• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mahasiswa Program Studi Keperawatan Program Diploma Tiga Universitas Kusuma Husada Surakarta [email protected]

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Mahasiswa Program Studi Keperawatan Program Diploma Tiga Universitas Kusuma Husada Surakarta [email protected]"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Program Studi Diploma Tiga Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kusuma Husada 2021

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN POST OPERASI FRAKTUR FEMUR DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN AMAN NYAMAN : NYERI AKUT

Nadila Nur Hafifah1,Meri Oktariani, S.Kep., NS., M.Kep 2

Mahasiswa Program Studi Keperawatan Program Diploma Tiga Universitas Kusuma Husada Surakarta

[email protected]

2Dosen Program Studi D3 Keperawatan Universitas Kusuma Husada Surakarta [email protected]

Abstrak

Fraktur atau patah tulang adalah kondisi dimana kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan terputus secara sempurna atau sebagian yang disebabkan oleh rudapaksa atau osteoporosis atau juga karena trauma.ssat ini masalah muskoloskeletal telah menjadi masalahyang banyak dijumpai di pusa pelayanan kesehatan. Tujuan studi kasus ini adalah untuk mengetahui gambaran pelaksanaan asuhan keperawatan pasien fraktur femur dalam pemenuhan kebutuhan rasa aman nyaman. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan metode pendekatan studi kasus. Subjek dalam studi kasus ini dipilih satu pasien sebagai subjek studi kasus yaitu pasien fraktur femur dengan nyeri akut diruang flamboyan 2 RSUD kota salatiga. Hasil sudi menunjukkan bahwa pengelolaan asuhan keperawatan pada pasien pasien fraktur femur dengan nyeri akut yang dilakukan tindakan terapi musik religi sebanyak 4 kali dalam rentang waktu 3x24 jam diperoleh hasil adanya penurunan intensitas skala nyeri sebelum dan sesudah dilakukan terapi musik religi. Setelah dilakukan terapi musik religi mulai hari pertama dengan hari ketiga terjadi penurunan nyeri tindakan petama sakal 7 menjadi 4 tindakan terapi musik ke empat. Rekomendasi tindakan terapi musik religi efektif dalam menurukan intensitas tingkat skala nyeri, sehingga memenuhi kebutuhan rasa aman nyaman: nyeri.

Kata kunci: fraktur femur, nyeri, terapi musik religi

(2)

Study Program of Nursing Diploma Three Faculty of Health Science University of Kusuma Husada

2021

NURSING OF PATIENTS POST OPERATION OF FEMUR FRACTURE IN THE FULFILLMENT OF SAFE COMFORT : ACUTE PAIN NEEDS

Nadila Nur Hafifah1,Meri Oktariani, S.Kep., NS., M.Kep 2

Student of Nursing Study Program Diploma Three University of Kusuma Husada Surakarta

[email protected]

2 Lecturer of Nursing Study Program D3, University of Kusuma Husada Surakarta [email protected]

Abstract

Fractures are conditions where the continuity of bone tissue and or cartilage is completely or partially interrupted due to forces or osteoporosis or also due to trauma.

Today, musculoskeletal problems have become a problem that is often found in health care centers. The purpose of this case study is to describe the implementation of nursing for patients with femoral fractures in meeting the needs for a sense of security and comfort. This type of research is descriptive using a case study approach. The subject in this case study selected one patient as the subject of the case study, namely a femoral fracture patient with acute pain in Flamboyant Room 2, Salatiga City Hospital. The results of the study showed that the management of nursing in patients with femoral fractures with acute pain who performed religious music therapy 4 times in a span of 3x24 hours resulted in a decrease in the intensity of pain scale before and after religious music therapy. After doing religious music therapy starting from the first day to the third day there was a decrease in pain from the scale of 7 to 4 on the fourth music therapy action. Recommendations for religious music therapy are effective in reducing the intensity of the pain scale, thus meeting the need for a sense of security and comfort:

pain.

Key words: femur fracture, pain, religious music therapy

(3)

PENDAHULUAN

Fraktur merupakan patah tulang yang disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik, kekuatan dan sudut tenaga fisik, keadaan tulang itu sendiri, serta jaringan lunak di sekitar tulang akan menentukan apakah fraktur terjadi lengkap atau tidak lengkap (Noor Zairin, 2017). Fraktur merupakan terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya disebabkan oleh tekanan atau trauma (Asikin, dkk, 2016).

Hasil survey dari Badan Badan Kesehatan Dunia (WHO) mencatat pada tahun 2011-2012 terdapat 5,6 juta orang meninggal dunia dan 1,3 juta orang menderita fraktur akibat kecelakaan lalu lintas. Kasus fraktur di Indonesia mencapai prevalensi sebesar 5,5% (Kemenkes RI, 2018). Fraktur pada ekstremitas bawah akibat dari kecelakaan lalu lintas memiliki prevalensi paling tinggi diantara fraktur lainnya yaitu sekitar 46,2% dari 45.987 orang dengan kasus fraktur ekstremitas bawah akibat kecelakaan lalu lintas (Purnomo & Asyita,2017). Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 juga menyebutkan bahwa kejadian kecelakaan lalu lintas di daerah Jawa Tengah sebanyak 6,2% mengalami fraktur.

Menurut Desiartama & Aryana (2017) di Indonesia kasus fraktur femur merupakan yang paling sering yaitu sebesar 39% diikuti fraktur humerus (15%), fraktur tibia dan fibula (11%), dimana penyebab terbesar fraktur femur adalah kecelakaan lalu lintas yang biasanya disebabkan oleh kecelakaan mobil

motor, atau kendaraan rekreasi (62,6%) dan jatuh (37,3%) dan mayoritas adalah pria (63,8%). 4,5%

Puncak distribusi usia pada fraktur femur adalah pada usia dewasa (15 - 34 tahun) dan orang tua (diatas 70 tahun).

Penanganan fraktur terbagi menjadi dua jenis yaitu secara konservatif (tanpa pembedahan) dan dengan pembedahan. Tindakan pembedahan salah satunya pemasangan Open Reduction Internal Fixation (ORIF) sebagai alat fiksasi atau penyambung tulang yang patah. Dengan tujuan agar fragment dari tulang yang patah tidak terjadi pergeseran dan dapat menyambung lagi dengan baik tindakan ini menimbulkan suatu perasaan tidak nyaman yang biasa disebut dengan nyeri (Muttaqin, 2011).

Nyeri biasanya ditimbulkan oleh kerusakan pada jaringan akibat spasme otot atau penekanan pada saraf sensoris. Rasa nyeri merupakan stressor yang dapat menyebabkan stres dan ketegangan dimana individu dapat berespon secara biologis dan perilaku yang menimbulkan respon fisik dan psikis (Suwondo, 2017)

Pada pasien dengan fraktur dalam penatalaksanaan nyeri meliputi terapi farmakologi dan non farmakologi.

Terapi farmakologi meliputi pemberian obat analgetik jenis obat yang meringankan rasa sakit. Terapi non farmakologi managemen nyeri non farmakologis, diantaranya berupa penggunaan distraksi, teknik relaksasi, hyponis, Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation(TENS), pemijatan, tusuk jarum, aromaterapi, serta kompres dingin Pemberian terapi non farmakologi seperti teknik relaksasi

(4)

dengan mendengarkan musik klasik mozart dapat mengurangi intensitas nyeri yang dialami pasien fraktur post OP ORIF(Zairin, 2017).

Terapi musik biasa didengarkan melalui alat musik yang dimainkan secara langsung juga berupa rekaman suara musik atau lagu (Bradshaw et al., 2015; Lang et al., 2016). Terapi musik dengan menggunakan musik rekaman merupakan terapi yang aman dan tidak memiliki efek samping, murah serta mudah digunakan Mekanisme musik adalah dengan menyesuaikan pola getar dasar tubuh manusia. Vibrasi musik yang terkait erat dengan frekuensi dasar tubuh atau pola getar dasar dapat memiliki efek penyembuhan bagi tubuh, pikiran dan jiwa, sehingga musik mempengaruhi aspek fisiologi, psikologi, emosional dan spiritual (Lindquist et al., 2018; Lu et al., 2019).

Menurut Penelitian Muhsinah, 2020 terdapat perbedaan signifikan penurunan tingkat nyeri sebelum dan setelah pemberian musik religi pada kelompok intervensi. ada perbedaan signifikan penurunan tingkat nyeri sebelum dan setelah relaksasi napas dalam pada kelompok kontrol. ada perbedaan signifikan selisih penurunan nyeri pada kelompok intervensi dan kontrol.

Berdasarkan data dan informasi tersebut penulis tertarik melakukan pengelolaan kasus keperawatan dalam bentuk karya tulis ilmiah dengan judul

“Asuhan Keperawatan Pasien Post Operasi Fraktur Femur Dalam Pemenuhan Kebutuhan Aman Nyaman : Nyeri Akut”.

METODE

Rancangan studi kasus ini mengevaluasi nyeri pasien post op sebelum tindakan dan sesudah tindakan. Sebelum dilakukan tindakan subjek dilakukan pengukuran awal skala nyeri kemudian dilakukan intervensi terapi music religi setelah itu kembali dilakukan pengukuran skala nyeri. Setelah dilakukan terapi musik religi mulai hari pertama dengan hari ketiga terjadi penurunan nyeri tindakan petama sakal 7 menjadi 4 tindakan terapi musik ke empat. Pengambilan data dilakukan 17 Februari 2021 – 28 Februari Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara, observasi, pemeriksaan fisik serta studi dokumentasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil evaluasi pada hari pertama pukul 17.00 WIB didapatkan hasil S:

pasien mengatakan masih nyeri, nyeri seperti di tusuk-tusuk, teralokasi di paha kiri saja, skala nyeri sebelum diberikan terapi musik religi dan skala nyerinya 7 setelah diberikan terapi musik religi, dan O: pasien tampak menunjuk angka 8 saat menggunakan skala NRS sebelum diberikan terapi musik religi dan pasien tampak menunjuk angka 7 menggunakan NRS setelah diberikan terapi musik religi, hilang timbul durasi < 1 menit dengan pasien masih sering meringi kesakitan, gelisah tampak protektif terhadap area nyeri maka dilihat dari hasil data diatas penulis menetapkan A: masalah belum teratasi dan P: melanjutkan intervensi yang telah disusun di awal.

Pada hari kedua Evaluasi dilaksanakan pada tanggal 02 Maret

(5)

Hari / Tgl Waktu Pre Post Senin 01 Maret 2021 Pagi

Sore 8 7

Selasa 02 Maret 2021 Pagi 7 6

Sore 6 5

Rabu 01 Maret 2021 Pagi 5 4

Sore 2021 pukul 17.00 WIB dengan hasil S:

pasien di dapatkan pasien mengatakan nyeri mulai berkurang nyeri seperti ditusuk-tusuk,nyeri teralokasi di paha sebelah kiri, skala nyeri 7 sebelum diberikan terapi musik religi dan skala nyerinya 6 setelah diberikan terapi musik religi, dan O: pasien tampak menunjuk angka 7 saat menggunakan skala NRS sebelum diberikan terapi musik religi dan pasien tampak menunjuk angka 6 menggunakan NRS setelah diberikan terapi musik religi, pasien kadang kadang masih tampak meringis kesakitan, kadang masih gelisah tetapi sudah lebih baik dari data diatas penulis menyimpulkan A:

masalah belum teratasi dan P:

melanjutkan intervensi sebelumnya.

Pada hari ketiga Evaluasi dilaksanakan pada tanggal 03 Maret 2021 pukul 17.00 WIB dengan hasil S:

pasien di dapatkan pasien mengatakan nyeri sudah jauh lebih membaik nyeri seperti ditusuk-tusuk,nyeri teralokasi di paha sebelah kiri, skala nyeri 5 sebelum diberikan terapi musik religi dan skala nyerinya 4 setelah diberikan terapi musik religi, dan O: pasien tampak menunjuk angka 5 saat menggunakan skala NRS sebelum diberikan terapi musik religi dan pasien tampak menunjuk angka 4 menggunakan NRS setelah diberikan terapi musik religi.

pasien tampak meringis saat melakukan pergerakan. Pasien sudah bisa melakukan perpindahan seperti duduk di tempat tidur dan di pinggir tempat tidur A: masalah teratasi P: lanjutkan intervensi secara mandiri dirumah dikarenakan pasien pulang.

Diagram 4.1 menunjukan penurunan skala nyeri pada hari

pertama dan hari ketiga dengan garis vertical menunjukan skala nyeri dan garis horizontal menunjukan hari implementasi

Sumber : data penilaian (2021) Dari hasil diagram diatas dapat diketahui bahwa terdapat penurunan garis vertikal yang menggambarkan skala nyeri pada hari pertama pelaksanaan tindakan dan hari ketiga pelaksanaan tindakan yakni dari 8 turun menjadi 4(data penelitian 2021).

Tabel 4.1 Tabel Penurunan Skala Nyeri Sumber : data penlitian (2021)

Untuk mengatasi nyeri post operasi pasien penulis melakukan implementasi terapi musik religi pada Nn. E sesuai jurnal penelitian siti muhsinah (2020) yaitu selama 3 hari, satu kali tindakan dengan durasi 15-20

(6)

menit sebelum melakukan tindakan penulis melakukan implementasi Mengidentiikasi, lokasi karatrestik, durasi, frekuensi, kualitas intensitas nyeri.Mengidentifikasi skala nyeri menggunaka NRS Numeric Rating Scale, sebelum dan sesudah dilakukan terapi musik religi, memberikan informasi terkait tindakan, seperti tujuan, manfaat, posisi klien, dan mendemontrasikan tindakan.

Pada jurnal penelitian Lindquist et al 2018 dan Lu et al 2019 terapi musik religi dapatmenurunkan nyeri pasien fraktur femur post operasi karena terapi musik religi membantu pasien mengatur suasana hati dan gairah bagi pendengarnya serta nyeri akan berkurang ketika seorang berada dalam kondisi emosional yang menyenangkan. Hal ini didukung oleh penelitian siti muhsinah(2020) bahwa terapi musik religi dapat berpengaruh menurunkan intensitas skala nyeri.

Terapi musik bersifat teraupetik keperawatan membantu pasien menjadi rileks dan nyaman sebagai pemulihan.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil studi kasus dan pembahasan mengenai terapi musik religi terhadap pasien yang mengalami frakture femur post operasi, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa terapi musik religi untuk menurunkan intensitas skala nyeri pada pasien fraktur femur post operasi.

SARAN

Hasil studi kasus ini dapat digunakan untuk pengembanganilmu keperawatan mengenai intervensi non farmakologi berupa terapi musik religi

untuk menurunkan intensitas skala nyeri pada pasien dengan fraktur femur post operasi.

DAFTAR PUSTAKA

Noor, Zairin. (2017). Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal.

Jakarta:Salemba Medika

Asikin,dkk. (2016). Keperawatan

Medikal dan Sistem

Muskuloskeletal ; Erlangga Medical Series.

Muhsinah, Siti. 2020. Efektifitas terapi musik religi terhadap nyeri pada pasien fraktur. Jurnal Keperawatan. p-ISSN: 2083- 0840|e-ISSN: 2622-5905 Volume 12, Nomor 2, Desember2020 Lindquist, R., Tracy, M. F., &

Snyder, M. (2018).

Compelementary and alternative therapies in nursing(Eighth).

Springer Publishing.

Purnomo, D., Kuswardani & Asyita, R.M. (2017). Pengaruh Terapi Latihan Pada Post ORIF Dengan Plate And Screw Neglected Close Fracture Femur Exercise Therapy Effect In Post Orif Dengan Plate And Screw Neglected Close Fracture Femur. Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi (JFR) Vol. 1, No.

2. Diakses dari jurnal.akfis- whs.ac.id, tanggal 15 Desember 2019.

Muttaqin, Arif & Sari, Kurmala. 2011.

Gangguan Gastrointestinal : Aplikasi Asuhan Keperawatan

(7)

Medikal bedah. Jakarta : Salemba medika.

Lang, M., Mitkidis, P., Kundt, R., Nichols, A., Krajčíková, L., &

Xygalatas, D. (2016). Music As a Sacred Cue? Effects of Religious Music on Moral Behavior. Frontiers in Psychology.

Suwondo, Lucas Meliala, Sudadi.

2017. Buku ajar nyeri.

Yogyakarta: Perkumpulan nyeri Indonesia

Referensi

Dokumen terkait

Grafik 1 grafik evaluasi nyeri akut sebelum dan sesudah dilakukan intervensi keperawatan Evaluasi didapatkan pada hari Jumat, 19 Februari 2021 pada jam 15.00 WIB dari diagnosa

Evaluasi yang diperoleh pada hari pertama yaitu Senin 24 Januari 2022 diperoleh data subjektif pasien mengatakan nyeri setelah post operasi dengan pengkajian nyeri P : luka post

Data subjektif yang didapatkan pada kunjungan kedua adalah kunjungan dilakukan tanggal 6 Mei 2021 pukul 15.30 WIB, ibu mengatakan saat ini adalah hari ke 27 masa nifas, ibu mengatakan

Nifas Data Subyektif yang didapatkan pada kunjungan pertama nifas adalah pengkajian yang dilakukan pada tanggal 18 April 2021 pukul 09.15 WIB Ibu mengatakan melahirkan bayinya 6

Data subjektif yang didapatkan pada kunjungan awal nifas adalah pengkajian dilakukan tanggal 16 Mei 2021 pukul 11.00 WIB, ibu mengatakan saat ini merupakan masa nifas hari ke-6, ibu

Implementasi yang dilakukan pada hari Kamis, 20 Januari 2022 jam 07.10 WIB memeriksa sirkulasi perifer, didapatkan respon data subjektif : Pasien mengatakan sudah tidak merasakan

Pada tindakan keperawatan yang kedua dilakukan pada hari Jum’at tanggal 28 Januari 2022 yang dilakukan yaitu mengulangi dan intervensi tindakan keperawatan menghardik dan dilanjutkan

Dilakukan pemberian terapi musik dilakukan 15-30 menit Implementasi hari kedua rabu, 24 februari 2021 pada pukul 07:00 mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi frekuensi,