• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH BIOMEDIK II “ARTHROPODA”

N/A
N/A
Guzel Almeda

Academic year: 2024

Membagikan "MAKALAH BIOMEDIK II “ARTHROPODA”"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH BIOMEDIK II

“ARTHROPODA”

Disusun Oleh Kelompok 7 A1:

1) Afifah Syabrina Safli (2011211025) 2) Aisyah Jannatus Shabrina (2011213013) 3) Arifian Rahman (2011211049) 4) Aurellia Maharani Yazid (2011213005) 5) Dicky Elfiandi (2011211033) 6) Indah Yofi Permata Putri (2011211039) 7) Lidya Mega Ariani (2011213014) 8) Rani Basmir (1911211025)

DOSEN PENGAMPU:

Dr. dr. Dien Gusta Anggraini Nursal, SKM., MKM

PRODI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2021

(2)

i

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Arthropoda” ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Biomedik II. Shalawat dan salam kami ucapkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa kita kepada zaman yang penuh dengan ilmu. Terimakasih kami ucapkan kepada dosen mata kuliah Biomedik II yang telah memberikan tugas ini.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan dan pengetahuan, serta kami tau dalam makalah ini terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun. Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.

Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami maupun orang yang membacanya.

Padang, Februari 2021 Kelompok 7

(3)

ii DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR GAMBAR ... iii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 1

1.3 Tujuan Penulisan ... 2

1.4 Manfaat Penulisan ... 2

BAB II PEMBAHASAN ... 3

2.1 Arthropoda ... 3

2.2 Klasifikasi Arthropoda ... 3

2.3 Gangguan Kesehatan Berhubungan Atrthropoda ... 4

2.4 Pengendalian Vector Arthropoda ... 11

2.5 Aplikasi Mikrobiologi serta Parasitologi Bidang Kesehatan ... 15

BAB III PENUTUP ... 19

3.1 Kesimpulan ... 19

3.2 Saran ... 19

DAFTAR PUSTAKA ... 20

(4)

iii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Klasifikasi Bagan Arthropoda (Hadi, 2009) ... 4

Gambar 2.2 Siklus Hidup Lalat ... 6

Gambar 2.3 Lalat penghisap darah (culicoides) ... 6

Gambar 2.4 Lalat Pasir (Phlebotomus) ... 7

Gambar 2.5 Lalat Rumah (Musca domestica) ... 8

Gambar 2.6 Lalat Daging (Sarcophagidae) ... 8

Gambar 2.7 Lalat Hijau (Chrysomyia) ... 8

Gambar 2.8 Lucilia sp ... 8

Gambar 2.9 Calliphora sp ... 9

Gambar 2.10 Kecoa (Cockroach) ... 9

Gambar 2.11 Pediculus Humanuscapitis ... 10

Gambar 2.12 Pthirus Pubis ... 10

Gambar 2.13 Pinjal ... 11

Gambar 2.14 Proses Pembuatan Vaksin ... 16

Gambar 2.15 Proses Pembuatan Insulin ... 17

(5)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Arthropoda merupakan filum terbesar dalam dunia Animalia yang mencakup serangga, laba-laba, udang, lipan, kaki seribu dan hewan mirip lainnya. Arthropoda adalah kelompok hewan beruas-ruas, bersendi atau bersegmen. Arthropoda satu sama lain dapat dibedakan berdasarkan anggota tubuh, jumlah alat gerak dan jenis organ pernafasan. Arthropoda termasuk hewan paling dominan (dari segi jumlah) diantara anggota-anggota kelompok hewan lainnya. Saat ini diperkirakan terdapat 713.500 jenis Arthropoda dengan jumlah itu diperkirakan 80% yang sudah dikenal (Nurhadi, 2011).

Arthropoda adalah kelompok hewan paling sukses di dunia dan dapat ditemukan hampir pada semua habitat, mulai di air, di dalam tanah, permukaan tanah, udara, pada pepohonan, pada serasah, di bawah batu, pada kayu lapuk, pada tanaman sebagai hama bahkan pada hewan dan manusia. Kita menyadari sesungguhnya manusia memperoleh banyak manfaat dari kehadiran Arthropoda.

Rasanya, tanpa kehadiran Arthropoda dekomposer serasah, proses dekomposisi tanah tidak mampu berjalan dengan cepat. Tanpa ada serangga polinator, kita akan sedikit sekali mempunyai buah-buahan. Tanpa ada lebah madu, maka sampai saat ini kita tidak pernah merasakan nikmatnya madu. Sebaliknya, banyak jenis Arthropoda yang menimbulkan kerugian bagi manusia. Misalnya serangga hama yang menyebabkan kerusakan pada tanaman budidaya. Racun dari gigitan lipan yang menyebabkan rasa sakit luar biasa dan lain-lain.

Arthropoda memiliki peran yang sangat vital dalam rantai makanan khususnya sebagai dekomposer, karena tanpa organisme ini alam tidak akan dapat mendaur ulang bahan organik.

Selain itu, arthropoda juga berperan sebagai mangsa bagi predator kecil yang lain, sehingga akan menjaga kelangsungan Arthropoda yang lain (Samudra, 2013).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dirumuskan beberapa masalah untuk diselesaikan sebagai berikut:

1) Bagaimana klasifikasi serta peran anthropoda?

2) Bagaimana gangguan kesehatan berhubungan anthropoda (trematoda)?

3) Bagaimana gangguan kesehatan berhubungan anthropoda (nematoda)?

4) Bagaimana pengendalian vector arthropoda?

(6)

5) Bagaimana aplikasi mikrobiologi?

6) Bagaimana parasitologi bidang kesehatan?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas adalah sebagai berikut:

1) Mengetahui klasifikasi serta peran anthropoda

2) Mengetahui gangguan kesehatan berhubungan anthropoda (trematoda) 3) Mengetahui gangguan kesehatan berhubungan anthropoda (nematoda) 4) Mengetahui pengendalian vector arthropoda

5) Mengetahui aplikasi mikrobiologi 6) Mengetahui parasitologi bidang kesehatan

1.4 Manfaat Penulisan

Manfaat yang dapat diambil dari penyusunan maupun hasil dari pembahasan makalah ini adalah :

1) Sebagai referensi mempelajari mata kuliah Biomedik II mengenai materi anthropoda (nematoda) 2) Sebagai landasan teori dalam mengemukakan pendapat mengenai anthropoda (nematoda)

(7)

3 BAB II PEMBAHASAN

2.1 Arthropoda

Arthropoda berasal dari bahasa Yunani yaitu arthros, sendi dan podos, kaki. Oleh karena itu ciri utama hewan yang termasuk dalam filum ini adalah kaki yang tersusun atas ruas-ruas. Jumlah spesies anggota filum ini terbanyak dibandingkan dengan filum lainnya yaitu lebih dari 800.000 spesies (Kastawi, 2005).

Ciri-ciri umum arthropoda diantaranya mempunyai appendahe yang beruas-ruas, tubuhnya bilateral simetris terdiri dari sejumlah ruas, tubuh terbungkus oleh zat chitine. Sehingga merupakan eksoskeleton, sistem syaraf tangga tali. Fauna-fauna dari filum ini yang terdapat dalam tanah adalah dari klas arachnid, Crustacea, Insekta dan Myriapoda (Yulipriyanto, 2010).

2.2 Klasifikasi Arthropoda

Dunia hewan terbagi menjadi 14 fila, dengan dasar tingkat kekomplekan dan mungkin urutan evolusinya. Karena itu fila hewan disusun dari filum yang terendah ke filum yang tertinggi (Hadi, 2009).

Serangga atau insecta termasuk di dalam flum arthropoda. Arthropoda terbagi menjadi 3 sub filum yaitu Trilobita, Mandibulata dan Chelicerata. Sub filum Mandibulata terbagi menjadi 6 kelas, salah satu diantaranya adalah insecta (Hexapoda). Sub filum Chelicerata terbagi menjadi 3 kelas, sedangkan Sub filum Trilobita telah punah. Kelas Hexapoda atau Insecta terbagi menjadi sub kelas Apterygota dan Pterygota. Sub filum Apterygota terbagi menjadi 4 ordo, dan sub kelas Pterygota masih terbagi menjadi 2 golongan yaitu golongan Exopterygota (golongan Pterygota yang metamorfosisnya sederhana) yang terdiri dari 15 ordo, dan golongan Endopterygota (golongan Pterygota yang metamorfosisnya sempurna) terdiri dari 3 ordo (Hadi, 2009).

Suheriyanto (2008) menyatakan bahwa terdapat tiga sub filum dari arthropoda yaitu:

a) Sub filum Trilobita

Trilobita merupakan arthropoda yang hidup di laut, yang ada sekitar 245 juta tahun yang lalu. Anggota Subfilum trilobita sangat sedikit yang diketahui, karena pada umumnya ditemukan dalam bentuk fosil.

b) Sub filum Chelicerata

Kelompok subfilum Chelicerata merupakan hewan predator yang mempunyai selicerae dengan kelenjar racun. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah laba-laba, tungau, kalajengking dan kepiting.

(8)

c) Sub filum Mandibulata

Kelompok ini mempunyai mandible dan maksila di bagian mulutnya, yang termasuk kelompok Mandibulata adalah Crustacea, Myriapoda, dan Insecta (serangga). kelas crustacea telah beradaptasi dengan kehidupan laut dan populasinya tersebar di seluruh lautan. Anggota kelas Myriapoda adalah Millipedes dan Centipedes yang beradaptasi dengan kehidupan daratan.

Gambar 2.1 Klasifikasi Bagan Arthropoda (Hadi, 2009).

2.3 Gangguan Kesehatan Berhubungan Atrthropoda

Penyakit yang disebabkan atau ditransmisikan oleh artropoda antara lain:

• Caplak (ticks): Lyme disease, Rocky Mountain spotted fever, relapsing fever, anaplasmosis, babesiosis, tularemia

• Lalat: tularemia, leishmaniasis, African trypanosomiasis, bartonellosis, loiasis

• Pinjal (fleas): pes, tularemia, murine typhus

Chigger mites: scrub typhus

• Kutu badan: epidemic typhus, relapsing fever

Kissing bugs: penyakit Chagas

• Nyamuk: malaria, yellow fever, dengue, West Nile virus, Japanese encephalitis, chikunguya, Zika virus.

\

(9)

5 Vektor adalah parasit arthropoda dan siput air yang berfungsi sebagai penular penyakit baik pada manusia maupun hewan. Ada beberapa jenis vektor dilihat dari cara kerjanya sebagai penular penyakit. Keberadaan vektor ini sangat penting karena kalau tidak ada vektor maka penyakit tersebut juga tidak akan menyebar (Soulsby dalam Beriajaya).

1) Arthropoda Sebagai Vektor Penular

Arthropoda sebagai penular berarti arthropoda sebagai media yang membawa agent penyakit dan menularkannya kepada inang (host).

Vektor dikategorikan atas 2 yaitu : a. Vektor Mekanik

Vektor mekanik merupakan vektor yang membawa agent penyakit dan menularkannya kepada inang melalui kaki-kakinya ataupun seluruh bagian luar tubuhnya dimana agent penyakitnya tidak mengalami perubahan bentuk maupun jumlah dalam tubuh vektor.

Arthropoda yang termasuk ke dalam vektor mekanik antara lain kecoa dan lalat.

b. Vektor Biologi

Vektor biologi merupakan vektor yang membawa agent penyakit dimana agent penyakitnya mengalami perubahan bentuk dan jumlah dalam tubuh vektor. Vektor Biologi terbagi atas 3 berdasarkan perubahan agent dalam tubuh vektor, yaitu :

i. Cyclo Propagative

Cyclo propagative yaitu dimana infeksius agent mengalami perubahan bentuk dan pertambahan jumlah dalam tubuh vektor maupun dalam tubuh host. Misalnya, plasmodium dalam tubuh nyamuk anopheles betina.

ii. Cyclo Development

Cyclo development yaitu dimana infeksius agent mengalami perubahan bentuk namun tidak terjadi pertambahan jumlah dalam tubuh vector maupun dalam tubuh host. Misalnya, microfilaria dalam tubuh manusia.

iii. Propagative

Propagative yaitu dimana infeksius agent tidak mengalami perubahan bentuk namun terjadi pertambahan jumlah dalam tubuh vektor maupun dalam tubuh host.

Misalnya, Pasteurella pestis dalam tubuh xenopsila cheopis.

2) Arthropoda Sebagai Intemediate Host

Arthropoda sebagai intermediate host artinya arthropoda berperan hanya sebagai tuan rumah ataupun tempat perantara agent infeksius tanpa memindahkan ataupun menularkan agent infeksius tersebut ke tubuh inang (host).

(10)

Contoh Arthropoda penyebab penyakit:

A. Lalat

lalat juga berasal ordo diphtera dan kelasnya myriapoda. Lalat terbagi menjadi dua macam, yaitu lalat yang menghisap darah hewan (zoopilik) darah manusia (antropilik) dan yang tidak menghisap darah.

Gambar 2.2 Siklus Hidup Lalat.

Penyakit disebabakan lalat:

- Desentri, Penyebaran bibit penyakit yang dibawa oleh lalat rumah yang berasal dari sampah, kotoran manusia/hewan terutama melalui bulu-bulu badannya, kaki dan bagian tubuh yang lain dari lalat dan bila lalat hinggap kemakanan manusia maka kotoran tersebut akan mencemari makanan yang akan dimakan oleh manusia, akhirnya timbul gejala pada manusia yaitu sakit pada bagian perut, lemas karena terlambat peredaran darah dan pada kotoran terdapat lendir dan darah.

- Diare, Cara penyebarannya sama dengan desentri dengan gejala sakit pada bagian perut, lemas dan pecernaan terganggu.

- Typhoid, Cara penyebaran sama dengan desentri, gangguan pada usus, sakit pada perut, sakit kepala, berak darah dan demam tinggi.

- Cholera, Penyebarannya sama dengan desentri dengan gejala muntah-muntah, demam, dehydrasi.

a. Lalat penghisap darah (culicoides)

Lalat ini bersifat diurnal (makan pada siang atau pagi hari), lalat ini juga menghisap darah hewan (zoopilik). Tempat berkembang biak (breeding place) di genangan air atau di aliran air tenang. Larvanya mempunyai ciri-ciri, yaitu berbentuk cacing, toraks 3 segmen dan abdomen 9 segmen. Saat dewasa mirip nyamuk kecil, sayap berbulu halus,

kadanga-kadang berbintik warna-warni, antena terdiri dari 14 segmen , dan palpus mempunyai 5 segmen.

Gambar 2.3 Lalat penghisap darah (culicoides).

(11)

7 Penyakit yang ditularkan:

- Filariasis yang disebabkan oleh Acanthocheilonema perstans.

- Filariasis yang disebabkan oleh Mansonella ozzardi.

- Kelainan kulit berupa nodul atau vesikel lewat gigitannya

b. Lalat Pasir (Phlebotomus)

Termasuk antropilik dan zoopilik, tempat bersarang tidak di air melainkan di batu, dinding rusak, kandang hewan dan lainnya. Saat dewasa mempunyai ciri-ciri, yaitu tubuh sangat kecil, dapat menembus kasa, kaki, sayap dan badannya tertutup bulu-bulu Panjang.

Penyakit yang ditularkan :

- Phlebotomus fever yang disebabkan oleh virus yang dibawanya.

- Bartonellosis (Carrion’s disease) yang disebabkan oleh Nartonellla bacilliformis - Leishmaniasis tropica

Gambar 2.4 Lalat Pasir (Phlebotomus).

c. Lalat yang tidak menghisap darah

• Lalat rumah (Musca domestica)

Lalat ini berwarna abu-abu kehitaman, mempunyai ukuran panjang 6 sampai 9 mm, dengan 4 garis gelap di punggung rambut. Musca domestica menyukai sisa-sisa organik misalnya : sampah dapur, kotoran manusia/hewan, sisa makanan dll. Larva lalat rumah mempunyai tubuh yang terdiri dari 12 segmen, seekor induk lalat rumah akan menghasilkan telur sebanyak 120 butir setiap kali bertelur, semasa hidupnya yang dapat mencapai 3 bulan lamanya.

Sesudah berganti kulit 3 kali dalamwaktu 1 minggu ia akan berubah menjadi pupa, yang dalam waktu 3-6 hari tumbuh menjadi lalat dewasa. Pada umur 2 hari, lalat sudah mampu bertelur. Musca domestica senang memasuki rumah-rumah dan hinggap di alat-alat makan, sebelum makan ia selalu memuntahkan cairan dari mulutnya untuk mengencerkan makanannya, sesudah makan ia selalu buang air besar sehingga arthropoda ini menjadi penular utama penyakit-penyakit infeksi pencernaan.

(12)

Musca sorbens juga merupakan vektor penyakit patek (penyakit menular dimana terjadi kerusakan kulit), penyakit diare, Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, dan Balantidium coli.

Gambar 2.5 Lalat Rumah (Musca domestica).

• Lalat daging (Sarcophagidae)

Lalat ini berukuran 10-15 mm, umumnya berwarna abu-abu dan ada juga yang berwarna coklat kehitaman dengan bintik-bintik kuning yang terdapat pada segmen abdomen. Sarcophaga menyukai baik kotoran hewan maupun madu dari bunga. Lalat ini juga dapat menimbulkan miasis kulit, miasis pada hidung dan sinus, miasis pada jaringan-jaringan, miasis pada vagina dan usus.

Gambar 2.6 Lalat Daging (Sarcophagidae).

• Lalat hijau (Chrysomyia)

Lalat ini berwarna hijau metalik. Lalat ini berukuran sedang dan sayap yang jernih Abdomennya mempunyai garis transversal Lalat yang menyukai luka-luka terbuka yang basah ini dapat menimbulkan miasis pada mata, tulang dan berbagai tempat lainnya.

Gambar 2.7 Lalat Hijau (Chrysomyia).

• Lucilia sp

Gambar 2.8 Lucilia sp.

(13)

9 Lalat ini disebut juga lalat botol (green bottle flies) mempunyai tubuh yang berukuran sedang, berwarna hijau metalik kebiruan. Lalat ini meletakkan telurnya pada daging atau bangkai binatang, pada luka terbuka atau pada lubang-lubang yang berbau busuk. Lalat ini menimbulkan miasis kulit, miasis intestinal dan miasis urogenital

• Calliphora sp

Lalat ini dikenal sebagai blue bottle flies oleh karena berwarna biru metalik, mempunyai ukuran tubuh yang besar. Lalat ini menyukai bangkai hewan sebagai tempat berkembang biak (breeding place), tetapi dapat menimbukan miasis pada kulit, miasis ontestinal, dan juga miasis.

Gambar 2.9 Calliphora sp.

• musca sorbens

A. Kecoa (Cockroach)

Kecoa menyenangi tempat-tempat yang kotor dan tempat-tempat dimana banyak/mudah terdapat makanan yang mereka gemari. Semua bahan organik digemarinya, makanan, sisa makanan, kertas, textil, wool, darah, excreta, sputum dan sebagainya. Kecoa mengalami metamorfosa sederhana(telur-nimfa1- nimfa2-kecoak) Kecoa sebagai vektor mekanis dari berbagai penyakit.

Gambar 2.10 Kecoa (Cockroach).

B. Tuma

Tuma adalah kutu yang terdapat pada manusia. Tuma bisa melakukan pembuahan sendiri tanpa perkawinan (partenogenesis). Kutu pada manusia terbagi 3, yaitu 1. kutu kepala (Pediculus humanuscapitis), 2. kutu badan (Pediculus humanuscorporis), dan 3.

kutu kemaluan (Pthirus pubis).

(14)

Tuma merupakan ordo phtiraptera dengan ciri-ciri sebagai berikut, Badan berwarna putih kelabu, Bentuk pipih memanjang, Kepala ovoid sedikit bersudut, Toraks dari kitin. Abdomen terdiri atas 9 ruas. Di kepala terdapat mata sederhana (bagian lateral). Antena pendek terdiri atas 5 ruas. Proboscis (alat penusuk) yang dapat memanjang.

a. Pediculus humanuscapitis

Kutu kepala berukuran 1-2 mm. Telur yang dihasilkannya paling banyak yaitu sekitar 300 butir. Kutu kepala sebagai parasit di kepala manusia, kutu ini mengisap darah di kepala sehingga merugikan kesehatan pada manusia karena dapat menyebabkan gatal, kekurangan darah (O2) pada otak sehingga dapat berpengaruh bagi kecerdasan otak.

Kutu ini mempunyai panjang 2-4 mm. Kutu ini menghasilkan 140 butir telur.

Kutu ini parasit pada badan, biasanya terdapat pada dada utamanya ditemukan pada dada yang berbulu. Seperti halnya kutu kepala kutu ini bersifat parasit juga menghisap darah.

Gambar 2.11 Pediculus Humanuscapitis.

b. Pthirus pubis

Kutu kemaluan mempunyai panjang 0,8-1,2 mm, kutu ini berukuran paling kecil dibandingkan kutu kepala dan kutu kemaluan. Kutu ini sangat jarang sekali ditemukan pada saat ini. Kutu kemaluan mengasilkan telur 50 butir. Kutu ini juga sebagai parasit dan dapat berpindah/ menular lewat hubungan seksual.

Gambar 2.12 Pthirus Pubis.

(15)

11 c. Pinjal

Pinjal adalah kutu pada hewan sama halnya dengan tuma yang merupakan kutu pada manusia, pinjal juga sebagai parasit. Pes (Pasteurella pestis) lewat gigitan yang dibawa oleh Xenopsylla cheopis dan Pulex irritans. Endemic typhus (Rickettsia mooseri) dibawa oleh Xenopsylla cheopis dan Nosopsyllus fasciatus.

Gambar 2.13 Pinjal.

2.4 Pengendalian Vector Arthropoda

Pengendalian vektor dan binatang pengganggu adalah upaya untuk mengurangi atau menurunkan populasi vektor atau binatang pengganggu dengan maksud pencegahan atau pemberantasan penyakit yang ditularkan atau gangguan (nuisance) oleh vektor dan binatang pengganggu tersebut.

Menurut WHO (Juli, Soemirat,2009:180), pengendalian vektor penyakit sangat diperlukan bagi beberapa penyakit karena berbagai alasan :

1. Penyakit tadi belum ada obatnya ataupun vaksinnya, seperti hampir semua penyakit yang disebabkan oleh virus.

2. Bila ada obat ataupun vaksinnya sudah ada, tetapi kerja obat tadi belum efektif, terutama untuk penyakit parasiter.

3. Berbagai penyakit didapat pada banyak hewan selain manusia, sehingga sulit dikendalikan.

4. Sering menimbulkan cacat, seperti filariaris dan malaria.

5. Penyakit cepat menjalar, karena vektornya dapat bergerak cepat seperti insekta yang bersayap.

Ada beberapa cara pengendalian vektor dan binatang pengganggu diantaranya yaitu:

1. Pengendalian kimiawi

Cara ini lebih mengutamakan penggunaan pestisida/rodentisida untuk peracunan.

Penggunaan racun untuk memberantas vektor lebih efektif namun berdampak masalah gangguan kesehatan karena penyebaran racun tersebut menimbulkan keracunan bagi petugas penyemprot maupun masyarakat dan hewan peliharaan. Untuk memberantas nyamuk aedes secara massal dilakukan fogging bahan kimia jenis malathion/parathion, untuk jentik nyamuk aedes digunakan bahan larvasida jenis abate yang dilarutkan dalam air.

(16)

Cara kimia untuk membunuh tikus dengan menggunakan bahan racun arsenic dan asam sianida. Arsenik dicampur dalam umpan sedangkan sianida biasa dilakukan pada gudang-gudang besar tanpa mencernai makanan atau minuman, juga dilakukan pada kapal laut yang dikenal dengan istilah fumigasi. Penggunaan kedua jenis racun ini harus sangat berhati-hati dan harus menggunakan masker karena sangat toksik terhadap tubuh manusia khususnya melalui saluran pernafasan.

Penggunaan bahan kimia lainnya yang tidak begitu berbahaya adalah bahan attractant dan repellent. Bahan attractant adalah bahan kimia umpan untuk menarik serangga atau tikus masuk dalam perangkap. Sedangkan repellent adalah bahan atau cara untuk mengusir serangga atau tikus tidak untuk membunuh. Contohnya bahan kimia penolak nyamuk yang dioleskan ke tubuh manusia atau alat yang menimbulkan getaran ultrasonic untuk mengusir tikus.

Pada pendekatan ini, dilakukan beberapa golongan insektisida seperti golongan organoklorin, golongan organofosfat, dan golongan karbamat. Namun, penggunaan insektisida ini sering menimbulkan resistensi dan juga kontaminasi pada lingkungan.

Macam - macam insektisida yang digunakan:

- Mineral (minyak), misalnya minyak tanah, boraks, solar, dsb.

- Botanical (tumbuhan), misalnya Pyrethum, Rotenone, Allethrin, dsb. Insektisida botanical ini disukai karena tidak menimbulkan masalah residu yang toksik.

- Chlorined Hydrocarbon, misalnya DDT, BHC, Lindane, Chlordane, Dieldrin, dll.

Tetapi penggunaan insektisida ini telah dibatasi karena resistensinya dan dapat mengkontaminasi lingkungan.

- Organophosphate, misalnya Abate, Malathion, Chlorphyrifos, dsb. Umumnya menggantikan Chlorined Hydrocarbon karena dapat melawan vektor yang resisten dan tidak mencemari lingkungan.

- Carbamate, misalnya Propoxur, Carbaryl, Dimetilen, Landrin, dll. Merupakan suplemen bagi Organophosphate.

- Fumigant, misalnya Nophtalene, HCN, Methylbromide, dsb. Adalah bahan kimia mudah menguap dan uapnya masuk ke tubuh vektor melalui pori pernapasan dan melalui permukaan tanah.

- Repelent, misalnya diethyl toluemide. Adalah bahan yang menerbitkan bau yang menolak serangga, dipakaikan pada kulit yang terpapar, tidak membunuh serangga tetapi memberikan perlindungan pada manusia.

(17)

13 2. Pengendalian Fisika-Mekanika

Cara ini menitikberatkan kepada pemanfaatan iklim/musim dan menggunakan alat penangkap mekanis antara lain:

- Pemasangan perangkap tikus atau perangkap serangga.

- Pemasangan jaring.

- Pemasangan sinar/cahaya untuk menarik atau menolak (to attrack and to repeal).

- Pemanfaatan kondisi panas dan dingin untuk membunuh vektor dan binatang pengganggu.

- Pemanfaatan kondisi musim/iklim untuk memberantas jentik nyamuk.

- Pemanfaatan suara untuk menarik atau menolak vektor dan binatang pengganggu.

- Pembunuhan vektor dan binatang pengganggu menggunakan alat pembunuh (pemukul, jepretan dengan umpan, dll).

- Pengasapan menggunakan belerang untuk mengeluarkan tikus dari sarangnya sekaligus peracunan.

- Pembalikan tanah sebelum ditanami.

- Pemanfaatan arus listrik dengan umpan untuk membunuh vektor dan binatang pengganggu (perangkap serangga dengan listrik daya penarik menggunakan lampu neon).

3. Pengendalian lingkungan

Merupakan cara terbaik untuk mengontrol arthropoda karena hasilnya dapat bersifat permanen. Contoh, membersihkan tempat-tempat hidup arthropoda. Terbagi atas dua cara yaitu:

- Perubahan lingkungan hidup, sehingga vektor dan binatang pengganggu tidak mungkin hidup. Seperti penimbunan (filling), pengeringan (draining), dan pembuatan (dyking).

- Manipulasi lingkungan hidup, sehingga tidak memungkinkan vektor dan binatang pengganggu berkembang dengan baik. Seperti pengubahan kadar garam, pembersihan tanaman air, lumut, dan penanaman pohon bakau pada tempat perkembangbiakan nyamuk.

4. Pengendalian Genetik

Metode ini dimaksudkan untuk mengurangi populasi vektor dan binatang pengganggu melalui teknik-teknik pemandulan vektor jantan, penggunaan bahan kimia penghambat pembiakan, dan penghilangan. Masih ada usaha yang lain seperti:

- Perbaikan sanitasi: bertujuan menghilangkan sumber-sumber makanan, tempat perindukan, dan tempat tinggal yang dibutuhkan vektor.

(18)

- Peraturan perundangan: mengatur permasalahan yang menyangkut usaha karantina, pengawasan impor-ekspor, pemusnahan bahan makanan atau produk yang telah rusak karena vektor dan sebagainya.

- Pencegahan: menjaga populasi vektor dan binatang pengganggu tetap pada suatu tingkat tertentu dan tidak menimbulkan masalah.

- Penekanan: menekan dan mengurangi tingkat populasinya.

- Pembasmian : membasmi dan memusnakan vektor dan binatang pengganggu yang menyerang daerah/wilayah tertentu secara keseluruhan.

5. Upaya pengendalian binatang pengganggu

Dalam pendekatan ini ada beberapa teknik yang dapat digunakan, diantaranya steril technique, citoplasma incompatibility, dan chromosom translocation. Upaya pencegahan yang dapat dilakukan adalah:

- Menempatkan kandang ternak di luar rumah.

- Merekonstruksi rumah.

- Membuat ventilasi.

- Melapisi lantai dengan semen.

- Melapor ke puskesmas bila banyak tikus yang mati.

- Mengatur ketinggian tempat tidur setidaknya >20 cm dari lantai.

Beberapa akibat yang dirasakan oleh pekerja yang mengalami kecelakaan kerja di antaranya:

1) Kematian jika memang kecelakaan yang terjadi masuk kategori sangat berat.

2) Cacat jika sampai kecelakaan tersebut membuat anggota atau organ tubuh tertentu menjadi tidak berfungsi secara normal.

3) Cedera jika jenis kecelakaan kerja yang terjadi masuk ketegori sedang atau ringan. Namun pada akibat ini tidak sampai mengakibatkan terjadinya cacat fisik.

4) Produktivitas pekerja menjadi terhambat selama proses pemulihan

Beberapa akibat yang dirasakan perusahaan jika terjadi kecelakaan kerja, di antaranya:

1) Turunnya produktivitas perusahaan.

2) Perusahaan harus mengeluarkan biaya pengobatan bagi karyawan yang terluka ataupun biaya santunan bila karyawan tersebut sampai kehilangan nyawanya.

3) Jika kecelakaan kerja termasuk berat, bisa mengakibatkan rusaknya peralatan atau bangunan yang merupakan aset perusahaan.

4) Kecelakaan kerja itu juga mungkin membuat rusaknya produk dan bahan-bahan.

5) Ada upah yang harus dibayarkan perusahaan selama karyawan belum bisa bekerja lagi.

(19)

15 Berpotensi mengakibatkan turunnya kemampuan karyawan setelah kembali bisa bekerja. Bisa karena kondisi fisik yang tidak senormal sebelumnya maupun turunnya semangat kerja karyawan.

Dengan kata lain, hal ini berpengaruh terhadap produktivitas pabrik.

2.5 Aplikasi Mikrobiologi serta Parasitologi Bidang Kesehatan 1. Antibiotik

Antibiotika adalah suatu zat yang dihasilkan oleh organisme tertentu dan berfungsi untuk menghambat pertumbuhan organisme lain yang ada di sekitarnya. Antibiotika dapat diperoleh dari jamur atau bakteri yang diproses dengan cara tertentu. Pembuatan antibiotik dilakukan dengan fermentasi.

Proses fermentasi penisilin didahului oleh tahapan seleksi strain Penicillium chrysogenum pada media agar dan perbanyakan. Penicillium chrysogenum yang dihasilkan dapat mencapai konversi yield maksimum sebesar 13 – 29 %. Hasil tersebut difermentasi ke dalam fermentol pada suasana asam (pH 5,5). Selama proses fermentasi berlangsung dilakukan pengadukan, sementara udara steril dikeluarkan kedalam fermentol. Temperatur operasi dijaga konstan selama fermentasi penisilin berlangsung dengan cara mensirkulasikan air pendingin. Kapang aerobik dibiarkan tumbuh selama 5 – 6 hari saat gas CO2 mulai terbentuk. Ketika penisilin ini dihasilkan jumlahnya telah maksimum, maka cairan hasil fermentasi tersebut didinginkan hingga 28oF (2oC), dan dimasukkan kedalam rotari vacum filter untuk memisahkan miselia dan penisilin. Miselia akan dibuang, sehingga diperoleh filtrat berupa cairan jernih yang mengandung penisilin. Tahap ekstraksi dan Kristalisasi dilakukan untuk mendapatkan penisilin yang siap dikonsumsi. Jamur Penicillium notatum dan Penicillium crysogenum mengeluarkan zat penisilin yang dapat mematikan bakteri yang hidup disekitarnya. Karena kemampuannya zat penisilin dibuat sebagai antibiotik.

2. Vaksin

Vaksin adalah bahan antigenik yang digunakan untuk menghasilkan kekebalan aktif terhadap suatu penyakit sehingga dapat mencegah atau mengurangi pengaruh infeksi oleh organisme lain. Vaksin dapat berupa galur virus atau bakteri yang telah dilemahkan sehingga tidak menimbulkan penyakit. Vaksin dapat juga berupa organisme mati atau hasil-hasil pemurniannya (protein, peptida, partikel serupa virus, dsb). Vaksin akan mempersiapkan sistem kekebalan manusia atau hewan untuk bertahan terhadap serangan patogen tertentu, terutama bakteri, virus, atau toksin. Vaksin juga bisa membantu sistem kekebalan untuk melawan sel-sel degeneratif (kanker).

(20)

Contoh vaksin yang mudah dikembangkan adalah pembuatan virus polio inaktif.

Mikroorganisme yang digunakan adalah Poliovirus yang merupakan virus RNA kecil yang terdiri atas tiga strain berbeda. Proses produksi vaksin inaktif polio secara umum melalui penyiapan medium (sel vero) untuk pengembangbiakan virus, penanaman atau inokulasi virus, pemanenan virus, pemurnian virus dan inaktivasi virus.

Gambar 2.14 Proses Pembuatan Vaksin.

3. Hormon Insulin

Rekayasa DNA dapat digunakan untuk memproduksi hormon. Hormon-hormon yang telah diproduksi, misalnya insulin, hormon pertumbuhan, kortison, dan testosteron.

Contohnya adalah hormon insulin manusia yang dihasilkan dengan bantuan Escherechia coli.

Produksi insulin dapat dilakukan dengan cara mentransplantasikan gen-gen pengendali hormon tersebut ke plasmid bakteri. Keberhasilan memindahkan gen insulin manusia ke dalam bakteri sudah dapat diperoleh, yaitu melalui bakteri-bakteri yang tumbuh dengan metode fermentasi. Teknik Plasmid bertujuan untuk membuat hormone dan antibodi. Misal untuk membuat hormon insulin dengan teknik plasmid. Gen atau DNA dipotong dengan Enzim Endonuklease Restriksi Gen atau DNA disambung dengan Enzim Ligase.

Langkah dalam pembuatan insulin yaitu mengisolasi plasmid dari E. coli. Plasmid merupakan salah satu bahan genetik bakteri yang berupa untaian DNA berbentuk lingkaran kecil. Pemotongan segmen plasmid menggunakan enzim restriksi endonuklease, sementara itu DNA yang di isolasi dari sel pankreas dipotong pada suatu segmen untuk mengambil segmen pengkode insulin. Pemotongan dilakukan dengan enzim yang sama. DNA kode insulin tersebut disambungkan pada plasmid menggunakan bantuan enzim DNA ligase.

Hasilnya adalah kombinasi DNA kode insulin dengan plasmid bakteri yang disebut DNA

(21)

17 rekombinan. DNA rekombinan yang terbentuk disisipkan kembali ke sel bakteri. Bakteri E.

coli berkembangbiak, maka akan dihasilkan koloni bakteri yang memiliki DNA rekombinan.

Setelah tumbuh membentuk koloni, bakteri yang mengandung DNA rekombinan diidentifikasi menggunakan probe. Probe adalah rantai RNA atau rantai tunggal DNA yang diberi label bahan radioaktif atau bahan fluorescent dan dapat berpasangan dengan basa nitrogen tertentu dari DNA rekombinan. Pada langkah pembuatan insulin ini probe yang digunakan adalah ARNd dari gen pengkode insulin pankreas manusia. Memilih koloni bakteri mana yang mengandung DNA rekombinan, caranya adalah menempatkan bakteri pada kertas filter lalu disinari dengan ultraviolet. Bakteri yang memiliki DNA rekombinan dan telah diberi probe akan tampak bersinar. Bakteri yang bersinar inilah yang kemudian diisolasi untuk membuat strain murni DNA rekombinan. Dalam metabolismenya, bakteri ini akan memproduksi hormon insulin.

Gambar 2.15 Proses Pembuatan Insulin.

4. Steriisasi

Sterilisasi dalam mikrobiologi merupakan proses penghilangan semua bentuk kehidupan mikroba, termasuk bakteri, virus, mikroplasma, dan spora yang terdapat pada/di dalam suatu benda. Metode sterilisasi dibagi menjadi dua, yaitu metode fisik dan metode kimia. Metode sterilisasi kimia dilakukan dengan menggunakan bahan-bahan kimia,

(22)

sedangkan metode sterilisasi fisik dapat dilakukan dengan cara panas baik panas kering maupun panas basah, radiasi dan filtrasi.

Sterilisasi panas kering berfungsi untuk mematikan organisme dengan cara mengoksidasi komponen sel ataupun mendenaturasi enzim. Sterilisasi panas basah menggunakan suhu di atas 100O C dilakukan uap yaitu menggunakan autoklaf, alat serupa pressure cooker dengan pengatur tekanan dan pengaman. Proses sterilisasi dengan autoklaf dapar membunuh mikroorganisme dengan cara mendenaturasi atau mengkoagulasi protein pada enzim dan membran sel mikroorganisme.

Sterilisasi udara yang memakai radiasi ultraviolet biasanya dilakukan di tempat-tempat khusus seperti, kamar operasi, kamar isolasi, dsb. Metode sterilisasi dengan penyaringan atau filtrasi digunakan untuk bahan yang sensitif terhadap panas, bahan-bahan berbentuk cairan, misalnya enzim. Filtrasi cairan secara luas hanya digunakan dalam produksi obat-obatan atau pada sistem irigasi dalam ruang operasi, maupun dalam perawatan medik lainnya yang membutuhkan adanya cairan steril.

5. Disinfeksi

Desinfeksi merupakan suatu yang dimaksudkan untuk secara signifikan mengurangi jumlah mikroorganisme patogen pada instrumen dengan menghilangkan dan atau membunuh patogen. Spora bakteri tidak selalu dibunuh oleh desinfeksi, namun jumlah mereka dapat dikurangi sebagai akibat dari proses pembersihan. Efektifitas desinfeksi berupa jumlah atau beban mikroorganisme yang ada pada barang yang akan didesinfeksi, kerja biosidal dari proses desinfektan, lama kontak yang efektif antara agen biosida dan mikroorganisme, serta agen biosida dan aparatus yang sesuai untuk item yang didesinfektasi.

Cara desinfeksi termal yaitu pemanasan. Desinfeksi panas mencapai desinfeksi tingkat tinggi ketika permukaan benda/alat kontak dengan air panas untuk jangka waktu yang tepat.

Desinfeksi kimia merupakan pemberian agen kimia cair untuk menghilangkan sebagian besar mikroorganisme patogen, dengan pengecualian spora bakteri, pada benda mati atau permukaan benda. Beberapa contoh alat yang di desinfeksi secara kimiawi adalah peralatan endoskopi yang tidak dapat disterilkan, permukaan lingkungan, alat akses intravena, pelestarian spesimen.

(23)

19 BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa Arthropoda terbagi menjadi 3 sub filum yaitu Trilobita, Mandibulata dan Chelicerata. Sub filum Mandibulata terbagi menjadi 6 kelas, salah satu diantaranya adalah insecta (Hexapoda). Sub filum Chelicerata terbagi menjadi 3 kelas, sedangkan Sub filum Trilobita telah punah. Kelas Hexapoda atau Insecta terbagi menjadi sub kelas Apterygota dan Pterygota. Sub filum Apterygota terbagi menjadi 4 ordo, dan sub kelas Pterygota masih terbagi menjadi 2 golongan yaitu golongan Exopterygota (golongan Pterygota yang metamorfosisnya sederhana) yang terdiri dari 15 ordo, dan golongan Endopterygota (golongan Pterygota yang metamorfosisnya sempurna) terdiri dari 3 ordo.

Antropoda sendiri juga dapat memberikan gangguan terhadap kesehatan dan oleh karena itu sangat penting untuk melakukan pengendalian terhadap vektor antropoda seperti melakukan pengendalian kimiawi, pengendalian fisika-mekanika, pengendalian lingkungan, pengendalian genetik, dll. Dari pembahasan diatas juga dikaji mengenai aplikasi mikrobiologi dan parasitologi dalam bidang kesehatan, contohnya vaksin, antibiotik, hormon insulin, sterilisasi, dan desinfeksi.

3.2 Saran

Penulis sangat mengharapkan agar makalah ini dapat menjadi acuan dalam mempelajari materi Biomedik II tentang Antropoda. Harapan penulis makalah ini tidak hanya berguna bagi penulis tetapi juga berguna bagi pembaca. Makalah ini jauh dari kata sempurna sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan di kemudian hari.

(24)

20

DAFTAR PUSTAKA

Bali, Laksmi. 2014. Arthropoda penyebab penyakit melalui https://www.slideshare.net/Laksmi Bali/arthropoda-penyebab-penyakit Diakses tanggal 30 Januari 2021 pukul 23.30 WIB

Kusumari, Rizqiani. 2019. Penyakit akibat Arthropoda. Universitas Gadjah Mada.

Purnama, Sang Gede. 2015. Buku Ajar Pengendalian Vektor. Universitas Udayana.

Sumanto, Didik. 2014. Parasitologi Kesehatan Masyarakat. Semarang: Yoga Pratama.

UIN Malang. TT. Tinjauan Pustaka melalui http://etheses.uin-malang.ac.id/418/7/ 10620075%20 Bab%202.pdf Diakses tanggal 30 Januari 2021 pukul 22.00 WIB

Universitas Sumatera Utara. TT. Tinjauan Pustaka melalui http://repository.usu.ac.id/bitstream /handle/123456789/45132/Chapter%20II.pdf?sequence=4&isAllowed=y . Diakses tanggal 30 Januari 2021 pukul 23.00 WIB

Wati, Nopia. 2019. Tinjauan Pustaka melalui

https://www.researchgate.net/publication/330598620_BAB_I_PENDAHULUAN_11_LATA R_BELAKANG. Diakses tanggal 3 Februari 2021.

(25)

21 CONTOH SOAL

1. Berikut yang merupakan nama sub filum yang telah punah adalah…..

A. Mendibulata B. Chelicerata C. Trilobita D. Apterygota E. Uniramia Jawaban : C

2. Tubuh Arthropoda terbungkus oleh zat

A. Kapur B. Chlorine C. Kevlar D. Chitine

E. Dydrogesterone Jawaban : D

3. Jenis lalat yang menyukai luka luka terbuka hingga menimbulkan miasis pada mata adalah

A. Chrysomyia B. Lucilia Sp C. Sarcophagidae D. Calliphora sp E. Pinjal

Jawaban : A

4. Berikut yang tidak termasuk dalam sub filum mandibulata adalah….

A.Serangga B.Crustacea C.Myriapoda D.Insecta E.Stenella Jawaban : E

5. Phlebotomus adalah nama lain dari…..

A.Lalat Rumah B.Lalat Pasir C.Lalat Daging D.Lalat Hijau E.Lalat Bangkai Jawaban : B

6. Laba laba, tungau, kalajengking, dan kepiting termasuk dalam sub filum….

A. Mandibulata B. Chelicerata C. Trilobita D. Trapodha E. Insecta

Jawaban : B

(26)

7. Berikut yang bukan merupakan upaya pencegahan yang dapat dilakukan dalam pengendalian binatang pengganggu adalah … A. Membuat Ventilasi

B. Melapisi lantai dengan semen C. Mengatur ketinggian tempat tidur D. Memperkuat rekontruksi bangunan E. Menempatkan kandang ternak di luar rumah

Jawaban : D

8. Berikut yang bukan merupakan penyakit yang ditransmisikan oleh arthropoda adalah….

A. Chigger Mites B. Yellow Fever C. Kissing Bugs D. Zika Virus E. Epistaksis Jawaban : E

9. Karakteristik berikut dimiliki oleh filum Arthropoda, kecuali...

A tubuh bersegmen.

B kaki beruas-ruas.

C eksoskeleton dari chitin.

D memiliki. rongga tubuh sejati.

E sistem peredaran darah tertutu Jawaban : E

10. Pengamatan terhadap seekor hama kelapa menunj ukkan ciri-ciri sebagai berikut: memiliki elitra yang tebal, permukaannya halus mengandung zat tanduk, dan dalam perkembangannya mengalami metamorfosis sempurna.

Hama tersebut termasuk ordo..

A. Coleoptera.

B. Orthoptera.

C. Hymenoptera.

D. Siphonoptera.

E. Lepidoptera.

Jawaban : A

11. Serangga bersayap dua, tipe mulut mengisap, metamorfosis sempurna dan menjadi vektor demam berdarah, termasuk ordo...

A. Hemiptera.

B. Siphonoptera.

C. Homoptera.

D. Diptera.

E. Neuroptera.

Jawaban : D

(27)

23 12. Hewan dengan ciri memiliki dua

pasang sayap, sayap bagian depan lebih tebal dibanding bagian belakang, jantan menggunakan tungkai belakang untuk menarik betina, betina

mempunyai ovipositor, dan tipe mulut menggigit dan mengunyah. Hewan tersebut tergolong...

A. Lepidoptera.

B. Isoptera.

C. Diptera.

D. Neuroptera.

E. Orthoptera.

Jawaban : E

13. Suatu hewan mempunyai ciri sebagai berikut:

– mempunyai mata faset dan mata tunggal

– bernapas dengan trakea

– tubuh terbagi atas kepala, dada, dan perut

– mempunyai tiga pasang kaki pada bagian dada

Berdasarkan ciri-ciri di atas, hewan yang dimaksud adalah …..

a. Myriapoda b. Crustacea c. Insecta d. Arachnoidea e. Chilopoda Jawaban : C

14. Kelas-kelas hewan di bawah ini termasuk filum Arthropoda, kecuali..

A. Crustaceae.

B. Arachnoidea.

C. Myriapoda.

D. Hexapoda.

E. Scaphopoda Jawaban : E

15. Cara yang lebih mengutamakan penggunaan pestisida/rodentisida untuk peracunan. Merupakan cara pengendalian vektor dan binatang penganggu secara...

A. Pengendalian Fisika-Mekanika B.Pengendalian kimiawi

C.Pengendalian lingkungan D. Pengendalian genetik E.Upaya pengendalian binatang pengganggu

Jawaban : B

Referensi

Dokumen terkait

Syarat bibit yang baik : berasal dari tanaman yang tumbuh subur, segar, sehat, berdaun banyak & hijau, kokoh, terhindar dari serangan penyakit; cukup umur/berasal dari rimpang

evansi, oleh karena itu perlu diketahui peran kedua jenis lalat tersebut dalam penyebaran penyakit surra mengingat kedua jenis lalat tersebut sangat banyak ditemukan pada hewan

Sebaiknya sampah-sampah dibakar atau dikubur agar tidak tumbuh di bibit-bibit penyakit yang menimpa masyarak walaupun terbukti sampah itu dapat merugikan bila tidak dikelola

Proses penyebaran penyakit Kaskado adalah sebagai berikut: vektor lalat akan tertarik dan hinggap pada luka yang terdapat pada hewan akibat infeksi cacing Stephanofilaria..

Penyebaran penyakit CVPD dari suatu wilayah ke wilayah yang lain atau dari suatu daerah ke daerah yang lain dapat melalui bibit tanaman jeruk terinfeksi.. Bibit tanaman

atmosfer akan meningkatkan temperatur, dengan menggunakan biogas sebagai bahan bakar maka akan mengurangi gas metana di udara. Limbah berupa sampah, kotoran hewan dan

diangkut ke TPA.” 2.2.3 Penggolongan dan Pengumpulan Sampah Sampah dapat digolongkan kedalam golongan berdasarkan sumbernya yaitu: a Sampah alami, seperti kotoran hewan, dedaunan,

Selain metode penyebaran di atas, penyakit menular juga dapat menyebar melalui gigitan hewan, atau kontak fisik dengan cairan tubuh hewan, serta melalui makanan dan minuman yang