• Tidak ada hasil yang ditemukan

PDF Naskah Akademis Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Jembrana ... - Unud

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "PDF Naskah Akademis Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Jembrana ... - Unud"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

Khususnya dalam rapat dengar pendapat, masukan dari masyarakat sangat diperlukan untuk penyempurnaan naskah akademis dan asli rancangan peraturan daerah Kabupaten Jembrana tentang penanaman modal. Pengaturan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan penanaman modal akan mampu memenuhi kepentingan masyarakat (kepentingan umum), namun tetap memperhatikan kepentingan penanam modal (kepentingan dunia usaha) dan sebaliknya. Organisasi ruang untuk penanaman modal. ruang lingkupnya dalam satu kabupaten/kota dan merupakan urusan pemerintah kabupaten/kota.

Penanaman modal pada kabupaten/kota, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota dapat. konsultasi dengan Dewan Koordinasi Penanaman Modal.

IDENTIFIKASI MASALAH

Dalam rangka memberikan kepastian hukum dan meningkatkan daya saing serta memberikan keseimbangan dan keadilan dalam pelayanan, diharapkan dapat meningkatkan realisasi penanaman modal. 18 Berdasarkan latar belakang di atas dapat diidentifikasi permasalahannya, yaitu bahwa penanaman modal merupakan suatu hal yang mendapat perhatian sehingga perlu diatur, oleh karena itu perlu adanya Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Jembrana yang berkaitan dengan penanaman modal. Apa pertimbangan atau landasan filosofis, sosiologis, dan hukum pembentukan Raperda Kabupaten Jembrana terkait Penanaman Modal?

Apa saja sasaran yang ingin diwujudkan, ruang lingkup pengaturan, ruang lingkup dan arah pengaturan dalam Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Jembrana tentang Penanaman Modal.

TUJUAN DAN KEGUNAAN KEGIATAN PENYUSUNAN NASKAH AKADEMIK

Merumuskan tujuan yang ingin dicapai, ruang lingkup pengaturan, ruang lingkup dan arah pengaturan dalam rancangan peraturan daerah kabupaten Jembrana tentang penanaman modal. Pemanfaatan penyusunan naskah akademik ini menjadi acuan penyusunan dan pembahasan rancangan peraturan daerah Kabupaten Jembrana tentang penanaman modal.

METODE PENELITIAN PENYUSUNAN NASKAH AKADEMIK

Hermeneutika hukum pada hakikatnya adalah suatu metode penafsiran teks hukum yang memperlihatkan aspek eksplisit yaitu bunyi teks hukum, dan aspek implisit yaitu gagasan di balik teks hukum. Oleh karena itu, untuk mencapai pemahaman yang utuh mengenai makna teks hukum, diperlukan pemahaman mengenai pemikiran dibalik terbentuknya teks hukum dan wawasan terhadap konteks kekinian ketika teks hukum diterapkan atau diinterpretasikan. Kebenaran dalam ilmu forensik merupakan kebenaran intersubjektif, oleh karena itu penting untuk mengkonfirmasi dan mempertemukan teori, konsep dan pemikiran para peneliti yang mempunyai otoritas di bidang keilmuannya mengenai penelitian tematik tersebut dalam penyusunan naskah akademik ini.2.

2 Disadur dari Gede Marhaendra Wija Atmaja, “Politik Pluralisme Hukum dalam Pengakuan Kesatuan Masyarakat Common Law dengan Peraturan Daerah”, Disertasi PhD, Program Doktor Ilmu Hukum, Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, Malang, 2012, P.

KAJIAN TEORITIS

Teori Perundang-undangan

Ungkapan di atas menunjukkan bahwa kekuasaan negara dibagikan kepada daerah, sehingga memberikan daerah kekuasaan untuk mengatur keluarganya sendiri. Dengan fungsi tersebut dilihat dari sudut “asas legalitas” (tindakan pemerintah berdasarkan undang-undang) menunjukkan kewenangan pemerintah daerah untuk membentuk peraturan daerah. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, yang dimaksud dengan Peraturan Daerah Kabupaten adalah Peraturan Perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten dengan persetujuan bersama dari Bupati.

Menurutnya, peraturan perundang-undangan primer disebut juga dengan undang-undang, sedangkan peraturan perundang-undangan sekunder disebut dengan “tindakan eksekutif”, peraturan perundang-undangan yang didelegasikan, atau peraturan perundang-undangan sekunder.4 Peraturan Daerah mempunyai sifat yang sama dengan undang-undang.

Teori Penjenjangan Norma

Pengaturan yang demikian menunjukkan bahwa peraturan yang lebih rendah tidak boleh bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi, atau dengan kata lain peraturan yang lebih rendah didasarkan pada peraturan yang lebih tinggi. Melihat ketentuan Peraturan Daerah Kabupaten pada huruf g tersebut di atas, maka bentuknya harus mengacu pada peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud pada huruf a sampai dengan f.

Konsep Negara Hukum

25 Secara teori, pemikiran “rule of law” Eropa Kontinental bermula dari pemikiran Immanuel Kant, kemudian dikembangkan oleh J.F Stahl. Ciri-ciri negara hukum dikemukakan oleh Friedrich Julius Stahl dalam penjelasannya tentang “Konsep Negara Hukum” (Rechtstaat), yang berbeda dengan konsep negara hukum Anglo-Saxon yaitu The Rule of Law. Sebab dengan adanya Perda ini akan menjamin dan melindungi hak asasi warga negara terkait kebutuhan pangan, serta melindungi hak-hak petani di Kabupaten Jembrana.

Karena dengan adanya peraturan daerah ini akan menjamin dan melindungi iklim investasi yang baik dan investasi berkelanjutan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Jembrana).

Asas-Asas Pembentukan Peraturan Perundang-undangan

Yang dimaksud “asas kejelasan tujuan” adalah bahwa setiap Pembentukan Peraturan Perundang-undangan harus mempunyai tujuan yang jelas yang hendak dicapai. Asas dapat dilaksanakan” adalah bahwa setiap Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan harus memperhitungkan efektivitas Peraturan Perundang-Undangan tersebut di dalam masyarakat, baik secara filosofis, sosiologis, maupun yuridis. Selanjutnya yang dimaksud dengan “asas kedayagunaan dan kehasilgunaan” adalah bahwa setiap Peraturan Perundang-Undangan dibuat karena memang benar-benar dibutuhkan dan bermanfaat dalam.

Asas keterbukaan maksudnya dalam pembentukan peraturan perundang-undangan, mulai dari perencanaan, penyusunan, pembahasan, pengesahan atau penetapan, dan pengundangan, bersifat transparan dan terbuka. Yang dimaksud dengan 'asas perlindungan' adalah bahwa seluruh materi yang terkandung dalam Peraturan Perundang-undangan harus berfungsi memberikan perlindungan sehingga menciptakan ketentraman masyarakat. Yang dimaksud dengan “asas kebangsaan” adalah segala materi yang terkandung dalam Peraturan Perundang-undangan harus mencerminkan sifat dan watak bangsa Indonesia yang majemuk, dengan tetap menjaga prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Yang dimaksud dengan “asas Bhinneka Tunggal Ika” adalah isi peraturan perundang-undangan harus memperhatikan keberagaman penduduk, agama, suku, dan golongan. Yang dimaksud dengan 'asas keadilan' adalah setiap materi yang dimasukkan dalam ketentuan peraturan perundang-undangan harus mencerminkan keadilan yang proporsional bagi setiap warga negara. Yang dimaksud dengan “asas keseimbangan, keselarasan, dan koordinasi” adalah bahwa setiap materi yang terkandung dalam Peraturan Perundang-undangan harus mencerminkan keseimbangan, keselarasan, dan koordinasi antara kepentingan perseorangan, masyarakat, dan kepentingan bangsa dan negara.

Dengan demikian, dalam penyusunan Peraturan Daerah tentang Penanaman Modal, asas-asas pembentukan peraturan perundang-undangan tersebut dijadikan pedoman dalam penyusunannya. Yang dimaksud dengan “asas kepastian hukum” adalah asas dalam suatu peraturan hukum yang menetapkan peraturan perundang-undangan sebagai landasan bagi setiap kebijakan dan tindakan di bidang penanaman modal.

Konsep Penanaman Modal…

Penanaman modal (investment) memegang peranan yang sangat penting dalam mendorong dan mendorong pertumbuhan ekonomi suatu negara atau wilayah. Syarat minimal untuk mencapai iklim investasi yang saling menguntungkan adalah: (i) asas memberikan manfaat bagi rakyat, (ii) asas kemandirian perekonomian nasional dari modal asing, (iii) asas insentif, dan (iv ) prinsip modal jaminan penanaman modal. Penanaman modal penting untuk diperhatikan, yaitu terkait dengan kebijakan dasar penanaman modal.

Kebijakan dasar penanaman modal diatur dalam Pasal 4 Undang-Undang Nomor 1) Pemerintah menetapkan kebijakan dasar penanaman modal untuk: Mendorong terciptanya iklim usaha nasional yang kondusif bagi penanaman modal untuk memperkuat daya saing perekonomian nasional. Menjamin keamanan hukum, keamanan usaha dan keamanan usaha bagi penanam modal mulai dari proses perizinan sampai dengan akhir kegiatan penanaman modal sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Pada dasarnya para investor, baik investor dalam negeri maupun asing, yang berinvestasi di Indonesia diberikan berbagai keuntungan (kenyamanan) dalam berinvestasi. Ketentuan mengenai manfaat investasi diatur dalam UU No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Untuk urusan penyelenggaraan penanaman modal, pemerintah dan/atau pemerintah daerah menjamin kepastian dan keamanan berusaha dalam pelaksanaan penanaman modal.

Penyelenggaraan urusan pemerintahan di bidang penanaman modal yang merupakan urusan wajib pemerintahan daerah dengan memperhatikan kriteria sebagai berikut: Eksternalitas, Tanggung Jawab, dan Efisiensi penyelenggaraan kegiatan penanaman modal. Penanaman modal yang berkaitan dengan fungsi pemersatu dan penghubung antar daerah atau antar provinsi;

KAJIAN TERHADAP PRAKTIK PENYELENGGARAAN, KONDISI YANG ADA, SERTA PERMASALAHAN YANG DIHADAPI MASYARAKAT

  • Landasan Filosofis
  • Landasan Sosiologis
  • Landasan Yuridis
  • Sasaran yang akan Diwujudkan
  • Arah dan Jangkauan Pengaturan
  • Ruang Lingkup Materi Muatan

Kepastian hukum, yaitu asas dalam keadaan hukum yang menetapkan peraturan perundang-undangan sebagai landasan dalam setiap kebijakan dan tindakan dalam kegiatan penanaman modal. Akuntabilitas, yaitu asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir realisasi penanaman modal harus bertanggung jawab kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 49 Terbentuknya Perda Jembrana tentang Penanaman Modal akan berimplikasi pada aspek keuangan daerah.

Tindakan evaluasi terhadap peraturan perundang-undangan berkaitan dengan evaluasi apakah rancangan peraturan daerah yang akan dibentuk bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi atau tidak. Penerapan teori keberlakuan hukum ini telah menjadi bagian dari salah satu asas terbentuknya peraturan perundang-undangan yang baik, yang diatur dalam Pasal 5 huruf d UU No. Selain asas-asas yang disebutkan dalam Pasal 5, peraturan perundang-undangan juga harus memuat asas-asas lain yang diatur dalam Undang-undang No.

12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, yang mengatur bahwa “Pancasila adalah sumber dari segala sumber hukum tata negara. Oleh karena itu, dalam pembentukan Rancangan Peraturan Daerah ini harus menyesuaikan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. Berdasarkan Pasal 7, ayat 1 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, hierarki peraturan perundang-undangan adalah UUD, TAP MPR, Undang-Undang/Perppu, PP, Keputusan Presiden, Perda Provinsi, dan Perda Kabupaten/Kota.

Untuk mewujudkan tujuan hukum yang baik, perlu juga dilakukan penyesuaian terhadap asas pembentukan ketentuan hukum dan asas substantif isi ketentuan hukum, yang diatur dalam § 5 dan § 6 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang penyusunan ketentuan hukum. Secara umum materi muatan yang akan dirumuskan dalam rancangan peraturan daerah Kabupaten Jembrana tentang penanaman modal terdiri atas:

KETENTUAN UMUM

Arah rancangan Peraturan Daerah Jembrana tentang Penanaman Modal adalah untuk meningkatkan taraf hidup petani. memberikan dukungan yang baik kepada seluruh pemangku kepentingan dalam rangka penanaman modal).

PENINGKATAN PENANAMAN MODAL BABV KETENAGAKERJAAN

PEMBERIAN INSENTIF DAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL

PERAN SERTA PEMERINTAH DAERAH I SANKSI

KETENTUAN PENUTUP

SARAN

3 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4724); Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2008 tentang Pedoman Pemberian Insentif dan Kemudahan Penanaman Modal di Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 88, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4861); Penanaman Modal adalah segala bentuk kegiatan penanaman modal, baik yang dilakukan oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk melakukan usaha di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Penanaman Modal Dalam Negeri adalah kegiatan menanam modal untuk berusaha di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal dalam negeri dengan menggunakan modal dalam negeri. Pemodal adalah orang perseorangan atau badan usaha yang melakukan penanaman modal yang dapat berupa penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing. Penanam modal dalam negeri adalah perseorangan warga negara Indonesia, badan usaha Indonesia, Negara Kesatuan Republik Indonesia, atau daerah yang melakukan penanaman modal di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Penanam modal asing adalah perseorangan warga negara asing, badan usaha asing, dan/atau pemerintah asing yang menanam modal di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pemberian insentif merupakan dukungan pemerintah daerah kepada investor untuk mendorong lebih banyak investasi di daerah. Pemberian fasilitas adalah pemberian fasilitas oleh pemerintah daerah kepada investor untuk memudahkan setiap kegiatan penanaman modal sehingga mendorong lebih banyak penanaman modal di daerah.

Kebijakan investasi daerah meliputi: a. pengelolaan data dan sistem informasi investasi; distribusi, pendidikan dan pelatihan investasi. Pelaksanaan kebijakan pelayanan penanaman modal sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 huruf c, meliputi: a. hak, kewajiban dan tanggung jawab penanam modal; Pengendalian pelaksanaan penanaman modal Pasal 19 1) Pengendalian pelaksanaan penanaman modal menurut Pasal 4 huruf d meliputi: a. fasilitas penanaman modal bagi investor; pelaksanaan kewajiban sebagai investor.

Ketentuan mengenai bidang atau jenis usaha yang terbuka bagi kegiatan penanaman modal dapat berlaku untuk insentif dan fasilitas yang diatur dengan Peraturan Bupati.

SANKSI

PASAL DEMI PASAL Pasal 1

Referensi

Dokumen terkait

Peraturan daerah tersebut juga bertentangan dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, khususnya Pasal 3 ayat (1) yang

Definisi Peraturan Daerah kabupaten/kota menurut Pasal (1) ayat 8 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 tahun 2011 tentang Pembentukan peraturan perundang-

b) Peraturan .... 2) Dasar hukum pembentukan Peraturan Daerah adalah Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Undang-Undang tentang

Peraturan perundang- undangan menurut Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara

Peraturan perundang-undangan berdasarkan Pasal 7 ayat (1) Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (UU

Pasal 57 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan, menekankan bahwa Penyusunan Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah

Berdasarkan kewenangan pembentukan Peraturan Daerah ini yang diperoleh dari Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Pasal 7 ayat