dirancang untuk melindungi kesehatan manusia dan ekosistem, dan pengawasan yang ketat diperlukan untuk memastikan bahwa air yang kita gunakan sesuai dengan standar kualitas yang telah ditetapkan.

(3)

Baku Mutu Udara

Baku mutu udara adalah seperangkat standar yang digunakan untuk mengukur dan mengendalikan kualitas udara yang dihirup manusia. Standar ini ditetapkan oleh otoritas lingkungan dan kesehatan untuk memastikan bahwa udara yang dihirup oleh masyarakat aman dan tidak mencemari lingkungan.

Baku mutu udara memiliki parameter-parameter tertentu yang diukur untuk mengevaluasi kualitas udara. Berikut adalah penjelasan tentang parameter-parameter yang umumnya diukur dalam baku mutu udara:

1. Partikulat (Particulate Matter - PM)

Partikulat adalah campuran partikel-partikel kecil yang ada dalam udara, termasuk debu, asap, dan aerosol. PM diukur berdasarkan ukuran partikelnya, seperti PM2.5 (partikel dengan diameter kurang dari 2,5 mikrometer) dan PM10 (partikel dengan diameter kurang dari 10 mikrometer). Partikulat ini dapat masuk ke dalam saluran pernapasan manusia dan dapat menyebabkan masalah kesehatan, terutama pada saluran pernapasan.

2. Gas-gas Pencemar

 Ozon Troposferik (O3)

Ozon yang terdapat dalam lapisan atmosfer rendah dan merupakan komponen penting dalam masalah polusi udara. Ozon troposferik dapat menyebabkan iritasi pernapasan dan masalah kesehatan lainnya.

 Nitrogen Dioksida (NO2)

Gas yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar, seperti gas kendaraan bermotor. NO2 dapat menyebabkan iritasi pernapasan dan masalah kesehatan.

 Sulfur Dioksida (SO2)

Gas yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil. SO2 dapat mengiritasi mata, hidung, dan tenggorokan, serta berkontribusi pada polusi udara asam

 Karbon Monoksida (CO)

Gas yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar dan dapat berbahaya jika terhirup dalam jumlah tinggi, karena dapat mengganggu transportasi oksigen dalam tubuh.

 Hidrokarbon (HC)

Zat kimia organik yang terdapat dalam emisi kendaraan bermotor dan sumber-sumber lain. Hidrokarbon dapat berkontribusi pada pembentukan ozon troposferik dan partikulat.

3. Polutan Organik Persisten (POP)

POP adalah senyawa organik yang dapat mencemari udara dalam jangka waktu panjang dan berdampak negatif pada kesehatan manusia. Contoh POP meliputi dioksin dan furan.

4. Gas Lainnya

Baku mutu udara juga dapat mencakup pengukuran gas lainnya seperti karbon dioksida (CO2), metana (CH4), dan nitrogen oksida (NO). Gas-gas ini dapat memiliki dampak yang signifikan pada perubahan iklim dan kualitas udara.

Baku mutu udara bertujuan untuk melindungi kesehatan manusia dan lingkungan dari dampak negatif polusi udara. Standar ini dapat bervariasi dari satu negara ke negara lainnya tergantung pada regulasi dan prioritas kesehatan masyarakat. Pengawasan ketat dan tindakan pengendalian diperlukan untuk memastikan bahwa baku mutu udara diindahkan dan bahwa udara yang dihirup oleh masyarakat aman dan bersih.

Baku Mutu Tanah

Baku mutu tanah adalah seperangkat standar dan batasan yang digunakan untuk mengukur dan mengendalikan kualitas tanah. Standar ini ditetapkan oleh otoritas lingkungan dan kesehatan untuk memastikan bahwa tanah yang digunakan untuk berbagai tujuan, seperti pertanian, pemukiman, atau industri, aman dan tidak mencemari lingkungan. Parameter-parameter tertentu diukur untuk

(4)

mengevaluasi kualitas tanah. Berikut adalah penjelasan tentang parameter-parameter yang umumnya diukur dalam baku mutu tanah:

1. Kandungan Logam Berat

Baku mutu tanah umumnya mencakup pengukuran kandungan logam berat seperti timbal (Pb), merkuri (Hg), kadmium (Cd), dan arsenik (As). Kandungan logam berat dalam tanah dapat berasal dari berbagai sumber, termasuk limbah industri dan limbah domestik.

2. Pestisida dan Zat Kimia Berbahaya

Pengukuran kandungan pestisida dan zat kimia berbahaya dalam tanah adalah penting untuk mengidentifikasi potensi pencemaran oleh bahan kimia yang digunakan dalam pertanian dan industri.

3. Kandungan Organik dan Nutrie

Kualitas tanah sering dinilai berdasarkan kandungan bahan organik, seperti humus, dan nutrien penting seperti nitrogen, fosfor, dan kalium. Kandungan organik yang baik penting untuk kesuburan tanah.

4. Kemampuan Penuapan (Cation Exchange Capacity - CEC)

Parameter ini mengukur kapasitas tanah untuk menahan ion-ion seperti kalsium, magnesium, dan kalium. Ini dapat memberikan petunjuk tentang kesuburan tanah dan kemampuannya untuk mendukung pertumbuhan tanaman.

5. pH (Potensi Hidrogen)

pH tanah adalah ukuran tingkat keasaman atau kebasaan tanah. pH yang ekstrem dapat memengaruhi ketersediaan nutrien untuk tanaman.

6. Kebusukan (Decomposition)

Parameter ini mengukur laju kebusukan bahan organik dalam tanah. Tingkat kebusukan yang baik penting untuk siklus nutrien alami.

7. Kandungan Lumpur dan Fraksi Pasir

Baku mutu tanah dapat mencakup penilaian fraksi pasir, lumpur, dan silt dalam tanah.

Komposisi fraksi tanah ini memengaruhi sifat fisik tanah dan peresapannya.

Baku mutu tanah bertujuan untuk melindungi kualitas tanah, mendukung pertanian yang berkelanjutan, dan mencegah pencemaran yang dapat memengaruhi ekosistem dan kesehatan manusia. Standar ini dapat bervariasi berdasarkan penggunaan tanah dan wilayah geografis.

Pengawasan ketat dan tindakan pengendalian diperlukan untuk memastikan bahwa baku mutu tanah diindahkan dan tanah yang digunakan untuk berbagai keperluan aman dan bersih.

BAKU MUTU MAKANAN

Baku mutu makanan adalah seperangkat standar dan batasan yang digunakan untuk mengukur dan mengendalikan kualitas dan keamanan makanan yang dikonsumsi oleh manusia. Standar ini ditetapkan oleh otoritas kesehatan dan pangan untuk memastikan bahwa makanan yang dipasarkan aman, bermanfaat, dan memenuhi persyaratan gizi. Parameter-parameter tertentu diukur untuk mengevaluasi kualitas dan keamanan makanan.

1. Keamanan Mikrobiologis

Parameter ini mencakup pengukuran jumlah mikroorganisme, seperti bakteri, virus, dan jamur, yang dapat menyebabkan penyakit jika terdapat dalam makanan. Contoh parameter termasuk jumlah total plate count, kandungan Escherichia coli (E. coli), Salmonella, dan Listeria.

2. Kontaminasi Logam Berat

Pengukuran kandungan logam berat seperti timbal (Pb), merkuri (Hg), arsenik (As), dan kadmium (Cd) dalam makanan. Kontaminasi logam berat dapat berbahaya bagi kesehatan manusia jika terjadi dalam jumlah yang berlebihan.

3. Pestisida dan Residu Kimia

(5)

Pengukuran kandungan pestisida dan zat kimia berbahaya lainnya dalam makanan. Hal ini penting untuk memastikan bahwa makanan yang dikonsumsi tidak mengandung residu berbahaya.

4. Kandungan Nutrisi

Parameter-parameter ini mencakup kandungan vitamin, mineral, protein, lemak, karbohidrat, serat, dan gula dalam makanan. Baku mutu makanan dapat menentukan jumlah minimum atau maksimum dari setiap nutrien ini dalam makanan.

5. Pengawet dan Aditif Makanan

Pengukuran aditif makanan, pengawet, dan bahan kimia lain yang digunakan dalam makanan.

Standar ini menentukan jenis dan jumlah maksimum aditif yang dapat digunakan dalam makanan.

6. Residu Obat Hewan dan Hormon

Baku mutu makanan dapat mengatur residu obat hewan dan hormon dalam produk hewani.

Kontaminasi dengan residu ini dapat berdampak pada kesehatan manusia.

7. Bebas dari Bahan Pencemar

Standar baku mutu makanan juga dapat menentukan bahwa makanan harus bebas dari bahan pencemar tertentu seperti bakteri patogen, parasit, dan bahan kimia tertentu.

8. Labeling Informasi

Baku mutu makanan mencakup persyaratan untuk label makanan, termasuk informasi tentang komposisi, tanggal kadaluarsa, petunjuk penggunaan, dan label gizi.

Baku mutu makanan bertujuan untuk melindungi kesehatan manusia, memastikan keamanan makanan yang dikonsumsi, dan mendorong pangan yang bermanfaat. Standar ini bervariasi berdasarkan jenis makanan dan regulasi nasional dan internasional. Pengawasan ketat diperlukan untuk memastikan bahwa makanan yang tersedia di pasaran memenuhi baku mutu makanan dan aman untuk dikonsumsi.

BAKU MUTU PENCAHAYAAN

Baku mutu pencahayaan adalah seperangkat standar yang digunakan untuk mengukur dan mengendalikan tingkat pencahayaan di lingkungan kerja, ruang publik, dan tempat tinggal. Standar ini ditetapkan oleh otoritas teknis dan keamanan untuk memastikan bahwa lingkungan yang dihuni manusia memiliki tingkat pencahayaan yang cukup untuk menjaga kesehatan dan kenyamanan.

Berikut adalah penjelasan tentang parameter-parameter yang umumnya diukur dalam baku mutu pencahayaan:

1. Iluminansi (Lux)

Iluminansi adalah pengukuran tingkat pencahayaan yang diterima oleh suatu permukaan.

Standar baku mutu biasanya menentukan tingkat iluminansi minimum yang diperlukan dalam berbagai jenis lingkungan, seperti kantor, rumah sakit, jalan raya, dan sebagainya.

2. Distribusi Pencahayaan

Parameter ini mengacu pada distribusi cahaya di seluruh area yang tercakup dalam baku mutu. Ini mencakup pengukuran ketidakseragaman pencahayaan dalam ruang tertentu dan dapat menentukan batas maksimum perbedaan tingkat pencahayaan antar area yang berdekatan.

3. Warna Pencahayaan (CRI - Color Rendering Index)

Baku mutu pencahayaan dapat memasukkan persyaratan untuk nilai CRI, yang mengukur kemampuan pencahayaan untuk mereproduksi warna dengan akurat. Ini penting di lingkungan seperti toko, museum, atau laboratorium.

4. Kemampuan Kontras

Baku mutu pencahayaan juga dapat mengatur tingkat kontras antara area yang lebih terang dan lebih gelap dalam ruang tertentu, yang dapat memengaruhi kenyamanan dan kinerja visual.

(6)

5. Pengendalian dan Pengaturan Pencahayaan

Standar ini dapat mencakup persyaratan untuk sistem pengaturan pencahayaan, seperti pemotongan otomatis saat tidak ada orang di ruangan atau peningkatan pencahayaan saat ada aktivitas intensif.

6. Ketidakcukupan Pencahayaan

Baku mutu pencahayaan dapat menentukan batas minimum untuk tingkat pencahayaan agar menghindari ketidakcukupan pencahayaan yang dapat mengganggu kesehatan mata dan kenyamanan visual.

Baku mutu pencahayaan bertujuan untuk memastikan bahwa lingkungan yang dihuni manusia memiliki tingkat pencahayaan yang memadai untuk mendukung kesehatan mata, produktivitas, dan kenyamanan visual. Standar ini bervariasi berdasarkan jenis lingkungan, seperti lingkungan kerja, rumah sakit, tempat tinggal, jalan raya, dan sebagainya. Pengawasan ketat dan pemenuhan standar baku mutu pencahayaan penting untuk memastikan kualitas pencahayaan yang memadai di berbagai jenis lingkungan.

BAKU MUTU KEBISINGAN

Baku mutu kebisingan adalah seperangkat standar yang digunakan untuk mengukur dan mengendalikan tingkat kebisingan di berbagai lingkungan, seperti area perkotaan, industri, dan tempat tinggal. Standar ini ditetapkan oleh otoritas lingkungan dan kesehatan untuk memastikan bahwa tingkat kebisingan di lingkungan manusia berada dalam batas yang aman dan tidak mencemari kesehatan manusia serta kenyamanan. Berikut adalah penjelasan tentang parameter-parameter yang umumnya diukur dalam baku mutu kebisingan:

1. Level Kebisingan (dB)

Level kebisingan diukur dalam desibel (dB) dan merupakan pengukuran absolut tentang seberapa keras suara atau kebisingan di lingkungan tertentu. Baku mutu kebisingan biasanya menentukan level maksimum yang diizinkan dalam berbagai jenis lingkungan, seperti perkotaan, industri, dan perumahan.

2. Durasi Kebisingan

Baku mutu kebisingan dapat mencakup persyaratan untuk durasi kebisingan yang diizinkan dalam sehari. Misalnya, standar ini dapat menentukan batas waktu tertentu ketika tingkat kebisingan harus berada di bawah ambang tertentu, seperti malam hari untuk menghindari gangguan tidur.

3. Tipe Kebisingan

Standar ini dapat mencakup penilaian tipe kebisingan, seperti kebisingan lalu lintas, kebisingan industri, atau kebisingan konstruksi. Baku mutu kebisingan dapat menentukan ambang batas yang berbeda untuk jenis kebisingan tertentu.

4. Pengaruh Kebisingan Terhadap Kesehatan

Standar ini dapat mencakup penilaian dampak kesehatan dari kebisingan, termasuk risiko gangguan pendengaran, gangguan tidur, stres, dan masalah kesehatan lainnya yang dapat disebabkan oleh paparan kebisingan yang berlebihan.

5. Pengendalian dan Pengurangan Kebisingan

Baku mutu kebisingan juga dapat mencakup persyaratan untuk tindakan pengendalian kebisingan, seperti penggunaan penghalang suara atau pemotongan waktu operasi kegiatan bising.

Baku mutu kebisingan bertujuan untuk melindungi kesehatan manusia dan kenyamanan dari dampak negatif kebisingan berlebihan. Standar ini bervariasi berdasarkan jenis lingkungan dan regulasi nasional. Pengawasan ketat dan pemenuhan standar baku mutu kebisingan sangat penting untuk menjaga kualitas lingkungan akustik yang aman dan nyaman bagi masyarakat.

(7)
(8)

KETERKAITAN DAN DAMPAK PADA KESEHATAN MASYARAKAT

Keterkaitan antara baku mutu lingkungan, termasuk baku mutu air, udara, tanah, makanan, pencahayaan, dan kebisingan, dengan kesehatan masyarakat sangat erat. Peraturan dan standar baku mutu lingkungan ada untuk melindungi kesehatan manusia dan mencegah dampak negatif yang dapat timbul akibat pencemaran lingkungan. Berikut adalah beberapa keterkaitan dan dampak dari baku mutu lingkungan pada kesehatan masyarakat:

1. Air Bersih dan Kesehatan

Standar baku mutu air untuk air minum yang tepat dapat mencegah kontaminasi air oleh mikroorganisme patogen dan zat kimia berbahaya. Konsumsi air yang aman adalah kunci untuk mencegah penyakit infeksi dan keracunan kimia.

2. Polusi Udara dan Masalah Pernapasan

Baku mutu udara yang ketat membantu melindungi kesehatan masyarakat dari polusi udara, yang dapat menyebabkan masalah pernapasan seperti asma, bronkitis, dan bahkan kanker paru-paru. Pengendalian emisi polutan udara juga dapat mengurangi angka kematian yang disebabkan oleh polusi udara.

3. Kualitas Tanah dan Pertanian

Baku mutu tanah yang baik dapat mendukung pertanian yang sehat. Tanah yang tercemar oleh logam berat atau pestisida berbahaya dapat mengakibatkan kontaminasi makanan dan mengancam kesehatan masyarakat.

4. Makanan Bersih dan Kesehatan Gizi

Baku mutu makanan mencakup parameter-parameter yang memastikan bahwa makanan yang dikonsumsi adalah aman dan memiliki kandungan gizi yang cukup. Ini penting untuk mencegah keracunan makanan dan masalah gizi.

5. Pencahayaan dan Kesejahteraan

Pencahayaan yang memadai di tempat kerja dan rumah dapat memengaruhi kesejahteraan dan produktivitas manusia. Kebutuhan akan pencahayaan yang baik untuk aktivitas visual dan psikologis, serta tidur yang berkualitas.

6. Kebisingan dan Kesehatan Mental

Kebisingan yang berlebihan dapat menyebabkan stres dan gangguan tidur, yang pada gilirannya dapat berdampak negatif pada kesehatan mental. Keterkaitan ini dapat berdampak pada kesejahteraan dan produktivitas masyarakat.

Dengan menjaga dan mematuhi baku mutu lingkungan, masyarakat dapat meminimalkan risiko pencemaran dan dampak negatifnya terhadap kesehatan. Oleh karena itu, peraturan dan standar lingkungan yang ketat adalah komponen penting dalam melindungi kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Upaya untuk mematuhi dan meningkatkan baku mutu lingkungan adalah langkah penting dalam menjaga kesehatan masyarakat secara keseluruhan.

BAB III : PENUTUP Kesimpulan

Baku mutu lingkungan, termasuk air, udara, tanah, makanan, pencahayaan, dan kebisingan, berperan penting dalam melindungi kesehatan masyarakat dan menjaga kualitas lingkungan. Standar ini membantu mencegah pencemaran, mengendalikan dampak negatif, dan meningkatkan kesejahteraan.

Dengan mematuhi baku mutu lingkungan, kita menjaga lingkungan yang lebih bersih dan masyarakat yang lebih sehat.

Saran

Edukasi dan pelatihan yang luas untuk masyarakat, industri, dan pemangku kepentingan lainnya tentang pentingnya pematuhan baku mutu lingkungan.

(9)

DAFTAR PUSTAKA

Pemerintah Republik Indonesia. (2017). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran Air.

Pemerintah Republik Indonesia. (2017). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 41 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Kualitas Udara.

Pemerintah Republik Indonesia. (2017). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 101 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2007). Pedoman Kualitas Air Bersih.

Badan Standarisasi Nasional (BSN). (2013). SNI 01-3550-1994: Tata cara pengambilan contoh dan pemriksaan air untuk pengujian.

Badan Standarisasi Nasional (BSN). (2017). SNI 03-6571-2001: Kualitas udara - Klasifikasi kualitas udara dan persyaratan

Badan Standarisasi Nasional (BSN). (2015). SNI 19-7118.1-2005: Pedoman teknis manajemen kualitas air minum bagian 1 - Aliran proses produksi air minum.

Bovee, L. C., & Thill, J. V. (2008). Business Communication Today. Pearson Education.

Marno, S., Nugraha, E., Kusumawinahyu, A., & Devara, S. (2017). Pengendalian Kualitas Air Sungai yang Terkontaminasi Logam Berat di Kabupaten Kendal Jawa Tengah dengan Menggunakan Teknik Immobilisasi Asam Asetat. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 11(2), 75-81.

Prasetyaningrum, A., & Farida, S. A. (2017). Pengaruh Kualitas Udara Terhadap Kesehatan Masyarakat di Kawasan Industri Kecil di Karanganyar. Media Kesehatan Masyarakat Indonesia, 13(4), 303-308.

Suratman, S., Majid, M., Sugiri, I., & Kuntoro, D. S. (2018). Kualitas Air dan Kesehatan Masyarakat:

Studi Epidemiologi di Wilayah Sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPAS) Benowo Surabaya. Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia, 17(2), 111-118.

Referensi

Dokumen terkait

Bulumanis Kidul dengan menggunakan perhitungan indeks pencemaran (IP) berdasarkan baku mutu TSS untuk mangrove yaitu dalam kondisi tercemar sedang dengan nilai indeks

Dengan berlakunya Peraturan ini, maka Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Timur Nomor 129 Tahun 1996 tentang Baku Mutu Udara Ambien dan Emisi Sumber

Menimbang : bahwa baku mutu udara am bien dan emisi sumber tidak bergerak sebagaimana diatur dalam Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 39 Tahun 2008 tentang

Nilai beban bagi usaha dan/atau kegiatan industri yang melakukan kegiatan pengolahan gabungan adalah perkalian antara nilai baku mutu kadar dengan nilai kuantitas air

Dan dari hasil pemantuan kualitas udara ambien di Kabupaten dan Kota se Provinsi Jambi masih dibawah standar baku mutu yang telah ditetapkan Kata kunci: Pemantauan, Kualitas

jika dibandingkan dengan baku mutu air kelas I untuk parameter COD berdasarkan PP No 82 Tahun 2001 sebesar 10 mg/L, maka kondisi kualitas air Sungai Pelayaran yang masih dalam

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor PP.21/MENLHK/SETJEN/KUM.1/7/2018 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2014 tentang Baku Mutu Air