• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH AKAD WAKALAH

N/A
N/A
Miftahul Jannah

Academic year: 2024

Membagikan "MAKALAH AKAD WAKALAH "

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH AKAD WAKALAH

“Disusun Dalam Rangka Memenuhi Tugas Mata Kuliah Akuntansi Keuangan Syariah Dengan Dosen Pengampu Dr. Ledy Setyawati, SE., M.Si

DISUSUN OLEH :

Abdul Manan Anhari 2001036056 Anisa Sekar Arum 2001036063 Farras Aprilia Arghyanti 2001036036 Miftahul Jannah 2001036077

UNIVERSITAS MULAWARMAN SAMARINDA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

AKUNTANSI

(2)

KATA PENGANTAR

Ucapan syukur senantiasa terlimpah ke hadirat ilahi Rab atas segala rahmatnya sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah tentang “Akad Wakalah” ini dengan lancar. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Dr. Ledy Setyawati, SE., M.Si pada mata kuliah Akuntansi Keuangan Syraiah.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar – besarnya kepada Ibu Dr. Ledy Setyawati, SE., M.Si selaku dosen pengampu mata kuliah Akuntansi Keuangan Syariah. Tugas yang diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait

“Akad Wakalah”. Penulis juga mengucapkan terima kasih banyak kepada kedua orang tua yang selalu memberi dorongan motivasi dan masukan untuk pantang menyerah dalam mengerjakan segala sesuatu, dan pihak - pihak yang turut mendukung dalam pembuatan makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna, semoga laporan ini bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.

Samarinda, 22 April 2021

Penulis

(3)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

LATAR BELAKANG ... 1

RUMUSAN MASALAH ... 2

TUJUAN PENELITIAN ... 2

BAB II PEMBAHASAN ... 3

PENGERTIAN AKAD WAKALAH ... 3

SUMBER HUKUM AKAD WAKALAH ... 4

RUKUN DAN KETENTUAN SYARIAH AKAD WAKALAH ... 4

BERAKHIRNYA AKAD ... 5

PERLAKUAN AKUNTANSI AKAD WAKALAH ... 5

BAB III PENUTUP ... 7

KESIMPULAN ... 7

DAFTAR PUSTAKA ... 8

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan perbankan dan keuangan Islam terus berlanjut sangat cepat dan menghadapi tantangan yang semakin kompleks, sehingga harus memungkinkan memenuhi kebutuhan bisnis modern dengan menghadirkan produk inovatif dan pelayanan yang lebih variatif dan sempurna. Tantangan ini stres untuk regulator, konsultan, dewan syariah, dan ilmuwan untuk selalu aktif dan kreatif perubahan ini.

Praktisi telah menggali Regulator kreatif membuat regulasi untuk menginovasi produk secara kreatif dan dengan membawa produk yang diimplementasikan oleh, komisi syariah digugat aktif menggunakan fatwa yang dibutuhkan oleh industri sesuai kebutuhan era, dan ilmuwan juga komitmen untuk memberikan pencerahan ilmiah dan bimbingan dalam rangka produk tidak menyimpang dari prinsip syariah.

Di antara pilar penting dalam menciptakan produk perbankan dan keuangan Realisasinya adalah Syariah sebagai jawaban atas masalah masyarakat modern kontrak multi-tenant. Formulir kontrak tunggal tidak dapat lagi dapat menghapus transaksi keuangan modern yang berkembang dengan pesat. Multi-kontrak atau dalam istilah fiqih disebut al-'uqud al-murakkabah adalah kumpulan atau penggabungan beberapa kontrak menjadi satu kontrak, yaitu adanya kesepakatan antara dua pihak untuk melaksanakan suatu kontrak yang memuat dua kontrak atau lebih sehingga semua hukum dari kontrak kumulatif, serta hak apa pun dan kewajiban yang ditimbulkannya dipandang sebagai satu kesatuan yang utuh dapat diambil, yang merupakan kerugian hukum kontrak.

Sistem multi-segi inilah yang penulis temui dalam pembiayaan produknya murabahah observasi selama untuk mendukung kegiatan akademik di BNI Syariah Cabang Kendari Dalam prakteknya, murabahah, atau akad jual beli barang dengan harga barang dengan tambahan keuntungan yang telah disepakati, dilakukan dalam satu transaksi wakalah, yaitu pengalihan kontrak tenaga listrik dari satu orang ke orang lain untuk melakukan apa yang di izinkan dan selama yang berhubungan masih hidup.

Yaitu, dengan dicantumkannya akad wakalah, bank tidak membeli barang secara langsung diperintahkan oleh klien, tetapi menyajikannya kepada klien itu sendiri guna memudahkan proses transaksi sehingga pelanggan dapat memilih sendiri barangnya menurut kriteria Praktek ini sedikit berbeda dengan teori apa yang berlaku dalam kitab-kitab fiqh muamalah, dimana dalam jual beli murabahah tidak memiliki proses pembelian yang representatif dari kenyataan apakah pesanan telah dilakukan atau tidak, penjual terus menjual barang untuk dijual kembali.

(5)

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan akad wakalah ? 2. Apa sumber hukum akad wakalah ?

3. Apa saja rukun dan ketentuan syariah pada akad wakalah ? 4. Kapan berakhirnya akad wakalah ?

5. Bagaimana perlakuan akuntansi pada akad wakalah ?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian akad wakalah.

2. Untuk mengetahui sumber-sumber hukum akad wakalah.

3. Untuk mengetahui rukun dan ketentuan syariah pada akad wakalah.

4. Untuk mengetahui kapan berakhirnya akad wakalah.

5. Untuk mengetahui bagaimana perlakuan akuntansi pada akad wakalah.

(6)

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Akad Wakalah

Al Wakalah atau Al Wikalah atau At Tahwidh artinya penyerahan, pendelegasian atau pemberian mandat (Sabiq, 2008). Akad wakalah adalah akad pelimpahan kekuasaan oleh satu pihak kepada pihak lain dalam hal-hal yang boleh diwakilkan. Sebabnya adalah tidak semua hal dapat diwakilkan contohnya shalat, puasa, bersuci, qishash, talak, dan lain sebagainya.

Skema Wakalah

Keterangan :

1) Pemberi kuasa menyepakati pemberian hak tertentu kepada pihak yang menerima kuasa.

2) Penerima kuasa melaksanakan wakalah.

3) Setelah akad berakhir, penerima kuasa mengembalikan objek yang dikuasakan.

Wakalah dalam pendelegasian pembelian barang terjadi dalam situasi di mana seseorang (perekomendasi) mengajukan calon atau menunjuk orang lain untuk mewakili dirinya membeli sesuatu. Orang yang meminta diwakilkan (mewakili) harus menyerahkan sejumlah uang secara penuh sebesar harga barang yang akan dibeli kepada agen/pihak yang mewakili (wakil) dalam suatu kontrak wadiah.

Pemberi kuasa/

mutawakil

Penerima kuasa/

mutawakil

Pelaksanaan wakalah

(7)

Agen (wakil) boleh menerima komisi (al-ujr) dan boleh tidak menerima komisi (hanya mengharap rida Allah/tolong menolong). tetpi bila ada komisi atau upah maka akadnya seperti akad ijarah/sewa menyewa. Wakalah dengan imbalan disebut dengan wakalah bil ujrah, bersifat mengikat dan tidak boleh dibatalkan secara sepihak.

2.2 Sumber Hukum Akad Wakalah

 Al-Quran

“...maka suruhlah salah seorang di antara kamu pergi ke kota dengan membawa uang perakmu itu…” (QS 18:19)

jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir), sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga lagi berpengalaman” (QS 12:55)

“...Dan penuhilah janji; sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungjawabanannya.” (QS 17:34)

 As-Sunah

Diriwayatkan dari Busr bin ibn Sa’diy al Maliki berkata : “Umar mempekerjakan saya untuk mengambil sedekah (zakat). Setelah selesai dan sesudah saya menyerahkan zakat kepadanya, memerintahkan agar saya diberi imbalan (fee)”. Saya berkata: “Saya bekerja hanya karena Allah”. Umar menjawab: “ Ambillah apa yang kamu beri; saya pernah bekerja (seperti kamu) pada masa Rasul, lalu beliau memberiku imbalan; saya pun berkata seperti apa yang kamu katakan”. Kemudian Rasul bersabda kepada saya:

“Apabila kamu diberi sesuatu tanpa kamu minta; makanlah (terimalah) dan bersedekahlah”. (HR Bukhori Muslim)

2.3 Rukun dan Ketentuan Syariah

Rukun wakalah ada 3 (tiga), yaitu sebagai berikut:

1. Pelaku yang terdiri dari pihak pemberi kuasa/muwakkil dan pihak yang diberi kuasa/wakil.

2. Objek akad berupa barang atau jasa.

3. Ijab kabul/serah terima

Ketentuan syariah, yaitu sebagai berikut : 1. Pelaku

 Pihak pemberi kuasa/pihak yang meminta diwakilkan (muwakkil), antara lain : 1) Pemilik sah yang dapat bertindak terhadap sesuatu yang diwakilkan;

2) Orang mukalaf atau anak mumayyiz dalam batas-batas tertentu, yakni dalam hal-hal yang bermanfaat baginya seperti mewakilkan untuk

(8)

 Objek yang dikuasakan/diwakilkan/taukil

1) Diketahui dengan jelas oleh orang yang mewakili 2) Tidak bertentangan dengan syariah islam

3) Dapat diwakilkan menurut syariah islam 4) Manfaat barang atau jasa harus bisa dinilai 5) Kontrak dapat dilaksanakan

 Ijab kabul adalah pernyataan dan ekspresi saling rida/rela di antara pihak-pihak pelaku akad yang dilakukan secara verbal, tertulis, melalui korespondensi atau menggunakan cara-cara komunikasi modern

2.4 Berakhirnya Akad Wakalah Berakhirnya akad wakalah karena berikut:

1. Salah seorang yang berakad gila dan / atau meninggal dunia. Syarat sah akad salah satunya orang yang berakad berakal dan / atau harus hidup.

2. Dihentikannya dan / atau selesainya pekerjaan yang dimaksud.

3. Pemutusan oleh orang yang mewakilkan terhadap wakil, sekalipun tidak pernah tanggap (tidak ada tanggapan syafi'I dan Hambali).

4. Wakil memutuskan sendiri. Dalam hal ini muwakkil tidak perlu tahu tentang pengunduran dirinya itu. Akan tetapi, menurut Hanafiah, tanggapan jangan merugikan, persyaratan muwakkil harus melihat pengunduran diri si wakil.

5. Keluarnya orang yang mewakilkan dari status pemilikan.

2.5 Perlakuan Akuntansi Akad Wakalah

a) Bagi pihak yang mewakilkan/wakil/penerima kuasa.

1. Pada saat menerima imbalan tunai (tidak berkaitan dengan jangka waktu).

Jurnal

Kas xxx

Pendapatan Wakalah xxx

2. Pada pembayaran beban.

Jurnal

Beban Wakalah xxx

Kas xxx

(9)

3. Pada saat diterima pendapatan untuk jangka waktu dua tahun di muka.

Jurnal

Kas xxx

Pendapatan Wakalah Diterima Dimuka

xxx

4. Pada saat mengakui pendapatan wakalah akhir periode.

Jurnal

Pendapatan Wakalah

Diterima Dimuka xxx

Pendapatan Wakalah xxx

b) Bagi pihak yang meminta diwakilkan.

Pada saat membayar ujr/komisi.

Jurnal

Beban Wakalah xxx

Kas xxx

(10)

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Wakalah mempunyai beberapa pengertian dari segi bahasa, diantaranya adalah perlindungan (al-hifz), penyerahan (at-tafwid), atau memberikan kuasa. Menurut kalangan Syafi’iyah pengertian wakalah adalah ungkapan atau penyerahan kuasa (al- muwakkil) kepada orang lain (al-wakil) supaya melaksanakan sesuatu dari jenis pekerjaan yang bisa digantikan (an-nqbalu an-niyabah) dan dapat dilakukan oleh pemberi kuasa. Dengan ketentuan pekerjaan tersebut di laksanakan pada saat pemberi kuasa masih hidup.

Al-wakalah dalam pengertian lain yaitu pelimpahan kekuasaan oleh seseorang yang disebut sebagai pihak pertama kepada orang lain sebagai pihak ke dua dalam melakukan sesuatu berdasarkan kuasa atu wewenang yang di berikan oleh pihak pertama, akan tetapi apabila kuasa itu telah dilaksanakan sesuai yang disyaratkan atau telah ditentukan maka semua resiko dan tanggung jawab atas perintah tersbut sepenuhnya menjadi pihak pertama atau pemberi kuasa.

Berdasarkan definisi-definisi diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan al-wakalah adalah penyerahan dari sesorang kepada orang lain untuk mengerjakan sesuatu, dan perwakilan berlaku selama yang mewakilakan masih hidup.

(11)

DAFTAR PUSTAKA

Nurhayati,Sri dan Warsilah. 2019. Akuntansi Syariah di Indonesia, Edisi 2 : Salemba Empat.

Referensi

Dokumen terkait

Memberikan sumbangsih pemikiran tentang perkembangan hukum ekonomi syariah, khususnya analisis aset tidak berwujud (intangible assets) sebagai objek akad

Islamisasi ilmu pengetahuan ini diterangkan secara jelas oleh al-Attas, yaitu pembebasan manusia dari tradisi magis, mitologis, animistis, kultur-nasional yang bertentangan dengan

a. Bisa diserahterimakan waktu akad c. Jelas diketahui oleh para pihak akad d.. Barang yang menjadi objek dalam akad harus merupakan sesuatu yang sah menurut hukum

Dari hasil penelitian diketahui bahwa akad murabahah al-wakalah merupakan akad yang digunakan pada produk pembiayaan warung mikro Bank Syariah Mandiri.. Warung

Kemudian orang yang diajak bicara memberikan hutang kepada orang dimaksud sebanyak seratus atau sebagiannya, maka orang tersebut menjadi penjamin menurut pendapat

“Prinsip Syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan

Rukun-Rukunnya Waqif (orang yang berwakaf) Jaiz Tabarru’ Objek Wakaf Barang Spesifik Boleh Dijual Bisa Dipakai Tanpa Dikonsumsi Mauquf ‘Alaih (orang yang menerima manfaat wakaf)

Dana Non-Halal wajib disalurkan oleh Bank Syariah untuk kemaslahatan umat Islam dan kepentingan umum yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.15 Dari beberapa poin diatas, jelas