• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lokasi Kegiatan Industri dan Metode Analisis Lokasi Industri

N/A
N/A
Alvita Dewi

Academic year: 2024

Membagikan "Lokasi Kegiatan Industri dan Metode Analisis Lokasi Industri"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

Nama : Alvita Dewi NIM : 21040122120032 Kelas : D

Lokasi Kegiatan Industri dan Metode Analisis Lokasi Industri

Faktor lokasi untuk kegiatan industri

❖ Faktor lokasi dari sisi makro

• Transportasi (jarak terhadap pemaksok & konsumen, ketersediaan komunikasi, posisi terhadap: jaringan jallan, kereta api, bandara, Pelabuhan)

• Tenaga kerja (ketersediaan tenaga kerja, keterampilan, upah tenaga kerja, tempat pelatihan tenaga kerja, kondisi social budaya masyarakat setempat)

• Iklim

• Pajak, retribusi, pungutan, intensif

❖ Faktor lokasi dari sisi mikro

• Lahan

• Layanan transportasi

• Penyediaan energi & air bersih

• Pengolahan limbah cair & padat

• Kegiatan usaha yang berdekatan

Pertimbangan dalam pemilihan lokasi industri

▪ Lokasi sumber daya & pasar

▪ Mengubah permintaan produk

▪ Biaya transportasi untuk perakitan & distribusi

▪ Variasi biaya produksi; terutama biaya tenaga kerja, juga biaya lahan, biaya pemanasan &

pendinginan pabrik, pembuangan limbah, dan pajak perusahaan & inventaris

▪ Skala operasi

▪ Teknik produksi – padat tenaga kerja / padat modal

▪ Ketersediaan modal

▪ Kebijakan pemerintah → berfungsi mendorong industri agar berlokasi di kawasan khusus dengan menjamin pasar, menyediakan lahan dan/atau pegawai terlatih & pengurangan pajak

▪ Perekonomian aglomerasi dicapai melalui ketersediaan layanan khusus & hubungan antar industri antara pemasok & pelanggan dalam wilayah manufaktur khusus

▪ Faktor kemudahan → sekolah unggulan / lokasi yang berdekatan dengan universitas, yang menawarkan kumpulan calon karyawan. Iklim yang sejuk, fasilitas budaya, dan lokasi pinggiran kota sangat penting bagi pengelolaan

Klasifikasi industri

• Orientasi sumber daya: memanfaatkan bahan mentah yang besar / mudah rusak biasanya mencari lokasi yang dekat dengan sumber bahan mentah. Misal industri pertambangan, pengalengan buah

(2)

• Orientasi pasar: memiliki biaya distribusi tinggi berkorelasi positif dengan lokasi penduduk. Misal industri percetakan, peralatan & perlengkapan kantor

• Orientasi opsional: industri dapat berorientasi pada pasar atau sumber daya karena kemampuan untuk mengatur ulang (pertukaran) teknik produksi untuk memaksimalkan keuntungan dari lokasi alternatif

Klaster industri

Menurut Porter (1990), klaster industri adlah konsentrasi geografis dari perusahaan yang saling berhubungan, pemasok khusus, penyedia layanan, perusahaan di industri terkait, dan organisasi terkait (seperti universitas, lemaga standar, asosiasi perdagangan) dalam bidang tertentu yang dihubungkan oleh kesamaan dan saling melengkapi. Ada persaingan dan juga kerja sama.

Keterkaitan pusat pertumbuhan dan pengembangan industri

• Dalam proses pembangunan akan timbul industri unggulan yang merupakan industri penggerak utama dalam pembangunan daerah

• Pemusatan industri pada suatu daerah akan mempercepat pertumbuhan ekonomi

• Kegiatan ekonomi yang timbul merupakan gabungan dari sistem industri-industri unggulan dengan industri-industri yang tergantung dari industri unggulan

Konsepsi ekonomi spasial dalam pengembangan industri 1. Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri (WPPI)

Beberapa Zona Industri yang memiliki potensi untuk tumbuh dan berkembangnya kegiatan industri dan mempunyai keterkaitan ekonomi yang bersifat dinamis karena didukung sistem perhubungan yang mantap

2. Zona Industri

Satuan geografis sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya kegiatan industri baik berupa industri dasar yang berorientasi pada SDA, industri kunci yang bertumpu kepada pengolahan potensi pembangunan yang ada, maupun industri hilir yang berorientasi kepada konsumen akhir dengan populasi tinggi, sebagai penggerak utama (prime mover) yang secara keseluruhan membentuk berbagai kawasan-kawasan yang terpadu dan beraglomerasi dalam kegiatan ekonomi yang mempunyai daya ikat spasial, sehingga mewujudkan suatu sistem ekonomi dalam batasan jarak tertentu.

Pengelompokan lokasi industri besar dan menengah

▪ Kompleks Industri → berlokasi di luar kota dan jauh dari permukiman penduduk, terutama untuk menampung industri-industri dasar dan lebih dikenal dengan istilah Kompleks Industri yang menjadi inti Zona Industri.

▪ Estat Industri (Industrial Estate) → lahan yang dipersiapkan secara khusus guna menampung industri-industri yang bersifat manufaktur yang dikelola oleh suatu manajemen terpusat, dengan luasan yang cukup memadai bagi pengembangan sistem kegiatan industri yang terintegrasi yang lokasinya masih di dalam radius pelayanan sarana dan prasarana perkotaan.

▪ Lahan Peruntukan Industri / Kawasan Industri (Umum) → lokasi industri yang telah ditetapkan dalam Master Plan suatu daerah/kota yang biasanya terletak pada jalur jalan

(3)

regional di luar wilayah yang dapat bersifat pertumbuhan pita / plotting setempat dan masih berbaur dengan kegiatan lain secara lebih teratur.

▪ Kawasan Berikat → berlokasi pada areal yang mempunyai tingkat aksesbilitas tinggi, baik ke pelabuhan maupun airport, mempunyai ketentuan-ketentuan pabean khusus dan dimaksudkan untuk proses pengolahan manufaktur dan pergudangan berorientasi ekspor.

Pengelompokan lokasi industri kecil

▪ Permukiman Industri Kecil → biasanya berbaur dengan permukiman para pengusaha dan pengrajin dalam tingkat aglomerasi yang cukup besar dari beraneka ragam jenis industri kecil terkait, terletak di daerah pinggiran kota (daerah semi urban).

▪ Sentra Industri Kecil → berbaur atau tidak berbaur dengan daerah permukiman para pengrajin dalam jumlah relatif kecil atau industri-industri sejenis dan terletak di dalam kota atau di pedesaan.

▪ Sarana Usaha Industri Kecil (SUIK) → tempat-tempat usaha industri kecil yang dikelompokkan dan disediakan oleh suatu badan tertentu yang berupa los-los kerja. SUIK dimaksudkan untuk menunjang dan bekerjasama secara langsung dengan industri besar, biasanya terletak di dalam suatu estet industri.

Strategi pengembangan industri

❖ Industri substitusi import → diharapkan bisa menghasilkan barang-barang baru di dalam negeri yang semula di import. Melakukan proteksi untuk membatasi barang-barang import.

❖ Industri promosi eksport → hasil produksi dalam negeri mempunyai daya saing internasional yang kuat didorong untuk kepentingan eksport.

Pengembangan industri berdasar potensi pasar

• Industri Padat SDA, mempunyai potensi yang kuat dari sisi internal supply → dapat didukung oleh litbang dalam negeri. Kriteria pemilihan industri: nilai ekspor, kandungan lokal, orientasi pasar, dan nilai produksi.

• Industri Padat Tenaga Kerja → perlu meningkatkan keterampilan dan produktivitas tenaga kerja, baik melalui penanaman modal maupun penerapan teknologi. Kriteria pemilihan industri: nilai ekspor, penyerapan tenaga kerja, nilai tambah per tenaga kerja, orientasi pasar, dan nilai produksi.

• Industri Padat Modal → perlu meningkatkan penanaman modal asing. Kriteria pemilihan industri: total investasi, ICOR, nilai tambah, orientasi pasar, dan nilai produksi

• Industri Padat Teknologi → perlu meningkatkan penguasaan teknologi, baik melalui alih teknologi maupun melalui teknologi yang menyatu pada barang modal yang diimpor.

Kriteria pemilihan industri: nilai ekspor, kandungan impor, nilai tambah, nilai produksi, orientasi pasar, biaya litbang, dan pelatihan tenaga kerja.

Tujuan pengembangan industri

❖ Mendorong suatu wilayah meraih keunggulan daya saing yang berkelanjutan (sustainable competitive advantage)

❖ Menciptakan pertumbuhan wilayah yang dinamis

❖ Meningkatkan nilai tambah melalui pengembangan produk-produk unggulan

(4)

Pengembangan klaster industri

1. Memperkuat industri-industri yang terdapat dalam rantai nilai, yang mencakup industri inti, industri terkait, dan industri pendukung dengan keunggulan lokasi, yang dapat mendorong keunggulan komparatif menjadi keunggulan kompetitif.

2. Memperkuat keterkaitan antar klaster dalam satu sektor maupun dengan klaster pada sektor lainnya, sekaligus mendorong kemitraan antara IKM dengan perusahaan besar dan kaitan interaktif yang relevan lainnya, sehingga membentuk jaringan industri serta struktur yang mendukung peningkatan nilai tambah melalui peningkatan produktivitas.

3. Mendorong tumbuhnya industri terkait yang memerlukan pasokan bahan baku dan penolong yang sama, sehingga memperkuat partnership antara industri prioritas, terkait, dan pendukung.

4. Memfasilitasi upaya-upaya pemasaran dalam maupun luar negeri.

Referensi

Fielding, G. J. (1974). Geography as Social Science. New York: Harper and Row Porter, E. M. (1990). The Competitive Advantage of Nations. Harvard Business Review.

Santoso, E. B., Umilia, E., & Aulia, B. U. (2012). Diktat Analisis Lokasi dan Keruangan (RP09-1209). Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh November.

Setiono, D. N. S. (2011). Ekonomi Pengembangan Wilayah: Teori dan Analisis. Jakarta:

Universitas Indonesia.

Referensi

Dokumen terkait

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi industri pariwisata yang dianalisis dengan metode regresi kuadrat terkecil menunjukan bahwa jumlah restoran tidak berpengaruh

• Oleh karena itu, sebelum menggunakan analisis makro untuk mengestimasi earning multiplier untuk industri, kita perlu mengevaluasi terlebih dahulu kualitas hubungan antara

Penentuan prioritas pengembangan lokasi industri menengah dan besar dilakukan dengan menggunakan metode matching yang memadukan antara dua variabel yaitu peta

• analisis tentang dampak/ keterkaitan antara kegiatan di suatu lokasi dengan berbagai kegiatan lain pada lokasi lain. • Kedekatan dan kejauhan serta

“METODE ITERASI GAUSS-SEIDEL DAN DIFERENSIASI NUMERIK”. Nama : Rian Adi Wirawan NIM : 21060112130134 Kelas

Judul : i Jenis, Harga Kayu Komersil dan Analisis Ekonomi pada qqqqqqqqqqqqqqa Industri m Kayu Sekunder Panglong di Kota Padangsidimpuan Nama : Karim Indra Muda Lubis.. NIM

Pada bab ini akan dipaparkan mengenai peningkatan dukungan Kabupaten Bangkalan sebagai daerah lokasi kegiatan sektor industri di Propinsi Jawa Timur, terkait pembangunan

vii ABSTRAK Judul Tesis : Persepsi Terhadap Ayat-Ayat Keberkahan Dalam Al- Qur’an Studi Analisis Pemahaman Pengusaha Industri Islami Jakarta Nama : Muhammad Farhan Mauludi NIM :