• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH HUKUM BISNIS STUDI KASUS PERLINDUNGAN KONSUMEN MENGENAI KASUS PENARIKAN PRODUK OBAT NYAMUK HIT

N/A
N/A
melani mardianingsih

Academic year: 2024

Membagikan "MAKALAH HUKUM BISNIS STUDI KASUS PERLINDUNGAN KONSUMEN MENGENAI KASUS PENARIKAN PRODUK OBAT NYAMUK HIT "

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH HUKUM BISNIS

STUDI KASUS PERLINDUNGAN KONSUMEN MENGENAI KASUS PENARIKAN PRODUK OBAT NYAMUK HIT

Dosen Pengampu: Joko Suhariyanto, S.E., M.M., CPOD

DISUSUN OLEH:

MELANI MARDIANINGSIH (200201010113)

PJJ MANAJEMEN UNIVERSITAS SIBER ASIA

JAKARTA 2023-2024

(2)

Page

2

KATA PENGANTAR

Kata Pengantar Dalam era globalisasi dan dinamika bisnis yang terus berkembang, perlindungan konsumen menjadi suatu aspek krusial yang harus diperhatikan secara serius.

Hal ini disebabkan oleh meningkatnya kompleksitas transaksi bisnis, perkembangan teknologi, serta berbagai inovasi produk dan layanan yang terus bermunculan. Oleh karena itu, makalah ini hadir sebagai suatu upaya untuk menggali lebih dalam mengenai

perlindungan konsumen dalam konteks hukum bisnis.

Perlindungan konsumen bukanlah sekadar konsep teoretis, melainkan merupakan suatu kebutuhan yang mendesak untuk menjaga keadilan dan keseimbangan antara pelaku bisnis dan konsumen. Dalam konteks hukum bisnis, pemahaman yang mendalam terhadap hak-hak konsumen, tanggung jawab perusahaan, serta peran regulator menjadi sangat penting agar keberlanjutan bisnis dapat terwujud tanpa mengorbankan hak-hak konsumen.

Makalah ini akan menjelajahi berbagai aspek perlindungan konsumen dalam hukum bisnis, termasuk peraturan-peraturan yang mengatur hak dan kewajiban konsumen, tanggung jawab perusahaan, serta mekanisme penyelesaian sengketa yang efektif. Penelitian ini juga akan membahas tantangan dan peluang yang dihadapi dalam menerapkan perlindungan konsumen di tengah perkembangan bisnis yang pesat.

Kami berharap makalah ini dapat memberikan kontribusi positif dalam memahami pentingnya perlindungan konsumen dalam konteks hukum bisnis, serta merangsang diskusi lebih lanjut mengenai cara-cara meningkatkan perlindungan konsumen demi menciptakan lingkungan bisnis yang adil, berkelanjutan, dan beretika.

Penulis mengucapkan terima kasih atas dukungan dan bimbingan yang diberikan oleh berbagai pihak dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini dapat menjadi

sumbangan yang bermanfaat dalam pemahaman lebih lanjut tentang perlindungan konsumen dalam hukum bisnis.

Terima kasih.

MELANI MARDIANINGSIH UNIVERSITAS SIBER ASIA 15 DESEMBER 2023

(3)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar...2

Daftar Isi...3

Bab I PENDAHULUAN...4

A. Latar Belakang...4

B. Rumusan Masalah...4

C. Tujuan...5

Bab II Metode Penelitian...6

A. Jenis Penelitian...6

B. Sumber Data...6

C. Teknik Pengumpulan Data...6

Bab III Pembahasan...7

A. Kasus Perlindungan Konsumen...9

B. Analisis Kasus...10

Bab IV Penutup...13

A. Kesimpulan ...13

B. Saran ...14

Daftar Pustaka...15

(4)

Page

4

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang

Latar Belakang Perkembangan teknologi dan globalisasi telah membuka pintu lebar- lebar bagi dinamika bisnis yang semakin kompleks dan inovatif. Namun, di balik

gemerlapnya kemajuan ini, terdapat tantangan besar yang dihadapi oleh konsumen dalam menjaga hak-hak mereka. Transaksi bisnis yang semakin rumit dan beragam produk yang ditawarkan oleh perusahaan-perusahaan modern menciptakan kebutuhan mendesak akan perlindungan konsumen yang kuat.

Menariknya, fenomena ini tidak hanya terbatas pada skala nasional, melainkan melintasi batas-batas negara. Konsumen yang semakin terhubung secara global kini

menghadapi risiko yang lebih kompleks dan peluang yang lebih besar.Oleh karena itu, perlu adanya pemahaman mendalam terhadap kerangka hukum yang melindungi konsumen dalam bisnis yang terus berkembang pesat ini.

Bukan rahasia lagi bahwa konsumen sering kali menjadi pihak yang lebih lemah dalam hubungan bisnis, dan di sinilah perlindungan konsumen menjadi sangat relevan. Hak- hak konsumen, keamanan produk, informasi yang jujur, dan tanggung jawab perusahaan adalah elemen-elemen kunci yang harus diperhatikan untuk menciptakan ekosistem bisnis yang sehat dan berkeadilan.

Melalui makalah ini, kita akan menggali lebih dalam tentang latar belakang perlindungan konsumen dalam konteks hukum bisnis. Kita akan menjelajahi bagaimana perkembangan bisnis modern menciptakan tantangan baru bagi konsumen, dan bagaimana hukum dapat berperan sebagai alat yang efektif dalam menjaga kepentingan mereka.Mari kita bersama-sama meresapi dinamika yang memikat di balik perlindungan konsumen dalam ranah bisnis yang tak pernah berhenti berevolusi ini.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan rraian dari latar belakang diatas, maka secara umum rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Pengertian dan pengaturan perlindungan konsumen, 2. Klausula Baku Dalam Perjanjian

(5)

3. Hak dan Kewajiban konsumen dan Pelaku Usaha 4. Asas perlindungan konsumen

5. Tujuan perlindungan konsumen

6. Perbuatan yang Dilarang Bagi Pelaku Usaha 7. Penegakan hukum konsumen

C. Tujuan

Adapun tujuan yang diharapkan dari penulisan makalah ini adalah:

1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah pengantar hukum bisnis.

2. Untuk mengetahui pengertian dan peraturan perlindungan konsumen.

3. Untuk mengetahui klausula baku dalam perjanjian

4. Untuk mengetahui hak dan kewajiban konsumen dan pelaku usaha 5. Untuk mengetahui asas perlindungan konsumen

6. Untuk mengetahui tujuan perlindungan konsumen

7. Untuk mengetahui perbuatan yang dilarang bagi pelaku usaha 8. Untuk mengetahui Penegakan hukum konsumen

(6)

Page

6

BAB II

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Sesuai dengan apa yang menjadi topik pembahasan, maka peneliti menggunakan penelitian lapangan (field research) yaitu penelitian yang langsung melakukan pengamatan terhadap objek yang ingin diteliti sehingga mendapatkan data yang relevan. Oleh karena itu penelitian lapangan ini dikategorikan sebagai penelitian empirik. Dengan kata lain, jenis penelitian lapangan ini dilakukan dengan menggunakan akses internet untuk mendapatkan data yang diperlukan.

B. Sumber Data a. Data Primer

Data primer merupakan sumber data penelitian yang didapat langsung dari pengamatan pada website. Data primer secara khusus dikumpulkan oleh penulis untuk mendapatkan informasi yang valid. Data primer yang didapat berupa tulisan dan informasi di website. Data primer ini penulis kumpulkan dengan dua metode yaitu metode observasi dan metode dokumentasi.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah sumber data penelitian yang didapat peneliti secara tidak langsung. Umumnya, data sekunder diperoleh sebagai penunjang dari data primer. Adapun yang didapat dari data sekunder oleh peneliti yaitu melalui buku, jurnal, berita, tulisan, majalah, serta internet yang berkaitan dengan hukum bisnis

C. Teknik Pengumpulan Data

Metode observasi (pengamatan) merupakan suatu teknik pengumpulan data yang mengharuskan peneliti turun kelapangan dan mengamati sesuatu yang berkaitan dengan ruang, pelaku, kegiatan, benda-benda, waktu, peristiwa, tujuan dan perasaan.

Namun observasi dalam penelitian ini tidak terbatas oleh ruang dan waktu karena dapat diakses kapan saja sebab menggunakan internet. Dengan cara memperoleh data dan mengamati secara langsung hal-hal yang berkaitan dengan hukum bisnis.

(7)

BAB III PEMBAHASAN

Masing-masing poin ini merupakan elemen penting dalam konteks perlindungan konsumen dan memainkan peran kunci dalam menciptakan lingkungan bisnis yang sehat dan berkeadilan.

1. Pengertian dan Pengaturan Perlindungan Konsumen

Perlindungan konsumen merujuk pada serangkaian langkah dan peraturan hukum yang bertujuan melindungi hak dan kepentingan konsumen dalam transaksi bisnis.

Pengaturan perlindungan konsumen dapat melibatkan kebijakan pemerintah, perundang- undangan, dan lembaga khusus yang bertugas menangani masalah konsumen.

2. Klausula Baku Dalam Perjanjian

Klausula baku adalah ketentuan-ketentuan standar yang sudah disusun oleh satu pihak (umumnya pelaku usaha) dan harus diterima oleh pihak lain tanpa dapat

dinegosiasikan.Dalam konteks perlindungan konsumen, penting untuk memahami dampak dan keterbatasan klausula baku terhadap hak konsumen.

3. Hak dan Kewajiban Konsumen dan Pelaku Usaha

Perlindungan konsumen melibatkan identifikasi dan pemahaman terhadap hak-hak yang dimiliki oleh konsumen, seperti hak mendapatkan informasi yang jujur, hak memilih, dan hak mendapatkan produk atau layanan yang aman. Sementara itu, pelaku usaha memiliki kewajiban untuk memberikan informasi yang akurat, memastikan kualitas produk atau layanan, dan menghormati hak konsumen.

4.Asas Perlindungan Konsumen

Asas perlindungan konsumen mencakup prinsip-prinsip dasar yang menjadi dasar bagi peraturan perlindungan konsumen. Beberapa asas yang umumnya diterapkan melibatkan keadilan, kebenaran, keseimbangan, dan kebebasan konsumen dalam memilih.

5. Tujuan Perlindungan Konsumen

Tujuan utama perlindungan konsumen adalah menjaga kepentingan dan kesejahteraan konsumen dalam konteks bisnis. Ini mencakup melindungi konsumen dari praktik-praktik bisnis yang merugikan, memberikan akses yang adil ke informasi, serta memastikan produk dan layanan yang aman.

6. Perbuatan yang Dilarang

(8)

Page

8

karena dapat merugikan konsumen. Hal ini mencakup praktik-praktik penipuan, diskriminasi, atau penjualan produk yang tidak aman.

7. Penegakan Hukum Konsumen

Penegakan hukum konsumen melibatkan langkah-langkah untuk menjamin bahwa peraturan perlindungan konsumen diterapkan dan dijalankan dengan efektif . Ini termasuk lembaga-lembaga penegak hukum, proses penyelesaian sengketa, dan tindakan hukum terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh pelaku usaha. Masing-masing poin ini merupakan elemen penting dalam konteks perlindungan konsumen dan memainkan peran kunci dalam menciptakan lingkungan bisnis yang sehat dan berkeadilan

(9)

KASUS

Kronologi Kasus

Pada tanggal 7 Juni 2006, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)

mengeluarkan Surat Edaran Nomor HK.00.05.23.04.08.005219 tentang Penarikan Obat Anti Nyamuk HIT 2,1 A dan HIT 17L dari Peredaran. Penarikan ini dilakukan karena kedua produk tersebut mengandung bahan aktif dichlorvos yang dilarang digunakan sebagai bahan aktif obat anti nyamuk di Indonesia.

Dichorvos merupakan insektisida yang efektif untuk membunuh nyamuk, namun juga memiliki efek samping yang berbahaya bagi kesehatan manusia, terutama jika terhirup dalam jumlah besar. Efek samping yang dapat ditimbulkan oleh dichlorvos antara lain:

Iritasi mata, hidung, dan tenggorokan

Sakit kepala

Mual, muntah, diare

Gangguan pernapasan

Penarikan produk obat anti nyamuk HIT 2,1 A dan HIT 17L ini merupakan kasus yang cukup besar dan menimbulkan kekhawatiran di masyarakat. Hal ini dikarenakan kedua produk tersebut merupakan obat anti nyamuk yang cukup populer dan banyak digunakan di Indonesia.

BPOM melakukan penarikan produk ini setelah menerima laporan dari masyarakat tentang adanya kandungan dichlorvos dalam produk tersebut. BPOM kemudian melakukan pemeriksaan terhadap produk tersebut dan menemukan adanya kandungan dichlorvos pada kedua produk tersebut.

Pemilik produk, PT Reckitt Benckiser Indonesia, kemudian melakukan penarikan produk tersebut dari peredaran. Perusahaan ini juga memberikan kompensasi kepada konsumen yang memiliki produk tersebut.

(10)

Page

10

Analisis Kasus

Kasus penarikan produk obat anti-nyamuk HIT 7 Juni 2006 merupakan kasus yang cukup besar dan menimbulkan kekhawatiran di masyarakat. Kasus ini juga menjadi perhatian dari sisi hukum bisnis, karena terkait dengan aspek-aspek hukum berikut:

Aspek Perizinan Obat

Obat anti-nyamuk termasuk dalam kategori obat bebas terbatas. Obat bebas terbatas adalah obat yang dapat dibeli tanpa resep dokter, namun tetap harus memenuhi persyaratan keamanan, mutu, dan khasiat.

Dalam kasus ini, PT Reckitt Benckiser Indonesia selaku pemilik produk obat anti- nyamuk HIT 2,1 A dan HIT 17L telah mengantongi izin edar dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Namun, BPOM kemudian menemukan bahwa kedua produk tersebut mengandung bahan aktif dichlorvos yang dilarang digunakan sebagai bahan aktif obat anti- nyamuk di Indonesia.

Ketentuan Perizinan Obat

Ketentuan perizinan obat di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Pasal 28 ayat (1) Undang-Undang tersebut menyatakan bahwa obat hanya dapat diperdagangkan jika telah memiliki izin edar dari BPOM.

Pasal 30 ayat (1) Undang-Undang tersebut menyatakan bahwa izin edar obat hanya diberikan kepada obat yang memenuhi persyaratan keamanan, mutu, dan khasiat.

Pelanggaran Ketentuan Perizinan Obat

Berdasarkan ketentuan perizinan obat di atas, dapat disimpulkan bahwa PT Reckitt Benckiser Indonesia telah melanggar ketentuan perizinan obat. Perusahaan ini telah

memproduksi dan mengedarkan obat anti-nyamuk yang mengandung bahan aktif dichlorvos yang dilarang digunakan sebagai bahan aktif obat anti-nyamuk di Indonesia.

Aspek Tanggung Jawab Hukum Produsen

(11)

PT Reckitt Benckiser Indonesia selaku pemilik produk obat anti-nyamuk HIT 2,1 A dan HIT 17L bertanggung jawab atas kerugian yang dialami oleh konsumen akibat

penggunaan produk tersebut. Kerugian tersebut dapat berupa kerugian materiil, seperti biaya pengobatan, maupun kerugian imateriil, seperti rasa sakit dan penderitaan.

Ketentuan Tanggung Jawab Hukum Produsen

Ketentuan tanggung jawab hukum produsen diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Pasal 19 ayat (1) Undang-Undang tersebut menyatakan bahwa produsen bertanggung jawab atas keamanan, keselamatan, dan kesehatan konsumen atas barang dan/atau jasa yang dihasilkannya atau diperdagangkannya.

Pertanggungjawaban Hukum Produsen

Dalam kasus ini, PT Reckitt Benckiser Indonesia telah melakukan penarikan produk dari peredaran dan memberikan kompensasi kepada konsumen yang memiliki produk tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan tersebut telah berupaya untuk bertanggung jawab atas kerugian yang dialami oleh konsumen.

Aspek Perlindungan Konsumen

Kasus ini juga menjadi perhatian dari sisi perlindungan konsumen. Hal ini dikarenakan produk obat anti-nyamuk HIT 2,1 A dan HIT 17L merupakan produk yang banyak digunakan oleh masyarakat, terutama anak-anak.

Ketentuan Perlindungan Konsumen

Ketentuan perlindungan konsumen diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Pasal 4 Undang-Undang tersebut menyatakan bahwa konsumen berhak atas keamanan, keselamatan, dan kesehatan atas barang dan/atau jasa yang dikonsumsinya.

(12)

Page

12

Upaya Perlindungan Konsumen

Dalam kasus ini, BPOM telah mengambil langkah-langkah untuk melindungi konsumen, yaitu dengan melakukan penarikan produk dari peredaran dan memberikan informasi kepada masyarakat tentang bahaya penggunaan produk tersebut

Dalam kasus ini, BPOM telah mengambil langkah-langkah untuk melindungi konsumen, yaitu dengan melakukan penarikan produk dari peredaran dan memberikan informasi kepada masyarakat tentang bahaya penggunaan produk tersebut.

(13)

BAB IV

KESIMPULAN

Kasus penarikan produk obat anti-nyamuk HIT 7 Juni 2006 menunjukkan pentingnya kepatuhan terhadap ketentuan perizinan obat dan tanggung jawab hukum produsen terhadap konsumen. Kedua aspek hukum bisnis ini penting untuk ditegakkan guna melindungi konsumen dan mencegah terjadinya kerugian yang lebih besar.

Berikut adalah beberapa contoh konkret tentang pentingnya kepatuhan terhadap ketentuan perizinan obat dan tanggung jawab hukum produsen terhadap konsumen:

Kepatuhan terhadap ketentuan perizinan obat dapat mencegah terjadinya kasus-kasus seperti kasus penarikan produk obat anti-nyamuk HIT 7 Juni 2006.

Tanggung jawab hukum produsen terhadap konsumen dapat memberikan kompensasi kepada konsumen yang mengalami kerugian akibat penggunaan produk yang tidak aman.

Penegakan kedua aspek hukum bisnis ini dapat dilakukan melalui berbagai cara, antara lain:

Peningkatan pengawasan terhadap produsen SARAN

Kasus ini menjadi pelajaran bagi masyarakat untuk lebih berhati-hati dalam memilih dan menggunakan obat anti nyamuk. Masyarakat juga harus memastikan bahwa obat anti nyamuk yang digunakan telah terdaftar di BPOM dan tidak mengandung bahan berbahaya.

Berikut adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih obat anti nyamuk:

Pilih obat anti nyamuk yang terdaftar di BPOM. Obat anti nyamuk yang terdaftar di BPOM telah melalui proses evaluasi keamanan dan mutu oleh BPOM.

(14)

Page

14

Ikuti petunjuk pemakaian obat anti nyamuk dengan benar. Petunjuk pemakaian obat anti nyamuk biasanya tertera pada kemasan produk.

Jauhkan obat anti nyamuk dari jangkauan anak-anak. Anak-anak lebih rentan terhadap efek samping obat anti nyamuk.

Selain hal-hal di atas, masyarakat juga perlu memperhatikan beberapa hal berikut dalam menggunakan obat anti nyamuk:

Gunakan obat anti nyamuk sesuai dengan petunjuk pemakaian. Jangan menggunakan obat anti nyamuk terlalu banyak atau terlalu lama.

Jangan gunakan obat anti nyamuk di dalam ruangan tertutup. Obat anti nyamuk dapat menguap dan menyebabkan iritasi pada mata, hidung, dan tenggorokan.

Jangan gunakan obat anti nyamuk di dekat makanan atau minuman. Obat anti nyamuk dapat terkontaminasi ke makanan atau minuman dan menyebabkan keracunan.

Dengan mengikuti tips-tips tersebut, diharapkan masyarakat dapat terhindar dari bahaya penggunaan obat anti nyamuk yang tidak aman.

Berikut adalah beberapa contoh kasus yang dapat terjadi akibat penggunaan obat anti nyamuk yang tidak aman:

Seorang anak berusia 5 tahun mengalami muntah dan diare setelah terpapar obat anti nyamuk HIT 2,1 A yang mengandung dichlorvos.

Seorang wanita berusia 25 tahun mengalami iritasi mata dan tenggorokan setelah menggunakan obat anti nyamuk HIT 17L di dalam ruangan tertutup.

Seorang pria berusia 40 tahun mengalami gangguan pernapasan setelah menggunakan obat anti nyamuk HIT 2,1 A di dekat makanan.

Kasus-kasus tersebut menunjukkan bahwa penggunaan obat anti nyamuk yang tidak aman dapat menimbulkan berbagai bahaya bagi kesehatan manusia. Oleh karena itu, masyarakat perlu lebih berhati-hati dalam memilih dan menggunakan obat anti nyamuk.

(15)

DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/36409032/KASUS_PERLINDUNGAN_KONSUMEN_Kasus _Penarikan_Produk_Obat_Anti_Nyamuk_HIT

https://www.academia.edu/45155764/Studi_Kasus_Penarikan_Obat_Nyamuk_HIT_dar i_segi_Manajemen_SDM

https://www.antaranews.com/berita/35334/obat-nyamuk-hit-21-a-dan-hit-17l-diminta- dimusnahkan

https://www.coursehero.com/file/74685079/BAB-III-Analysis-Kasus-PT-Megasari- Makmur-Anti-nyamuk-HITZpdfpdf/

https://www.kompasiana.com/gandiwijaya/5ca99a04a8bc150ad13ff783/kasus- pelanggaran-etika-bisnis-oleh-pt-megasari-makmur

Referensi

Dokumen terkait

diharapkan sumbangsihnya dalam pelaksanaan tugasnya yang dilakukan dengan penuh rasa tanggung jawab, sehingga untuk memberikan upaya perlindungan konsumen terhadap obat-obatan

Peran Balai Pengawas Obat dan Makanan dalam mewujudkan perlindungan hukum terhadap konsumen produk kosmetik yang berbahaya di Batam yang terdiri dari peran dan

Beberapa sebab terjadinya pelanggaran konsumen adalah rendahnya tanggung jawab pelaku usaha 1. Pelanggaran hak-hak konsumen dapat berupa pelanggaran bersifat

TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA DALAM PENJUALAN OBAT GENERIK YANG KADALUARSA DAN GANTIRUGI KEPADA KONSUMEN MENURUT UNDANG-UNDANG^ N0.8 TAHUN 1999.. TENTANG

Pentingnya hukum perlindungan konsumen tentang tanggung jawab pelaku usaha atas produk yang merugikan konsumen yang menganut prinsip-prinsip hukum salah satunya tanggung jawab

Tanggung jawab hukum produsen sebagai pelaku usaha terhadap konsumen akibat perbuatan melawan hukum yang menimbulkan kerugian bagi konsumen menurut Undang-Undang Nomor

Berdasarkan hasil yang diperoleh, dapat diketahui bahwa keyakinan konsumen atas atribut label obat nyamuk Baygon pada pertanyaan 16 adalah baik, dengan

Lebih dari itu tanggung jawab produsen obat tradisional karena kaitannya dengan hak fundamental dari konsumen yakni kesehatan maka diwajibkan baginya untuk melakukan