Locarno Agreement , yang dirumuskan selama konferensi diplomatik penting yang diadakan di Locarno, Swiss, pada tahun 1968, berdiri sebagai landasan dalam bidang perlindungan dan klasifikasi desain industri global. Di bawah pengawasan Organisasi Kekayaan Intelektual Dunia (WIPO), perjanjian ini mewakili kerangka kerja penting yang mengatur dan menstandarkan sistem klasifikasi internasional untuk desain industri1
Pada intinya, Locarno Agreement pada dasarnya difokuskan pada standarisasi klasifikasi desain industri, yang bertujuan untuk merampingkan pencarian internasional dan memfasilitasi analisis komparatif. Inti dari perjanjian ini adalah penerapan Klasifikasi Locarno, yang merupakan sistem terperinci dan komprehensif yang menggabungkan berbagai kelas, subkelas, dan catatan penjelasan. Selain itu, sistem ini juga mencakup katalog alfabetis yang luas yang mencakup berbagai macam barang yang mengintegrasikan desain industri, dengan cermat menunjukkan kelas dan subkelas yang sesuai.
Sistem klasifikasi ini sangat luas, mencakup banyak sekali komoditas mulai dari bahan makanan hingga pakaian, aksesori perjalanan, barang-barang rumah tangga, dan mesin yang digunakan di berbagai industri. Lebih dari sekadar membantu dalam kategorisasi standar, sistem Klasifikasi Locarno mendorong komunikasi yang efektif dan saling pengertian di antara negara-negara. Ini berfungsi sebagai katalisator untuk upaya kolaboratif dalam bidang perlindungan desain industri internasional, mempromosikan sinergi dan kerja sama di antara negara-negara yang berpartisipasi.
Berpartisipasi dalam Locarno Agreement menawarkan banyak sekali keuntungan bagi negara-negara yang terlibat. Perjanjian ini pada dasarnya memfasilitasi proses yang lebih lancar untuk mendaftarkan desain internasional dengan menyederhanakan prosedur birokrasi.
Penyederhanaan ini tidak hanya mengurangi kerumitan pendaftaran desain tetapi juga memastikan sistem standar untuk mengklasifikasikan desain-desain ini. Akibatnya, menjadi lebih mudah bagi pengguna untuk mengakses informasi tentang desain yang terdaftar dari berbagai wilayah, mempromosikan transparansi dan koherensi dalam lanskap desain global.
Perjanjian ini memainkan peran penting sebagai landasan untuk melindungi dan membuat katalog desain industri dalam skala global. Signifikansinya terletak pada penyediaan kerangka kerja terstruktur bagi negara-negara untuk menyelaraskan praktik desain industri 1Martinus Pasaribu, Y. (n.d.). Industrial Design classification based on Locarno Classification.
https://doi.org/10.13140/RG.2.2.30037.24809
mereka. Melalui sistem klasifikasi komprehensif yang diintegrasikan ke dalam dokumentasi resmi, negara-negara anggota dapat menyelaraskan pendekatan mereka, mendorong konsistensi dan kolaborasi dalam perlindungan desain industri.
Terlepas dari ketidakhadiran Indonesia dalam Locarno Agreement , namun demikian, Indonesia memiliki keterlibatan yang signifikan dalam hak kekayaan intelektual (HKI) melalui keanggotaannya di Organisasi Kekayaan Intelektual Dunia (WIPO) dan partisipasi aktif dalam berbagai perjanjian internasional yang terkait dengan kekayaan intelektual.
Meskipun tidak secara langsung terkait dengan Locarno Agreement , keterlibatan Indonesia dalam WIPO memungkinkan Indonesia untuk terlibat dalam diskusi dan peraturan global mengenai kekayaan intelektual, termasuk aspek-aspek yang terkait dengan perlindungan desain industri.
Sikap dan peran Indonesia dalam Locarno Agreement itu sendiri mungkin tidak substansial atau aktif karena status keanggotaannya yang tidak aktif. Namun, keterlibatannya yang lebih luas dalam domain hak kekayaan intelektual menunjukkan komitmennya untuk memahami dan berkontribusi pada diskusi dan peraturan global yang berkaitan dengan HKI, yang secara tidak langsung memengaruhi praktik perlindungan desain industri di dalam negeri2
Indonesia secara aktif terlibat dalam bidang hak kekayaan intelektual (HKI). Sebagai anggota Organisasi Kekayaan Intelektual Dunia (WIPO), Indonesia berpartisipasi dalam berbagai perjanjian internasional terkait HKI. Meskipun tidak secara langsung terkait dengan Locarno Agreement , keanggotaan Indonesia di WIPO memberikan Indonesia sebuah platform untuk mengambil bagian dalam diskusi dan peraturan global mengenai kekayaan intelektual, termasuk perlindungan untuk desain industri. Keterlibatan aktif ini menekankan komitmen Indonesia untuk menegakkan hak kekayaan intelektual, menunjukkan dedikasi untuk menyelaraskan diri dengan kerangka hukum yang relevan bahkan tanpa partisipasi langsung dalam perjanjian khusus seperti Locarno.
2World Intellectual Property Organization. (1994). International classification for industrial designs : under the Locarno Agreement of October 8, 1968. World Intellectual Property Organization.
DAFTAR PUSTAKA
Martinus Pasaribu, Y. (n.d.). Industrial Design classification based on Locarno Classification.
https://doi.org/10.13140/RG.2.2.30037.24809
World Intellectual Property Organization. (1994). International classification for industrial designs : under the Locarno Agreement of October 8, 1968. World Intellectual Property Organization.